Oleh :
Preseptor :
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang definisi, etiologi, patogenesis, gejala
klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan contoh kasus infeksi saluran kemih pada
anak.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
KLASIFIKASI
ISK
BERDASARKAN
BERDASARKAN BERDASARKAN
KELAINAN SAL.
GEJALA KLINIS LOKASI INFEKSI
KEMIH
7
Cara penularan infeksi pada anak ISK dapat berlangsung karena proses
hematogen, atau asending dari uretra eksterna ke kandung kemih kemudian ke
ginjal. Pada anak kecil, sumber infeksi ISK yang sering terjadi akibat bakteri dari
tinjanya sendiri yang berjalan secara asending ke saluran kemih. Bakteri
uropatogenik tersebut akan melekat pada sel uroepitel dan mempengaruhi
kontraktilitas otot saluran kemih dan mempengaruhi peristaltiknya. Melekatnya
bakteri ke sel uroepitel akan meningkatkan virulensi bakteri tersebut.3
Mukosa pada kantong kemih mengandung glikoprotein musin layer yang
berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini menyebabkan bakteri dapat
membentuk kolonisasi dan terjadinya peradangan. Bakteri kandung kemih dapat
naik ke ureter dan ginjal.3
Infeksi pada kantong kemih berulang dapat menyebabkan perubahan pada
dinding vesika dan inkompetensi katub vesikoureter. Akibat rusaknya katub ini
urin dapat refluks ke ureter terutama saat berkemih (kantong kemih berkontraksi),
kemudian menyebabkan ureter melebar dan kerusakan pielum dan parenkim
ginjal.3
Apabila infeksi mengenai buli, infeksi tersebut menyababkan iritasi dan
spasme otot vesika urinaria sehingga muncul gejala rasa ingin miksi terus-
menerus (urgensi), miksi berulang (polakisuria), nyeri berkemih (disuria). Mukosa
menjadi meradang dan bila terjadi perdarahan dapat menyebabkan hematuria. 3
8
Bayi sampai usia 1 tahun gejala klinik dapat berupa demam, penurunan
berat badan, gagal tumbuh, napsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah,
diare, ikterus, dan distensi abdomen. Demam bisa sangat tinggi sampai kejang.2
Pada umur lebih tinggi sampai 4 tahun dapat terjadi demam tinggi disertai
kejang, muntah dan diare sampai menimbulkan dehidrasi. Sedangkan pada anak
yang besar, gejala klinik lebih ringan dan muncul gejala lokal saluran kemih
seperti polakisuria, disuria, urgensi, frekuensi, ngompol, sedangkan gejala sakit
perut, sakit pinggang dan pireksia jarang ditemukan.2
Berikut ini adalah hasil penelitian di RSCM Indonesia mengenai distribusi
gejala klinis ISK pada anak berdasarkan usia4
Tabel 2.1 distribusi gejala klinis ISK pada anak berdasarkan usia.4
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan pada anak ISK akan
memunculkan klinis berupa demam, penurunan napsu makan, diare dan gejala
lainnya yang tidak spesifik. 4
9
of Paediatric (AAP) merekomendasikan agar klinisi melakukan pemeriksaan urin
pada anak dengan demam yang belum diketahui penyebabnya.5,6
Sampel urin yang diambil bisa dengan teknik non invasif dan dengan
Teknik invasif. Pengambilan sampel urin non invasif seperti mengambil urin porsi
tengah dengan teknik clean catch urine specimen sulit dilakukan oleh anak akan
tetapi lebih direkomendasikan oleh NICE guideline. Sebagai alternatif NICE
guideline juga memperbolehkan pengambilan sampel urin melalui kantong urin.
Akan tetapi pelaporan dari AAP menyatakan bahwa pengambilan sampel melalui
kantong urin mengakibatkan 85% dari hasil kultur urin positif palsu. Sedangkan
teknik pengambilan sampel urin invasive yang dapat dilakukan yaitu pemasangan
kateter dan supra pubic aspiration (SPA). Meskipun sebagian besar guideline
internasional menyatakan bahwa teknik non invasif lebih digemari dalam
pengambilan sampel urin pasien suspek ISK, AAP menyatakan hanya teknik
invasive yang dapat mengkonfirmasi diagnosa ISK, karena tingkat kontaminasi
kuman mencapai 26% pada anak usia <24 bulan. AAP juga menambahkan bahwa
teknik invasif menggunakan kateterisasi lebih dianjurkan daripada SPA. SPA
memiliki skor nyeri yang lebih tinggi dan tingkat keberhasilan yang lebih rendah
dibandingkan kateterisasi. 5,6
Sampel urin yang dikumpulkan digunakan untuk pemeriksaan urinalisis
dan kultur urin dalam waktu bersamaan. Sampel yang digunakan untuk kultur urin
harus urin yang diambil dengan teknik kateterisasi atau SPA. Karena hasil kultur
tidak dapat diperoleh dalam 24 jam awal, dilakukan pemeriksaan urinalisis untuk
memprediksi hasil kultur dan dapat memulai terapi sebelum hasil kultur keluar.
Sampel urin segar digunakan untuk urinalisis yaitu < 1 jam atau < 4 jam apabila
disimpan dalam lemari pendingin. 5
Urinalisis dapat dilakukan dengan dipstick urin dan pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan dipstick urin adalah pemeriksaan cepat untuk
mendeteksi keberadaan nitrit dan leukosit esterase di dalam urin. Keberadaan
nitrit mewakili konversi diet nitrat oleh bakteri gram negatif dan memiliki
spesisifitas tinggi (98%) pada ISK. Keterbatasannya adalah hasil akan negatif
apabila ISK disebabkan oleh kuman gram positif atau kantong kemih sering
dikosongkan. Sedangkan pemeriksaan leukosit esterase memiliki sensitifitas 84%
10
dan spesisifitas 72%. Keunggulannya adalah hasil pemeriksaan akan negatif
apabila dilakukan pemeriksaan pada bakteriuria asimtomatik (dapat membedakan
antara bakterinuria asimtomatik dengan ISK). Pemeriksaan dipstick tidak dapat
dijadikan sebgai standar diagnosis untuk ISK. 5,6
Pemeriksaan mikroskopis pada urinalisis adalah memeriksa kemungkinan
terdapatnya leukosit dan atau bakteri di dalam urin. Leukosit di dalam urin
digunakan sebagai penanda terjadinya proses inflamasi yaitu apabila ditemukan
lebih atau sama 5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin disentrifugasi.6
Berikut ini adalah tabel AAP mengenai sensitifitas dan spesifisitas urinalisis
Tabel 2.2 Sensitifitas dan Spesifisitas Urinalisis.5
11
Tabel 2.3 Interpretasi Hasil Kultur berdasarkan Pedoman Internasional.6
12
NICE guideline merekomendasikan penatalaksanaan ISK adalah sebagai berikut2 :
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus dirujuk ke spesialis anak
untuk mendapatkan antibiotik parenteral
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis/ ISK atas :
Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak
Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari dengan antibiotic dengan
pola resistensi masih rendah seperti sefalosporin atau co-
amoksikav
Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi antibiotic
parenteral seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari
dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian
10 hari.
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistisis/ISK bawah :
Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi
kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman dapat
diberikan trimethoprim, sefalosporin atau amoksisilin
Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan harus dinilai kembali,
dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat pertumbuhan
bakteri dan kepekaan obat.
13
Tabel 2.4 Pilihan antibiotic parenteral infeksi ISK2
14
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. ASA
Tanggal Lahir : 18 Desember 2017
Umur : 1 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bukittinggi
2. Anamnesa
Alloanamnesa : Nenek dan Kakek Pasien
Anak perempuan berusia 1 tahun 8 bulan rujukan dari RS Ibnu Sina
Bukittinggi 15 Januari 2019 dengan diagnosa ISK kompleks + TB paru dalam
pengobatan OAT hari ke-70 + failure to thrive + global development delay.
Keluhan Utama :
Menangis saat buang air kecil sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
15
Pasien sudah dikenal ISK sejak 2 bulan yang lalu di Yarsi Bukittingi dan
mendapat pengobatan antibiotik namun tidak ada perbaikan. Pasien juga
sudah dikenal TB paru dan sedang dalam pengobatan OAT hari ke-70.
Riwayat perdarahan gusi, mukosa hidung dan saluran cerna tidak ada.
Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria tidak ada.
Riwayat kontak dengan orang yang batuk lama atau konsumsi obat 6
bulan tidak ada
Riwayat Persalinan
Anak lahir 39-40 minggu dibantu Sp. OG dengan SC ai bekas SC 1x BL
2700 gram dan PL 49 cm, saat lahir anak langsung menangis kuat.
Kesan : Normal
16
Riwayat Imunisasi
Hb 0 0 bulan
BCG 2 bulan
Polio 2,3,4 bulan
DPT Hb Hib 2,3,4 bulan
Campak 9 bulan
Riwayat Perkembangan
Tertawa : 3 bulan
Miring : - bulan
Tengkurap : - bulan
Duduk : - bulan
Berdiri : - bulan
Berjalan : - bulan
Berbicara : - bulan
Kesan : Riwayat perkembangan abnormal
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Hendra Doni Resi Novia
Umur 35 tahun 33 tahun
Pendidikan SMA S2
Pekerjaan Wira Swasta Dosen
Penghasilan Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah Tidak ada Tidak Ada
diderita
17
Riwayat Perumahan dan Tempat Tinggal
Rumah tempat tinggal : Permanen
Sumber air minum : Air Galon yang di masak
Buang air besar : Di dalam rumah
Pekarangan : Sempit
Sampah : Dibuang ke TPA
Kesan : Higiene dan sanitasi baik
3. PEMERIKSAAN FISIK
18
Tenggorok : Tonsil T1-T1 detritus tidak ada, faring dan tonsil tidak
hiperemis
Gigi dan mulut : Mukosa bibir, palatum dan buccal basah, karries tidak ada
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB colli
Thoraks : Normochest
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra
RIC V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 = S2, murmur tidak ada, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel. Nyeri tekan supra pubik ada.
Hepar, lien, ginjal tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) 6x/menit
Punggung : Tidak ditemukan adanya kelainan
Genitalia : A1M1P1
Anggota gerak : Teraba hangat, CRT < 2 detik, pitting oedem tidak ada
4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah (15 agustus 2019)
Hb : 11,9 gr/dL Hematokrit : 35,7 %
Leukosit : 12.470/mm3 Hitung jenis leukosit : 0/1/1/74/16/8
Trombosit : 287.000/mm3
Kesan : neutrofilia relatif
19
Pemeriksaan Urin
Tanggal: 11 Juli 2019
Makroskopik
Warna : Kuning Muda
Kekeruhan : Negatif
BJ : 1.010
pH : 6,5
Mikroskopis
Leukosit : Banyak/ LPB
Eritrosit : 2/ml
Silinder : Negatif
Kristal : Negatif
Epitel : Epitel gepeng (+)
Kimia
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Positif
Kesan : Leukosituria
20
Kimia
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Positif
Kesan : Leukosituria
Kultur Urin :
Tanggal 06 Agustus 2019
Hasil Kuman : E. Coli ESBL dengan jumlah kuman 2500 koloni
Antibiotik yang sesitif : Chloramphenicol, Amikacin, Meropenem
5. DAFTAR MASALAH
Menangis saat buang air kecil
Batuk berdahak tidak bisa dikeluarkan
Perkembangan dan pertumbuhan tidak sesuai usia
Hasil laboratorium : neutrofilia relatif, leukositoria
6. DIAGNOSIS KERJA
Infeksi saluran kemih kompleks
TB paru dalam pengobatan hari ke 70
Global Delayed Development
Failure to Thrive
21
7. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Nutrisi
Makanan Lunak 1000 kkal
3x makanan pokok + 2x selingan
Susu Formula 4-5 x 100 cc
Tatalaksana Medikamentosa
Meropenem 3x240 mg IV
INH 1x60 mg PO
Rifampisin 1x90 mg PO
Pirazinamid 1x150 mg PO
Vit B6 1x6 mg PO
Edukasi
- Usahakan anak tidur dan istirahat agar metabolisme anak turun
- Beri anak banyak minum
- Beri anak makan dan minum lebih sering
- Buka pakaian/ selimut tebal anak agar terjadi perpindahan panas secara
evaporasi dan radiasi
- Cara membersihkan BAK dan BAB dengan arah dari depan ke belakang
menggunakan tissue atau kain yang sekali pakai.
- Beri anak rangsangan untuk bicara, berbahasa, motorik, dan bersosialisasi.
8. PROGNOSA
Dubia ad malam
22
9. FOLLOW UP
S/ Demam anak sudah mulai turun
Anak masih sulit makan
Anak tampak rewel dan cengeng
Mual muntah kejang tidak ada
Batuk ada sesekali, berdahak, sulit dikeluarkan
BAB dan BAK dalam jumlah, warna dan konsistensi biasa
O/ ku : sakit sedang
Nd : 115x
Nf : 23x
S : 37,9℃
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : Retraksi dinding dada tidak ada, SN vesikuler ronki tidak ada,
wheezing tidak ada.
Jantung : S1=S2 mur-mur dan gallop tidak ada
Abd : Nyeri tekan simpisis ada dan lepas tidak ada
23
BAB 4
DISKUSI
24
sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Akan tetapi hasil pemeriksaan
kultur tidak dapat keluar dalam waktu < 24 jam. Antibiotik parenteral dipilih
karena pada anak saat ini sulit untuk makan termasuk minum obat. Keakuratan
antibiotik pilihan akan dinilai 48-72 jam kedepan, apabila klinis membaik
antibiotik tersebut dapat dilanjutkan.
Pada pasien ini diberikan terapi meropenem 3x24 mg IV, karna
berdasarkan hasil kultur didapatkan sensitive terhadap meropenem, dan hasil
kultur didapatkan bakteri E.Coli ESBL dengan jumlah 2500 koloni.
Terapi antibiotik empiris tersebut lahir karena adanya pola kecenderungan
kuman. ISK yang terjadi pada anak terutama anak kecil sering terjadi karena
kuman E.coli yang bersal dari tinja berjalan asending ke saluran kemih. Dari
anamnesis diketahui bahwa anak menggunakan pampers, kebiasaan tidak
langsung menganti pempers setelah BAB dan cara membersihkan yang tidak
benar (dari belakang ke depan, atau maju mundur) dapat menjadi faktor
presdisposisi kontaminasi E.coli ke saluran kemih.
Selain terapi antibiotik pada anak juga diberikan terapi OAT sebagai
pengobatan TB pada anak, diantaranya INH, Pirazinamid, dan Rifampisin. Ibu
diberikan edukasi untuk melakukan hal-hal yang dapat memindahkan panas secara
radiasi atau evaporasi seperti tidak menggunakan pakaian tebal pada anak dan
kompres hangat. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat evaporasi yang
berlebihan anak dianjurkan untuk minum dan diberi terapi nutrisi berupa makanan
lunak, melanjutkan ASI dan susu formula. Kemudian ibu diedukasi untuk
mengganti popok dan membersihkan area genital pada anak dengan baik dan cara
yang benar.
25
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ISK adalah bertumbuh dan berkembangbiaknya kuman dan mikroba pada
saluran kemih dalam jumlah yang bermakna
Patogen penyebab ISK yang paling banyak yaitu e coli. Cara penularan E
coli yang paling sering adalah secara asending ke saluran kemih melalui
uretra, vesikaurinaria, ureter kemudian mengenai ginjal
Gejala klinis ISK pada anak (terutama usia < 24 bulan) tidak khas.
Diperlukannya pemeriksaan urinalisis oleh praktik klinis apabila
ditemukannya pasien anak dengan demam namun penyebab demam belum
diketahui pasti
Penegakan diagnosis ISK dengan urinalisis dan kultur urin
Penatalaksanaan ISK fase akut adalah memilih antibiotik empiris oral atau
parenteral
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Pardede SO. Infeksi Ginjal dan Saluran Kemih Anak : Manifestasi klinis
dan Tatalaksana. Sari Pediatri. 2018 April; 19 (6) : 364-74.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia Unit Kerja Koordinasi Nefrologi.
Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2011. p.2-16
3. Rusdidjas, Ramayanti R. Infeksi Saluran Kemih. In: Buku Ajar Nefrologi
Anak Edisi 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta; 2002. p.142-63.
4. Miesien, Tambunan T, Munasir Z. Profil Klinis Saluran Kemih Pada Anak
di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri. 2006 : 7 (4) 200-6.
5. American Academy of Paediatric. Urinary Tract Infection : Clinical
Practice Guideline For the Diagnosis and Management of the Initial UTI
in Febrile Infant and Children 2 to 24 Months. AAP. 2011.595-610
6. Napiera MO, Washilewska A, Kuchar E. Urinary Tract Infection in
Children : Diagnosis, treatment, imaging – comparison of current
guideline. Jurnal of Paediatric Urology. Elsevier : 2017; 13: 567-72.
27
Lampiran 1. TB/U
Lampiran 2. BB/U
28
Lampiran 3. BB/TB
29