Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEKSUALITAS DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ISK

(INFEKSI SALURAN KEMIH)

Dosen Pengampu:

Ns. Lily Yuniar. S., Kep. M.Pd

DISUSUN OLEH :

FIRDA NURHALIZA 211101034

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PRODI D-lll KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan
ini saya mengucapkan segala puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Keperawata
ini.

Adapun makalah KDK ini adalah tentang “Seksualitas dengan gejala penyakit ISK” yang
telah Saya selesaikan dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak
pihak.
Ucapan terima kasih kepada kepada semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu
saya dalam penyelesaian makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Lily Yuniar. S.,
Kep. M.Pd selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.

Semoga makalah ilmiah ini dapat dipahami bagi siapapun yang telah membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya mohon kritik dan saran yang membangun dari ibu demi perbaikan makalah ini untuk waktu
yang akan datang.

Singkawang, 13 Desember

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 

A.    Latar Belakang ...................................................................................

B.     Rumusan Masalah .............................................................................

C.     Tujuan ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 

A. Pengertian Penyakit (ISK)................................................................... 

B.     Klasifikasi ..........................................................................................

C.     Etiologi ISK ........................................................................................ 

D. Patofisiologi ......................................................................................
E. Tanda dan Gejala ..............................................................................

F. Pemeriksaan Penunjang ISK .............................................................

BAB III  ……………....................................................................................

A. Asuhan Keperawatan …………………………………………………………….

BAB IV PENUTUP
A.    Simpulan ..........................................................................................

B.     Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI)
adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi
bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu ISK ?
2. Apa saja macam – macam Infeksi pada saluran kemiih ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami apa itu ISK
2. Mahasiswa dapat membedakan macam – macam infeksi pada saluran kemih
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih, yang
umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin, termasuk pula
berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih (protatitis uretritis).

B.     Etiologi
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala bervariasi tergantung
dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit, 30 – 40% disebabkan
proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat
kelainan salauran kemih. Namun harus dip[erhitungkan kemungkinan kontaminasi jika
ditemukan lebih dari satu organisme. Selain itu terdapat factor-faktor predisposisi yang
mempermudah terjadinya ISK yaitu :
1.      Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter (sebagian atau
total).
2.      Refluks Vesikoureter
3.      Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4.      Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
5.      Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6.      Kehamilan
7.      Jenis kelamin
8.      Penyalahgunaan analgesic secara kronik
9.      Penyakit ginjal
10.  Personal Hygiene

C.    Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui; penyebaran endogen yaitu
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen, eksogen sebagai akibat
pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen
dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.
1. Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bias juga timbul akibat focus infeksi di salah
satu tempat.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada
infeksi hematogen E.coli.

a.       Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina


Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorgaqnisme kecuali pada
bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid,
streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra
ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal
dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut.
Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah tersebut
diduga karena:
-          Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
-          Berkurangnya antibody local.
b.      Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan
jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih
adalah:
  Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada alaki-laki, hal ini disebabkan oleh:
-      Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus
-          Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat
kuat

  Faktor tekanan urin pada waktu miksi


Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama
miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin
  Faktor lain, misalnya:
Kebersihan alat kelamin bagian luar.
c.       Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari elvis ke korteks
karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
-          Edema mukosa ureter akibat infeksi
-          Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.

i 2. manifestasi klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, nyeri suprapubik dan daerah
pelvis. Polakisuri terjadi akibat kandung kemih tidak dapat manampung urin lebih dari 500 ml
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Nokturia ialah cenderung sering
kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
a.       Pada ISK bagian bawah
Jika di ueretra, tanda-tanda infeksi akan muncul, vasokonstriksi, vasodilatasi pada tempat
peradangan kemerahan, peningkatan permeabilitas dinding terjadi, bengkak, perembesan protein.
Pada fesika urinary, gejala yang nampak yaitu nyeri karena system persarafan terganggu, nyeri
abdomen sampai kebelakang, nokturia, nanah. Keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau
panas di uetra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit, serta rasa tidak enak di daerah
suprapubik. 
b.      Pada ISK bagian atas
Pada ISK bagian atas (pielonefritis) dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual muntah,
anoreksia, demam, menggigil, nyeri pinggang, kekakuan abdomen, output urin menurun.
Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenengkan atau keruh dan mungkin kematuran.

E.     Penatalaksanaan

1. Secara umum tujuan terapi ISKadalah menghilangkan gejala dengan cepat,


mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas
serta mortilitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari
penyebab.
2. Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar progresifitasnya
tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan bebrapa hal yaitu efek
samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi, kepatuhan (complience), dan interaksi
obat. Mengingat adanya penyakit komorboid yang munkin juga diderita oleh pasien,
maka kita perlu mencari tahu obat-obat apa saja yang sedang dikonsumsi oleh pasien, lalu
menganalisis apakah obat ISK yang kita berikan akan berinteraksi dengan obat-obatan
tersebut.
3. Antibiotik yang umum digunakan untuk menobati ISK tidak berkomplikasi pada lansia
adalah trimethroprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan
nitrofurantoin.
4. TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena mapu
membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali enterococcus. Kelebihan lain dalah
TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan pada lansia yang
mempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan
resistensi TMP/SMX pada E. Coli
5. Flurokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena tolerabilitas dan
compliencenya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan pada gram negatif dan positif
tetapi lebih efektif pada gram negatif. Kadar kreatinin clearence perlu dipantau bila kita
memutuskan memberi fluorokuinolon. Bila creatinin clearence kurang dari 0.5 ml/detik,
dosis dikurangi.
6. Fosfomisisn diberika dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien lebih baik.
Fosfomisisn efektif pada gramnegatif tapi kurang pada gram positif. Harganya cukup
mahal.
7. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, yaitu
kreatinin klerens kurang dari 0.67 ml/detik. Sayang sudah tidak tersedia lagi dipasaran.
8. Kaum lansia lebih rentan terhadap[ efek samping dan toksisitas antibiotik. Hal itu
dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi. Akibatnya,kadar obat dalam
serum tinggi dan berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu batas
keamanan obat pada lansia sepit, pemilihan antibiotik harus berhati-hati dengan
mempertimbangkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi(kadar
albumin), dan efek samping.
9. Di samping obat-obatan, terapi nonfarmakologi harus diterapkan. Sayangnya langkah itu
sering dilupakan, terapi nonfarmakologi mencakup nutrisi dan imobilisasi. Asupan
makanan dan cairan perlu disesuaikan hingga optimal sesuai kemampuan penderita. Kita
perlu mengusahakan agar makanan yang diberikan habis dimakan, dan pasien tidak boleh
diimobilisasi terlalu lam untuk mencegah dekubitus.
10. Dengan adanya diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat, semoga tidak ada lagi kasus
ISK.

F. Macam ISK

1. ISK Primer

Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK Primer dibagi menjadi 2 :


          ISK Lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
     ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering di
gunakan yaitu amiksisilin. (wikipedia Indonesia).

2. ISK Sekunder

ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan
pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder
sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK Sekunder penyebabnya adalah obstruksi
saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur uretra).
1)                  Uretritis (uretra)
2)                  Sistisis (kandung kemih)
3)                  Pielonefritis (ginjal)

            Gambaran Klinis :


Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1)                  Mukosa memerah dan oedema.
2)                  Terdapat cairan eksudat yang purulent
3)                  Ada ulserasi pada urethra
4)                  Adanya rasa gatal yang menggelitik
5)                  Good morning sign.
6)                  Adanya nanah awal miksi.
7)                  Nyeri pada saat miksi.
8)                  Kesulitan untuk memulai miksi.
9)                  Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1)       Disuria (nyeri waktu berkemih)
2)                  Peningkatan frekuensi berkemih
3)                  Perasaan ingin berkemih
4)                  Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5)                  Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6)                  Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1)                  Demam
2)                  Menggigil
3)                  Nyeri pinggang
4)                  Disuria
G. Komplikasi

1)                  Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.


2)                  Gagal ginjal

H. Pemeriksaan diagnostic

1.                  Urinalisis
a)   Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
b)   Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

2.                  Bakteriologis
a)   Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
b)   Biakan bakteri

3.                  Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.


4.                  Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.                  Metode tes
a)   Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan
nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b)   Tes Penyakit simplek).
c)   Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic,
sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. IDENTITAS KLIEN
Nama                  :Ny.N
Umur                  :23 Tahun
Jenis kelamin     :Perempuan
Agama        :Islam
Pekerjaan            :Swasta
Alamat                :Jl Habib Husein Mempawah
Tanggal Masuk   :18-Desember 2021
Diagnosa medis  :Infeksi Saluran Kemih (ISK)

II. RIWAYAT KESEHATAN


a.       Keluhan utama :

         Disuria
         Poliuria
         Nyeri
         Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b.      Riwayat penyakit sekarang

Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.

c.       Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK

d.      Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e.       Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat
karena klien lemah.

A.    Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)

a.       Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.

b.      Aktifitas dan latihan

Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang

dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi

komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

c.       Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami

d.      Nutrisi metabolic

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan

yang kurang karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan

sama sekali.

e.       Eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan

eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak

lancar.

f.       Kognitif Perseptual.

Daya ingat pasien ISK kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.

g.      Konsep Diri

Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami

gangguan konsep diri.

h.      Pola Koping


Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta

pertolongan orang lain.

i.        Pola seksual reproduksi

Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin. Kebanyakan pasien

tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh

j.        Pola peran Hubungan

Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk

melakukan peran.

B. Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum

Didapatkan klien tampak lemah

2.      Tingkat Kesadaran

Normal GCS 4-5-6

3.      Sistem Respirasi

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

4.      Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

5.      Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

6.      Sistem Gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.

7.      Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8.      Sistem Abdomen

Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut
maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis,
uretra.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Infeksi berhubungan Tidak terjadinya -      kaji TTV -      mengetahui tanda-
dengan masuknya kuman infeksi setelah -      catat karakteristik tanda infeksi
ke kandung kemih. diberikan tindakan urine -      untuk mengetahui
Ditandai dengan: keperawatan -   tampung urine mid adanya kuman penyebab
DS    :   pasien mengeluh ditandai dengan: sternum -      menghindari
nyeri Tidak ada nyeri dan -  anjurkan mandi penyebaran infeksi
   - wajah meringis tanda-tanda infeksi menggunakan
   - adanya tanda-tanda infeksi sabun anti bakteri
-      hindari mandi
rendam
-      kolaborasi untuk
pemberian
antibiotic 3-5 hari -      membantu
parenteral dan obat
penurun panas.

2 Nyeri berhubungan dengan Tidak adanya nyeri . -      kajih sifat, -      mengetahui keadaan
infeksi saluran kemih. Dengan criteria intensitas, lokasi, pasien untuk
Ditandai dengan: hasil: lamanya dan factor melaksanakan tindakan
DS Pasien mengeluh nyeri DS : Tidak ada keluhan pencetus serta selanjutnya
seperti  terbakar waktu nyeri waktu BAK penurun nyeri
buang air kecil, mengeluh dan tidak ada nyeri menghilangkan infeksi
nyeri pada daerah pinggul pada daerah pinggul

-      untuk mengidentifikasi


-      pantau urine

DO  :   Ekspresi wajah DO : Ekspresi wajah


3 Perubahan pola eliminasi Pasien dapat berkemih -  Berikan -      Diharapkan dapat
urine (disuria, dorongan, sesuai pola eliminasi kenyamanan non mengurangi rasa nyeri
frekuensi, dan nokturia) yang mendekati farmakologis :
yang  berhubungan normal. Dengan Bantu pasien -      Analgetik memblok
dengan infeksi saluran criteria hasil: mengambil posisi lintasan nyeri, sehingga
kemih. Ditandai dengan: DS :  tidak ada kelihan yang nyaman mengurangi nyeri
DS :  - Pasien mengeluh DO : tidak ada -   kolaborasi dengan -      Pemberian antibiotic
sering BAK,-adanya nokturia dokter untuk -      Akibat haluan urine
nokturia,   disuria pemberian memudahkan berkemih
analgetik sering dan memantuh
berikan antibiotic salurean kemih
-   anjurkan pasien
untuk -      Untuk mengetahui
meningkatkan perkembangan
masukan cairan kesehatan pasien
peroral untuk
mengencerkan -      Mengawasi ketelitian
urine. pengosongan kandung
-      Kaji haluan urine kemih
-      Mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan
-      Ukur dan catat -      Mengetahui adanya
haluan urine setiap distensi
kali berkemih
-      Bantu pasien ke
kamar kecil dan
memakai pispot
atau urinal
-      Palpasi kandung
kemih setiap 4 jam
-      Menghindari
minum 2-3 jam
sebelum tidur dan
anjurkan untuk
berkemih sebelum
tidur.

-      Menghindari nokturia


4 Peningkatan suhu tubuh Suhu tubuh kembali -  Kaji tanda-tanda -      Mengetahui keadaan
berhubungan dengan normal dengan vital Beri kompres umum pasien
invasi kuman ke dalam criteria hasil air hangat -      Dapat membantu
tubuh. Ditandai dengan : Pasien mengatakan Anjurkan pasien fasodilatasi pembuluh
DS :  Pasien mengatakan bahwa badan tidak terasa untuk minum air darah sehingga
badan terasa panas panas mempermudah
terjadinya penguapan
tubuh
-      Diharapkan dapat
menurunkan suhu tubuh
pasien dan memenuhi
kebutuhan cairan tubuh.

DO :    Suhu badan DO :    Suhu tubuh


-      Kolaborasi

-      Antipireutik dapatb

meningkat kembali normal


dengan dokter

membantu menurunkan

untukpemberianant

suhu tubuh.

i pireutik
5 Perubahan pemenuhan Kebutuhan nutrisi -      Kaji frekuansi -      Mengetahui
kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi dengan makan pasien perkembangan asukan
dari kebutuhan tubuh criteria: perhari nutrisi
berhubungan dengan mual DS :    Adanya nafsu -      Timbang berat -      Mengetahui
dan muntah. Ditandai makan badan perkembangan status
dengan : nutrisi pasien
DS : Anoreksia -      Beri makan porsi -      Usaha untuk
sedikit tapi sering memenuhi kebutuhan
-      Kolaborasi nutrisi tubuh
dengan dokter
untuk pemberian
6 Intoleransi aktivitas Pasien dapat -      Kaji tingkat
antiemetika -      Mengetahui tingkat
berhubungan dengan melakukan aktifitas. kemampuan dalam kemampuan pasien
adanya nyeri dan Dengan
DO : Porsi criteria
makan melakukan aktifitas dalam melaksanakan
kelemahan fisik: hasil: aktifitas
DS
DO :: pasien mengatakan
Porsi makan DS : Pasien mengatakan
tidak -      Bantu pasien -      Kebutuhan pasien
nyeri saat bergerak dapat bergerak dan dalam memenuhi dapat terpenuhi
melakukan aktifitas kebutuhannya -      Membantu
7 Ansietas berhubungan Ansietas berkurang. -      Kaji tingkat -      Mengetahui tingkat
dengan kurangnya Dengan criteria pengetahuan pasien pengetahuan
pengetahuan tentang hasil: tentang penyakit pasiententang
penyakit ISK. Ditandai DS : pasien ISK penyakitnya
dengan :
DO : pergerakan terbatas menyatakan -      Observasi situs -     
-      Mengetahui tingkat
Meningkatkan
Pasien bertanya tentang pengetahuan yang psikis pasien kexcemasan dan
penyakitnya akurat tentang mekanisme koping
penyakitnya -      Beri penjelasan pasien
tentang -      Diharapkan pasien
penyakitnya memahami tentang
penyakitnya sehingga
-      Ajarkan nama mengurangi ansietas
obat, dosis, waktu,

Pasien gelisah, mekanisme


DO : Pasien tampak

Anda mungkin juga menyukai