Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Dosen Pengampu : Trina Kurniawat, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 13

1. Astriana (202102030008)
2. Fatimatus Sania (202102030078)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami
dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Dewasa dengan bahan kajian Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan.

Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, untuk
itu kami sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pekalongan, 1 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBASAHAN......................................................................................................................3
A. Pengertian....................................................................................................................3
B. Jenis – Jenis ISK antara lain :.......................................................................................3
C. Etiologi.........................................................................................................................4
D. Patofisiologi.................................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis........................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................5
G. Pencegahan...............................................................................................................6
H. Tatalaksana...............................................................................................................6
I. Komplikasi...................................................................................................................8
J. Asuhan keperawatan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk
mempertahankan homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ
tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah,
ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak
konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua
zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan
dalam tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan keluarnya zat
yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa penyakit
yang menyangkut sistem perkemihan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Apa jenis-jenis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
c. Apa etiologi dari Infeksi Saluran Kemih(ISK)
d. Bagaimana jalannya patofisiologi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
e. Apa saja manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari pasien Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
g. Bagaimana cara pencegahan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
h. Bagaimana cara penatalaksaan pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK)

C. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1
c. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari Infeksi Saluran Kemih(ISK)
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
e. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
g. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksaan pada pasien Infeksi Saluran
Kemih (ISK)

2
BAB II

PEMBASAHAN
A. Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian
dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih
yang tidak hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, urettritis). (Mansjoer,
2001)
Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimtomatis bila terdapat
lebih dari unit koloni bakteri dalam sampel urin porsi tengah (mid stream),
sedangkan pada pasien simtomatis bisa terdapat jumlah koloni yang lebih
rendah.(Mansjoer, 2001)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia
kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk
buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju
kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK.
Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga
disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak
enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK
menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK
asimtomatis. (Wikipedia Indonesia)

B. Jenis – Jenis ISK antara lain :


1. Primer ISK
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua:
a. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
b. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika
sistemik. Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin.
(Wikipedia Indonesia)

3
2. detik ISK
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK
berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan
ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan
penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah
obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran
prostat, dan striktur uretra). (Wikipedia Indonesia)

C. Etiologi
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita.
Gejala bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan
pasien di rumah sakit, 30-40% disebabakan Proteus, Stafilococcus, dan
bahkan Pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan
saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan besar terdapat
kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan
kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.. (Mansjoer, 2001)

D. Patofisiologi
Sebagian besar merupakan infeksi asenden. Pada wanita, jalur yang
biasa terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian
masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau
mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, setlah prostat terkoloni maka
akan terjadi infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alat,
seperti kateter, terutama pada golongan usia lanjut.
Wanita sering menderita penyakit ini karena uretra yang pendek,
masuknya kuman dalam hubungan seksual dan mungin perubahan pH dan
flora vulva dalam siklus menstruasi, Pada beberapa wanita frekuensi berkemih
yang jarang juga memiliki peran.
Seharusnya bakteri yang masuk dibersihkan oleh mekanisme pertahanan
tubuh, namun terdapatnya kelainan anatomi yang sering yang dijumpai adalah
nefropati refluks, nefropati analgesic, batu dan kehamilan. Pada pria biasanya

4
akibat batu dan penyakit prostat, sedangkan pada anak-anak karena kelainan
kongenital. (Mansjoer, 2001)

E. Manifestasi Klinis
Dapat asimtomatis, terutama pada wanita. Biasanya dengan riwayat
ISK simtomatis atau dikemudian hari. Terapi singkat biasanya menyebabkan
timbulnya ISK simtomatis, akibat reinfeksi organisme yang lebih virulen.
Disuria, frekuensi miksi yan bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala
iritasi kendung kemih. Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak
menyenangkan atau keruh, dan mungkin hematuria. Bila mengenai saluran
kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam,
mual, nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya
menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala. (Mansjoer,
2001)

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti ditegakkan dengan kultur organisme melalui urin,
terutama sampel dari urin porsi tengah. Sampel ini dikirimkan segera ke
laboratorium atau dalam waktu 24 jam dalam lemari es dengan suhu 4°C. Bila
sulit, ambil urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari karena
penyimapanan pertama dalam kandung kemih dapat meningkatkan jumlah
bakteri.
Pemakaian kateter untuk diagnosis hanya untuk pasien yang memang
memakai kateter. Aspirasi suprapubik berguna pada bayi dan dewasa dimana
pemeriksaan urin porsi tengah berulang kali tidak menunjukkan hasil karena
kontaminasi atau jumlah bakteri yang rendah.
Dipakai test stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,
glukosuria, dan pH. Pemeriksaan secara mikroskopik dikatakan positif bila
terdapat piuria(>2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala infeksi saluran
kemih. Munhkin ditemukan kuman yang bisa berasal dari kontaminasi vagina.
Dicurigai terjadi infeksi bila terdapat > koloni/ml pada kultur dari urin porsi
tenah seorang pasien tanpa gejala, atau dikatakan sebagai bakteriuria

5
bermakna. Namun sering pula dijumpai pasien ISK dengan kultur koloni, atau
terdapat pertumbuhan satu golongan kuman, khususnya E.coli, sementara
tidak ditemukan kontaminasi dari vagina. Penemuan kuman pada kateter atau
pungsi suprapubik juga merupakan diagnostik.
Bila terdapat piuria namun kultur tidak tumbuh, kemungkinan jumlah kuman
yang terdapat hanya sedikit, kuman tuberkolosis, kontaminasi dari antiseptik
atau antibiotic yang digunakan yang digunakan pasien atau pada alat, kuman
tersebut memerlukan media yang khusus (misalnya Ureaplasma urealyticum),
terdapat batu atau benda asing dengan infeksi minimal, atau penyakit
tubulointerstisial aktif (misalnya nefropati analgesik).
 SISTITIS
Adalah istilah untuk Infeksi Kandung Kemih yang sering dialami
kaum wanita. Gejala nya seperti sering ingin buang air kecil dan terasa
nyeri seperti terbakar, bahkan sering terdapat darah pada saat buang air
kecil
 URETRITIS
Adalah infeksi pada saluran kemih yang sering terjadi pada Pria yang
sering melakukan aktifitas seksual tanpa memperhatikan Kesehatan
 PYELONEFRITIS
Adalah infeksi pada pyelum GINJAL yang sangat berbahaya sehingga
dapat terjadi gagal ginjal sehingga perlu CUCI DARAH dengan alat
yang disebut HEMODIALISA.

G. Pencegahan
1. Memperhatikan kaidah kesehatan
2. Memakai air yang diyakini bersih
3. Jangan sering menahan kencin
4. Menjaga batasan pergaulan

6
H. Tatalaksana
1. Secara umum tujuan terapi ISK adalah menghilangkan gejala dengan
cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan
mengurangi morbiditas serta mortalitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan
pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.
2. Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar
progresifitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus
diperhatikan beberapa hal yaitu efek samping (terutama pada ginjal),
harga, resistensi, kepatuhan (compliance), dan interaksi obat. Mengingat
adanya penyakit komorbid yang mungkin juga diderita pasien, maka kita
perlu mencari tahu obat- obat apa saja yang sedang dikonsumsi pasien,
lalu menganalisis apakah obat ISK yang kita berikan akan berinteraksi
dengan obat-obatan tersebut.
3. Antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati ISK tidak
berkomplikasipada lansia adalah trimethoprim/sulfamethoxazol
(TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan nitrofurantoin (Tabel 2).
4. TMP/SMXtelah menjadiobatlini pertama pada ISK non komplikata karena
mampu membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali Enterococcus.
Kelebihan lain adalah TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga
cocok digunakan pada lansia yang mempunyai kesulitan menelan. Akan
tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX
pada E.coli.
5. Fluorokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena
tolerabilitas dan compliance-nya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan
pada Gram negatif dan positif tetapi lebih. efektif pada Gram negatif.
Kadar creatinin clearance perlu dipantau bila kita memutuskan memberi
fluorokuinolon. Bilakreatinin klirens kurang dari 0,5 ml/detik, dosis
dikurangi.

7
6. Fosfomisin diberikan dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien
lebih baik. Fosfomisin efektif pada Gram negatif tetapl kurang pada Gram
positif. Harganya cukup mahal.
7. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal, yaitu kreatinin klirens kurang dari 0,67 ml/detik. Sayang, sudah
tidak tersedia lagi di pasaran.
8. Kaum lansia lebih rentan terhadap efek samping dan toksisitas antibiotik.
Hal itu dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi.
Akibatnya, kadar obat dalam serum tinggi dan berpotensi menyebabkan
kerusakan ginjal. Oleh karena batas keamanan obat pada lansia sempit,
pemilihan antibiotik harus berhati-hati dengan mempertimbangkan
kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin),
dan efek samping.
9. Di samping obat-obatan, terapi nonfarmakologi harus diterapkan.
Sayangnya, langkah itu sering terlupakan. Terapi nonfarmakologi
mencakup nutrisi dan imobilisasi. Asupan makanan dan cairan perlu
disesuaikan hingga optimal sesuai kemampuan penderita. Kita perlu
mengusahakan agar makanan yang diberikan habis dimakan. Pasien tidak
boleh diimobilisasi terlalu lama untuk mencegah dekubitus.
10. Dengan adanya diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat, semoga tidak
ada lagi kasus 'Paus' berikutnya

I. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi
pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian
antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi
saluran kemih

8
J. Asuhan keperawatan
 Pengkajian
1. Kaji gejala infeksi saluran kemih: nyeri, sering berkemih
mendadak, hesitensi, dan perubahan warna urin.
2. Kaji hubungan antara infeksi saluran kemih dengan
hubungan kelamin, kontrasepsi, dan kebersihan pribadi
3. Kaji volume urine, warna, konsentrasi, dan bau.
4. Tanyakan kebiasaan berkemih; personal higiene
5. Tanyakan pasien gejala yang berhubungan dengan cairan
pervagina (keputihan), iritasi, disuria merupakan
gejalavaginistis atau PMS (penyakit menular seksual)
6. Pemeriksaan suprapublik (benjolan)
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe
yaitu pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga
ujung kaki. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Kepala
Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui
adanya lesi atau bekas luka.
• Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna
kehitaman atau kecoklatan, edema, dan distribusi
rambut kulit.
• Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau
tidak, tekstur kepala kasar atau halus, akral dingin atau
hangat.
2) Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan
untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
• Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor
atau tidak, bercabang atau tidak.

9
• Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau
halus.
3) Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
• Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan
dan kiri berbeda atau missal lebih condong ke kanan
atau ke kiri, itu menunjukkan ada parase/kelumpuhan.
• Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan
respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
4) Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus
dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya
kelainan atau pandagan pada mata. Bila terjadi hematuria,
kemungkinan konjungtiva anemis.
• Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek
kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah atau
konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin atau
gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau
medriasis.
• Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya
TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan
teraba keras
5) Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga.
• Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna,
ukuran bentuk, kebersihan, lesi.

10
• Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri,
rasakan kelenturan kartilago.
6) Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.
• Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada
inflamasi, apakah ada secret.
• Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.
7) Mulut dan gigi
Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut dan gigi.
• Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan kongenital
(bibir sumbing)warna,kesimetrisan, kelembaban
pembengkakan, lesi, amati jumlah dan bentuk gigi,
berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
• Palpasi : pegang dan tekan darah pipi kemudian
rasakan ada massa atau tumor, pembengkakan dan
nyeri
8) Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui
bentuk dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system
limfatik
• Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit,
jaringan parut, amati adanya pembengkakan kelenjar
tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan belakan dan
samping.
• Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien,
minta pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar
tiroid.
9) Abdomen

11
Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.
• Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna
kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
• Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
• Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
• Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
10) Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan,
adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru
• Inspeksi: amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati
adanya retraksi interkosta, amati pergerakan paru.
• Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
• Perkusi: untuk menentukan batas normal paru
• Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,
wheezing/crecles.
11) Ekstermitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan
pada ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi
mengenai ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati
kekuatan otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak
atas dan bawah.
12) Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien.
Lakukan inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji
kulit kering/lembab, dan apakah terdapat oedem

12
 Asuhan keperawatan

No. Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi
berhubungan asuhan karakteristik,
dengan agen keperawatan skala, durasi,
pencedera selama 1x24 jam frekuensi , lokasi
fisiologis Tingkat Nyeri nyeri Identifikasi
Menurun, dengan respons non
Kriteria hasil : verbal.
• Keluhan 2. Berikan teknik
nyeri nonfarmalogis
menurun (relaksaksi)
• Meringis 3. Fasilitasi istirahat
menurun dan tidur
• Sikap 4. Kolaborasi
protektif pemberian dosis
menurun dan jenis analgesic
• Gelisah
menurun
• Kesulitan
tidur
• Frekuensi
nadi
membaik
2. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu

13
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam tubuh pasien
dengan proses Termoregulasi membaik, dengan 2. Sediakan
penyakit Kriteria hasil : lingkungan yang
• Kekuatan nadi meningkat dingin
• Tugor kulit meningkat 3. Longgarkan atau
• Output urine meningkat lepaskan baju
• Keluhan haus menurun pasien
• Membrane mukosa 4. Anjurkan tirah
membaik baring
• Intake cairan membaik 5. Kolaborasi
• Suhu tubuh membaik pemberian cairan
• Suhu kulit membaik intravena jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda
eliminasi urine keperawatan selama 1x24 jam dan gejala retensi
berhubungan Eliminasi Urin membaik, dengan atau inkontenensia
dengan iritasi Kriteria hasil : urin
kandung kemih • Sesnsasi berkemih 2. Catat waktu dan
meningkat haluaran berkemih
• Distensi berkemih 3. Ajarkan tanda dan
meningkat gejala infeksi
• Berkemih tidak tuntas saluran kemih
meningkat 4. Ajarkan mengukur
• Frekuensi BAK membaik asupan cairan dan
haluran urine
5. Ajarkan mengenali
dan waktu yang
tepat saat berkemih
4. Hypovolemia Setelah dilakukan asuhan 1. Priksa tanda dan
berhubungan keperawatan selama 1x24jam gejala
dengan dapat peningkatan cairan dengan hypovolemia

14
kekurangan kriteria hasil : (frekuensi nadi,
cairan intake • Output urine meningkat tekanan darah,
• Konsentrasi urine menurun tugor kulit, volume
• Intake cairan membaik urin, haus)
2. Hitung kebutuhan
cairan
3. Anjurkan
memperbanyak
asupan oral

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran
kemih (mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra).Infeksi sakran kemih adalah istilah umum untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada sakran kemih Jenis ISK yang
paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai
sistitis. Tidak semua infeksi sakran kemih menimbulkan gejab, infeksi sakran
kemih yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai infeksi saluran kemih
asintomatis.
B. SARAN
Semoga penulisan ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asahan keperawatan pada klien
dengan gangguan system infeksi saluran kemih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cleo, M Rendi, Margareth TH. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Jl. Sorowajan Baru 408A, Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNL
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

17

Anda mungkin juga menyukai