Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA SALURAN KEMIH

Dosen pengampu:

Putra Rahmadea Utami, A. Md. AK., S. Si., M. Biomed

Disusun oleh :

Mutiya

NIM. 2210262183

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Pada Saluran Kemih” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bakteriologi Klinik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pada Saluran Kemih bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 08 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

2.1 Pengertian Infeksi Bakteri Saluran Kemih.................................................................4


2.2 Cara Penularan Bakteri Saluran Kemih......................................................................4
2.3 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih...................................................................5
2.4 Jenis-jenis Infeksi Saluran Kemih............................................................................11
2.5 Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Bakteri Saluran Kemih...................................12

BAB II PENUTUP................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di masyarakat termasuk di negara maju. Meskipun sering dianggap sebagai
penyakit tidak membahayakan, namun penyakit ini cukup menjadi beban bagi penderita
maupun masyarakat. Selain menjadi beban sosial, ISK juga ternyata berdampak kepada
meningkatnya beban ekonomi. Di negara maju diperkirakan biaya yang harus dihabiskan
untuk penanganan ISK ini berkisar antara 2-6 milyar dolar setiap tahunnya (Sotelo &
Westney 2003).

Gambaran klinis ISK mempunyai spektrum yang sangat luas, dari yang tanpa gejala
(asimptomatik), ringan, sampai ISK dengan komplikasi. ISK baik yang asimptomatik
maupun yang ringan jika tidak ditangani secara dini dan tepat dapat menimbulkan
komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, sepsis, bahkan kematian. ISK pada anak-anak
jika tidak diterapi secara dini dan tepat dapat menimbulkan sekuele seperti pembentukan
jaringan parut pada ginjal, hipertensi, gagal ginjal dan komplikasi selama kehamilan. Hal
ini terutama sering terjadi pada Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dimana
ISK ini sering luput dari diagnosis (Bircan 2002). Sebagian besar ISK disebabkan oleh
bakteri dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh jamur atau virus. Sehingga
pengobatan yang utama pada ISK adalah antibakteri (Sjahrurrachman et al., 2004).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya


mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia merupakan
organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang
mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Penyakit
ISK merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Prevalensi ISK di populasi umum di Indonesia berkisar antara 5-
15% (Subandiyah, 2004). Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan
bahwa jumlah penderita penyakit ISK mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per
tahun. ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan kedua dan masuk 10
besar penyakit dengan angka kejadian tertinggi.(Subandiyah,2004) Pada penelitian di

1
Indonesia yang dilakukan pada penderita diabetes didapatkan kejadian ISK sebesar 47 %,
pasien dengan batu ginjal 41 %, dan pasien dengan obstruksi saluran kemih sebesar 20
%. Dari 40 % penderita yang terpasang kateter mendapatkan infeksi nosokomial dan
bakteriuri sebanyak 26% (Ariwijaya, 2007). Menurut National Kidney and Urologic
Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua
tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per
tahun (WHO, 2013).

Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi saluran kemih antara lain usia, sistem
imun, prosedur pemasangan kateter, perawatan kateter dan lama kateter terpasang. ISK
dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. Angka kejadian
bakteriuria di wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual.
Di kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian ISK lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok yang sudah menikah. Lebih kurang 35 % kaum wanita selama
hidupnya pernah menderita ISK akut dan umur tersering adalah di kelompok umur antara
20 sampai 50 tahun, sedangkan pada laki-laki hal tersebut sering terjadI setelah usia 50
tahun ke atas (Tessy, 2001 dan Kayser, 2005).

ISK dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, dan terbanyak adalah
bakteri. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina,prepusium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Penyebab lain meskipun jarang ditemukan adalah jamur, dan
virus. Berdasarkan hasil pemeriksaan biakan urin kebanyakan ISK disebabkan oleh
bakteri Gram negatif aerob yang biasa ditemukan di saluran pencernaan
(Enterobacteriaceae), dan jarang disebabkan oleh bakteri anaerob (Tessy, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi bakteri saluran kemih?
2. Bagaimana cara penularan bakteri saluran kemih?
3. Apa saja bakteri penyebab infeksi saluran kemih?
4. Apa saja jenis-jenis dari infeksi saluran kemih
2
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari infeksi bakteri saluran kemih?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini, di antaranya:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi bakteri saluran kemih
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan bakteri saluran kemih
3. Untuk mengetahui apa saja bakteri penyebab infeksi saluran kemih
4. Untuk mengetahui jenis-jenis infeksi saluran kemih
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari infeksi bakteri
saluran kemih

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Bakteri Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk kedalam
sistem kemih mengalami infeksi. Organ-organ tersebut di antaranya adalah ginjal, ureter,
uretra, atau kandung kemih. Infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan
kandung kemih. Infeksi ini merupakan istilah yang lazim digunakan untuk menandakan
keberadaan mikroorganisme di dalam urine.

Apabila mengacu kepada letak infeksinya, infeksi saluran kemih dibagi menjadi dua,
yaitu infeksi saluran kemih atas (upper urinary tract infection), meliputi parenkim ginjal
(pyelonephritis) dan ureter (urethritis); dan infeksi saluran kemih bawah meliputi infeksi
kandung kemih (cystitis), urethra (urethritis), dan pada laki-laki infeksi prostat.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering ditemukan di
praktik umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin, berbaring lama, penggunaan
obat immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan menahan kemih,
kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi lain (Sholihah, 2017).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian


ISK. Bervariasinya penyebab ISK, luasnya spektrum organisme yang menjadi penyebab,
serta sedikitnya uji klinis yang telah dilaksanakan, mempersulit penyusunan antimikroba
pilihan yang dapat digunakan dalam terapi ISK (Shirby & Soeliongan, 2013). Faktor
risiko yang paling sering diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan
penggunaan katerisasi (Tenney et al, 2017).ISK adalah infeksi yang paling sering didapat
di masyarakat dunia dan patogen yang paling umum adalah E. coli (Klapaczyńska
(2018).

2.2 Cara Penularan Bakteri Saluran Kemih


Menurut Sholihah (2017) Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi
yang sering ditemukan di praktik umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

4
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin,
berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi,
kebiasaan menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor predisposisi lain.

Adapun faktor resiko (cara penularan) bakteri infeksi saluran kemih, diantaranya:
1. Organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas aeruginosa” adalah patogen yang
paling umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih
diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam jangka
panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi bladder pada usia
lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan SOP.
2. Pola bakteri: Uropathogenic Escheria coli (UPEC) yang bermuatan P fimbriae agen
penyebab sebagian besar ISK, termasuk sytitis, serta BPH.
3. Inkontensia urin : pemasangan Sling–miduteral yang mengakibatkan terjadinya ISK
setelah 1 tahun tindakan Sling-miduteral. Karena usia lanjut yang mengakibatkan
menurunnya fungsi organ kemih.
4. HIV: bakteri E.coli (kontak homoseksual) dan dampak penyakit HIV
5. DM tipe 2: karena kontrol glikemik yang buruk dan fungsi ginjal yang buruk serta
riwayat ISK sebelumnya.
6. ISK dapat disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazole-trimetropim) dalam ISK serta faktor lainnya misalnya:
kateterisasi urin, rawat inap sebelumnya.
7. (Menurut Luailiyatul Makmunah (2016)) menyatakan bahwa infeksi saluran kemih
anak diakibatkan sebagian besar pada anak laki-laki karena tidak disirkumsisi,
kebiasaan membersihkan genetalia yang kurang baik, menggunakan popok sekali
pakai dengan frekuensi penggantian popok sekali pakai

2.3 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih


Sebagai sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, ada beberapa jenis bakteri
yang bisa menyebabkan infeksi saluran kemih, di antaranya adalah Escherichia coli.
Bakteri ini merupakan mikrobia yang berperan penting dalam dunia mikrobilogi sebab
sering dijadikan model dalam mempelajari prinsip dari sistem biologi. Bakteri yang
merupakan angota family Enterobacteriaceae yang termasuk dalam genus Escherichia,
memiliki bentuk batang, bersifat Gram negative, anaerob fakultatif, tidak menghasilkan

5
spora, bersifat motil dan mampu memfermentasi berbagai macam karbohidrat dengan
produksi asam dan gas.

Escherichia coli merupakan bakteri “Enterics” yang berada di usus manusia dan
banyak hewan mamalia (Lebofe & Pierece, 2011). Bisa disebut bahwa bakteri ini
merupakan flora normal usus manusia. Akan tetapi, bakteri ini juga bisa menjadi
pathogen jika jumlahnya meningkat dan berada di luar habitatnya sehingga bakteri ini
disebut juga oportunis. Afrilia (2014) menyebutkan bahwa 9% sampel urine dari 20
penderita ISK disebabkan oleh Escherichia coli.

Escherichia coli menjadi pathogen apabila jumlahnya lebih dari normal yang ada
didalam tubuh kita. Bakteri ini juga menghasilkan enterotoksin yang dapat menyebabkan
diare (Jjawetz dkk., 2005). Ada tiga kelompok bakteri ini yang dapat menjadi pathogen,
yaitu Coli Enteropatogenik atau EPEC yang menjadi penyebab penting diare pada bayi,
khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada
anak-anak di negara maju; lalu ada Coli Enteroinvasif atau EIEC yang dapat
menimbulkan penyakit yang mirip dengan shigelosis. Penyakit yang paling sering pada
anak-anak dinegara berkembang dan para wisatawan yang menuju negara tersebut. Galur
EIEC bersifat non-lactosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta
bersifat tidak dapat bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel
epitel mukosa usus. Terakhir ada Coli Enterohemoragik atau EHEK yang menghasilkan
verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinnya pada sel vero, suatu ginjal dari monyet
hijau Afrika.

Jenis bakteri kedua yang menjadi biang infeksi saluran kemih adalah Enterobacter
yang merupakan anggota family Enterobacteriaceae. Saat ini terdapat 15 spesies anggota
genis Enterobacter, yaitu E. cloacea, E. aerogenes, E. agglomerans, E. gergoviae, E.
sakazakii, E. cowanii, E. hormaechei, E. taylorae, E. asburiae, E. intermedius, E.
amnigenus, E. dissolvens, E. kobei, E. pyrinus, dan E. nimipressuaralis. Akan tetapi, ada
7 spesies terakhir yang infeksinya kepada manusia masih belum diketahui, sedangkan 8
diantaranya sudah diketahui. (Goldman & Green, 2009).

Genus enterobacter ini memiliki bentuk batang, Gram negative, motil dengan flagel
peritrik, fakultatif anaerob, mampu memfermentasi glukosa dengan produksi asam dan
6
gas. Spesies anggota genus Enterobacter banyak ditemukan di lingkungan termasuk air,
limbah, sayuran, dan tanah dan merupakan bakteri pathogen nosocomial yang lebih tahan
terhadap desinfektan dan antimikroba disbanding dengan anggota lain dari
Enterobacteria.

Koloni Enterobacter aerogenes pada umumnya melingkar,terangkat, dan basah


dengan bagian tepi bervariasi dari krem sampaidengan putih pudar (Environment and
Climate Change Canada, 2018). Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob dan merupakan
patogen yangmenyebabkan infeksi oportunistik (Brooks dkk., 2001). Bakteri iniajuga
mampu melakukan fiksasi N2 serta fermentasi berbagai macamgula seperti laktosa,
dekstrosa, sukrosa, galaktosa, xilosa, arabinosa,manosa, dan rhamnosa. Enterobacter
aerogenes dapat ditemukan adaair laut, air tawar, limbah, tanah dan juga tanaman.

Enterobacter aerogenes dapat tumbuh dalam berbagai mediacair dan padat antara
suhu 28°-42°. Enterobacter aerogenes yangtelah terisolasi dari lingkungan luar dapat
tumbuh optimal antar suhu 20°-30° dan 18° bila ditanam pada media yang
disterilkan(Environment and Climate Change Canada, 2018). Pada umumnya bakteri ini
tidak menimbulkan penyakit pada individu sehat, tetapibila kondisi individu lemah dapat
menjadi patogen. Beberapa jenispengobatan menjadi resisten, akibat dari keberadaan
bakteri tersebutdi dalam lingkungan rumah sakit (Brooks dkk., 2001).

Kemunculan bakteri ini sebagai bakteri patogen nosokomialdikaitkan dengan


peningkatan penggunaan antibiotik dan munculnya resistensi antibiotik. Kemampuan
Enterobacter aerogenes untuk menyebabkan infeksi pada manusia belum sepenuhnya
dipahami, tetapi mekanisme yang membuat bakteri ini menyerang, menghindari
pertahanan dan merusak jaringan host memainkan peran penting dalam penyebab infeksi
(Environment and Climate Change Canada, 2018). Enterobacter aerogenes merupakan
bakteri flora normal yangdapat menyebabkan infeksi nosokomial, infeksi saluran kemih,
meningitis, infeksi jaringan lunak atau infeksi lokal (Environment andClimate Change
Canada, 2018). Siti (2015) melaporkan bahwa kuman penyebab diare pada anak yang
terbanyak adalah Enterobacter aerogenes sebanyak 20%, sedangkan Purnamasari (2019)
melaporkan persentase Enterobacter aerogenes ditemukan sebanyak 24%.

7
Bakteri ketiga adalah citrobacter yang merupakan anggota famili
Enterobacteriaceae. Saat ini ada 11 spesies anggota genusCitrobacter yang diketahui,
yaitu C. koseri, C. freundii, C. amalonaticus, C. farmeri, C. youngae, C. braakti, C.
gillenii, C. muraliniae, C. werkmanii, C. sedlakii, dan C. rodentium (O'Hara et al., 1995).
Anggota genus Citrobacter memiliki bentuk batang Gram negatif, motil dengan flagel
peritrik, laktosa fermenter cepat, tapi beberapa isolate C. freundii merupakan laktosa
fermenter lambat, mampu mereduksi sulfur (Hart,2006). Anggota genus Citrobacter
merupakan flora normal usus manusia dan hewan lainnya dan tersebar luas di lingkungan
(Hart,2006). Meskipun merupakan flora normal, bakteri ini merupakan patogen
oportunistik sehingga ketika jumlahnya banyak atau berada di luar habitatnya akan
menyebabkan penyakit.

Berdasarkan uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yang dilakukana kepada bakteri
genus Citrobacter, didapatkan hasil bahwa bakteri ini mampu memfermentasikan laktosa
dan sukrosa dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada
media Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Perubahan warna media Triple Sugar Iron Agar
(TSIA) pada daerah lereng dan dasar berwarna kuning. Citrobacter tidak menghasilkan
gas dalam fermentasi karbohidrat. Bakteri ini menggunakan sitrat sebagai salah satu
sumber karbon, hal ini ditunjukkan dengan reaksi positif yang terjadi pada media
Simmon Citrate Agar (SCA). Perubahan warna terjadi pada media Simmon Citrate Agar
(SCA) dari hijau menjadi biru. Citrobacter bersifat motil, hal ini dapat dilihat dengan
pertumbuhan bakteri menyebar hingga kepermukaan media Sulphite Indole Motility
(SIM).

Puti Sri Komala, dkk. (2012) menjelaskan bahwa bakteri genus Citrobacter
merupakan kelompok bakteri yang dapat memfermentasi gula, menghasilkan enzim
urease, menghasilkan enzim katalase, menghasilkan gas H2S, sitrat positif, indol positif
dan methyl red-Voges Proskauer positif. Reaksi biokimia yang ditunjukkan bakteri
citobacter.

Jenis bakteri keempat yang menjadi biang penyakit infeksi saluran kemih adalah
klebsiella. Genus bakteri ini merupakan anggota famili Enterobacteriaceae yang
berbentuk batang Gram negatif, berkapsul, non-motil, tidak berspora dan fakultatif
anaerob (Lebofe &Pierce, 2011). Anggota genus Klebsiella juga memfermentasi
8
berbagai macam gula, kebanyakan strain mampu menghidrolisis urea secara lambat dan
mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon (Hart, 2006).

Koloni Klebsiella ketika dikultur pada media MC akan menghasilkan koloni dengan
ukuran yang besar, mukoid (berlendir), dan berwarna merah (Koneman et al., 1992). Hal
ini mengindikasikan bahwa genus Klebsiella mampu memfermentasi laktosa. Bakteri
Klebsiella merupakan bakteri berkapsul. Kapsul merupakan lapisan lendir yang terdiri
dari polisakarida, polipeptida dan glikoprotein yang berada di sekitar sel dan berfungsi
melindungi sel dari aktivitas fagositosis dari inang (Harley & Prescott, 2002).

Bakteri Klebsiella pneumoniae bersifat positif glukosa, laktosa, dan sitrat. Bakteri
ini memberikan hasil negatif indol, oksidase, dan H2S. Berdasarkan kebutuhan akan
oksigen, Klebsiella pneumonia bersifat anaerob fakultatif yang berarti bakteri ini dapat
hidup pada lingkungan dengan maupun tanpa oksigen (udara) (Virawan, 2018; Wijaya,
2019).

Koloni Klebsiella pneumoinae pada Mac Conkey agar (MCA) didapati berlendir
(mucoid), berwarna merah muda, dan memfermentasi laktosa. Pada agar darah
membentuk koloni mucoid, berwarna abu-abu sampai putih dan non-hemolitik. Non-
hemotilik atau gamma hemolitik (y-hemolisis) berarti tidak mampu melisiskan eritrosit
dan terlihat pertumbuhan yang sederhana tanpa ada perubahan pada media. Pada media
Eosin Metylene Blue (EMB) agar membentuk koloni mucoid, berwarna gelap dan non-
metalik. Isolasi pada agar Simmons citrate membentuk koloni seperti kubah dan
berwarna kuning (Tanzila, 2018).

Bakteri Klebsiella pneumoniae adalah bakteri yang mampu hidup di mana-mana.


Bakteri ini merupakan flora transien yang terdapat di saluran napas atas dan kulit.
Klebsiella pneumoniae juga dilaporkan diisolasi dari lingkungan seperti air permukaan,
tanah, dan peralatan medis. Bakteri ini dipercayai adalah penyebab beberapa jenis
penyakit, seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, dan abses hepar
(Virawan, 2018).

Bakteri ini sering dihubungkan dengan kejadian Community Acquired Infection


(CAl) yang diperoleh dari komunitas dan Hospita lAcquired Infection (HAl) setelah 48
9
jam perawatan di rumah sakit. Bakteri ini disebut sebagai agen penginfeksi yang dapat
menyebabkani nfeksi lokal ataupun sistemik, dapat ditransmisikan melalui kateter,
instrumen bedah, makanan, dan susu. Bakteri ini juga dipercayai memiliki kemampuan
berpindah tempat atau translokasi sehingga dapat masuk ke peredaran darah (Wijaya,
2019; Veila, 2019).

Lalu selain keempat bakteri di atas, masih ada jenis bakteria lainnya yang menjadi
penyebab infeksi saluran kemih lainnya, yakni proteus. Genus Proteus merupakan
anggota famili Enterobacteriaceae Saat ini ada 4 spesies anggota genus Proteus, yaitu P.
mirabilis, P.amyxofaciens, P. penneri, dan P. vulgaris (Hawkey, 2006). Proteus memiliki
bentuk batang lurus, Gram negatif, motil dengan flagel peritrik, anaerob fakultatif,
oksidase negatif, MR positif, mampu menghidrolisis urea. Anggota genus Proteus
memilki kemampuan secara berkala melakukan migrasi pada medium agar, proses
migrasi ini merupakan karakteristik dari Proteus yang disebut swarming motility
(Leboffe & Pierce, 2011).

P. mirabilis merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek, bersifat


motil dengan flagela peritrichous, pathogen oportunistik, dapat memfermentasi glukosa,
mereduksi nitrat menjadi nitrit, anaerob fakultatif, memproduksi H2S, oksidase negatif,
dan katalase positif (Quinn et al., 2002). Bakteri ini memproduksi urease, menghasilkan
hidrolisis urease yang cepat dengan pembebasan amonia (Brooks GF et al., 2001).
Bakteri ini dapat tumbuh optial padasuhu 37°C. Bakteri ini memiliki kemampuan
berdiferensiasi menjadisel swarmer ketika di kultur pada media non-inhibitor (Manos
dan Belas, 2006).

Gendlina et al. (2002) menyatakan kemampuan P. mirabilis dalam memproduksi


enzim urease lebih tinggi daripada spesies bakteri lainnya. Enzim urease memecah urea
menjadi amonia dan karbondioksida yang dapat menyebabkan peningkatan pH sehingga
dapat meningkatkan kolonisasi spesies bakteri lain seperti Helicobacter pylori
(Kuwahara et al., 2000).

Infeksi P. mirabilis dapat ditransmisikan melalui sumbernosokomial seperti dari


makanan rumah sakit dan peralatannya, melalui cairan intravena dan kontak dengan
permukaan kulit yang terkontaminasi. Kateter yang dipasang dalam waktu yang lama
10
merupakan salah satu sumber utama dari kolonisasi dan infeksi P.mirabilis (Stikler dan
Hughes, 1999). Bakteri P. mirabilis memiliki flagella peritrik yang memungkinkannya
bergerak dan pindah ke sel lain lalu membentuk koloni (Jansen et al., 2003).

2.4 Jenis-jenis Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni infeksi
saluran kemih uncomplicated yang terjadi apabila tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih pada tubuh pasien, dan infeksi saluran kemih
complicated yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur
saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotika.

Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam, susah
buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air kecil,
kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang, dan nyeri suprapubik.
Gejala lain yang masuk kategori gejala klasik infeksi saluran kemih juga dapat diamati
seperti demam dan menggigil yang terjadi tiba-tiba dan nyeri pinggang. Sering disertai
gejala sistitis berupa frequency (sering kencing, tetapi tidak disertai peningkatan volume
harian), nocturía, dysuria (nyeri saat kencing), dan urgency (sukar menahan kencing).
Kadang-kadang menyerupai gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, diare atau nyeri
perut. Sebanyak 75% penderita pernah mengalami riwayat ISK bagian bawah.

Pada infeksi saluran kemih uncomplicated, gejala yang muncul dapat berupa iritatif
berupa disuria, frequency, urgensi, berkemih dengan jumlah urine yang sedikit, dan
kadang disertai nyeri supra pubis. Sistitis ditandai dengan adanya leukosituria,
bakteriuria, nitrit, atau leukosit esterase positif pada urinalisis. Bila dilakukan
pemeriksaan kultur urine positif. Sementara pada infeksi saluran kemih complicated,
muncul beberapa gejala seperti dysuria, urgensi, frequency, nyeri kolik, nyeri sudut
kostoverteba, nyeri suprapubik, dan demam.

Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita infeksi saluran kemih dari pada
laki-laki. Hal ini disebabkan oleh ujung urethra sangat berdekatan dengan anus dan
vagina, sehingga kuman dari anus/vagina mudah berpindah ke saluran kemih; ketika
berhubungan seks, kuman yang ada di bagian luar saluran kemih bisa ikut terdorong
11
masuk ke urethra; kebiasaan menahan buang air kecila setelah berhubungan seks
memberi peluang kuman tinggal lebih lama di saluran kemih dan menginfeksinya;
perubahan hormonal selama kehamilan dan pergeseran posisi saluran kemih; dan
berkurangnya kadar estrogen saat menopause yang menyebabkan penipisan bagian
dalam saluran kemih sehingga lebih mudah teriritasi/terinfeksi.

Selain itu ada kelompok orang tertentu yang juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
menderita infeksi saluran kemih, yaitu pengguna kateter untuk pengeluaran air seni,
misalnya pada usia lanjut yang tidak dapat mengontrol kebiasaan buang air kecil; dan
pada penderita diabetes mellitus, sebab adanya perubahan sistem kekebalan.

2.5 Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Bakteri Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya keinginan terus menerus untuk buang
air kecil, merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil, jumlah frekuensi urine kecil
yang keluar, urine yang keluar berawan, berwarna merah, merah muda terang, atau
berwarna merah darah, berbau tajam, dan terasa nyeri di panggul.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, di
antaranya adalah efek samping penggunaan antibiotik sehingga mengubah flora normal
pada tubuh dan menyebabkan berkembangnya bakteri pada saluran kemih, wanita yang
melakukan aktivitas seksual lebih mudah menderita infeksi saluran kemih daripada
wanita yang tidak melakukan aktivitas seksual, menderita penyakit diabetes, penggunaan
kateter, kehamilan, masalah di dalam sistem kekebalan tubuh, faktor jenis kelamin juga
berpengaruh, seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi menderita infeksi saluran
kemih daripada pria, sebab posisi kandung kemih mudah dijangkau oleh bakteri. Lalu,
faktor risiko terakhir adalah menopause, seorang wanita yang mengalami menopause
terjadi penurunan hormon estrogen dan menyebabkan perubahan kondisi disaluran kemih
sehingga menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

Infeksi saluran kemih dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, berkonsultasi


dengan dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan, dan melakukan beberapa
pemeriksaan untuk diagnosis lebih lanjut. Selain antibiotik penderita infeksi saluran
kemih memerlukan beberapa obat lain untuk membantu meredakan gejala seperti obat
anti nyeri.
12
Infeksi saluran kemih dapat memberikan rasa nyeri yang menyebabkan rasa tidak
nyaman. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman, di antaranya adalah mengkonsumsi cairan lebih banyak air, hal ini dapat
membantu membawa bakteri untuk keluar dari tubuh melalui urine; menghindari
minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih. Beberapa minuman perlu dihindari
karena dapat mengiritasi kandung kemih seperti kopi, alkohol, dan minuman bersoda.
Yang terakhir adalah dengan cara mengompres perut dengan menggunakan plester
hangat atau handuk hangat dapat memberikan rasa nyaman.

Untuk tindak pencegahan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya jika ada keinginan untuk buang air kecil, sebab kantung kemih sudah
penuh, lakukan. Jangan ditunda-tunda karena malas ke toilet. Cara kedua jika Anda
merasa toilet dikantor atau fasilitas umum tidak bersih, bersihkan dengan menggunakan
tisu antiseptik, bersihkan genitalia sebelum dan setelah melakukan hubungan seks,
sehabis buang air besar pastikan Anda membersihkannya dari depan ke belakang, bukan
sebaliknya. Pastikan Anda menyentuh/membersihkan alat genitalia setelah bagian anus
benar-benar bersih.

Cara lain untuk mencegah infeksi saluran kemih adalah mandi dengan menggunakan
shower daripada di bathtub, menggunakan pakaian dalam dari jenis yang lebih menyerap
lembap, seperti dari katun untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri atau jamur,
minum delapan gelas air putih setiap hari untuk membantu mengencerkan air seni dan
membilas kuman dari saluran kemih, untuk sementara hentikan penggunaan cairan
pembersih atau pembilas vagina (vaginal douche) yang mungkin telah menyebabkan
gangguan keseimbangan bakteri baik dan bakteri jahat di daerah vagina dan sekitarnya,
dan yang terakhir jika sedang mendapat menstruasi, ganti pembalut lebih sering,
misalnya setiap empat jam, agar kuman yang ada di pembalut tidak mudah berpindah ke
urethra.

Untuk tindakan pengobatan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan terapi.
Terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis, dan data
hasil klinis. Jenis infeksi saluran kemih uncomplicated pada dewasa memerlukan
pengobatan antibiotika secara empiris yang direkomendasikan selama 3 hari. Sedangkan
13
infeksi saluran kemih complicated penatalaksanaa ntergantung dari keparahan gejala
klinis. Perawatan empiris dariinfeksi saluran kemih complicated membutuhkan suatu
pengetahuan tentang patogen penyebab dan pola resistensi antibiotik lokal, serta tingkat
keparahan dari abnormalitas saluran kemih, termasuk evaluasi fungsi renal.

Penggunaan antibiotik yang tepat didasarkan kepada pemahaman dari banyak aspek
penyakit infeksi, misalnya pertahanan tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan
mikroorganisme, dan farmakokinetika dari antibiotik perlu diperhatikan. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi; bakteri berubah
dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat,
senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati
infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan lebih
banyak bahaya.

Lama pemberian antibiotika sangat dipengaruhi oleh virulensi jenis kuman, infeksi
superfisial atau jaringan yang lebih dalam, infeksi saluran atas (ginjal) atau bawah
(kandung kencing), dan ada tidaknya kelainan anatomi maupun fungsional saluran
kemih.

Efektivitas pengobatan sangat tergantung kepada pola pengobatan yang rasional atau
tidak rasional; pengobatan yang rasional berdasarkan indikator WHO adalah pemilihan
terapi berdasarkan pertimbangan efikasi, keamanan, keberlanjutan, dan biaya.
Pengobatan dengan menggunakan antibiotik harus rasional dan bijak.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk kedalam
sistem kemih mengalami infeksi. Organ-organ tersebut di antaranya adalah ginjal, ureter,
uretra, atau kandung kemih. Infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan
kandung kemih. Infeksi ini merupakan istilah yang lazim digunakan untuk menandakan
keberadaan mikroorganisme di dalam urine.

Adapun bakteri penyabab infeksi saluran kemih diantaranya Escherichia coli,


Enterobacter aerogenes, bakteri dari genus Citrobacter, Klebsiella sp, dan dari genus
Proteus. Infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya keinginan terus menerus untuk
buang air kecil, merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil, jumlah frekuensi urine
kecil yang keluar, urine yang keluar berawan, berwarna merah, merah muda terang, atau
berwarna merah darah, berbau tajam, dan terasa nyeri di panggul.

Untuk tindakan pengobatan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan terapi
antibiotik. Lama pemberian antibiotika sangat dipengaruhi oleh virulensi jenis kuman,
infeksi superfisial atau jaringan yang lebih dalam, infeksi saluran atas (ginjal) atau
bawah (kandung kencing), dan ada tidaknya kelainan anatomi maupun fungsional
saluran kemih.

3.2 Saran
Demikian makalah ini saya susun. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan kita isolasi dan identifikasi bakteri pada saluran kemih.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Endriani, R., Andrini, F., & Alfina, D. (2010). Pola resistensi bakteri penyebab infeksi
saluran kemih (ISK) terhadap antibakteri di pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia, 12(2),
130-135.
Yashir, M., & Apriani, A. (2019). Variasi Bakteri Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih
(Isk). Jurnal Media Kesehatan, 12(2), 102-109.
Irawan, E. (2018, August). Faktor-faktor penyebab infeksi saluran kemih (ISK)(literature
review). In Prosiding Seminar Nasional dan Penelitian Kesehatan 2018 (Vol. 1, No. 1).
Roanisca, O., Mahardika, R. G., & Bangka, B. B. (2021). Skrining Fitokimia dan Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Binjai (Mangifera caesia) Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal
Pharmascience, 8(2), 9.
Utami Putra Rahmadea. 2022. Pengantar Bakteriologi Pada Penyakit Infeksi Untuk ATLM.
Yogyakarta: Deepublish Publisher.

16

Anda mungkin juga menyukai