Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL __________________________________________________i

DAFTARISI_______________________________________________________ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang___________________________________________________1

1.2 Rumusan Masalah________________________________________________ 1

1.3 Tujuan__________________________________________________________1

1.4 Manfaat________________________________________________________ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian infeksi saluran kemih____________________________________2

2.2 Etiologi________________________________________________________2

2.3 Patofisiologi 3

2.4 Manifestasi Klinis_______________________________________________ 4

2.5 Klasifikasi_____________________________________________________ 5

2.6 Penyimpangan KDM 6

2.7 Pemeriksaan Penunjang__________________________________________ 7

2.8 Komplikasi___________________________________________________ 8

1
2.9 Tes diagnostic 9

2.10 Penatalaksanaan Medis_________________________________________ 10

BAB III ASUHAN KEPARAWATAN ISK

3.1 Pengkajian ISK__________________________________________ 10

3.2 Diagnosa Keperawatan_____________________________________12

3.3 Intervensi________________________________________________13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ______________________________________________19

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA_________________________________________20

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. Demam secara umum
Demam adalah peningkatan suhu tubuh sementara dalam menanggapi penyakit
atau rasa sakit. Suhu tubuh kita tidak selalu sama sepanjang hari. Bahkan,
biasanya lebih tinggi di sore hari. Namun, jika suhu Anda lebih tinggi dari 38˚C,
maka Anda mengalami demam.
Demam biasanya terjadi sebagai respons terhadap infeksi seperti flu, virus yang
menyebabkan infeksi bakteri radang, radang tenggorokan, atau penyakit menular,
atau dengan pembengkakan yang terjadi dengan cedera jaringan atau penyakit
tertentu (seperti beberapa jenis kanker). Namun, banyak penyebab demam
lainnya adalah meliputi obat-obatan, racun, paparan panas, luka atau kelainan
pada otak, atau penyakit sistem endokrin (hormonal atau kelenjar).
Demam terjadi saat respons imun tubuh dipicu oleh pirogen (zat penghasil
demam). Pirogen biasanya berasal dari sumber di luar tubuh dan, pada gilirannya,
merangsang produksi pirogen tambahan di dalam tubuh. Pirogen memberitahu
hipotalamus untuk meningkatkan titik suhu tubuh. Sebagai respons, tubuh mulai
menggigil, pembuluh darah kita menyempit. Kita berada di bawah selimut dalam
upaya untuk mencapai suhu baru yang lebih tinggi dari pada suhu dasar kita.
Namun, pirogen lain bisa diproduksi oleh tubuh, biasanya sebagai respons
terhadap peradangan; ini disebut sebagai sitokin (juga disebut pirogen endogen).

3
B. Infeksi Saluran kemih (ISK)
Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius bagi jutaan orang di setiap tahun.Infeksi Saluran Kemih merupakan
penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di muka
bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga
ditemukan laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih (Milagros. 2012).
Infeksi ini umumnya memang terjadi pada wanita.Namun bukan berarti pria
tidak pernah terjadi gejala penyakit ini.Hal ini dikarenakan, berdasarkan fakta
infeksi saluran kemih terjadi pada pria.Gejala awal Infeksi Saluran Kemih
adalah urin yang dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu
buang air kecil namun hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa
terbakar atau sakit pada saluran urin saat buang air kecil (Valentina L. 2008).
Gejala infeksi saluran kemih akut dan gejala infeksi saluran kemih kronis
memiliki persamaan pada proses timbul yang lambat dan radang yang ringan.
Pada umumnya gejala infeksi saluran kemih kronis akan terjadi dalam kurun
waktu jangka panjang dan juga akan terjadi penanahan berulang kali pada
urine atau eritrosit. Pada pasien-pasien ini umumnya memiliki catatan riwayat
infeksi saluran kemih akut, batu ginjal serta pertumbuhan yang abnormal atau
faktor lainnya. Oleh karena itu,harus dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut
(Depkes RI, 2014).
Infeksi saluran kemih juga merupakan salah satu penyakit akut terbesar dari
anak-anak atau remaja dan kira-kira berpengaruh pada 6,5% perempuan dan
3,3% laki-laki pada satu tahun pertama kehidupannya. Serta biasanya terjadi
refluks vesika urinari yang mana memperlihatkan 30% sampai 40% dari anak
- anak dengan infeksi saluran kemih yang dapat menjelaskan resiko untuk
infeksi berulang dan pembentukan jaringan parut pada ginjal (Depkes RI,
2014).

4
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian infeksi saluran kemih (ISK)?
 Jelaskan etiologi atau penyebab ISK?
 Bagaimana patofisiologi atau jalannya penyakit ISK?
 Apa saja manifestasi klinis ISK?
 Apa saja klasifikasi ISK?
 Bagaimana gambaran penyimpangan KDM ISK?
 Apa saja yang termasuk pemeriksaan penunjang ISK?
 Jelaskan komplikasi dari ISK?
 Bagaimana penatalaksanaan dari ISK?
 Bagaimana cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada pasien ISK?
 Bagaimana proses asuhan keperawatan ISK itu?

1.3 Tujuan
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui etiologi ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui penyimpangan KDM ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui yang termasuk pemeriksaan penunjangnya
 Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui komplikasinya
 Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui penatalaksanaan ISK
 Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan atau tes diagnostik pada
pasien ISK
 Mahasiswa diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan ISK.

5
1.4 Manfaat
 Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca khususnya perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
 Manfaat Praktis
Hasil dari makalah ini dapat memberikan sumbangan dan masukan mengenai
Penyakit infeksi pada saluran perkemihan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto,
2001).

Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya mikroorganisme di dalam


saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan
oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan
kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam
cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada
pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

2.2 Etiologi

a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


 Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated
 Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated
 Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

7
 Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
 kandung kemih yang kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Hilangnya efek bakteri dari sekresi prostat.

2.3 Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :

a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat


b. Hematogen:
 Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada
pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Ginjal
yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli
karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
c. Asending
 Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
 Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum
diketahui dengan jelas.
Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke
dalam kandung kemih adalah:
 Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada laki-laki,
hal ini disebabkan oleh Uretra wanita lebih pendek terletak
lebih dekat pada anus sedangkan uretra laki-laki bermuara

8
saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang
sangat kuat.
 Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi
karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam
kandung kemih setelah pengeluaran urin.
 Faktor lain, misalnya: kebersihan alat kelamin bagian luar,
naiknya bakteri dari kandung ke ginjal.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
 Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
 Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
 Hematuria
 Nyeri punggung dapat terjadi
b. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
 Demam dan pusing
 Menggigil, mual dan muntah
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise.

2.5 Klasifikasi
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

9
b. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum.
c. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
 ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama menmgenai penderita wanita dan infesi hanya mengenai
mucosa superficial kandung kemih.
 ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit di berantas, kuman penyebab sering resisten
terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadu bakterimia,
sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut :
 kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex
vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia,
kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
 Kelainan faal ginjal; GGA maupun GGK
 Gangguan daya tahan tubuh.

10
11
2.6 Penyimpangan KDM

12
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Analisa urin (Urinalisis) seperti, leukosuria (ditemukannya leukosit
dalam urin), hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin).
b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis) seperti:
 Mikroskopis
Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika
ditemukan 1 bakteri per lapang pandang (LPB)
 Biakan bakteri
c. Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.
Contohnya, tes reduksi griess nitrate. Tingkat kepekaannya mncapai 90%.
d. Tes dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per Cc urin. Kelemahannya yaitu tidak
mampu mengetahui jenis bakteri.
e. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti, radiologis (rontgen), IVP (pielografi
intra vena), USG dan scanning.

13
2.8 Komplikasi
a. Pielonefritis akut yaitu nfeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal ginjal terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang
atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik
secara akut dan kronik.
c. Obstruksi, seperti tumor, hipertrofi prostat, calculus.
d. Gangguan inervasi kandung kemih, seperti malformasi sumsum tulang
belakang kongenital, multiple sclerosis.
e. Penyakit kronis, seperti gout, DM, hipertensi, penyakit sickle cell.
f. Instrumentasi, contohnya prosedur kateterisasi. Penggunaan fenasetin secara
terus menerus dan tidak pada tempatnya.

14
2.9 Tes diagnostic
Menurut Mary. 2014 mineral terlarut lain dapat mencetuskan terbentunya batu.
a. Tes kultur dan sensitivitas
Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin. Tes
sensitivitas menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan untuk
membunuh bakteri. Laboratorium membagi spesimen urin menjadi dua;
satu bagian dikultur untuk menentukan bakteri mana yang
berkembang.Laporan persiapan harus tersedia dalam 24 jam.Bagian kedua
digunakan untuk menentukan pada antibiotik mana organisme tersebut
peka.
b. Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan
pertumbuhan dan tumor. Ini juga digunakana sebagai alat untuk
memindahkan tumor kecil, batu dan benda asing dan untuk mendilatasi
saluran kencing (uretra) dan saluran ginjal(ureter). Suatu cystoscope
dimasukan kedalam uretra ke kandung kemih, yang membuat struktur
benar-benar divisualisasikan; misalnya uretra, kandung kemih, ureter dan
prostat.
c. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi
batu ginjal, bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
d. Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tes ini juga digunakan
untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan kanker
prostat.
e. Pengumpulan urin 24 jam

15
digunakan untuk mengukur volume dan berbagai faktor fungsi ginjal dan
juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari unsur tertentu seperti
protein, elektrolit dan lain-lain.

2.10 Penatalaksanaan Medis


a. Medis
 Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole
atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Co-amoxiclav
digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
cotrimoxazole.
 Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak
digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami
keterlibatan ginjal pada ISK.
 Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah
masalah tersebut.
b. Non-medis
 Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
 Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis
penyakit karena daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus
untuk kesehatan tubuh, seperti acetogenins, annocatacin, annocatalin,
annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine,

16
gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin. kandungan
tersebut yang membuat daun sirsak mampu mengobati berbagai
macam jenis penyakit.
 Buah manggis, kulit manggis mengandung Xanthone sebagai
antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimicrobial.
c. Infeksi saluran kemih akut
 Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila
pielonefritis disertai dengan mual dan muntah yang bermakna atau
urosepsis
 Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan
(pyridium tersedia sebagai obat yang dijual bebas) atau obat
kombinasi, seperti Urised.
 Dorong asupan cairan yang memadai; hindari iritan kandung kemih.

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ISK

3.1 Pengkajian ISK


a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
 Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
 Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosocomial
 Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
 Apakah terjadi inkontinensia urine?
c. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih:
 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
 Adakah disuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana keluaran volume urine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah ?
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas ?
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.
d. Pengkajian psikologis pasien:

18
 Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan
yang telah dilakukan?
 Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urina lainnya.
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgency
dan hesistancy.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi berlebihan
dan muntah.
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, mekanisme coping tidak efektif.
h. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinaria lain
Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol
KH : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri
waktu berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik.

Intervensi :

 Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran
setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.

19
 Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
 Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
 Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
 Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih,
urgensi dan hesitancy.
Tujuan : Pola eliminasi urine membaik
KH : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien
melaporkan berkurangnya frekuensi ( sering berkemih) urgensi dan
hesistensi.

Intervensi :

 Kaji pola eliminasi klien


 Rasional: sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya.
 Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada
sore hari
 Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Tujuan : Pola tidur membaik
KH : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat
tidur, klien nampak segar

Intervensi :

 Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.


 Berikan tempat tidur yang nyaman.
 Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan
masase,segelas susu hangat.

20
 Kurangi kebisingan dan lampu
 Kolaborasi pemberian obat, seperti analgetik dan sedative.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
KH :Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan
tidak demam, tidak terba panas, TTV dalam batas normal

Intervensi :

 Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh


 Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
 Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
 Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat
badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi
makanan yang diberikan.

Intervensi :

 Kaji intake makanan klien


 Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas
 Berikan kebersihan oral
 Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,
dengan situasi tidak terburu-buru, temani
 kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetic.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
evaporasi dan muntah
Tujuan :Cairan tubuh tetap seimbang

21
KH :Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan
oleh membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake
dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.

Intervensi :

 Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui


keringat.
 Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
 Observasi penurunan turgor kulit
 Kolaborasi, seperti berikan cairan parenteral jika diperlukan, obat antiematik,
obat antipeuretik.

g. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang


pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan :Ansietas berkurang atau hilang
KH :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
yang dapat diatasi.

Intervensi :

 Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping


yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
 Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
 Berikan lingkungan tenang dan istirahat
 Kolaborasi pemberian obat sedative.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

nfeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area lokal
terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul
di kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan
uretra.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.Dalam
penyakit ISK ini terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah
dan Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK ada beberapa
macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas, cystoscopy, studi sinar x
ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific antigen (PSA) test,
pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine flow studies, voiding cystogram.

4.2 Saran

 Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah


sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan
rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.
 Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga kebersihan
alat genital supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang sama, dan
juga seperti memperhatikan kelembaban daerah kelamin ketika cebok atau
membersihkan alat kelamin harus benar-benar bersih dan dikeringkan
dengan handuk.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://neareihaa.blogspot.com/2017/04/makalah-isk.html
http://zhoghyearhye.blogspot.com/2014/07/makalah-isk-infeksi-saluran-
kemih_10.html
http://merawatindonesiabisa.blogspot.com/2015/07/lp-kep-infeksi-saluran-
kemih.html
https://www.scribd.com/document/360150229/Penyimpangan-KDM-ISK
http://adriananers.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-infeksi-
saluran.html
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa:
I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

24

Anda mungkin juga menyukai