Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan dengan Klien

Gangguan Infeksi Saluran Kemih


Disusun untuk memenuhi

tugas mata kuliah KMB I

Oleh Kelompok 5 :

1. Alfianus Ferediko Bata P00320021000


2. Ima Apriani P00320021115
3. Juni Sulasri P00320021118
4. Putri Rezki Widya Amelia P00320021131
5. Rubi Alfarabi Labone P00320021133
6. Siti Nor’ Aini P00320021137
7. Wa Ode Dian Rahmawati Lestari P00320021142
8. Wanda Ayu Cantika P00320021143
9. Zabrina Putri Susanto P00320021145

Tingkat : 2C – DIII Keperawatan

Kementrian Kesehatan Kendari


Poltekkes Kemenkes Kendari
Tahun Ajaran 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, Kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Klien Gangguan Infeksi Saluran Kemih” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kami sebagai Perawat bagaimana
asuhan keperawatan pada klien infeksi saluran kemih.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Sartiya Rini S.Kep., Ns., M.Kep.,
Sp.KMB selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah membimbing
kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 15 September 2022

Kelompok 5

i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2

Bab II Konsep Teori

A. Konsep Medis............................................................................................3
1. Definisi................................................................................................3
2. Etiologi................................................................................................3
3. Patofisiologi.........................................................................................3
4. Manifestasi Klinik...............................................................................4
5. Komplikasi..........................................................................................8
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................8
7. Pengobatan..........................................................................................9

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian...........................................................................................11
2. Diagnosa & Intervensi.........................................................................14

Bab III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................18

Daftar Pustaka.......................................................................................................19

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-
laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun
umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran
kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada
pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum
pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini
terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

1
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep medis infeksi saluran kemih diantaranya definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan pengobatan.
Selain itu untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan.

2
Bab II

Konsep Teori

A. Konsep Medis Infeksi Saluran Kemih


1. Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam sistem
kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa berupa ginjal, ureter, uretra, atau
kandung kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan
kandung kemih. Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju
kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan dibuang ke luar
tubuh melalui saluran yang disebut uretra.

2. Etiologi Infeksi Saluran Kemih


Etiologi penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah Escherichia coli,
yang telah dilaporkan pada 70 - 95% pada kasus ISK. Infeksi saluran kemih juga
dipengaruhi oleh faktor inang, seperti umur, adanya komorbiditas, kerusakan korda
spinalis, atau kateterisasi. Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri
- bakteri di bawah inI yaitu :
 Klebsiella
 Enterobacter aerogenes
 Proteus
 Providencia
 Citrobacter

3. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme masuk
ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih tersebut melalui tiga cara, yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi
melalui empat tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli – buli.
3) Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih.
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

3
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.

c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik


yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini jarang terjadi.
Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau Eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter.

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembang biak didalam saluran kemih yang pada
akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran kemih. Dan terjadilah infeksi saluran
kemih yang mengakibatkan.
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh organisme virulen
yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih. Hanya pada 8 minggu pertama
dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6
bulan pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami ISK, tetapi
setelah itu ISK predominan pada anak perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak
perempuan adalah riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora normal dan
mendorong pertumbuhan bakteri uropatogenik.

4. Manifestasi Klinik Infeksi Saluran Kemih


Gejala ISK yang timbul pun dapat berbeda antara infeksi saluran kemih bawah dan
atas.
 Infeksi saluran kemih bawah yang melibatkan kandung kemih dan uretra biasanya
ditandai dengan adanya :
1) Dorongan kuat dan persisten untuk berkemih secara tiba – tiba.
2) Rasa nyeri atau tidak nyaman saat berkemih.
3) Rasa tidak tuntas atau terasa ada yang tertinggal saat berkemih.
4) Anyang – anyangan.
5) Kekeruhan pada air seni.
6) Perubahan warna air seni menjadi merah, merah muda terang, atau
kecoklatan.
7) Aroma air seni yang menyengat.
8) Nyeri pada perut bawah, terutama dialami pada wanita.
9) Rasa pegal dan mudah lelah.

 Sedangkan, tanda dan gejala ISK yang umumnya terjadi pada infeksi saluran
kemih atas yang melibatkan organ ginjal dan ureter adalah :

4
1) Demam dengan suhu di atas 38oC.
2) Nyeri pada pinggang.
3) Menggigil.
4) Agitasi dan rasa tidak nyaman pada tubuh.

 Gejala Infeksi Saluran Kemih Bawah


Infeksi jenis ini biasanya mempengaruhi kondisi uretra dan kandung kemih
penderitanya. Adapun gejala yang mungkin dialami adalah sebagai berikut :

1) Rasa terbakar ketika buang air kecil


Disuria merupakan kondisi dimana seseorang merasa tidak nyaman ketika buang
air kecil. Ketidaknyamanan ini dapat berupa rasa sakit atau terbakar. Rasa sakit dapat
muncul dari perneum, kandung kemih, atau uretra. Uretra adalah tabung yang
membawa urin ke luar tubuh Anda.
Rasa menyakitkan ketika buang air kecil merupakan tanda dan gejala umum dari
infeksi saluran kemih. Uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal merupakan saluran
kemih. Peradangan di salah satu organ tersebut dapat menyebabkan rasa sakit saat
buang air kecil.

2) Sering buang air kecil tapi urin yang dikeluarkan sedikit


Kondisi ini dapat terjadi akibat kandung kemih yang terlalu aktif atau bisa disebut
overactive bladder (OAB). Ginjal menghasilkan urin dan urin itu mengalir ke
kandung kemih. Kemudian, otak mengirimkan sinyal yang memberi tahu tubuh untuk
buang air kecil. Otot - otot dasar panggul akan rileks dan memungkinkan urin keluar
dari tubuh. Kandung kemih yang terlalu aktif menyebabkan otot kandung kemih
berkontraksi tanpa sadar. Ini memberi sensasi perlu sering buang air kecil bahkan jika
kandung kemih tidak penuh.

3) Terdapat darah di air kencing


Hematuria merupakan istilah medis untuk menggambarkan adanya darah dalam
urin. Infeksi kandung kemih juga dapat menyebabkan terjadinya hematuria. Darah
mungkin terlihat dalam jumlah kecil sehingga tidak dapat melihatnya dengan mata
telanjang. Namun, perlu diketahui jika setiap darah dalam urin bisa jadi sebuah tanda
masalah kesehatan yang serius, meskipun itu hanya muncul sekali. Segera hubungi
dokter untuk mendapatkan rencana perawatan. Sebab jika kondisi ini diabaikan, dapat
menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti, kanker dan penyakit ginjal.

4) Warna urin keruh


Jika warna urin keruh, itu bisa jadi tanda bila ada sesuatu yang salah dengan
saluran kemih. Meskipun dalam banyak kondisi, urin keruh biasanya tidak
menunjukkan keadaan darurat medis. Namun, pada infeksi saluran kemih, warna urin
5
keruh dapat menunjukkan gejala yang perlu diwaspadai. Hal ini dapat terjadi karena
bakteri yang masuk dan tumbuh di saluran kemih, memicu respon tubuh untuk
mengirimkan sel darah putih agar dapat melawan infeksi. Sel - sel ini sering
diekskresikan dalam urin. Ketika sel darah putih bercampur dengan urin, tampak
keruh atau seperti susu.

5) Urin memiliki bau yang kuat


Urin secara alami memiliki bau yang khas bagi setiap orang. Individu mungkin
sering mengalaminya sendiri, ketika bau urin menjadi lebih kuat daripada biasanya.
Bau urin yang berubah lebih kuat sebenarnya tidak selalu menjadi penyebab
kekhawatiran, tetapi terkadang urin yang berbau kuat atau tidak normal seperti
biasanya merupakan tanda dari masalah medis.
Infeksi saluran kemih sebagai salah satu masalah medis yang mempengaruhi
kondisi urin, yang dimana merupakan salah satu penyebab mengapa bau urin menjadi
berubah. Bau, warna, dan dorongan sering untuk buang air kecil merupakan gejala
umum bagi mereka yang menderita infeksi saluran kemih. Segera hubungi dokter,
jika merasakan satu atau lebih gejalanya.

6) Nyeri panggul pada wanita


Panggul merupakan bagian tubuh yang menampung organ - organ reproduksi.
Lokasinya terletak di perut bagian bawah, dimana perut bertemu dengan kaki. Nyeri
panggul dapat menjalar hingga ke perut bagian bawah, sehingga sulit dibedakan
dengan nyeri perut. Ada banyak penyebab nyeri panggul baik akut maupun kronis.
Nyeri panggul akut terjadi secara tiba - tiba dan kemunculannya baru. Sedangkan
nyeri kronis sifatnya lebih jangka panjang, konstan, dan mudah kambuh. Orang
dengan infeksi saluran kemih mungkin merasakan gejala ini secara berkala.

7) Nyeri dubur pada pria


Rektum adalah bagian yang berbeda dari sistem pencernaan. Namun, orang
biasanya menggambarkan nyeri dubur sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan di
area anus, rektum atau bagian bawah saluran gastrointestinal. Rasa sakit ini umum
terjadi dan penyebabnya jarang mengancam jiwa. Namun, untuk penderita infeksi
saluran kemih gejala nyeri dubur ini perlu diperhatikan, terlebih jika nyerinya
memburuk dan menyebar ke bagian bawah tubuh. Segera temui dokter untuk
mendapatkan perawatan yang lebih baik.

 Gejala Infeksi Saluran Kemih Saluran Atas


Infeksi saluran kemih atas mempengaruhi ginjal. Ini bisa berpotensi mengancam
nyawa jika bakteri berpindah dari ginjal yang terinfeksi masuk ke dalam darah.
Kondisi ini, disebut dengan urosepsis. Urosepsis dapat menyebabkan seseorang

6
mengalami tekanan darah rendah, syok, bahkan kematian. Oleh karena itu, ketahui
lebih jelas gejala infeksi saluran atas, untuk terhindar dari komplikasi serius.

1) Panas dingin atau menggigil


Pernahkan kita merasa sangat kedinginanan tetapi, tidak ada alasan jelas yang
menjadi penyebabnya. Kondisi ini disebut menggigil. Menggigil dapat diperoleh
ketika otot berulang kali mengembang serta berkontraksi, kemudian pembuluh darah
di kulit menyempit. Menggigil dapat terjadi bersamaan dengan demam dan
menyebabkan gemetar.
Tubuh bisa menggigil secara konstan. Setiap episode dapat berlangsung selama
satu jam atau hanya beberapa menit saja. Penyebab kedinginan bisa terjadi akibat
terpapar lingkungan yang dingin. Mereka juga dapat terjadi sebagai respons terhadap
infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan demam. Contoh infeksi yang sering jadi
penyebab menggigil adalah infeksi saluran kemih.

2) Demam
Demam adalah sebuah kondisi dimana hipotalamus menggeser titik setel suhu
tubuh normal ke atas. Ketika hal ini terjadi, individu mungkin merasa kedinginan atau
mulai menggigil, supaya tubuh dapat menyesuaikan kembali suhunya. Ini akhirnya
menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi. Peningkatan suhu tubuh dalam beberapa
waktu tertentu, dapat membantu tubuh untuk melawan penyakit. Namun, demam
yang terjadi secara terus menerus dan parah bisa menjadi gejala dari kondisi serius.
Salah satunya ketika menderita infeksi saluran kemih. Potensi untuk terkena demam
bisa jadi sangat tinggi.

3) Mual
Mual adalah rasa ketidaknyaman di perut serta sensasi ingin muntah. Mual bisa
menjadi pemicu muntah isi perut. Kondisi ini memiliki banyak penyebab salah
satunya adalah infeksi bakteri atau virus. Bakteri atau virus dapat mempengaruhi
perut dan menyebabkan mual. Contohnya ketiak tidak sengaja terkena bakteri dari
makanan yang dikonsumsi, atau ketika menderita infeksi virus.

4) Muntah
Otak merupakan organ yang memberikan instruksi kapan harus muntah atau
tidak. Muntah adalah cara bagi tubuh untuk membersihkan diri dari adanya
kontaminasi zat tertentu. Mungkin juga merasa mual dan tidak muntah. Meskipun
dalam beberapa kasus, mual hilang setelah muntah. Solusi dari muntah sendiri
bervariasi dan lebih efektif jika penyebabnya adalah mabuk perjalanan atau mual di
pagi hari. Namun, untuk muntah akibat keracunan makanan, atau infeksi bakteri dan
virus mungkin memerlukan perhatian medis yang lebih. Ingatlah untuk minum cukup
cairan supaya terhindar dari dehidrasi.
7
5. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8 -
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.
Adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.

6. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ISK adalah
urinalisis. Kultur urine merupakan baku emas untuk diagnosis ISK.
a. Tes Dipstik Urine
Tes dipstick urine merupakan pemeriksaan penunjang yang paling umum
digunakan untuk mendiagnosis ISK. Namun, hasil negatif pada dipstik urine tidak
dapat menyingkirkan diagnosis ISK sepenuhnya. Sampel urine yang disarankan
adalah sampel midstream. Pada ISK umumnya dapat ditemukan bakteri atau sel darah
putih pada urine. Hasil pH urine 8,5 – 9,0 mengindikasikan organisme urea -
splitting, seperti Klebsiella, Proteus, atau Ureaplasma urealyticum. Hasil pH basa
umumnya menandakan adanya batu ginjal struvit atau batu karena infeksi.
Adanya nitrit pada urine mengindikasikan infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan bakteri untuk perubahan nitrat ke nitrit dalam urine. Akan tetapi, proses
ini terjadi selama 6 jam, sehingga pasien lebih disarankan menjalani pemeriksaan
urine pada pagi hari setelah bangun tidur. Leukosit esterase menandakan terdapatnya
sel darah putih pada urin yang mengindikasikan adanya respons imun terhadap
bakteri pada urine. Hematuria juga dapat ditemukan akibat adanya infeksi bakteri
pada sel transisional kandung kemih.

b. Urinalisis Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik urine dapat digunakan untuk melihat tipe organisme,
serta mengidentifikasi adanya eritrosit dan leukosit urine secara langsung. Penemuan
8
bakteri pada urinalisis mikroskopik dapat membantu diagnosis ISK. Apabila
ditemukan 5-10 leukosit per lapang pandang, maka hasil dianggap abnormal dan
diagnosis ISK dapat dipikirkan jika terdapat gejala ISK. Pemeriksaan ini tidak
diperlukan pada pasien sistitis simpleks dengan gejala tipikal. Pemeriksaan urinalisis
mikroskopik dapat bermanfaat jika manifestasi klinis atipikal.

c. Kultur Urine dan Sensitivitas


Pemeriksaan kultur urine dan sensitivitas merupakan pemeriksaan yang paling
spesifik dan sensitif sehingga menjadi pemeriksaan baku emas dalam diagnosis ISK.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk membedakan infeksi rekuren dari relaps dan
menentukan antibiotik yang tepat. Pemeriksaan kultur urine umumnya hanya
diperlukan pada pasien ISK complicated, seperti pasien dengan komorbid dan pasien
hamil. Hasil kultur urine dengan pertumbuhan > 10 colony forming units (CFU)
menunjukkan diagnosis infeksi.

d. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai
mengalami ISK dengan gejala berat atau persisten. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ISK, seperti batu ginjal, hidronefrosis, abses renal,
dan jaringan parut pada ginjal.

e. CT Scan Abdomen atau Pelvis


Kebanyakan pasien ISK tidak memerlukan pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan
CT scan abdomen atau pelvis dapat digunakan pada pasien yang menunjukkan gejala
berat atau tidak membaik dengan terapi antibiotik adekuat. Pemeriksaan ini juga
dapat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis abses perirenal atau renal pada
pasien yang tidak respons terapi antimikroba setelah durasi > 7 hari.

f. Sitoskopi
Pemeriksaan sitoskopi digunakan untuk melihat langsung kandung kemih dan
menyingkirkan diagnosis banding ISK lainnya, seperti tumor, batu kandung kemih,
benda asing, dan divertikulum.

7. Pengobatan Infeksi Saluran Kemih


Terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis dan
data hasil klinis. Jenis Uncomplicated pada dewasa pengobatan antibiotika secara
empiris yang direkomendasikan selama 3 hari. Sedangkan ISK Complicated
penatalaksanaan tergantung dari keparahan gejala klinis. Perawatan empiris dari ISK
Complicated membutuhkan suatu pengetahuan tentang patogen penyebab dan pola

9
resistensi antibiotik lokal, serta tingkat keparahan dari abnormalitas saluran kemih
(termasuk evaluasi fungsi renal).
Penggunaan antibiotik yang tepat didasarkan pada pemahaman dari banyak aspek
penyakit infeksi; pertahanan tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan
mikroorganisme, farmakokinetika dan farmakodinamika dari antibiotik perlu
diperhatikan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
resistensi; bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau
hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk
mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan
berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya.
Lama pemberian antibiotika sangat dipengaruhi oleh :
1) Virulensi jenis kuman.
2) Infeksi superfisial atau jaringan yg lebih dalam.
3) Infeksi saluran atas (ginjal) atau bawah (kandung kencing).
4) Ada tidaknya kalainan anatomi maupun fungsional saluran kemih.

Efektifitas pengobatan sangat tergantung pada pola pengobatan yang rasional atau
tidak rasional; pengobatan yang rasional berdasarkan indikator WHO adalah pemilihan
terapi berdasarkan pertimbangan efikasi, safety, suitability dan cost. Pengobatan dengan
menggunakan antibiotik harus rasional dan bijak.

B. Konsep Keperawatan
Contoh Kasus :
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak
perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak
kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah
dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh
pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas –
remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam jumlahnya
sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal.
Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri
sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S   : 40 ºC

10
N  : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

1. Pengkajian
A) Anamnesa
a. Nama perawat       : Agus
Tgl pengkajian  : 10 April 2012
Jam pengkajian                : 15.00 WIB
b. Identitas Pasien
Nama Pasien                  : An. K
Agama                            : Islam
Umur                              : 5 tahun
Jenis kelamin                  : Perempuan

B) Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.

C) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak
kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K
digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL
20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
 Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
 Kecelakaan : tidak terkaji
 Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K
pernah dirawat di RS karena mengalami malaria
 Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi
 Alergi  : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
 Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis
B 3 bulan yang lalu
 Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang
tempat.
3) Riwayat Penyakit Keluarga

11
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K
yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama
lebih kurang satu minggu.

D) PEMERIKSAAN FISIK
 Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya
seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K
menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K
dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
 Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya,
A.n K biasanya tidur 9 jam  saat malam dan 2 jam  saat siang, saat sakit Bp. A
mengatakan An. K  mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur
dikarenakan  perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya
bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
 Kenyamanan dan nyeri
1) palliative/profokatif
Klien  mengatakan nyeri berkurang setelah  klien melakukan  teknik
relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan
nyeri
2) Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit
berkurang nyerinya sesudah berkemih
3) Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time   
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien
mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga
selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi
urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi
sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi

12
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak
mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x
sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut
terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya
berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien
mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada
Sensori, persepsi dan kognitif.

 Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan
Vital Sign:
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 400c
 Kepala :
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang
terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit
kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
 Leher :
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat
melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
 Dada : paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi
pernapasan 20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding
dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada
saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
 Abdomen :
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi
tdak ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi
terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus
normal terdengar 10 kali/menit.
13
 
 Psiko sosio budaya dan spiritual
 Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat
ingin BAK.
 Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara
klien sopan.
 Budaya
Tidak terkaji
 Spiritual
Tidak terkaji

 Pemeriksaan penunjang
 Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga
diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral
Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.

2. Diagnosa & Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Eliminasi urinarius Setelah dilakukan  1Pantau
berhubungan tindakan keperawatan eliminasi urin
dengan  infeksi selama 4x24 jam contohnya
saluran kemih maka eliminasi frekuensi urin,
urinarius An. K volume urin,
berkurang dengan konsistensi
kriteria hasil sbb: urin dengan
 Eliminasi lancar. tepat
 Urin berwarna  Ajarkan klien
kuning cerah tanda dan
tetapi sedikit gejala infeksi
pucat. saluran
 Tidak terjadi kemih.

14
hematuria  Instruksikan
 Volume klien atau
pengeluaran urine keluarga
900-2100 untuk
CC/hari. mencatat
keluaran urin.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan
1.      1. Ajarkan klien
berhubungan tindakan keperawatan tekhnik relaksasi
dengan agen cidera selama 2x24 jam nafas dalam.
biologis maka nyeri yang
2.      2. Beri
dialami oleh An.K kompreshangat pa
berkurang dengan da bagian yang
kriteria hasil sbb: nyeri.
         1. Selera makan
3.      3. Kolaborasi
klien kembali normal. dalam pemberian
         2. Klien sudah tidak analgesik
mengalami gelisah. Ketorolax 2x
        3. Klien dapat 0,5mg/kg/BB
beraktivitas kembali
seperti biasanya.
4. nyeri hilang atau
berkurang.

3 Hyperthermy Setelah dilakukan1.  Observasi


berhubungan tindakan keperawatan keadaan umum
dengan proses selama 3x24 jam klien.
infeksi maka An. K tidak2.  Monitor vital sign
mengalami klien (suhu
hipertermi dengan &nadi).
kriteria hasil sbb : 3.  Beri kompres
1.      RR klien normal16- hangat pada klien.

15
24/menit. 4.  Anjurkan pada
2.      Suhu tubuh klien klien untuk
dalam rentang 36,5- meningkatkan

37,5  istirahat.

3.      Nadi klien normal5.  Kolaborasi dalam


(60-100x/menit). pemberian infus

4.      Tubuh klien tidak RL, 20 tts/mnt


teraba panas. 6.  Anjurkan banyak
minum air putih.
7.  Kolaborasi dalam
pemberian injeksi
Ceftriaxone
2x500mg
8.  Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
paracetamol 10-
10-15
mg/kgBB/kali.

16
Bab II

Penutup
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam sistem
kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa berupa ginjal, ureter, uretra, atau kandung
kemih. Etiologi penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah Escherichia
coli.
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme masuk
ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih tersebut melalui tiga cara, yaitu:
1. Ascending.
2. Hematogen (descending).
3. Limfogen (jalur limfatik).

Gejala ISK yang timbul pun dapat berbeda antara infeksi saluran kemih bawah
dan atas.

 Infeksi saluran kemih bawah yang melibatkan kandung kemih dan uretra biasanya
ditandai dengan adanya :
1) Dorongan kuat dan persisten untuk berkemih secara tiba – tiba.
2) Rasa nyeri atau tidak nyaman saat berkemih.
3) Rasa tidak tuntas atau terasa ada yang tertinggal saat berkemih.
4) Anyang – anyangan.
5) Kekeruhan pada air seni.
6) Perubahan warna air seni menjadi merah, merah muda terang, atau
kecoklatan.
7) Aroma air seni yang menyengat.
8) Nyeri pada perut bawah, terutama dialami pada wanita.
9) Rasa pegal dan mudah lelah.
 Tanda dan gejala ISK yang umumnya terjadi pada infeksi saluran kemih atas yang
melibatkan organ ginjal dan ureter adalah :
1) Demam dengan suhu di atas 38oC.
2) Nyeri pada pinggang.
3) Menggigil.
4) Agitasi dan rasa tidak nyaman pada tubuh.

ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ISK adalah urinalisis.
Selain itu ada beberapa pemeriksaan lainnya yaitu :

17
a. Tes Dipstik Urine.
b. Urinalisis Mikroskopik.
c. Kultur Urine dan Sensitivitas.
d. Ultrasonografi.
e. CT Scan Abdomen atau Pelvis.
f. Sitoskopi.

Untuk pengobatan ISK sendiri, diberikan pengobatan antibiotik secara empiris dan
harus sesuai dengan jenis infeksi yang terjadi.

B. Saran
Kami sebagai penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pembaca
dikarenakan banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kurang lebihnya
mohon dimaafkan. Kami juga berharap agar semua informasi yang tertera dalam
makalah ini dapat menjadi pengetahuan baru untuk semua pembaca, karena itu kami
mengucapkan terima kasih banyak.

18
Daftar Pustaka

https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemi h

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-saluran-kemih/etiologi

Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/

3. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-pathogen interactions and
new treatment strategies. Nat Rev Microbiol. 2020;18(4):211-226. doi:10.1038/s41579-020-0324-0

4. Chu CM, Lowder JL. Diagnosis and treatment of urinary tract infections across age groups. Am J Obstet
Gynecol. 2018 Jul;219(1):40-51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231. Epub 2018 Jan 2. PMID: 29305250.

7. Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and burden of urinary tract infections.
Ther Adv Urol. 2019;11:1756287219832172. Published 2019 May 2. doi:10.1177/1756287219832172

11. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary Tract Infection. Ann Intern Med. 2017 Oct 3;167(7):ITC49-
ITC64. doi: 10.7326/AITC201710030. PMID: 28973215.

16. Hooton TM. Gupta K. Acute simple cystitis in women. Uptodate. 2021.

24. Fischer DJ. Pediatric Urinary Tract Infection. Medscape, 2019.


https://emedicine.medscape.com/article/969643-overview

25. Kalinderi K, Delkos D, Kalinderis M, Athanasiadis A, Kalogiannidis I. Urinary tract infection during
pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. J Obstet Gynaecol. 2018
May;38(4):448-453. doi: 10.1080/01443615.2017.1370579. Epub 2018 Feb 6. PMID: 29402148.

https://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/319

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-saluran-kemih/
diagnosis#:~:text=Pemeriksaan%20penunjang%20yang%20dapat%20dilakukan%20untuk
%20mendiagnosis%20ISK%20adalah%20urinalisis

https://krakataumedika.com/info-media/artikel/infeksi-saluran-kemih-isk

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6581/4/
CHAPTER
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiew4filJ76AhVq43MBHaKnAaI4ChAWegQIBRAB&usg=AOvVaw2W12MycEzrF
3AcS9UfwP9c

19
20

Anda mungkin juga menyukai