Oleh Kelompok 5 :
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kami sebagai Perawat bagaimana
asuhan keperawatan pada klien infeksi saluran kemih.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Sartiya Rini S.Kep., Ns., M.Kep.,
Sp.KMB selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah membimbing
kami. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
A. Konsep Medis............................................................................................3
1. Definisi................................................................................................3
2. Etiologi................................................................................................3
3. Patofisiologi.........................................................................................3
4. Manifestasi Klinik...............................................................................4
5. Komplikasi..........................................................................................8
6. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................8
7. Pengobatan..........................................................................................9
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian...........................................................................................11
2. Diagnosa & Intervensi.........................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................19
ii
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-
laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun
umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering
terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran
kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada
pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum
pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi
traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini
terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
1
B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep medis infeksi saluran kemih diantaranya definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan pengobatan.
Selain itu untuk mengetahui bagaimana konsep keperawatan.
2
Bab II
Konsep Teori
3
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembang biak didalam saluran kemih yang pada
akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran kemih. Dan terjadilah infeksi saluran
kemih yang mengakibatkan.
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh organisme virulen
yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih. Hanya pada 8 minggu pertama
dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6
bulan pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami ISK, tetapi
setelah itu ISK predominan pada anak perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak
perempuan adalah riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora normal dan
mendorong pertumbuhan bakteri uropatogenik.
Sedangkan, tanda dan gejala ISK yang umumnya terjadi pada infeksi saluran
kemih atas yang melibatkan organ ginjal dan ureter adalah :
4
1) Demam dengan suhu di atas 38oC.
2) Nyeri pada pinggang.
3) Menggigil.
4) Agitasi dan rasa tidak nyaman pada tubuh.
6
mengalami tekanan darah rendah, syok, bahkan kematian. Oleh karena itu, ketahui
lebih jelas gejala infeksi saluran atas, untuk terhindar dari komplikasi serius.
2) Demam
Demam adalah sebuah kondisi dimana hipotalamus menggeser titik setel suhu
tubuh normal ke atas. Ketika hal ini terjadi, individu mungkin merasa kedinginan atau
mulai menggigil, supaya tubuh dapat menyesuaikan kembali suhunya. Ini akhirnya
menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi. Peningkatan suhu tubuh dalam beberapa
waktu tertentu, dapat membantu tubuh untuk melawan penyakit. Namun, demam
yang terjadi secara terus menerus dan parah bisa menjadi gejala dari kondisi serius.
Salah satunya ketika menderita infeksi saluran kemih. Potensi untuk terkena demam
bisa jadi sangat tinggi.
3) Mual
Mual adalah rasa ketidaknyaman di perut serta sensasi ingin muntah. Mual bisa
menjadi pemicu muntah isi perut. Kondisi ini memiliki banyak penyebab salah
satunya adalah infeksi bakteri atau virus. Bakteri atau virus dapat mempengaruhi
perut dan menyebabkan mual. Contohnya ketiak tidak sengaja terkena bakteri dari
makanan yang dikonsumsi, atau ketika menderita infeksi virus.
4) Muntah
Otak merupakan organ yang memberikan instruksi kapan harus muntah atau
tidak. Muntah adalah cara bagi tubuh untuk membersihkan diri dari adanya
kontaminasi zat tertentu. Mungkin juga merasa mual dan tidak muntah. Meskipun
dalam beberapa kasus, mual hilang setelah muntah. Solusi dari muntah sendiri
bervariasi dan lebih efektif jika penyebabnya adalah mabuk perjalanan atau mual di
pagi hari. Namun, untuk muntah akibat keracunan makanan, atau infeksi bakteri dan
virus mungkin memerlukan perhatian medis yang lebih. Ingatlah untuk minum cukup
cairan supaya terhindar dari dehidrasi.
7
5. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8 -
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.
Adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
b. Urinalisis Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik urine dapat digunakan untuk melihat tipe organisme,
serta mengidentifikasi adanya eritrosit dan leukosit urine secara langsung. Penemuan
8
bakteri pada urinalisis mikroskopik dapat membantu diagnosis ISK. Apabila
ditemukan 5-10 leukosit per lapang pandang, maka hasil dianggap abnormal dan
diagnosis ISK dapat dipikirkan jika terdapat gejala ISK. Pemeriksaan ini tidak
diperlukan pada pasien sistitis simpleks dengan gejala tipikal. Pemeriksaan urinalisis
mikroskopik dapat bermanfaat jika manifestasi klinis atipikal.
d. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai
mengalami ISK dengan gejala berat atau persisten. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menyingkirkan diagnosis banding ISK, seperti batu ginjal, hidronefrosis, abses renal,
dan jaringan parut pada ginjal.
f. Sitoskopi
Pemeriksaan sitoskopi digunakan untuk melihat langsung kandung kemih dan
menyingkirkan diagnosis banding ISK lainnya, seperti tumor, batu kandung kemih,
benda asing, dan divertikulum.
9
resistensi antibiotik lokal, serta tingkat keparahan dari abnormalitas saluran kemih
(termasuk evaluasi fungsi renal).
Penggunaan antibiotik yang tepat didasarkan pada pemahaman dari banyak aspek
penyakit infeksi; pertahanan tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan
mikroorganisme, farmakokinetika dan farmakodinamika dari antibiotik perlu
diperhatikan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
resistensi; bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau
hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk
mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan
berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya.
Lama pemberian antibiotika sangat dipengaruhi oleh :
1) Virulensi jenis kuman.
2) Infeksi superfisial atau jaringan yg lebih dalam.
3) Infeksi saluran atas (ginjal) atau bawah (kandung kencing).
4) Ada tidaknya kalainan anatomi maupun fungsional saluran kemih.
Efektifitas pengobatan sangat tergantung pada pola pengobatan yang rasional atau
tidak rasional; pengobatan yang rasional berdasarkan indikator WHO adalah pemilihan
terapi berdasarkan pertimbangan efikasi, safety, suitability dan cost. Pengobatan dengan
menggunakan antibiotik harus rasional dan bijak.
B. Konsep Keperawatan
Contoh Kasus :
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak
perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak
kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah
dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh
pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas –
remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam jumlahnya
sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal.
Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri
sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
10
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat
ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
1. Pengkajian
A) Anamnesa
a. Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2012
Jam pengkajian : 15.00 WIB
b. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
B) Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
C) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak
kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K
digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL
20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
Kecelakaan : tidak terkaji
Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K
pernah dirawat di RS karena mengalami malaria
Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi
Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis
B 3 bulan yang lalu
Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang
tempat.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
11
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K
yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama
lebih kurang satu minggu.
D) PEMERIKSAAN FISIK
Aktivitas dan latihan
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya
seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K
menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K
dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya,
A.n K biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Bp. A
mengatakan An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur
dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya
bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
Kenyamanan dan nyeri
1) palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik
relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan
nyeri
2) Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit
berkurang nyerinya sesudah berkemih
3) Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien
mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga
selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi
urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi
sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi
12
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak
mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x
sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut
terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya
berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien
mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada
Sensori, persepsi dan kognitif.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan
Vital Sign:
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 400c
Kepala :
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang
terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit
kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
Leher :
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat
melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
Dada : paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi
pernapasan 20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding
dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada
saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
Abdomen :
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi
tdak ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi
terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus
normal terdengar 10 kali/menit.
13
Psiko sosio budaya dan spiritual
Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat
ingin BAK.
Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara
klien sopan.
Budaya
Tidak terkaji
Spiritual
Tidak terkaji
Pemeriksaan penunjang
Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga
diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral
Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
14
hematuria Instruksikan
Volume klien atau
pengeluaran urine keluarga
900-2100 untuk
CC/hari. mencatat
keluaran urin.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan
1. 1. Ajarkan klien
berhubungan tindakan keperawatan tekhnik relaksasi
dengan agen cidera selama 2x24 jam nafas dalam.
biologis maka nyeri yang
2. 2. Beri
dialami oleh An.K kompreshangat pa
berkurang dengan da bagian yang
kriteria hasil sbb: nyeri.
1. Selera makan
3. 3. Kolaborasi
klien kembali normal. dalam pemberian
2. Klien sudah tidak analgesik
mengalami gelisah. Ketorolax 2x
3. Klien dapat 0,5mg/kg/BB
beraktivitas kembali
seperti biasanya.
4. nyeri hilang atau
berkurang.
15
24/menit. 4. Anjurkan pada
2. Suhu tubuh klien klien untuk
dalam rentang 36,5- meningkatkan
37,5 istirahat.
16
Bab II
Penutup
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam sistem
kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa berupa ginjal, ureter, uretra, atau kandung
kemih. Etiologi penyebab infeksi saluran kemih (ISK) umumnya adalah Escherichia
coli.
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme masuk
ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih tersebut melalui tiga cara, yaitu:
1. Ascending.
2. Hematogen (descending).
3. Limfogen (jalur limfatik).
Gejala ISK yang timbul pun dapat berbeda antara infeksi saluran kemih bawah
dan atas.
Infeksi saluran kemih bawah yang melibatkan kandung kemih dan uretra biasanya
ditandai dengan adanya :
1) Dorongan kuat dan persisten untuk berkemih secara tiba – tiba.
2) Rasa nyeri atau tidak nyaman saat berkemih.
3) Rasa tidak tuntas atau terasa ada yang tertinggal saat berkemih.
4) Anyang – anyangan.
5) Kekeruhan pada air seni.
6) Perubahan warna air seni menjadi merah, merah muda terang, atau
kecoklatan.
7) Aroma air seni yang menyengat.
8) Nyeri pada perut bawah, terutama dialami pada wanita.
9) Rasa pegal dan mudah lelah.
Tanda dan gejala ISK yang umumnya terjadi pada infeksi saluran kemih atas yang
melibatkan organ ginjal dan ureter adalah :
1) Demam dengan suhu di atas 38oC.
2) Nyeri pada pinggang.
3) Menggigil.
4) Agitasi dan rasa tidak nyaman pada tubuh.
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ISK adalah urinalisis.
Selain itu ada beberapa pemeriksaan lainnya yaitu :
17
a. Tes Dipstik Urine.
b. Urinalisis Mikroskopik.
c. Kultur Urine dan Sensitivitas.
d. Ultrasonografi.
e. CT Scan Abdomen atau Pelvis.
f. Sitoskopi.
Untuk pengobatan ISK sendiri, diberikan pengobatan antibiotik secara empiris dan
harus sesuai dengan jenis infeksi yang terjadi.
B. Saran
Kami sebagai penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pembaca
dikarenakan banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kurang lebihnya
mohon dimaafkan. Kami juga berharap agar semua informasi yang tertera dalam
makalah ini dapat menjadi pengetahuan baru untuk semua pembaca, karena itu kami
mengucapkan terima kasih banyak.
18
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/infeksi-saluran-kemi h
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-saluran-kemih/etiologi
Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
3. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-pathogen interactions and
new treatment strategies. Nat Rev Microbiol. 2020;18(4):211-226. doi:10.1038/s41579-020-0324-0
4. Chu CM, Lowder JL. Diagnosis and treatment of urinary tract infections across age groups. Am J Obstet
Gynecol. 2018 Jul;219(1):40-51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231. Epub 2018 Jan 2. PMID: 29305250.
7. Medina M, Castillo-Pino E. An introduction to the epidemiology and burden of urinary tract infections.
Ther Adv Urol. 2019;11:1756287219832172. Published 2019 May 2. doi:10.1177/1756287219832172
11. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary Tract Infection. Ann Intern Med. 2017 Oct 3;167(7):ITC49-
ITC64. doi: 10.7326/AITC201710030. PMID: 28973215.
16. Hooton TM. Gupta K. Acute simple cystitis in women. Uptodate. 2021.
25. Kalinderi K, Delkos D, Kalinderis M, Athanasiadis A, Kalogiannidis I. Urinary tract infection during
pregnancy: current concepts on a common multifaceted problem. J Obstet Gynaecol. 2018
May;38(4):448-453. doi: 10.1080/01443615.2017.1370579. Epub 2018 Feb 6. PMID: 29402148.
https://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/319
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/infeksi-saluran-kemih/
diagnosis#:~:text=Pemeriksaan%20penunjang%20yang%20dapat%20dilakukan%20untuk
%20mendiagnosis%20ISK%20adalah%20urinalisis
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/infeksi-saluran-kemih-isk
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6581/4/
CHAPTER
%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiew4filJ76AhVq43MBHaKnAaI4ChAWegQIBRAB&usg=AOvVaw2W12MycEzrF
3AcS9UfwP9c
19
20