Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEMESTER IV MODUL – 12 (SALURAN KEMIH)

SKENARIO – 2

KELAINAN BAK PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH : NADHILAH UMARAH SYAMDRA (71190811061)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 29 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................1

1.3 Tujuan Pembelajaran...........................................................................2

BAB II..................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................3

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih.................................................................3

2.1.1 Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteria asimptomatik)..............3

2.1.2 Infeksi saluran kemih dengan gejala (Bakteri simptomatik)..............3

2.2. Etiologi Infeksi Saluran Kemih................................................................4

2.3 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih..........................................................5

2.4 Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih.................................................7

2.5 Diagnosis Infeksi Saluran Kemih..............................................................8

2.5.1 Riwayat medis.....................................................................................8

2.5.2 Tes urin...............................................................................................9

2.6 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih..................................................11

2.7 Prognosis Infeksi Saluran Kemih.............................................................12

2.8 Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih......................................................13

2.9 Komplikasi Infeksi Saluran Kemih..........................................................17

BAB III..............................................................................................................18

PENUTUP..........................................................................................................18

ii
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan
karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik
pria maupun wanita dari semua umur baik anak, remaja, dewasa
maupun umur lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan
angka populasi umum kurang lebih 5-15%.

Antibiotika merupakan terapi utama pada penyakit infeksi saluran


kemih. Hasil uji kultur dan tes sensitivitas sangat membantu dalam
pemilihan antibiotika yang tepat. Efektivitas terapi antibiotika pada
infeksi saluran kemih dapat dilihat dari penurunan angka lekosit urin
disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan
perbaikan status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk
pengobatan ISK harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: dapat
diabsorpsi dengan baik, ditoleransi oleh pasien, dapat mencapai kadar
yang tinggi dalam urin, serta memiliki spektrum terbatas untuk
mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan antibiotika harus
disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien.

1.2 Rumusan Masalah


KELUHAN B A K PADA IBU HAMIL

Seorang Ibu hamil usia 30 tahun, datang ke dokter. Ia mengeluh buang


air kecil terasa panas. Keluhan dialami sudah seminggu. Dokter

1
melakukan anamnesis. Didapatkan data, Ibu itu primigravida sekitar 12
minggu. TD: 120/90 MmHg, Nadi: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu
Tubuh: 36,80C.

Pada pemeriksaan Darah dan Urin rutin didapatkan Hb: 11 ; Leukosit:


10.000 ; Trombosit: 246.000 ; Lymposit: 20 ; Granulosit: 40. Urine
Makroskopis : urin agak keruh . Mikroskopis: Leukosit: 80-90/lp;
Eritrosit : 0-1/lpb ; Protein; (+) ; Bilirubin; (-) ; Epithel:(-).

1. Apa yang menyebabkan urin ibu tersebut agak keruh dan mengeluh
BAK terasa panas?
2. Bagaimana keadaan makroskopis dan mikroskopis urin normal?
3. Apakah keluhan yang dialami pasien termasuk akibat/risiko dari
kehamilan diatas umur 30 tahun?
4. Berapa leukosit normal pada ibu hamil?
5. Apakah hampir semua ibu hamil mengeluhkan keluhan yang sama
seperti pada skenario atau karena dipengaruhi oleh kehamilan yang
pertama?
6. Apakah protein (+) pada urin itu normal?
7. Apakah normal ketika dijumpai leukosit dan eritrosit pada urin?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1) Untuk mengetahui definisi infeksi saluran kemih.
2) Untuk mengetahui etiologi infeksi saluran kemih.
3) Untuk mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi saluran kemih.
5) Untuk mengetahui diagnosis infeksi saluran kemih.
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
7) Untuk mengetahui prognosis infeksi saluran kemih.
8) Untuk mengetahui faktor risiko infeksi saluran kemih.
9) Untuk mengetahui komplikasi infeksi saluran kemih.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukan
adanya mikroorganisme dalam urin (bakteriuria) yang bermakna
(significant bacteriuria). Infeksi saluran kemih sebagian besar
disebabkan oleh bakteri, namun virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya. Bakteri yang menjadi penyebabnya
merupakan bakteri gram negatif aerob yang biasa ditemukan pada
saluran pencernaan (Enterobacteriaceae) dan jarang disebabkan
oleh bakteri anaerob. Bakteri Escherichia coli merupakan
penyebab utama sebesar 70% – 90% dan bakteri lainnya berupa
Proteus, Klebsiella, kadang Enterobacter berperan pada sebagian
kecil infeksi ringan.

2.1.1 Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteria


asimptomatik)
Dimana terdapat bakteri dalam urin porsi tengah lebih dari
100.000 per ml urin. Urin diambil porsi tengah dengan cara
vulva dan meatus urethra eksternus dibersihkan terlebih
dahulu dengan bahan antiseptik. Pada urinalisis dapat
dijumpai adanya leukosit.

2.1.2 Infeksi saluran kemih dengan gejala (Bakteri


simptomatik)
Dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi saluran kemih
bagian bawah (sistitis akut) dan Infeksi saluran kemih
bagian atas (pielonefritis). Infeksi saluran kemih bagian
bawah (sistitis akut) disertai gejala berupa disuria,

3
terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah
suprasimpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria,
tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan
demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai
leukosit dan eritrosit. Infeksi saluran kemih bagian atas
(pielonefritis) disertai gejala berupa nyeri dan tegang pada
daerah sudut “costovertebral” atau daerah pinggang,
demam, mual dan muntah. Dapat juga disertai keluhan
seperti pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti
disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus,
nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar
ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan
urinalisis ditemukan leukosit. Pada pemeriksaan imunologi
didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi.

2.2. Etiologi Infeksi Saluran Kemih


Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan
oleh kuman gram negative. Escherichia coli adalah penyebab
paling umum dari infeksi saluran kemih, terhitung sekitar 80-90%
kasus. E coli bersumber dari flora fecal yang berkolonisasi ke
daerah periuretra sehingga menyebabkan infeksi menaik. Patogen
lain adalah sebagai berikut : Klebsiella pneumoniae, Proteus
mirabilis, Enterobacter species, Staphylococcus saprophyticus,
Group B beta- hemolytic Streptococcus, Proteus species.

Perubahan fisiologis pada ibu hamil yang berkaitan dengan ISK


terjadi pada kehamilan usia enam minggu, oleh karena adanya
perubahan fisiologis yaitu ureter ibu hamil menjadi dilatasi. Hal ini
juga disebut sebagai hidronefrosis kehamilan dimana memuncak
pada kehamilan minggu ke-22 hingga ke-26 dan berlangsung
sampai saatnya kelahiran. Peningkatan progesteron dan estrogen
saat hamil juga menyebabkan penurunan tonus ureter dan kandung

4
kemih. Peningkatan volum plasma semasa hamil menyebabkan
penurunan konsentrasi urin dan peningkatan volum urin dalam
ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini mengakibatkan terjadinya
stasis urinari dan uretero-vesikel refluks. Glikosuria dalam
kehamilan juga salah satu faktor terpenting yang menyebabkan ibu
hamil mudah untuk terkena ISK.

2.3 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih


Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan kehamilan
membuat ibu hamil yang sehat rentan terhadap komplikasi serius
pada saluran kemih. Para peneliti telah menyatakan pentingnya
perubahan fisiologis sebagai salah satu faktor untuk terjadinya ISK
selama kehamilan. Faktor-faktor seperti hormonal, mekanik dan
perubahan fisiologis selama kehamilan merupakan hal penting
dalam saluran kemih. Hal ini diduga memiliki dampak yang kuat
terhadap perolehan infeksi.

Perubahan fisiologis meliputi pembesaran uterus, penurunan aliran


urin melalui ureter (peristaltik urin) dan penurunan tonus kandung
kemih. Perubahan ini juga menyebabkan peningkatan volume
plasma sehingga memicu pertumbuhan bakteri. Pelebaran ureter
dimulai pada delapan minggu kehamilan yang mengakibatkan
perpindahan kandung kemih. Akibat dari pembesaran uterus yang
terjadi karena kompresi mekanik menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis.

Progesteron yang diproduksi selama kehamilan memungkinkan


relaksasi otot polos yang menyebabkan penurunan peristaltik dari
ureter yang bisa meningkatkan kapasitas berbilah dan stasis urin.
Perubahan ini dapat memfasilitasi pertumbuhan bakteri.

Volume plasma yang meningkat selama kehamilan dapat


mengurangi konsentrasi urin dan dapat meningkatkan kadar

5
hormon progesteron dan estrogen. Hal ini dapat menurunkan
kemampuan saluran kemih bagian bawah untuk bertahan melawan
patogen.

Berbagai faktor seperti pelebaran ureter, peningkatan volume


kandung kemih dan penurunan tonus kandung kemih menyebabkan
peningkatan stasis kemih dan ureterovescical refluks. Hal ini juga
dapat meningkatkan lingkup urine untuk tetap berada di kandung
kemih sehingga berfungsi sebagai media pertumbuhan yang baik
bagi patogen untuk memperbanyak diri. Jumlah bakteri dan sel-sel
darah putih dalam sampel urin menentukan keparahan infeksi. Ada
beberapa kasus di mana ibu hamil dengan tes urin positif tidak
memiliki gejala infeksi. Studi penelitian terdahulu menyatakan
adanya keterlibatan berbagai kesatuan klinis yang terkait dengan
ISK seperti uretritis, sistitis, pielonefritis berat dan pielonefritis
persisten. Kehadiran mikroorganisme dalam urin merupakan tanda
yang penting dalam mengindikasikan bahwa infeksi mulai terjadi.
Kondisi tanpa gejala dan dengan gejala terbatas pada kolonisasi
urin tanpa respon pemicu. Keberadaan sel nanah dalam urin tanpa
gejala sangat penting untuk mengindikasikan kondisi bakteriuria
asimtomatik dan adanya sel-sel nanah dalam urine dikenal sebagai
piuria. Individu dengan bakteriuria asimtomatik sangat rentan
untuk terjadi bakteriuria simptomatik yang dapat mengakibatkan
konsekuensi yang parah tergantung pada tahap infeksi dan kondisi
pasien.

6
Gambar 2.1 Patofisiologi ISK

2.4 Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih


Manifestasi klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari
tanpa gejala (asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) dari
yang ringan (panas, uretritis, sistitis) hingga cukup berat
(pielonefritis akut, batu saluran kemih dan bakteremia).

Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa
sakit saat buang air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna
air seni sangat pekat seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang,
hematuria (kencing berdarah), perasaan tertekan pada perut bagian
bawah, rasa tidak nyaman pada bagian panggul serta tidak jarang
pula penderita mengalami panas tubuh. Kasus asimptomatik
berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya infeksi
simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

7
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada
lokalisasi infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas
pielonefritis yang paling sering dijumpai, ditandai dengan adanya
demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang
disertai diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak spesifik
berupa mudah terangsang, tidak nafsu makan dan berat badan yang
menurun, pada anak usia <2 tahun dapat disertai demam.

2.5 Diagnosis Infeksi Saluran Kemih


Gold standard untuk diagnosis infeksi saluran kemih adalah
deteksi patogen dengan adanya gejala klinis. Patogen dapat
dideteksi dan diidentifikasi dari pemeriksaan kultur urin
menggunakan midstream urine. Hal ini juga memungkinkan
estimasi tingkat bakteriuria. Namun, tingkat minimum bakteriuria
yang menunjukkan infeksi saluran kemih belum didefinisikan
dalam literatur ilmiah atau standar oleh laboratorium mikrobiologi.
Banyak laboratorium menetapkan 105 colony forming units/ml
(cfu/ml) urin sebagai ambang batas. Namun, ambang batas tersebut
menyebakan banyak kehilangan infeksi yang terkait. Oleh karena
itu ada rekomendasi lain untuk diagnosis ISK menggunakan
ambang batas 103cfu/ml, tergantung pada jenis bakteri yang
terdeteksi.

2.5.1 Riwayat medis

Diagnosis klinis infeksi saluran kemih pada dasarnya


didasarkan pada riwayat medis. Spesifik data yang telah
ditetapkan dari studi klinis dapat meningkatkan atau
menurunkan infeksi saluran kemih. Faktor-faktor yang
mungkin dapat meningkatkan infeksi saluran kemih antara
lain disuria, poliuria, nokturia, adanya atau meningkatnya

8
inkontinen, mikrohematuria, nyeri suprapubik, bau
menyengat pada urin atau urin berwarna keruh dan adanya
riwayat ISK sebelumnya.

Selain itu, faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan


kemungkinan ISK antara lain hubungan seksual dalam dua
minggu sebelumnya, kontrasepsi dengan DMPA (depot
medroxyprogesterone acetate), pemakaian antibiotik dalam
dua sampai empat minggu sebelumnya, dan diabetes
mellitus.

2.5.2 Tes urin


Tes urin adalah unsur penting kedua dalam uji coba
diagnostik infeksi saluran kemih. Pemeriksaan yang paling
ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan
pielonefritis), nilai ambang batas yang digunakan adalah
103 cfu/ml. Untuk ISK tak bergejala (bakteriuria
asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah
105cfu/ml. Dalam diagnosis bakteriuria asimtomatik pada
perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan sampel
yang berasal dari urin porsi tengah yang diambil secara
bersih (midstream, clean catch urine sample).

Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak


langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi.
Metode yang sering dipakai adalah tes celup urin, yang
dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit,
protein, dan darah di dalam urin. Idealnya, semua uji nitrit
positif untuk diagnosis ISK pada kehamilan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin pancar tengah
yang diambil secara bersih.

9
Untuk pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel
urin harus diambil dengan teknik pancar tengah yang
diambil secara bersih untuk menghindari kontaminasi.
Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup urin,
sampel urin yang digunakan harus berasal dari urin pertama
pada pagi hari segera sesudah pasien bangun tidur. Kalau
pemeriksaan bukan pagi hari, ibu diminta untuk menahan
buang air kecil minimal dua jam sebelum urin diambil
untuk diperiksa. Ini penting diingat karena diperlukan
waktu yang cukup untuk berubahnya nitrat menjadi nitrit di
dalam kandung kemih.

Tahapan pengambilan sampel urin porsi tengah yang


diambil secara bersih adalah sebagai berikut : cuci labia dan
perineum dengan air dan sabun; duduk atau jongkok di
toilet dengan posisi kaki mengangkang, buka labia dengan
dua jari; gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi
dengan air steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT, air
yang sudah dimasak selama minimal 30 menit) untuk
membersihkan daerah sekitar orifisium uretra dan bagian
dalam labia. Kasa/kapas/tisu diusapkan satu kali saja dari
arah orifisium uretra ke arah vagina. Bila diperlukan, harus
digunakan kasa/kapas/tisu yang baru dengan arah
pengusapan yang sama (Gambar 2a); keluarkan sedikit
kemih tanpa ditampung, lalu tahan sesaat sebelum
melanjutkan berkemih ke dalam wadah urin yang
diletakkan sedekat mungkin dengan muara uretra tanpa
menyentuh daerah genitalia (Gambar 2b & 2c). Pastikan
wadah urin minimal terisi separuhnya; setelah wadah urin
terisi, sisihkan wadah tersebut dan selesaikan berkemih.

10
Gambar 2.2 Pengambilan sampel urin porsi tengah yang
diambil secara bersih

(a) Pasien membersihkan vulva dengan kapas/kasa/tisu


steril/DTT dari arah orifisium uretra ke vagina. (b) Pasien
membuka labia dengan dua jari sebelum mengeluarkan
sedikit urin tanpa ditampung. (c) Menampung urin pada
wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan muara
uretra tanpa menyentuh daerah genitalia.

2.6 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih


Semua ISK pada kehamilan, baik bergejala maupun tidak, harus
diterapi. Oleh sebab itu, skrining bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan dilakukan minimal satu kali pada setiap trimester.
Pilihan terapi ISK pada kehamilan serta lama terapi adalah sebagai
berikut: golongan antibiotik oral seperti amoksisilin 3 x 500mg,
sefadroksil 2 x 500 mg, sefaleksin 3 x 250 mg, fosfomisin 3 g dosis
tunggal, atau nitrofurantonin 3 x 100 mg yang tidak digunakan
pada trimester tiga dan kotrimoksazol 2 x 960 mg yang hanya
boleh digunakan pada trimester kedua. Sedangkan untuk golongan
antibiotik intravena khusus untuk pielonefritis seperti sfuroksim 3
x 750 mg – 1,5 g, amoksisilin 3 x 1 g, seftriakson 1 x 2 g,
ampisilin-sulbaktam 4 x 3 g (2 g ampisilin + 1 g sulbaktam),

11
gentamisin 5-7 mg/kg sebagai dosis awal dan untuk dosis
berikutnya diberikan 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi dengan
tetap memantau kadar gentamisin serum. Gentamisin digunakan
pada wanita dengan alergi terhadap penisilin dan sefalosporin atau
organism resisten terhadap penisilin dan sefalosporin. Untuk lama
terapi, diberikan selama 3 hari pada kasus bakteria asimptomatik,
5-7 hari untuk kasus sistisis akut, dan 10-14 hari untuk kasus
pielonefritis. Nitrofurantoin harus dihindari pada trimester ketiga
karena berisiko menyebabkan anemia hemolitik pada neonatus.

Beberapa penelitian menemukan adanya resistensi antibiotik yang


cukup tinggi pada bakteri patogen yang menyebabkan ISK, antara
lain extended spectrum betalactamase E.coli (ESBL) dan MRSA
(methicillin resistant staphylococcus aureus). Golongan antibiotik
yang sudah dilaporkan mengalami resistensi adalah golongan
betalaktam, kuinolon, dan aminoglikosida. Antibiotik yang masih
jarang dilaporkan resistens adalah golongan glikopeptida,
nitrofurantoin, dan karbapenem. Oleh sebab itu, sangatlah penting
untuk memilih antibiotik berdasarkan profil bakteri patogen dan
sensitivitas antibiotik setempat.

2.7 Prognosis Infeksi Saluran Kemih


Jika ISK dibiarkan berlangsung dan tidak diobati dapat
menyebabkan infeksi pada ginjal dan pielonefritis. Bakteriuria
yang berkembang menjadi pielonefritis selama kehamilan
dikaitkan dengan hasil yang kurang baik bagi ibu dan anak,
termasuk sepsis dan anemia pada ibu, kelahiran prematur dan berat
badan lahir rendah (BBLR), serta kematian perinatal. Bahkan tanpa
pengembangan menjadi pielonefritis, infeksi saluran kemih selama
kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi ibu,
anemia, amnionitis, dan kelahiran prematur, dan BBLR. Jika di

12
awal ISK segera ditangani secara benar, maka ISK tidak akan
membahayakan pada bayi.

2.8 Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih


Faktor risiko adalah hal-hal yang secara jelas mempermudah
terjadinya suatu kejadian. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap
timbulnya ISK oleh MDRO (Multi Drug Resistence Organism)
yaitu :

1. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula.
Bakteriuria meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi
20% pada usia 80 tahun. Pada usia tua, seseorang akan
mengalami penurunan sistem imun, hal ini akan memudahkan
timbulnya ISK. Wanita yang telah menopause akan mengalami
perubahan lapisan vagina dan penurunan estrogen, hal ini akan
mempermudah timbulnya ISK. Pada usia tua, seseorang mudah
terpapar infeksi MDRO khususnya Methicillin-resistant S.
aureus (MRSA) karena beberapa faktor seperti penurunan
status fungsional dan frailty syndrome.
2. Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi
pada individu yang diabetes daripada yang tidak. Hal itu dapat
terjadi karena disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan
distensi vesica urinaria serta penurunan kontraktilitas detrusor
dan hal ini meningkatkan residu urin maka mudah terjadi
infeksi. Faktor lain yang dapat menyebabkan ISK adalah
menderita diabetes lebih dari 20 tahun, retinopati, neuropati,
penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Konsentrasi glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi
fagosit dari leukosit polimorfonuklear. Kombinasi dari

13
beberapa faktor diatas menjadi penyebab insidensi ISK dan
keparahan ISK pada pasien diabetes mellitus.
3. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau
instrumentasi urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter,
bakteri dapat memasuki vesica urinaria melalui 4 tempat : the
meatus-cathether junction, the cathether-drainage tubing
junction, the drainage tubing-bag junction, dan pintu drainase
pada kantung urin. Pada kateterisasi dengan waktu singkat,
bakteri yang paling banyak ditemukan adalah E. coli. Bakteri
lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K. pneumonia,
Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada
kateterisasi jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan
adalah E. coli, bakteri ini menempel pada uroepitelium.
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional
dapat menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada
pasien yang mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari
sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
mengurangi jumlah bakteri lactobacillus yang melindungi. Hal
ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di
vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian antimikroba β-
lactam meningkatkan kolonisasi E. coli, pemberian
trimethoprim dan nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi
E. coli. E. coli merupakan penyebab terbanyak ISK. Resistensi
E. coli terhadap antibiotik meningkat dengan cepat, terutama
resistensi terhadap fluorokuinolon dan cephalosporin generasi
3 dan 4.
5. Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)
National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan
pada pasien ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa ISK merupakan infeksi terbanyak pada pasien kritis di

14
ICU. Disebutkan bahwa penyebabnya adalah penggunaan
antibiotik yang tinggi multipel pada satu pasien sehingga
menimbulkan peningkatan resistensi terhadap antimikroba.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menimbulkan
resistensi melalui mekanisme antibiotic selective pressure,
antibiotik akan membunuh bakteri yang peka sehingga bakteri
yang resisten menjadi berkembang. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya resistensi di ICU adalah penyakit
serius yang diderita, penggunaan alat kesehatan invasif dalam
waktu lama, dan waktu tinggal di rumah sakit yang lama.
6. Perawatan kesehatan jangka panjang
Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien perawatan
jangka panjang adalah infeksi respiratorius dan traktus
urinarius (ISK), khususnya infeksi oleh Extended Spectrum
Beta Lactamase Producers (ESBLs) yaitu E. coli. Kejadian
resistensi antimikroba pada pasien perawatan kesehatan jangka
panjang tinggi dikarenakan populasi pasien yang sangat rentan
terhadap infeksi dan kolonisasi. Penurunan sistem imun,
beberapa komorbiditas, dan penurunan fungsional pada pasien
perawatan jangka panjang akan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi dan melemahkan pertahanan tubuh melawan
infeksi. Pasien perawatan kesehatan jangka panjang sering
menerima pengobatan empiris dengan antibiotik spektrum luas,
ini meningkatkan antibiotic selective pressure sehingga
menimbulkan resistensi.
7. Keganasan hematologic
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut
dan neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi.
Bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan
kanker bisa merupakan bakteri gram negatif (E. coli, P.
aeruginosa, Klebsiella) atau bakteri gram positif (S. Aureus dan
Enterococcus). Neutrofil memegang peranan penting sebagai

15
agen pertahanan tubuh manusia dalam melawan berbagai
bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang
ekstrim menyebabkan peningkatan resistensi bakteri.
Kemoterapi dosis tinggi, neutropenia yang parah dan
berkepanjangan, serta profilaksis fluorokuinolon dan
trimethoprim-sulfamethoxazole merupakan pemicu terjadinya
infeksi pada pasien keganasan hematologi oleh bakteri yang
resisten terhadap antibiotik.
8. Pasien hemodialisa
Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar
MDRO, maka meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh
MDRO. Peningkatan kerentanan itu disebabkan oleh dialisat
yang terkontaminasi, transien bakteremia yang disebabkan
karena terdapat akses ke pembuluh darah yang menjadikannya
sebagai port d’entree bakteri MDRO, dan kelebihan Fe. Kateter
dialisis melukai lapisan kulit normal sehingga membentuk jalan
masuk bakteri ke pembuluh darah. Keberadaan benda asing
dalam tubuh menimbulkan kekurangan imun lokal dengan jalan
pengaktifan fungsi fagosit dari sel polimorfonuklear. Hal ini
akan menyebabkan “exhausted neutrophils” yang
menimbulkan penurunan aktivitas pembunuhan bakteri secara
nyata jika kemudian terinfeksi bakteri.
9. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM)
Infeksi MDRO pada ulkus DM sangat lazim ditemukan, hal ini
berhubungan dengan kontrol level glukosa yang inadekuat.
Bakteri gram negatif yang sering ditemukan adalah Proteus dan
bakteri gram positif yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada
kaki sangat rentan terhadap infeksi, dan akan menyebar secara
cepat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan yang luar
biasa. Durasi infeksi lebih dari satu bulan, penggunaan

16
2
antibiotik sebelumnya, dan ukuran ulkus lebih dari 4 cm lebih
memungkinkan terkena MDRO.

2.9 Komplikasi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih yang dibiarkan tidak tertangani dapat
menyebabkan infeksi ginjal (pielonefritis). Kondisi ini akan
mengakibatkan kerusakan ginjal permanen. ISK juga berisiko
untuk kambuh dalam kurun waktu 6 bulan, atau hingga empat kali
dalam setahun.

Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang tidak
tertangani adalah:

1. Urosepsis.
2. Nekrosis papilla ginjal.
3. Terbentuknya batu saluran kemih.
4. Supurasi atau pembentukan abses.
5. Granuloma.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan saluran kemih dan perubahan imunologi kehamilan
mempengaruhi wanita untuk infeksi saluran kemih. Perubahan
fisiologis saluran kemih termasuk pelebaran ureter dan kelopak
ginjal hal ini terjadi karena relaksasi otot polos terkait progesteron
dan kompresi ureter dari uterus yang sedang hamil. Kapasitas
kandung kemih yang menurun biasanya menyebabkan frekuensi
buang air kecil. Dapat terlihat refluks vesikoureteral. Perubahan ini
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

Selama kehamilan, perubahan saluran kemih mempengaruhi


wanita untuk mengalami infeksi. Dilatasi ureter terlihat karena
kompresi ureter dari uterus yang sedang hamil. Efek hormonal
progesteron juga dapat menyebabkan relaksasi otot polos yang
menyebabkan pelebaran dan stasis urin, dan peningkatan refluks
vesikoureteral. Organisme yang menyebabkan ISK pada kehamilan
adalah uropatogen yang sama yang terlihat pada individu yang
tidak hamil. Seperti pada pasien tidak hamil, uropatogen ini
memiliki protein yang ditemukan di permukaan sel yang
meningkatkan adhesi bakteri yang menyebabkan peningkatan
virulensi. Kateterisasi urin, yang sering dilakukan selama
persalinan, dapat menyebabkan bakteri penyebab ISK. Pada
periode postpartum, perubahan sensitivitas kandung kemih dan
overdistensi kandung kemih dapat menjadi predisposisi ISK.

Kehamilan adalah keadaan immunocompromise relatif. Penurunan


sistem kekebalan ini mungkin menjadi penyebab lain peningkatan
frekuensi ISK yang terlihat pada kehamilan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. J. Bono, Michael  dan Wanda C. Reygaert. 2020. Infeksi Saluran


Kemih. Treasure Island (FL): Statpearls.
2. Sari L. 2018. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Faktor
Resiko. Lampung : FKUNILA.
3. Sukandar E. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 564-8.
4. Tonolini M. Imaging and Intervention in Urinary Tract Infections and
Urosepsis. Springer International Publishing, 2018.
5. Szweda H, Jóźwik M. "Urinary Tract Infections During Pregnancy ͵ an
Updated Overview." Dev Period Med. 20:4 (2017):263-272.
6. Liza. 2006. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: FK UI.
33.

19
Lembar Penilaian Makalah

N BAGIAN YANG SKOR NILAI


O DINILAI

1. Ada Makalah 60

2. Kesesuaian dengan 0-10

LO

3. Tata cara penulisan 0-10

4. Pembahasan materi 0-10

5. Cover dan 0-10

penjilidan

Total :

NB :

LO = Learning Objective

Medan, 29 Maret 2021

Dinilai oleh:

Tutor

(Prof.dr. Dr.dr. Umar Zein, DTM&H, Sp. PD, KPTI)

Anda mungkin juga menyukai