SKENARIO – 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan kemampuan sederhana
yang kami miliki . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II..................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
BAB III..............................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................18
ii
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
melakukan anamnesis. Didapatkan data, Ibu itu primigravida sekitar 12
minggu. TD: 120/90 MmHg, Nadi: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu
Tubuh: 36,80C.
1. Apa yang menyebabkan urin ibu tersebut agak keruh dan mengeluh
BAK terasa panas?
2. Bagaimana keadaan makroskopis dan mikroskopis urin normal?
3. Apakah keluhan yang dialami pasien termasuk akibat/risiko dari
kehamilan diatas umur 30 tahun?
4. Berapa leukosit normal pada ibu hamil?
5. Apakah hampir semua ibu hamil mengeluhkan keluhan yang sama
seperti pada skenario atau karena dipengaruhi oleh kehamilan yang
pertama?
6. Apakah protein (+) pada urin itu normal?
7. Apakah normal ketika dijumpai leukosit dan eritrosit pada urin?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah
suprasimpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria,
tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan
demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai
leukosit dan eritrosit. Infeksi saluran kemih bagian atas
(pielonefritis) disertai gejala berupa nyeri dan tegang pada
daerah sudut “costovertebral” atau daerah pinggang,
demam, mual dan muntah. Dapat juga disertai keluhan
seperti pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti
disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus,
nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar
ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan
urinalisis ditemukan leukosit. Pada pemeriksaan imunologi
didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi.
4
kemih. Peningkatan volum plasma semasa hamil menyebabkan
penurunan konsentrasi urin dan peningkatan volum urin dalam
ginjal. Kombinasi dari seluruh faktor ini mengakibatkan terjadinya
stasis urinari dan uretero-vesikel refluks. Glikosuria dalam
kehamilan juga salah satu faktor terpenting yang menyebabkan ibu
hamil mudah untuk terkena ISK.
5
hormon progesteron dan estrogen. Hal ini dapat menurunkan
kemampuan saluran kemih bagian bawah untuk bertahan melawan
patogen.
6
Gambar 2.1 Patofisiologi ISK
Gejala yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa
sakit saat buang air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna
air seni sangat pekat seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang,
hematuria (kencing berdarah), perasaan tertekan pada perut bagian
bawah, rasa tidak nyaman pada bagian panggul serta tidak jarang
pula penderita mengalami panas tubuh. Kasus asimptomatik
berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya infeksi
simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
7
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada
lokalisasi infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas
pielonefritis yang paling sering dijumpai, ditandai dengan adanya
demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang
disertai diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak spesifik
berupa mudah terangsang, tidak nafsu makan dan berat badan yang
menurun, pada anak usia <2 tahun dapat disertai demam.
8
inkontinen, mikrohematuria, nyeri suprapubik, bau
menyengat pada urin atau urin berwarna keruh dan adanya
riwayat ISK sebelumnya.
9
Untuk pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel
urin harus diambil dengan teknik pancar tengah yang
diambil secara bersih untuk menghindari kontaminasi.
Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup urin,
sampel urin yang digunakan harus berasal dari urin pertama
pada pagi hari segera sesudah pasien bangun tidur. Kalau
pemeriksaan bukan pagi hari, ibu diminta untuk menahan
buang air kecil minimal dua jam sebelum urin diambil
untuk diperiksa. Ini penting diingat karena diperlukan
waktu yang cukup untuk berubahnya nitrat menjadi nitrit di
dalam kandung kemih.
10
Gambar 2.2 Pengambilan sampel urin porsi tengah yang
diambil secara bersih
11
gentamisin 5-7 mg/kg sebagai dosis awal dan untuk dosis
berikutnya diberikan 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi dengan
tetap memantau kadar gentamisin serum. Gentamisin digunakan
pada wanita dengan alergi terhadap penisilin dan sefalosporin atau
organism resisten terhadap penisilin dan sefalosporin. Untuk lama
terapi, diberikan selama 3 hari pada kasus bakteria asimptomatik,
5-7 hari untuk kasus sistisis akut, dan 10-14 hari untuk kasus
pielonefritis. Nitrofurantoin harus dihindari pada trimester ketiga
karena berisiko menyebabkan anemia hemolitik pada neonatus.
12
awal ISK segera ditangani secara benar, maka ISK tidak akan
membahayakan pada bayi.
1. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula.
Bakteriuria meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi
20% pada usia 80 tahun. Pada usia tua, seseorang akan
mengalami penurunan sistem imun, hal ini akan memudahkan
timbulnya ISK. Wanita yang telah menopause akan mengalami
perubahan lapisan vagina dan penurunan estrogen, hal ini akan
mempermudah timbulnya ISK. Pada usia tua, seseorang mudah
terpapar infeksi MDRO khususnya Methicillin-resistant S.
aureus (MRSA) karena beberapa faktor seperti penurunan
status fungsional dan frailty syndrome.
2. Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi
pada individu yang diabetes daripada yang tidak. Hal itu dapat
terjadi karena disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan
distensi vesica urinaria serta penurunan kontraktilitas detrusor
dan hal ini meningkatkan residu urin maka mudah terjadi
infeksi. Faktor lain yang dapat menyebabkan ISK adalah
menderita diabetes lebih dari 20 tahun, retinopati, neuropati,
penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Konsentrasi glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi
fagosit dari leukosit polimorfonuklear. Kombinasi dari
13
beberapa faktor diatas menjadi penyebab insidensi ISK dan
keparahan ISK pada pasien diabetes mellitus.
3. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau
instrumentasi urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter,
bakteri dapat memasuki vesica urinaria melalui 4 tempat : the
meatus-cathether junction, the cathether-drainage tubing
junction, the drainage tubing-bag junction, dan pintu drainase
pada kantung urin. Pada kateterisasi dengan waktu singkat,
bakteri yang paling banyak ditemukan adalah E. coli. Bakteri
lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K. pneumonia,
Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada
kateterisasi jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan
adalah E. coli, bakteri ini menempel pada uroepitelium.
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional
dapat menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada
pasien yang mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari
sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
mengurangi jumlah bakteri lactobacillus yang melindungi. Hal
ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di
vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian antimikroba β-
lactam meningkatkan kolonisasi E. coli, pemberian
trimethoprim dan nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi
E. coli. E. coli merupakan penyebab terbanyak ISK. Resistensi
E. coli terhadap antibiotik meningkat dengan cepat, terutama
resistensi terhadap fluorokuinolon dan cephalosporin generasi
3 dan 4.
5. Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)
National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan
pada pasien ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa ISK merupakan infeksi terbanyak pada pasien kritis di
14
ICU. Disebutkan bahwa penyebabnya adalah penggunaan
antibiotik yang tinggi multipel pada satu pasien sehingga
menimbulkan peningkatan resistensi terhadap antimikroba.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menimbulkan
resistensi melalui mekanisme antibiotic selective pressure,
antibiotik akan membunuh bakteri yang peka sehingga bakteri
yang resisten menjadi berkembang. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya resistensi di ICU adalah penyakit
serius yang diderita, penggunaan alat kesehatan invasif dalam
waktu lama, dan waktu tinggal di rumah sakit yang lama.
6. Perawatan kesehatan jangka panjang
Infeksi yang paling banyak terjadi pada pasien perawatan
jangka panjang adalah infeksi respiratorius dan traktus
urinarius (ISK), khususnya infeksi oleh Extended Spectrum
Beta Lactamase Producers (ESBLs) yaitu E. coli. Kejadian
resistensi antimikroba pada pasien perawatan kesehatan jangka
panjang tinggi dikarenakan populasi pasien yang sangat rentan
terhadap infeksi dan kolonisasi. Penurunan sistem imun,
beberapa komorbiditas, dan penurunan fungsional pada pasien
perawatan jangka panjang akan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi dan melemahkan pertahanan tubuh melawan
infeksi. Pasien perawatan kesehatan jangka panjang sering
menerima pengobatan empiris dengan antibiotik spektrum luas,
ini meningkatkan antibiotic selective pressure sehingga
menimbulkan resistensi.
7. Keganasan hematologic
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut
dan neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi.
Bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan
kanker bisa merupakan bakteri gram negatif (E. coli, P.
aeruginosa, Klebsiella) atau bakteri gram positif (S. Aureus dan
Enterococcus). Neutrofil memegang peranan penting sebagai
15
agen pertahanan tubuh manusia dalam melawan berbagai
bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang
ekstrim menyebabkan peningkatan resistensi bakteri.
Kemoterapi dosis tinggi, neutropenia yang parah dan
berkepanjangan, serta profilaksis fluorokuinolon dan
trimethoprim-sulfamethoxazole merupakan pemicu terjadinya
infeksi pada pasien keganasan hematologi oleh bakteri yang
resisten terhadap antibiotik.
8. Pasien hemodialisa
Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar
MDRO, maka meningkatkan risiko terjadinya ISK oleh
MDRO. Peningkatan kerentanan itu disebabkan oleh dialisat
yang terkontaminasi, transien bakteremia yang disebabkan
karena terdapat akses ke pembuluh darah yang menjadikannya
sebagai port d’entree bakteri MDRO, dan kelebihan Fe. Kateter
dialisis melukai lapisan kulit normal sehingga membentuk jalan
masuk bakteri ke pembuluh darah. Keberadaan benda asing
dalam tubuh menimbulkan kekurangan imun lokal dengan jalan
pengaktifan fungsi fagosit dari sel polimorfonuklear. Hal ini
akan menyebabkan “exhausted neutrophils” yang
menimbulkan penurunan aktivitas pembunuhan bakteri secara
nyata jika kemudian terinfeksi bakteri.
9. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM)
Infeksi MDRO pada ulkus DM sangat lazim ditemukan, hal ini
berhubungan dengan kontrol level glukosa yang inadekuat.
Bakteri gram negatif yang sering ditemukan adalah Proteus dan
bakteri gram positif yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada
kaki sangat rentan terhadap infeksi, dan akan menyebar secara
cepat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan yang luar
biasa. Durasi infeksi lebih dari satu bulan, penggunaan
16
2
antibiotik sebelumnya, dan ukuran ulkus lebih dari 4 cm lebih
memungkinkan terkena MDRO.
Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang tidak
tertangani adalah:
1. Urosepsis.
2. Nekrosis papilla ginjal.
3. Terbentuknya batu saluran kemih.
4. Supurasi atau pembentukan abses.
5. Granuloma.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan saluran kemih dan perubahan imunologi kehamilan
mempengaruhi wanita untuk infeksi saluran kemih. Perubahan
fisiologis saluran kemih termasuk pelebaran ureter dan kelopak
ginjal hal ini terjadi karena relaksasi otot polos terkait progesteron
dan kompresi ureter dari uterus yang sedang hamil. Kapasitas
kandung kemih yang menurun biasanya menyebabkan frekuensi
buang air kecil. Dapat terlihat refluks vesikoureteral. Perubahan ini
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
LO
penjilidan
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Tutor