TINGKAT III B
Kelompok 7 :
Jakarta
September, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, makalah yang berjudul Infeksi Saluran Kemih ini dapat terselesaikan dengan
tepat pada waktunya.
Tujuan dibuatnya makalah tersebut kami harap dapat menambah pengetahuan kami
lebih mendalam tentang terapi bermain pada anak dan untuk para pembaca agar
menambah pengetahuan. Kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada :
Kami menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami harapkan adanya kritik dan saran.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................6
2.1 Definisi.............................................................................................................................6
2.2 Gambaran Klinis..............................................................................................................8
2.3 Etiologi.............................................................................................................................8
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................9
2.5 Tanda dan gejala.............................................................................................................10
2.6 Diagnosa..........................................................................................................................11
2.7 Penatalaksanaan..............................................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Bakteri patogen penyebab infeksi saluran kemih seringkali dapat diperkirakan, dan E.
coli merupakan bakteri patogen utama baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap
(Sahm, et al.,2001). Staphylococcus saprophyticus, Klebsiella spp., Proteus spp.,
Enterococcus spp. dan Enterobacter spp., merupakan patogen lain yang menjadi
penyebab infeksi saluran kemih, namun jarang ditemukan (Sahm, et al., 2001)
Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan usia dan jenis
kelamin, biasanya ditandai dengan adanya bakteri dalam jumlah tertentu di urin
(bakteriuria) yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada bayi baru lahir
sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih pada rentang usia
ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki. Kejadian infeksi pada
bayi dihubungkan dengan abnormalitas struktur dan fungsional saluran kemihnya,
kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih diyakini sebagai salah satu faktor resiko
terkena infeksi saluran kemih. Pada usia 1 sampai 5 tahun prevalensinya meningkat
antara pria dan wanita masing-masing sekitar 4,5% dan 0,5% dan sekitar 8% wanita
pernah mendapat infeksi saluran kemih pada masa kanak-kanaknya. Pada masa remaja,
prevalensi infeksi saluran kemih meningkat secara dramatis dari 1% sebelum puber
hingga menjadi 4% pada masa setelah puber. Kenaikan ini pada umumnya dihubungkan
dengan perilaku seksual, dimana pada usia pertumbuhan sebagian remaja sudah mulai
melakukan aktivitas seksual (Coyle dan Prince, 2005)
ISK merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi dirumah sakit, sejumlah
40% infeksi nosokomial adalah ISK dan 80% ISK terjadi setelah terpasang kateterisasi
(Darmadi, 2008). Schaffer (2007) menjelaskan sekitar 66% - 86% infeksi nosokomial
jenis ISK terjadi setelah instrumentasi traktus urinarius, adanya kateter indwelling
dalam traktus urinarius dapat menimbulkan infeksi. Pemakaian kateter dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih (Weber R, 2004)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud infeksi saluran kemih.
2. Untuk mengetahui etiologi, patofisilogi, tanda dan gejala serta diagnose.
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaanya secara umum dan dalam kasus.
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai penambahan
informasi secara keseluruhan tentang Infeksi Saluran Kemih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pielonefritis adalah penyakit yang sebenarnya merupakan bagian dari Infeksi Saluran
Kemi, namun lebih dikenal dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK), ISK merupakan
infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau
kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002)
Dari segi anatomi infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam
yaitu
Infeksi saluran kemih bagian atas terdiri dari pielonefritis yaitu infeksi yang
melibatkan ginjal. Pada infeksi saluran kemih bagian atas ini diklasifikasikan
lagi berdasarkan waktu terserangnya, yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena
terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih
bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal.
Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses
dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.Kronis.
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena
faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
b. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar
Dari segi iklinik infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam
yaitu :
Menurut Ikatan Dokter Indonesia IDI (2011), beberapa penatalaksaan medis mengenai
infeksi saluran kemih (ISK) antara lain :
1. Medikamentosa
Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil biakan urin dan uji
kepekaan, antibiotik diberikan secara empiric selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi
akut. Jenis antibiotik dan dosis dapat dilihat pada lampiran. Anak yang mengalami
dehidrasi, muntah, atau tidak dapat minum oral, berusia satu bulan atau kurang, atau
dicurigai mengalami urosepsis sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk rehidrasi dan
terapi antibiotik intravena.
3. Bedah
Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang ditemukan.
4. Suportif
Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan yang cukup,
perawatan hygiene daerah perineum dan periuretra, serta pencegahan konstipasi.
5. Pemantauan
Terapi Pengobatan fase akut di mulai, gejala ISK umumnya menghilang. Bila belum
menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain. Pemeriksaan kultur dan
uji resistensi urin ulang dilakukan 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan
bila memungkinkan setelah 1 bulan dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotic
sesuai hasil uji kepekaan.
6. Tumbuh kembang
ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh kembang, sedangkan ISK
kompleks bila disertai dengan gagal ginjal kronik akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic pada infeksi saluran kemih
(ISK) yaitu :
1. Biopsi gijal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan untuk
pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop cahaya, electron, atau
imunofluresen.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pielonefritis adalah penyakit yang sebenarnya merupakan bagian dari Infeksi
Saluran Kemi, namun lebih dikenal dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) atas. Infeksi
Saluran Kemih adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam
jumlah tertentu. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung
lebih dari 105 bakteri/ml
b. ISK umunya disebabkan karena adanya infeksi akibat bakteri yang pathogen
c. Gejalanya : rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik. sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam.
3.2 Saran
Kami harapkan teman-teman mampu meberikan Asuhan Keperawatan, khusunya bagi
klien anak dengan penyakit Infeksi Saluran kemih (ISK) untuk mengkaji lebih dalam
lagi keluhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC
Donna L, Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan Pertama. Jakarta:
EGC
Purnomo, B. Basuki. (2011). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Agung Seto
Saputra, L. (2010). Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: Binarupa Aksara.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku saku Diagnosis Keperawatan: NANDA, intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
TAMBAHKAN