Anda di halaman 1dari 24

PERITONITIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Medikal Bedah


Dosen Pengampu: Ns. Meynur Rohmah, S.Kep.,M.Kep

Kelompok 10 :
1. Ariyanti Prabila (21218021)
2. Clarita Naomi Turnip (21218032)
3. Diki Ilham Adhari (21218044)
4. Elisa Makdalena (21218053)

PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN AKADEMIK 2023/ 2024
Jalan Arya Santika No. 40A Bugel Margasari Karawaci, Kota Tangerang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Makalah Peritonitis ”. Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapat bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Medikal Bedah yang diampu oleh Ns.
Meynur Rohmah, S.Kep.,M.Kep.Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kiranya kritik dan saran membangun dari semua pihak dan nantinya akan
digunakan sebagai perbaikan di masa yang akan datang.

Tangerang, 05April 2023

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3.Tujuan Umum..........................................................................................................2
1.4.Tujuan Khusus......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4

2.1.Definisi Peritonitis .................................................................................................. 3


2.2.Etiologi Peritonitis .................................................................................................. 4
2.3. Klasifikasi Peritonitis............................................................................................. 4
2.4.Patofisiologi Peritonitis........................................................................................... 6
2.5.Manifestasi Klinik .................................................................................................. 6
2.6. Gejala Klinis Peritonitis .........................................................................................8
2.7. Tanda Peritonitis ....................................................................................................9
2.8 Pemeriksa Penunjang Peritonitis .......................................................................... 9
2.9 Radiologi Peritonitis ............................................................................................. 9
2.10 laboratorium Peritonitis ........................................................................................ .9
2.10 Tata Laksana Peritonitis ....................................................................................... 10
2.11 Komplikasi Peritonitis .......................................................................................... 11
2.12 Prognosis Peritonitis ............................................................................................. 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................ 14
BAB IV PENUTUP............................................................................................................32
4.1 ….…. Kesimpulan................................................................................................. 32
4.2 ………Saran.......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu kegawatan abdomen dapat digambarkan ke dalam keadaan klinik akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama . Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah,
misalnya pada obstruksi , perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis.
Peradangan peritoneum ( peritonitis) merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis,
perforasi ulkus gastroduodenal), Ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi
kimiawi, atau dari luka tembus abdomen .
Pada keadaan normal, peritonium resisten terhadap infeksi bakteri secara inokulasi
kecil- kecilan. Kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, penurunan
resistensi,dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor- faktor yang
memudahkan terjadinya peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosi dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan
melakukan analisis pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

1.2 RumusanMasalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui Penyakit
Peritonitis
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat Mengetahui Bagaimana gambaran tentang penyakit Peritonitis
2. Tujuan Khusus
1. Mampu Mengetahui pengertian tentang penyakit Peritonitis
4
2. Mampu Mengetahui Etiologi Penyakit Peritonitis
3. Mampu Mengetahui KlasifikasiPenyakit Peritonitis
4. Mampu Mengetahui Patafisiologi Penyakit Peritonitis
5. Mampu Mengetahui Manifestasi Klinik Penyaki Peritonitis
6. Mampu Mengetahui Gejala Klinis Penyakit Peritonitis
7. Mampu Mengetahui Tanda Penyakit Peritonitis
8. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Penyakit Peritonitis
9. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Radiologi Penyakit Peritonitis
10. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Penyakit Peritonitis
11. Mampu Mengetahui Pemeriksaan Tata Laksana Penyakit Peritonitis
12. Mampu Mengetahui Komplikasi Penyakit Peritonitis
13. Mampu Mengetahui Prognosis Penyakit Peritonitis

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Peritonitis


A. Definisi Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi Peritonitis bisa terlokalisir atau
difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik,
Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan
bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering dikaitkan
dengan perforasi viskus (secondary peritonitis).Apabila tidak ditemukan sumber
infeksi pada intraabdominal, peritonitis dikategorikan sebagai Primary Peritonitis.

2.2 Etiologi

Peritonitisyang merupakan suatu peradangan membran serosa rongga abdomen dan


organ- organ yang terkandung di dalamnya. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau
proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada ruptur apendiks
atau divertikulum colon. Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia,
misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong
yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita,peritonitis juga terjadi terutama
karena terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.
Sejak zaman dahulu,peritonitis yang tidak diobati dapat menjadi sangat fatal. Tahun
1926 Prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan operasi peritonitis mulai dikerjakan. Hingga kini
tindakan operatif merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah peritonitis . Selain
itu , harus dilakukan pula tatalaksana terhadap penyakit yang mendasarinya, pemberia
antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder akibat gagal sistem
organ . Di indonesia penyebab tersering dari peritonitis ini adalah : Perforasi apendisitis,
Perforasi typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus,peritonitis yang disebabkan infeksi
kuman mycobacterium Tuberculosis

6
2.3 Klasifikasi
Infeksi peritoneal dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a) Peritonitis Primer ( Spontaneus):


Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari
rongga peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer adalah spontaneous
bacterial peritonitis(SBP) akibat penyakit hepar kronis. Kira-Kira 10-30%pasien
dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.

b) Peritonitis Sekunder :
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid )akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus.

c) Peritonitis Tertier :
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman ,dan akibat
adanya tindakan operasi sebelumnya , Sedangkan Infeksi intraabdomen biasanya
dibagi menjadi generalized (peritonitis) dan localized ( abses intra abdomen).

2.4 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadao invasi oleh bakteri adalah keuarnya aksudat
fibrinosa. Kantong - Kantong nanah (abses) terbentuk di antra perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita - pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibabkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif , maka dapat
menimbulkan kematian sel . Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya
interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ . karena tubuh mencoba
untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk . Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi
ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia
Organ - Organ di dalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ -organ
tersebut meningi.Pengumpulan cairandi dalam rongga peritoneum dan lumen- lumen
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen
termasuk jaringan retroperitonealmenyebabkan hipovelemia.

7
2.5 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda biasanya berhubungan dengan proses penyebaran di dalam rongga
abdomen. Bertanya gejala berhubungan dengan beberapa fator yaitu: lamanya
penyakit, perluasan dari kontaminasi cavum peritoneum dan kemampuan tubuh untuk
melawan, usia serta tingkat kesehatan penderita secara umum.
Manifestasi klinis dapat dibagi menjadi (1) tanda abdomen yang berasal dari awal
peradangan dan (2) Manifestasi dari infeksi sitemik. Penemuan lokal meliputi nyeri
abdomen,nyeri tekan, kekuatan dari dinding abdomen, distensi,adanya udara bebas
pada cavum peritoneum dan menurunnya bising usu yang merupakan tanda iritasi dari
peritoneum parietalis dan menyebabkan ileus. Penemuan sistemik meliputi demam,
menggigil ,takikardi , berkeringat.takipneu, gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi
dan pada akhirnya dapat menjadi syok

2.6 Gejala Klinis

a) Nyeri abdomen:
Nyeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya dating dengan onset yang tiba - tiba ,hebat dan pada penderita
dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen.
Seiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terus-menerus,tidak ada
henti-hentinya ,rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan. Nyeri
biasanya lebih pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum menurunya
intensitas dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya lokasasi dari proses
peradangan, ketika intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan perluasan
daerah nyeri menandakan penyebaran dari peritonitis.

b) Anoreksia ,mual , muntah dan demam:


Pada penderita juga sering didaptkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan
muntah. Penderita biasnya juga mngeluh haus dan badan terasa seperti demam
sering diikuti dengan menggil yang hilang timbul. Meningkatkan suhu tubuh
biasanya sekitar 38 derajat celcius sampai 40 derajat celcius

c) Syok:
Pada beberapa kasus berat,syok dapat terjadi oleh karena dua factor. Pertama
akibat perpindahan cairan intravaskuler ke cavum peritoneum atau ke lumen dari
intestinal. Yang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalista.
Yang utama dari septikemia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman
gram negative dimana dapat menyebakan terjadinya tahap yang menyerupai syok.

8
2.7 Tanda
a) Tanda vital :
Tanda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau kompikasi
yang timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metabolic dapat dilihat dari
frekuensi pernafasan yang lebh cepat dari pada normal sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengembalikan ke keadaan normal. Takikardi, berkurangnya
volume nadi perifer dan tekanan nadi yang menyempit dapat menandakan adanya
syok hipovolemik.
Hal - hal seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih
lengkap harus dilakukan dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk

b) Inspeksi:
Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi
dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak
menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal
dari perjalanan penyakit, karena dalam 2-3 hari baru terdapat tanda-tanda distensi
abdomen. Hal ini terjadi akibat penumpukan dari cairan eksudat tapi kebanyakan
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik.

c) Auskultasi:
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. Suara usus
dapat bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hamper tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium :
Evaluasi laboratorium hanya dilakukan jika adanya hubungan anatar riwayat
penyakit dengan pemeriksaan fisik. Tes yang paling sederhana dilakukan adalah
termasuk hitung sel darah dan urinalisis. Pada kasus peritonitis hitung sel darah putiih
biasanya lebih dari 20.000/ mm3, kecuali pada penderita yang sangat tua atau
seseorang yang sebelumnya terdapat infeksidan tubuh tidak dapat mengerahkan
9
mekanisme pertahanannya. Analisa gas darah, serum elektrolit,faal pembekuan darah
serta tes fungsi hepar dan ginjal dapat dilakukan. Pemeriksaan juga dapat dilakukan
pada cairan peritoneal dengan menggunakan diagnostic peritoneal levage

2) Radiologi:
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya mencakup
foto thorak PA dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thoraksdapat
memperlihatkan proses pengisian udara di lobus inferior yang menunjukan proses
intraabdomen. Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk
pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut, pada pritonitis
dilakukan foto polos abdomen dibagi 3 posisi yaitu :
1) Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior(AP).
2) Duduk atau seengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksiAP
3) Tiduran miring ke kiri ( Left lateral decubitus =LLD),dengan sinar horizontal ,
proyeksi AP

.
2.9 Tata laksana
Tatalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian cairan danelektrolit, kontrol
operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik.
1) Resusitasi Cairan :
Peradangan yang menyeluruh pada membran peritoneummenyebabkan
perpindahan cairan ekstraseluler ke dalam cavumperitoneum dan ruang intersisial
Pengembalian volume dalam jumlah yang cukup besar melaluiintravaskular
sangat diperlukan untuk menjaga produksi urin tetapbaik dan status hemodinamik
tubuh. Jika terdapat anemia danterdapat penurunan dari hematokrit dapat diberikan
transfusi PRC(Packed Red Cells) atau WB (Whole Blood).Larutan kristaloid
dankoloid harus diberikan untuk mengganti cairan yang hilang.

Secara teori, cairan koloid lebih efektif untuk mengatasi kehilangancairan


intravaskulertapicairaninilebihmahal.Sedangkancairankristaloidlebihmurah,mudadid

10
apat tetapi membutuhkan jumlahyang lebih besar karena kemudian akan dikeluarkan
lewat ginjal. Suplemen kalium sebaiknya tidak diberikan hingga perfusi dari
jaringan dan ginjal telah adekuat dan urin telah diproduksi.

2) Antibiotik
Bakteri penyebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadibakteri
aerob yaitu E. Coli, golongan Enterobacteriaceae dan Streptococcus, sedangkan
bakterianaerobyang tersering adalahBacteriodes spp, Clostridium, Peptostreptococci.
Antibiotik berperanpenting dalam terpai peritonitis, pemberian antibiotik secara
empirisharus dapat melawan kuman aerob atau anaerob yang
menginfeksiperitoneum. Pemberian antibiotik secara empiris dilakukan sebelum
didapatkanhasil kultur dan dapat diubah sesuai dengan hasil kultur dan
ujisensitivitas jika masih terdapat tanda infeksi. Jika penderita baiksecara klinis
yang ditandai dengan penurunan demam danmenurunnya hitung sel darah putih,
perubahan antibiotik harusdilakukan dengan hati-hati meskipun sudah didapatkan
hasil dari ujisensitivitasEfek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung
kondisi-kondisi seperti: (1) besar kecilnya kontaminasi bakteri, (2) penyebabdari
peritonitis trauma atau nontrauma, (3) ada tidaknya kumanoportunistik seperti
candida. Agar terapi menjadi lebih efektif, terpaiantibiotik harus diberikan lebih
dulu, selama dan setelah operasi.Daya cakupan dari mikroorganisme aerob dan
anerob lebih pentingdaripada pemilihan terapi tunggal atau kombinasi. Pemberian
dosisantibiotikal awal yang kurang adekuat berperan dalam kegagalanterapi.
Penggunaan aminoglikosida harus diberikan dengan hati-hati,karena gangguan
ginjal merupakan salah satu gambaran klinis dariperitonitis dan penurunan pH
intraperitoneum dapat menggangguaktivitas obat dalam sel. Pemberian antibiotik
diberikan sampaipenderita tidak didapatkan demam, dengan hitung sel darah putih
yangnormal.

11
3) Oksigen dan Ventilator :
Pemberian oksigen pada hipoksemia ringan yang timbul padaperitonitis cukup
diperlukan, karena pada peritonitis terjadipeningkatan dari metabolism tubuh akibat
adanya infeksi, adanyagangguan pada ventilasi paru-paru. Ventilator dapat diberikan
jikaterdapat kondisi-kondisi seperti (1) ketidakmampuan untuk menjagaventilasi
alveolar yang dapat ditandai dengan meningkatnya PaCO 50 mmHg atau lebih
tinggi lagi, (2) hipoksemia yang ditandai denganPaOkurang dari 55 mmHg, (3)
adanya nafas yang cepat dan dangkal

2.10 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder,dimana komplikasi
tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut,yaitu :
a) Komplikasi dini :
 Septikemia dan syok septik
 Syok hipovolemik
 Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontroldengan kegagalan
multi sistem
 Abses residual intraperitoneal

b) Komplikasi lanjut :
 Adhesi (perlengketan)
 Obstruksi intestinal rekuren

12
2.11 Prognosis

Tingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 40%.Faktor-faktor yang


mempengaruhi tingginya tingkat mortalitas antara laintipe penyakit primer dan
durasinya, keterlibatan kegagalan organ multipelsebelum pengobatan, serta usia dan
kondisi kesehatan awal pasien. Tingkatmortalitas sekitar 10% pada pasien dengan
ulkus perforata atau apendisitis,pada usia muda, pada pasien dengan sedikit
kontaminasi bakteri, dan padapasien yang terdiagnosis lebih awal (Doherty, 2006).

a) Prognosis juga dipengaruhi oleh :


 Lamanya peritonitis :
 < 24 jam : > 90%
 24-48 jam : 60%
 48 jam : 20%

b) Usia
c) Komplikasi

13
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah

Tema : Peritonitis

Hari dan Tanggal : Rabu , 05 April 2023

Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Bedah Kelas III

Tempat : Ruang Bedah Kelas III

Waktu : 35 menit

I. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di ruang Poli

memahami tentang Peritonitis.

2. Tujuan Khusus :

Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit teentang Mystenia Gravis, diharapkan

keluarga mampu:

1. Menjelaskan kembali pengertian Peritonitis.

2. Menjelaskan kembali Etiologi Peritonitis.

3. Menjelaskan Kembali Klasifikasi Peritonitis.

4. Menjelaskan Kembali Patafisiologi Peritonitis.

5. Menjelaskan Kembali Manisfestasi Klinis Peritonitis.

6. Menjelaskan Kembali Tanda &Gejala Peritonitis.

7. Menjelaskan Kembali Komplikasi Peritonitis .

14
II. Metode

1. Demontrasi

2. Diskusi

III. MEDIA

1. Leaflet

IV. MATERI

1. PengertianPeritonitis.

2. Etiologi Peritonitis.

3. Klasifikasi Peritonitis .

4. Patafisiologi Peritonitis .

5. Manifestasi KlinisPeritonitis .

6. Tanda & Gejala Peritonitis.

7. Komplikasi Peritonitis .

V. PELAKSANAAN

KEGIATAN
NO. WAKTU
PENYULUHAN RESPON AUDIEN

Pembukaan 1. Membalas salam

1. Penyampaian Salam 2. Mendengarkan

2. Perkenalkan 3. Mendengarkan
1. 2 Menit
3. Menjelaskan topic penyuluhan 4. Mendengarkan

4. Menjelaskan Tujuan 5. Mendengarkan dan

5. Kontrak Waktu menyetujui

Penyajian Materi 1. Menjawab

2. 25 Menit 1. Pengertian Peritonitis. Pertanyaan dan

2. Etiologi Peritonitis. mengemukakan

15
3. Klasifikasi Peritonitis pendapat

4. Patafisiologi Peritonitis 2. Memperhatikan

5. Manifestasi KlinisPeritonitis. dan mendengarkan

6. Tanda & Gejala Peritonitis. 3. Memperhatikan

7. Komplikasi Peritonitis . dan mendengarkan

4. Memperhatikan

dan mendengarkan

5. Memperhatikan

dan mendengarkan

6. Memperhatikan

dan mendengarkan

7. Memperhatikan

dan mendengarkan

Evaluasi

1. Mengevaluasi kembali pengetahuan 1. Menjawab


3. 10 Menit
peserta mengenai materi yang telah Pertanyaan

disampaikan

Terminasi 1. Memperhatikan

1. Menyimpulkan hasil penyuluhan dan

2. Mengucapkan terima kasih mendengarkan

4. 3 Menit 3. Mengakhiri dengan salam 2. Memperhatikan

dan

mendengarkan

3. Memperhatikan

16
dan

mendengarkan

VI. PENGORGANISASIAN

1. Moderator : Diki Ilham Adhari

2. Penyaji : Ariyanti Prabila

3. Notulen : Clarita Naomi Turnip

4. Dokumentasi : Elisa Makdalena

Uraian Tugas

Moderator : Membuka dan memimpin jalannya acara dimulai dari

pembukaan, penyampain materi, evaluasi, dan yang terakhir

terminasi.

Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari

menggali pengetahuan peserta tentang Penyakit Peritonitis

Notulen : Mencatat semua pertanyaan yang diberikan dari audien

kepada si pemateri

Dokumentasi : Mendokumentasikan semua kegiatan penyuluhan yang sedang

berlangsung.

VII. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

- Kesiapan Materi

- Kesiapan SAP

- Kesiapan Media: Leaflet

- Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa

17
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan

- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari sebelumnya

2. Evaluasi Proses

- Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan

- Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji

- Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan

- Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

- Suasana penyuluhan tertib

3. Evaluasi Hasil

- peserta dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji

- ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan dengan

benar yang diajukan penyaji tentang Peritionitis.

18
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ
perut(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Lokasi Peritonitis bisa terlokalisir atau
difuse, riwayat akut atau kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik,
Peritonitis merupakan suatu kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan
bakterecemia atau sepsis. Akut peritonitis sering menular dan sering dikaitkan
dengan perforasi viskus (secondary peritonitis).Apabila tidak ditemukan sumber
infeksi pada intraabdominal, peritonitis dikategorikan sebagai Primary Peritonitis.

2. Etiologi

Peritonitisyang merupakan suatu peradangan membran serosa rongga abdomen dan


organ- organ yang terkandung di dalamnya. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau
proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada ruptur apendiks
atau divertikulum colon. Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia,
misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong
yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita,peritonitis juga terjadi terutama
karena terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.
Sejak zaman dahulu,peritonitis yang tidak diobati dapat menjadi sangat fatal. Tahun
1926 Prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan operasi peritonitis mulai dikerjakan. Hingga kini
tindakan operatif merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah peritonitis . Selain
itu , harus dilakukan pula tatalaksana terhadap penyakit yang mendasarinya, pemberia
antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder akibat gagal sistem
organ . Di indonesia penyebab tersering dari peritonitis ini adalah : Perforasi apendisitis,
Perforasi typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus,peritonitis yang disebabkan infeksi
kuman mycobacterium Tuberculosis

3. Klasifikasi

Infeksi peritoneal dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

d) Peritonitis Primer ( Spontaneus):


Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari
rongga peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer adalah spontaneous

19
bacterial peritonitis(SBP) akibat penyakit hepar kronis. Kira-Kira 10-30%pasien
dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.

e) Peritonitis Sekunder :
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid )akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus.

f) Peritonitis Tertier :
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman ,dan akibat
adanya tindakan operasi sebelumnya , Sedangkan Infeksi intraabdomen biasanya dibagi
menjadi generalized (peritonitis) dan localized ( abses intra abdomen).

4. Patafisiologi

Reaksi awal peritoneum terhadao invasi oleh bakteri adalah keuarnya aksudat
fibrinosa. Kantong - Kantong nanah (abses) terbentuk di antra perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita - pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibabkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif , maka dapat
menimbulkan kematian sel . Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya
interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke
perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ . karena tubuh mencoba
untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk . Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi
ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia
Organ - Organ di dalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ -organ
tersebut meningi.Pengumpulan cairandi dalam rongga peritoneum dan lumen- lumen
usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen
termasuk jaringan retroperitonealmenyebabkan hipovelemia.

5. Manifestasi

Gejala dan tanda biasanya berhubungan dengan proses penyebaran di dalam rongga
abdomen. Bertanya gejala berhubungan dengan beberapa fator yaitu: lamanya
penyakit, perluasan dari kontaminasi cavum peritoneum dan kemampuan tubuh
untuk melawan, usia serta tingkat kesehatan penderita secara umum.

20
Manifestasi klinis dapat dibagi menjadi (1) tanda abdomen yang berasal dari awal
peradangan dan (2) Manifestasi dari infeksi sitemik. Penemuan lokal meliputi nyeri
abdomen,nyeri tekan, kekuatan dari dinding abdomen, distensi,adanya udara bebas
pada cavum peritoneum dan menurunnya bising usu yang merupakan tanda iritasi dari
peritoneum parietalis dan menyebabkan ileus. Penemuan sistemik meliputi demam,
menggigil ,takikardi , berkeringat.takipneu, gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi
dan pada akhirnya dapat menjadi syok

6. Tanda & Gejala

1) Tanda
a. Tanda vital :
Tanda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau kompikasi
yang timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metabolic dapat dilihat dari
frekuensi pernafasan yang lebh cepat dari pada normal sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengembalikan ke keadaan normal. Takikardi, berkurangnya
volume nadi perifer dan tekanan nadi yang menyempit dapat menandakan adanya
syok hipovolemik.
Hal - hal seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih
lengkap harus dilakukan dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk
b)Inspeksi:
Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi
dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak
menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal
dari perjalanan penyakit, karena dalam 2-3 hari baru terdapat tanda-tanda distensi
abdomen. Hal ini terjadi akibat penumpukan dari cairan eksudat tapi kebanyakan
distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik.

c)Auskultasi:
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. Suara usus
dapat bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai
hamper tidak terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus

21
2. Gejala Klinis

d) Nyeri abdomen:
Nyeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya dating dengan onset yang tiba - tiba ,hebat dan pada penderita
dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen.
Seiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terus-menerus,tidak ada
henti-hentinya ,rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan. Nyeri
biasanya lebih pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum menurunya
intensitas dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya lokasasi dari proses
peradangan, ketika intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan perluasan
daerah nyeri menandakan penyebaran dari peritonitis.

e) Anoreksia ,mual , muntah dan demam:


Pada penderita juga sering didaptkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan
muntah. Penderita biasnya juga mngeluh haus dan badan terasa seperti demam
sering diikuti dengan menggil yang hilang timbul. Meningkatkan suhu tubuh
biasanya sekitar 38 derajat celcius sampai 40 derajat celcius

f) Syok:
Pada beberapa kasus berat,syok dapat terjadi oleh karena dua factor. Pertama
akibat perpindahan cairan intravaskuler ke cavum peritoneum atau ke lumen dari
intestinal. Yang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalista.
Yang utama dari septikemia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman
gram negative dimana dapat menyebakan terjadinya tahap yang menyerupai syok.

7. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder,dimana komplikasi


tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut,yaitu :
c) Komplikasi dini :
 Septikemia dan syok septik
 Syok hipovolemik
 Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontroldengan kegagalan
multi sistem
 Abses residual intraperitoneal
d) Komplikasi lanjut :
 Adhesi (perlengketan)
 Obstruksi intestinal rekuren.
22
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkusvisera dalam
rongga perut.Hal ini erat kaitannya dengan suatu infeksi intrabdominalyang merupakan
suatu respon inflamasi pada peritoneum terhadap mikroorganismedan toksinnya yang
menghasilkan eksudat purulen pada rongga peritoneum.Peritonitis dapat diklasifikasikan
berdasarkan penyebabnya yaitu : Peritonitisbacterial primer, peritonitis bacterial akut
sekunder, peritonitis non bakterial akut,peritonitis bakterial kronik. Dimana angka
kejadian menunjukkan bahwa peritonitisyang diakibatkan appendisitis perforasi dan
kuman Tuberculosis.Gejala yang dapat timbul berupa suhu badan penderita akan naik dan
terjaditakikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.Nyeri subjektif
berupanyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan.
Nyeriobjektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes
psoas,atau tes lainnya.Diagnosa dapat ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan
laboratorium,pemeriksaan X-ray.Pengobatan yang dapat diberikan berupa penggantian
cairan dan elektrolit yanghilang yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika
yang adekuat,dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan
intestinal,pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya,
bilamungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri
komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa komplikasi dini dan komplikasi lanjutan
4.2 Saran
Pada penelitian yang menggunakan penghitungan konsentrasi bakteri selanjutnya,
dapat dipertimbangkan untuk digunakan penelitian inter observer, yaitu sampel dikirim ke
dua laboratorium mikrobiologi yang berbeda atau sampel dihitung dengan menggunakan dua
metode yang berbeda.Penelitian ini masih merupakan penelitian awal untuk aplikasi larutan
klorheksidin sebagai pembilas cavum peritoneal intraoperatif, terutama pada kondisi cavum
peritoneumyang sangat kotor. Sebelum dipakai untuk aplikasi klinis, masih banyak hal yang
perlu diperdalam tentang sifat dari klorheksidin dan toksisitas nya terhadap tubuh manusidan
bagaimana memberikan efek yang seragam pada perlakuan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalamKapita Selekta


Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media AesculapiusFKUI, Jakarta.

De Jong, W., Sjamsuhidajat,Buku Ajar Ilmu Bedah2005,Edisi 3 PenerbitEGC, Jakarta; Hal.221-


239 ; 696.

Way. L. W., 2004, Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis &Treatment, 11th Ed.,
Maruzen, USA.

Brian,J.2011,PeritonitisandAbdominalSepsis.http://emedicine.medscape.com/article/180234-
overview#aw2aab6b2b4aa

Fauci et al , 2008,Harrison’s Principal Of Internal Medicine Volume 1,McGraw


Hill,Peritonitis halaman 808-810, 1916-1917.

Cole et al . 1970. Cole and Zollinger Textbook of Surgery 9


th Edition. AppeltonCentury Corp, Hal 784-795

Doherty, G.M.,Current Diagnosis & Treatment . 2010, USA : McGraw HillCompany

24

Anda mungkin juga menyukai