Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PLEONEFRITIS

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah


Pendidikan Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH: Kelompok 2

Nurul Fajriani (13404322021) Karamita Utami (13404322013)


Desy Indriani (13404322007) Khairatul Muna (13404322037)
Amar Saif (13404322038) Rahmada Yanti (13404322023)
Dian Ayumi (13404322008) Amanda Melany Syawla Putri (13404322039)
Ayu Amalia (13404322004) Feny Amalia (13404322042)
Sufriana (13404322032) Munira Afrida (13404322017)
Ghaissani Adinda Thahara (13404322010)
Kelas 2A

Dosen Pengampu:
Ns. Maimun Tharida, M.Kes

AKPER KESDAM IM BANDA ACEH


BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Pleonefritis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KMB yang diampu oleh Ns. Maimun Tharida,M.Kes

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu, sehingga makalah ini selesai sesuai dengan
waktunya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa


keperawatan yang ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang “Asuhan Keperawatan Pleonefritis”. Penyusun juga
mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
ilmu pengetahuan kita semua.

Banda Aceh, October 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 1
1. Tujuan Umum......................................................................... 1
2. Tujuan Khusus ....................................................................... 2
C. Manfaat ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................. 3
A. Definisi Pleonefritis ..................................................................... 3
B. Etiologi ....................................................................................... 5
C. Patofisiologi ................................................................................ 6
D. Pathway ..................................................................................... 8
E. Tanda & Gejala .......................................................................... 9
F. Komplikasi.................................................................................. 10
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 10
H. Penatalaksanaan Medis ............................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................... 12
A. Pengkajian ................................................................................. 12
B. Diagnosa .................................................................................... 17
C. Intervensi Keperawatan .............................................................. 18
D. Implementasi .............................................................................. 20
E. Evaluasi ..................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................ 26
B. Saran ......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-
sub sistem tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, dan sistemsistem yang lainnya. Keseimbangan
antara semua sistem diatas itulah yang menyebabkan manusia
dikatakan sehat secara jasmani.Semua sistem tersebut melibatkan
organ-organ dalam menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan
yang melibatkan organ ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang terdiri dari
organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun
menyalurkan air kemih (urin) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat
menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan peradangan pada jaringan
ginjal. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas tentang
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada
pasien yang mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi
pielonefritis kronik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah ini peserta
didik diharapkan mampu mempraktekkan pengelolaan pelayanan
keperawatan profesional dan mahasiswa dapat menerapkan konsep
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
khususnya pada kasus pielonefritis.

1
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tinjauan pustaka tentang pielonefritis.
b. Melakukan pengkajian pada klien pielonefritis.
c. Menganalisa data-data yang ditemukan pada klien pielonefritis.
d. Membuat nursing care planning pada klien pielonefritis.

C. Manfaat
1. Penulis
Semoga dengan adanya Asuhan Keperawatan Pleonefritis
menjadi suatu acuan serta memotivasi bagi penulis agar mampu
meningkatkan ilmu pengetahuan dan skill dalam bidang
Keperawatan Anak.
2. Institusi AKPER Kesdam IM
Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan tentang
Asuhan Keperawatan Dasar pada seluruh Mahasiswa tentang
Pleonefritis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses madka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal (pelvis
renalis), tubulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua
gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat
timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E.
Underwood, 2002: 668)

Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang


terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun
menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat
menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi

3
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari
infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi
selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam
urin.Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit
ginjal yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari
infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita,
hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek
dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan
dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung
kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan
bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.
Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan
penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran
kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi
dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun
atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis
Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya
diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
karena uterus yang membesar.

4
B. Etiologi
a. Bakteri
• Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di usus besar) merupakan penyebab infeksi yang sering
ditemukan pada pielonefritis akut tanpa komplikasi
• Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan
merupakan penyebab infeksi pada saluran kemih.
• Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular
yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
• Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna,
menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.
• Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami
saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih
• Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan vagina,
dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila
ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut
harus dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua
gambaran klinis disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua
bakteri bersifat patogen di saluran perkemihan, tetapi semua
bakteri tersebut ditemukan dalam sampel biakan urine. Namun,
bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan kontaminan.
b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung
kemih kembali ke dalam ureter.

5
d. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran
plasma efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi
glomerulus dan fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah
keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi
ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan uretra bekerja
ekstra. Keduanya menjadi dilatasi karena peristaltik uretra
menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke kandung kemih lebih
lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang
terjadi pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan
atoni ureter dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh
progesteron, obstipasi atau tekanan uterus yang membesar pada
ureter.

Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal
atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih
ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
ginjal.

C. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang
menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran
kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung
kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan
dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri
pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan
bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat

6
hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran
urin, seperti adanya batu atau tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal


yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel
abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari
inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul
stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami
perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

7
D. Pathway
Penyebab (bakteri)

Masuk saluran kemih Masuk saluran darah

Adanya Obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh bakteri

Peradangan / infeksi ginjal

Hematuria Demam
Nyeri Akut
Kurang pengetahuan
Hipertermi
Perubahan
kenyamanan Ansietas

Gangguan Penguapan berlebihan Mukosa kering


Pola Tidur
Nafsu
Resiko
makan
kekurangan
volume cairan berkurang

Gangguan
nutrisi

Intoleransi
Aktivitas
Kelemahan

8
E. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba.
Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah,
mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK
bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri
hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena
adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa
terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga
disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan
lebih sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi,
menggigil, nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya
peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang,
sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan
gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya
tidak mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
9
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,
asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan
luka pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis
pielonefritis adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan
air kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi
perubahan atau abnormalitas struktur

G. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
(Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada
tempat terjadinya obstruksi.

10
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam
pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan
meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium


akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik
dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat
infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan
terbentuknya batu) (Brunner & Suddarth, 2002: 1437).

H. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan
sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan
penyakit kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan
tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya
sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan
sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan
Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat
antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ,
Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin,
atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih,
meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung
kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan
anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-
Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjal secara progresif.

11
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan
Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan,
dan alergi.
b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi
karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar
untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium
(BUN, creatinin, serum electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada
klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis,
pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat
membuat pasien berkecil hati.

I. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal
yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu
pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika

12
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan
memastikan tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara lain
dengan memperhatikan cara membersihkan setelah buang air besar,
terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke
belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk
mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar
agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat
agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang,
antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik (peluruh kemih).
Tumbuhan obat yang dapat digunakan,antara lain :
a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA PIEOLONEFRITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny A.S
Umur : 38thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Malalayang
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Diagnosa Medis :

Pielonefritis Tanggal MRS :24-06-2020


2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Klien mengatakan nyeri pinggang dan mual muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pinggang yang
menyebar kedaerah uretra disertai sakit/nyeri bila berkemih
serta mual muntah.
c. Riwayat penyakit dahulu :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

3. Pola kesehatan fungsional


a. Pola persepsi management kesehatan
Klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya ia mengatakan baru mengetahui setelah dirinya
memeriksakan dirinya ke rumah sakit.
b. Pola nutrisi-metabolik

12
Klien mengatakan selama ia dirawat di rumah sakit ia
mengalami kurang nafsu makan dan porsi makan tidak di
habiskan. Mual(+) muntah (+)
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan merasa nyeri saat BAK dan
frekuensi saat BAK 1x/hari , klien mengatakan BAB
normal
d. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan sering terbangun pada
malam hari karna terganggu akibat nyeri yang
dirasakan pada punggungnya.
e. Pola Kognitif Perseptual
Klien mengatakan tidak ada keluhan pada penglihatan,
pendengaran, penciuman, peraba tidak ada masalah
semua berfungsi dengan baik,tingkat kesadaran klien
compos mentis.
f. Pola konsep diri
1. Citra diri :
Klien mengatakan saat ini tidak lagi bisa melaksanakan
peran dan pekerjaannya karena terhalang sakit yang
diderita
2. Identitas diri :
Klien mengatakan dirinya adalah seorang ibu
dan juga pegawai di salah satu perkantoran.
3. Ideal diri :
Klien mengatakan berharap dapat
melakukan aktivitasnya seperti dulu lagi.
4. Gambaran diri :
Klien mengatakan tidak mengeluh tentang dirinya saat ini.
5. Harga diri :Klien mengatakan dirinya sangat berarti bagi
keluarganya.

13
g. Pola latihan aktivitas
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4 Keterangan
Diri
Makan/minum

0 : Mandiri
Mandi
1 : Alat bantu
Toilet
2 : Dibantu orang lain
Berpakaian
3 : Dibantu alat dan orang
Mobilitas di tempat tidur
lain 4 : Ketergantungan
Berpindah/berjalan
total

h. Pola hubungan dan peran


Klien mengatakan masih berhubungan
baik dengan keluarganya dan klien masih
berinteraksi baik dengan klien-klien
lainnya.
i. Pola reproduksi/seksual
Klien mengatakan sudah menikah dan
saat ini klien tidak melakukan hubungan
seksual karena sedang sakit
j. Pola koping dan toleransi
Klien mengatakan keluarganya
mendukung untuk kesembuhan klien.
k. Pola keyakinan dan nilai
Klien mengatakan dia tidak bisa melakukan ibadah selama sakit
tetapi ia sering berdoa untuk kesembuhannya.

14
4. Pemeriksaan Fisik
-Keadaan Umum
1. Kesadaran : compos mentis
2. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 84x/m
R : 20x/m
-Kepala : tidak ada lesi,beberapa rambut beruban
dan terdapat ketombe
-Mata : simetris,konjungtiva anemis,sclera tidak
ikterik
-Abdomen : adanya nyeri tekan pada sudut
kostovertebra
-Genetalia : tidak ada kelainan
-Hidung : simetris,tidak ada kelainan,dan tidak ada
nyeri tekan
-leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
-Ekstremitas : atas : simetris,akral
hangat,terpasang infus di
tangan kiri bawah : tidak
terdapat edema

5. Pemeriksaan penunjang

No Jenis Nilai normal Hasil


pemeriksaan pemeriksaan
1. Leukosit 4.000- 11.000
10.000
2. Protein urine <80 mg/dl 95 mg/dl

15
6. Terapi obat
- omeprazole inj 2x1
- ketorolac inj 3x1
- ondansetron inj 3x1
- vit b comp 2x1
- ceftriaxone Inj 2x1gr
-PCT 500mg 3x1

B. Analisa Data

Dat Etiologi Problem


a
Ds : klien Proses inflamasi Nyeri
mengatakan dan infeksi pada
nyeri pada system urinaria
pinggang dan
nyeri saat
berkemih Do :
klien tampak
menahan nyeri
Ds : klien infeksi pada Gangguan eliminasi
urin
mengatakan saluran
merasa nyeri saat kemih
BAK dan

16
frekuensi
BAK 1x/hari
Do : protein urine
95mg/dl
Ds : klien Anorexia Kebutuhan nutrisi
kurang
mengatakan ia dari kebutuhan tubuh
tidak nafsu makan,
mual (+) muntah
(+)
Do : porsi makan
pasien tampak
tidak
dihabiskan, klien
tampak lemah

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi pada system
urinaria
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi pada saluran
kemih
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia

17
D. Intervensi keperawatan

Tanggal Dx Tujua Intervens


n i
24-06-2020 Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi TTV
berhubunga
keperawatan diharapkan Klien 2) Lakukan pengkajian
n dengan
proses tidak mengalami nyeri, dengan nyeri secara
inflamasi
kriteria hasil: komprehensif
dan infeksi
pada 1. mampu mengontrol nyeri (tahu termasuk lokasi,
system
penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi,
urinaria
menggunakan tehnik frekuensi, kualitas
nonfarmakologi untuk dan faktor
mengurangi nyeri, mencari presipitasi.
bantuan). 3) Observasi
2. melaporkan bahwa nyeri reaksi
berkurang dengan nonverbal dari
menggunakan manajemen ketidaknyaman
nyeri. an
3. mampu mengenali nyeri (skala, 4) Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas

18
intensitas, frekuensi dan dalam,
tanda nyeri). relaksasi,
4. menyatakan rasa nyaman distraksi,
setelah nyeri berkurang. kompres hangat/
5. tanda vital dalam rentang dingin
normal.
5) Kolaborasikan
6. tidak mengalami gangguan tidur.
dengan dokter dalam
pemberiananalgetik
untuk mengurangi
nyeri
6) Anjurkan pada klien
untuk istirahat
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji pemasukan
eliminasi
keperawatan diharapkan pola dan pengeluaran
urin
berhubunga eliminasi urine Klien kembali dan karakteristik
n dengan
optimal, dengan kriteria hasil: urin
inflamasi
pada 1. pola eliminasi membaik 2) Kolaborasi
saluran
dengan dokter
kemih
2. tidak terjadi tanda-tanda dalam
gangguan pemasangan
berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
kateter
3) Kolaborasikan
dalam pemberian
antibiotik
Kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji pengetahuan
nutrisi
keperawatan diharapkan klien tentang
kurang dari
kebutuhan kebutuhan nutrisi tercukupi dengan pentingnya nutrisi
tubuh
kriteria hasil : bagi tubuh
berhubunga
n dengan 1. nafsu makan meningkat 2) Anjurkan makan
anorexia
2. menghabiskan porsi makan sedikit tapi sering
3) Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
pemberian diit

19
E. Implementasi

Tanggal/jam Dx Implementasi Evaluasi

24-06-2020 1&2 Mengobservasi TTV: S = Klien mengatakan masih merasakan


-TD : 120/80 mmhg R : 20x/menit nyeri pada pinggang dan saat
07.00 -N : 84x/menit SB : 37,5º C berkemih
2
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemasangan O = Klien tampak menahan nyeri, skala nyeri
:7
kateter Urin
A = Masalah belum teratasi
Mengkaji Pemasukan dan Pengeluaran dan
07.10
2 P = Lanjutkan intervensi
karakteristik Urin
S = Klien mengatakan merasa nyeri saat BAK
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
O = Protein urine 95
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
07.20 mg/dl A = Masalah belum
kualitas dan faktor presipitasi.
teratasi P = Lanjutkan
Melayani Terapi Obat:
1 intervensi
-Omeprazole injeksi 40mg IV
S = Klien mengatakan kurang napsu makan
-Ondansetron injeksi 1 amp IV
O = Makanan klien tidak dihabiskan
07.30 -Ketorolac Injeksi 1 amp IV
A = Masalah belum teratasi
-Vit BCOM 1 tab PO
1 P = Lanjutkan intervensi
-PCT 500mg PO
Mengobservasi reaksi nonverbal
08.00
dari ketidak nyamanan
Melayani Terapi Obat:

20
-Ceftriaxone Injeksi 1gr IV
Mengkaji Pengetahuan Klien tentang
pentingnya
10.00 3 nutrisi bagi tubuh
Berkolaborasi dengan Ahli Gizi dalam
pemberian
10.20 3 diit Klien
Menganjurkan Klien untuk Makan sedikit tapi
10.40 3 sering
Mengajarkan tentang teknik non farmakologi:
11.30 1 napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/
dingin
Menganjurkan klien untuk istirahat
12.00 1
Melayani Terapi Obat:
16.00 1 -Ketorolac Injeksi 1 amp IV
-Ondansetron Injeksi 1 amp IV
-pct 500mg PO

21
25-06-2020 1&2 Mengobservasi TTV: S = Klien mengatakan masih merasakan
nyeri
-TD : 110/80 mmhg R : 20x/menit pada pinggang dan saat berkemih
07.00
-N : 84x/menit SB : 37,3º C O = Klien tampak menahan nyeri, skala nyeri
:6
Berkolaborasi dengan dokter dalam
07.10 A = Masalah belum teratasi
2 pemasangan
P = Lanjutkan intervensi
kateter Urin
2
Mengkaji Pemasukan dan Pengeluaran dan
S = Klien mengatakan merasa nyeri saat
07.20 karakteristik Urin BAK
1 Melakukan pengkajian nyeri secara O = Protein urine 92 mg/dl
komprehensif A = Masalah belum teratasi

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P = Lanjutkan intervensi


kualitas dan faktor presipitasi.

07.30 1 Melayani Terapi Obat:


-Omeprazole injeksi 40mg IV
S = Klien mengatakan sudah mau makan tapi
-Ondansetron injeksi 1 amp IV hanya ½ porsi
08.00 1 O = Makanan klien tidak dihabiskan
-Ketorolac Injeksi 1 amp IV
1 A = Masalah teratasi sebagian
3 -Vit BCOM 1 tab PO
P = Lanjutkan intervensi

22
-PCT 500mg PO
08.50
Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
09.00 Melayani Terapi Obat:
-Ceftriaxone Injeksi 1gr IV
10.00 Mengkaji Pengetahuan Klien tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh

Berkolaborasi dengan Ahli Gizi dalam


pemberian diit Klien

Menganjurkan Klien untuk Makan sedikit tapi


sering

Mengajarkan tentang teknik non farmakologi:


napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Menganjurkan klien untuk istirahat

Melayani Terapi Obat:


-Ketorolac Injeksi 1 amp IV

-Ondansetron Injeksi 1 amp IV


-pct 500mg PO

23
26-06- 1&2 Mengobservasi TTV: S = Klien mengatakan masih merasakan
2020
07.00 nyeri pada pinggang dan saat
-TD : 130/80 mmhg R : 20x/menit
berkemih
-N : 84x/menit SB : 36,8º C
O = Klien tampak menahan nyeri, skala nyeri
07.10 2 Berkolaborasi dengan dokter dalam :5
pemasangan
kateter Urin A = Masalah belum teratasi

Mengkaji Pemasukan dan Pengeluaran dan P = Lanjutkan intervensi


07.20 2
karakteristik Urin

07.30 1 Melakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan S = Klien mengatakan merasa nyeri saat BAK
faktor presipitasi. Melayani O = Protein urine 85 mg/dl
Terapi Obat: A= Masalah belum teratasi
-Omeprazole injeksi 40mg IV P = Lanjutkan intervensi
-Ondansetron injeksi 1 amp IV
-Ketorolac Injeksi 1 amp IV
-Vit BCOM 1 tab PO
Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Melayani Terapi Obat:
-Ceftriaxone Injeksi 1gr IV

24
Mengkaji Pengetahuan Klien tentang S = Klien mengatakan makanannya
dihabiskan
pentingnya nutrisi bagi tubuh
O = Porsi makan klien dihabiskan
Berkolaborasi dengan Ahli Gizi dalam
A = Masalah teratasi sebagian
pemberian diit Klien
P = Lanjutkan intervensi
Menganjurkan Klien untuk Makan sedikit
tapi sering
Mengajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Menganjurkan klien untuk
istirahat Melayani Terapi Obat:
-Ketorolac Injeksi 1 amp IV

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri
mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun
ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai
ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3%.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar
rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung
kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme
dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih

B. Saran
Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih
memahami isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam
melakukan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan
referensi lainnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta


: EGC

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7.


Jakarta : EGC

https://www.academia.edu/5652520/Askep_pyelonefritis

https://www.scribd.com/doc/131550624/Makalah-Askep-Pielonefritis

26

Anda mungkin juga menyukai