Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH

TENTANG EFFUSI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah


Dosen Mata Ajar : Cecilya Kustanti, S.Kep., Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2022
KELOMPOK 1
Disusun Oleh :

1) Aderatna Widartanti 3220213855


2) Amorita Violin Putri 3220213858
3) Anissa Putri Dwi Purwanta 3220213861
4) Ayu Rahma Saputri 3220213865
5) Castrena Garini A. 3220213868
6) Eka Muryani 3220213874
7) Ghaffantya Hanna I. 3220213877
8) Hilmi Fadhrahman A. 3220213880
9) Muhammad Zakariya 3220213886
10) Putri Diah A. 3220213889
11) Reza Rukmana Pradipta 3220213892
12) Salsabila Suci M. 3220213895
13) Selviana Dewi 3220213898
14) Tamara Susanti 3220213901
15) Zuhri Fahmadin 3220213904

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayahnya kepada kita semua, sebab itulah penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Medical Bedah

Tugas ini disusun untuk dipresentasikan sebagai bagian dari materi kuliah
Keperawatan Medical Bedah. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................5

1.2 Tujuan........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................

2.1 Pengertian..................................................................................................7

2.2 Patofisiologi...............................................................................................8

2.3 Etiologi......................................................................................................9

2.4 Manifestasi Klinik...................................................................................10

2.5 Komplikasi..............................................................................................10

2.6 Pemeriksaan Medis..................................................................................10

2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................11

2.8 Askep.......................................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................

3.1 Kesimpulan..............................................................................................71

3.2 Saran........................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Efusi pleura adalah suatu keadaan dimanater dapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudatataueksudat yang diakibatkan terjadinya ketidak
seimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.Efusi
pleura merupakan suatu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan. Efusi
pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya gejala atau
komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana
terdapat cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan polanafas(Somantri, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) efusi pleura merupakan suatu


gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa. Secara geografis penyakit ini
terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problem di negara–negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terjadi 1,5
juta kasus efusi pleura. Sementara pada populasi umum secara internasional
diperkirakan setiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosis efusi pleura. Di negara –
negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di negara sedang berkembang
seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Di Indonesia
kasusefusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakitinfeksi saluran napas lainnya. Di
RSUD Dr. Harjono Ponorogo sendiri jumlah penderita efusi pleura periode
Januari 2018 –September 2019 sebanyak 71 penderita (Rekam Medis RSUD Dr.
Harjono Ponorogo). Tingginya angka kejadian efusi pleura ini disebabkan
keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini. Faktor resiko
terjadinya efusi pleura diakibatkan karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi
yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi social ekonomi yang
menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya
masyarakat tentang pengetahuan kesehatan (Puspita, Soleha, & Berta, 2015).

5
I.II Tujuan
A. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi Pleura dengan Gangguan


Kebutuhan Oksginasi

B. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan Pasien Efusi Pleura dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
2) Menetapkan diagnosa keperawatan Pasien Efusi Pleura dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
3) Menyusun perencanaan keperawatan Pasien Efusi Pleura dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
4) Melaksanakan tindakan keperawatan Pasien Efusi Pleura dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
5) Melakukan evaluasi keperawatan Pasien Efusi Pleura dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

6
BAB II
PEMBAHASAN

II.I Pengertian
Menurut Black and Hawks (2014), efusi pleura merupakan penumpukan
cairan pada rongga pleura. Cairan pleura normalnya merembes secara terus
menerus ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang membatasi pleura
parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleura viseralis.
Ketika pleura mengalami inflamasi atau terkena penyakit atau cedera, udara atau
cairan dapat berkumpul dalam rongga pleura dan membatasi ekspansi paru,
gerakan paru serta mengganggu ventilasi pernapasan. Kondisi apapun yang
mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan efusi pleura
(LeMone, 2019).

Menurut Black and Hawks (2014) Penyebab terjadinya efusi pleura dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang dikelompokkan dalam empat kategori
utama yaitu peningkatan tekanan hidrostatik sistemik, misalnya pada kasus gagal
jantung, penurunan tekanan onkotik kapiler, misalnya gagal ginjal atau gangguan
hati, peningkatan permeabilitas kapiler, misalnya pada kejadian infeksi dan
trauma, gangguan fungsi limfatik, misalnya pada obstrukti limfatik yang
disebabkan oleh tumor atau kanker. Menurut DiGiulio (2014), penyebab efusi
pleura yaitu terjadinya akumulasi cairan yang abnormal di dalam sekat pleura
antara parietal dan visceral pleura pada paru – paru. Cairan mungkin cairan
serosa, darah (hemothorak), nanah (empyema). Penyebab efusi pleura bervariasi
meliputi gagal jantung kongestif, gagal ginjal, penyakit berbahaya atau
mematikan, lupus erythematosis, infarktus paru – paru, infeksi, atau trauma, dapat
juga terjadi akibat komplikasi paska operasi. Menurut Bilotta (2014) ada tiga
penyebab efusi pleura yaitu efusi pleura transudat disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular, penyakit hati, penyakit ginjal, dan hipoproteinemia, efusi pleura
eksudat disebabkan oleh infeksi pada pleura, terjadinya inflamasi pleura, serta

7
keganasan pada pleura, empiema disebabkan oleh infeksi paru, abses paru, luka
yang terinfeksi, infeksi intra abdomen dan pembedahan toraks.

II.II Patofisiologi
Cairan yang terakumulasi didalam vakum pleura umumnya timbul apabila
cairan yang diproduksi lebih banyak dibandingkan yang diresorbsi, hal ini bisa
disebabkan karena adanya peningkatan tekanan mikrovaskuler paru.
Berkurangnya tekanan onkotik, peningkatan permebilitas mikrovaskuler,
berkurangnya drainage limfatik, atau adanya efek pada diagfragma sehingga
cairan peritoneal dapat masuk kedalam kavum pleura.

Cairan yang terakumulasi didalam kavum pleura bisa berupa transudate,


eksudat, darah, ataupun chyle secara radiologi efusi pleura umumnya akan
memberikan gambaran radiologi yang hampir sama sulit dibedakan. Cairan pleura
sebenernya adalah cairan interseluler pleura pariental, oleh karena pleura pariental
disuplai oleh sirkulasi sistematik sedangkan tekanan didalam rongga pleura lebih
rendah dibanding atsmofir, gradien tekanan bergerak dari interseluler pleura ke
arah rongga pleura.

Ada 6 mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penumpukan


cairan dalam rongga pleura, yaitu :

1. Peningkatan tekanan hidrostik sirkulasi mikrovaskuler. Keadaan ini


dijumpai pada gagal jantung kongsetif
2. Turunnya tekanan onkotik sirkulasi mikrovaskular keadaan ini terjadi
akibat hypoalbuminemia seperti sindroma nefrotik
3. Turunnya tekanan intra pleura, yang dapat disebabkan oleh atelectasis atau
reseksi paru
4. Meningkatkannya permebilitas kapilar pleura, keadaan ini diakibatkan
oleh peradangan pleura, misalnya pada efusi pleura akibat tuberculosis
atau penyakit keganasan
5. Terhambatnya aliran getah bening akibat tumor atau fibrosis paru
6. Masuknya cairan dari rongga peritoneum akibat asites

8
II.III Etiologi
Secara umum efusi pleura berdasarkan jenis cairannya atau berdasarkan
komposisi cairan dapat dibagi menjadi transudat atau eksudat. Penyebab antara
transudat dan eksudat ini biasanya dibuat pada saat torakosintesis.Penyebab efusi
pleura lainnya yang lebih spesifik adalah chylotoraks dan hemotoraks.10 Efusi
pleura yang eksudat disebabkan karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler
pleura.

Efusi pleura jenis ini memiliki komposisi protein yang tinggi (> 3
g/dl ),berwarna agak suram dan kadang-kadang dapat disertai darah atau bahkan
pus.Penyebab efusi pleura yang eksudat ini bermacam-macam , diantaranya :
pneumonia,empyiema ,tuberkulosis,malignansi,emboli paru,penyakit kolagen
vaskuler , penyakit pada abdomen ( pankreatitis,abses,pasca tindakan
bedah),sindrom Meig’s ,uremia,endometriosis dan reaksi obat.

Penyebab tersering yaitu keganasan,pneumonia dan tuberkulosis.10 Cairan


transudat pada kavum pleura merupakan suatu cairan dengan komposisi protein <
3 g/dl,berwarna jernih atau agak kekuningan.Efusi pleura ini disebabkan karena
adanya gangguan keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan
osmotik.Akumulasi cairan ini dapat terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif ,pericarditis ,sirosis pada wanita
hamil,hipoalbuminemia,overhidrasi,gagal ginjal,sindroma nefrotik dan dialisis
peritoneal.Penyebab tersering efusi pleura yang transudat ini adalah gagal jantung
kongestif , sirosis dan hipoalbuminemia, overhidrasi, gagal ginjal, sindroma
nefrotik dan dialisis peritoneal. Penyebab tersering efusi pleura yang transudat ini
adalah gagal jantung kongestif sirosis dan hipoalbuminemia. (dr.Richard,2021)

9
II.IV Manifestasi Klinik
Menurut Saferi & Mariza (2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari
efusi pleura yang berdasarkan dengan penyebabnya adalah:

1) Sesak napas
2) Rasa berat pada daerah dada
3) Bising jantung yang disebabkan payah jantung
4) Lemas yang progresif
5) Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
6) Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
7) Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
8) Demam mengigil yang disebabkan empyema
9) Asites pada penderita serosis hati
10) Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita
sindrom meig.

II.V Komplikasi
Komplikasi serius pada penanganan efusi pleura :

1) edema paru atau cairan di paru-paru


2) sebagian paru-paru rusak
3) infeksi atau perdarahan
4) tekanan darah rendah
5) syok
6) Penebalan pleura (jaringan parut pada lapisan paru-paru).

II.VI Pemeriksaan Medis


Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring

10
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen
sehingga dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter
perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya
infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah
cairan terakumulasi kembali. e. Water seal drainage (WSD) Water seal
drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan water
seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga
pleura.

II.VIIPemeriksaan Penunjang
Menurut (Pranita, 2020), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien efusi pleura adalah:

a. Radiografi dada
Merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan saat mengevaluasi
efusi pleura. Foto posteroanterior umumnya akan menunjukkan adanya
efusi pleura ketika ada sekitar 200 ml cairan pleura, dan foto lateral akan
terinterpretasi abnormal ketika terdapat sekitar 50 ml cairan pleura.
b. Ultrasonografi thoraks
Juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi pleura
karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi cairan pleura

11
daripada pemeriksaan klinis atau radiografi toraks. Karakteristik yang juga
dapat dilihat pada USG dapat membantu menentukan apakah terjadi efusi
sederhana atau kompleks. Efusi sederhana dapat diidentifikasi sebagai
cairan dalam rongga pleura dengan echotexture homogen seperti yang
terlihat pada sebagian besar efusi transudatif, sedangkan efusi yang
kompleks bersifat echogenic, sering terlihat septasi di dalam cairan, dan
selalu eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat melakukan
thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedural.
c. Biopsi pleura
Dapat menunjukkan 50-70% diagnosis kasus pleuritistuberkolosis dan
tumor pleura. Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan
pleura melalui biopsi jalur perkutaneus. Komplikasi biopsi adalah
pneumothoraks, hemothoraks, penyebaran infeksi dan tumor dinding dada.
d. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostik cairan pleura perlu dilakukan pemeriksaan:
1. Warna cairan - Haemorragic pleural efusion, biasanya pada klien
dengan adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama
disebabkan oleh tuberkolosis. - Yellow exudates pleural efusion,
terutama terjadi pada keadaan gagal jantung kongestif, sindrom
nefrotik, hipoalbuminemia, dan perikarditis konstriktif. - Clear
transudate pleural efusion, sering terjadi pada klien dengan
keganasan ekstrapulmoner.
2. Biokimia, untuk membedakan transudasi dan eksudasi.
3. Sitologi, pemeriksaan sitologi bila ditemukan patologis atau
dominasi sel tertentu untuk melihat adanya keganasan.
4. Bakteriologi Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang
dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya
purulen. Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman
yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan
adalah Pneumococcus, E.coli, clebsiella, Pseudomonas,
Enterobacter.

12
e. CT Scan Thoraks
Memiliki peran penting untuk mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi
trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan
secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang
terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya

13
II.VIII Askep
Kasus

Ibu Rumah Tangga bernama Ny. N usia 47 tahun, beragama Islam dari suku Jawa, pendidikan terakhir SLTA, alamat Jl. Wates Km.9
datang ke IRD dengan suaminya pada hari Senin, 1 Mei 2022 pukul 10.00. Pasien mengatakan sesak napas, batuk dan nyeri
pinggang. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnosa TBC, pasien
dianjurkan melakukan pengobatan tbc di puskesmas. Setelah berjalan 2 bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa. Selama
2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makanan. Pasien mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu
pada rongen ke 2 cairan semakin membanyak. Pasien mengatan jika banyak beraktivitas pasien mudah lelah dan sesak nafas.. Pasien
telah diberikan obat dari apotek oleh suaminya. Pasien mengatakan ada riwayat asma. Pasien mengatakan pernah dilakukan operasi
katarak pada tahun 2018 di RSUD Sleman. Pasien mengatakan alergi makanan yaitu: udang, ayam, kepiting, ikan, bayam, dan susu.

ASKEP EFFUSI PLEURA

A. Pengkajian
1) Biodata Pasien
1) Identitas Pasien

Nama : Ny. N
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

14
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Registrasi : 3220
Diagnosa medis : Effusi Pleura
Tanggal masuk Rumah Sakit : 01/05/2022
Tanggal Pengkajian : 01/05/2022
Alamat : Jl. Wates Km.9

2) Identitas Penanggungjawab

Nama : Bp. M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Jl. Wates Km.9

15
2) Keluhan Utama

Klien mengatakan mengalami sesak napas.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat penyakit pasien sekarang yaitu pasien pada hari Rabu tanggal 1 Mei 2022 pasien mengatakan sesak napas, batuk dan nyeri
pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul 16.00 W.I.B. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian dirujuk ke
Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnosa TBC, pasien dianjurkan melakukan pengobatan tbc di puskesmas. Setelah berjalan 2
bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa. Selama 2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makanan.
Pasien mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu pada rongen ke 2 cairan semakin membanyak. Pasien
mengatan jika banyak beraktivitas pasien mudah lelah dan sesak nafas.

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan ada riwayat asma. Pasien mengatakan pernah dilakukan operasi katarak pada tahun 2018 di RSUD Sleman.
Pasien mengatakan alergi makanan yaitu : udang, ayam, kepiting, ikan, bayam, dan susu.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan, penyakit kronik ataupun penyakit menular.

B. Pemeriksaan Fisik

16
1) Keadaan umum :

a. Pasien dengan posisi semi fowler.

b. Pasien terpasang infus di sebelah tangan kiri dengan cairan infuse RL 500cc.

c. Pasien tidak terdapat tanda klinis yang mencolok seperti adanya sianosis dan perdarahan.

2) Tingkat kesadaran : (GCS) E4M6V5


3) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 114/80 mmHg SPO2 : 97%

HR : 103x/menit RR : 24x/menit

Nadi : 88x/menit T : 36,2oC

4) Kenyamanan/Nyeri :

P: Pasien mengatakan nyeri pada pinggang Q: Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk R: Nyeri di bagian pinggang S: Skala nyeri 4
T: Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak meringis menahan nyeri.

17
5) Berat badan dan tinggi badan

BB : 67 kg

TB :155 cm

6) Pemeriksaan head to toe

a. kepala : Finger print di tengah frontal terdehidrasi, kulit kepala bersih, bentuk kepala oval, tidak
ditemukan adanya penonjolan pada tulang kepala pasien. Penyebaran rambut merata, warna hitam, tidak mudah patah
dan tidak bercabang, rambut terlihat cerah.

b. mata : Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, kornea
mata jernih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, pasien dapat melihat dan membaca tanpa
menggunakan kacamata, tekanan bola mata sama kanan dan kiri, pergerakan bola mata mampu ke segala arah, tidak
ada nyeri tekan pada mata

c. telinga : Daun telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, kanalis telinga tidak kotor dan tidak ada
benda asing, ketajaman pendengaran baik pasien dapat mendengar suara gesekan jari.

d. hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada secret atau sumbatan pada lubang hidung,
mukosa merah muda, tidak ada masalah pada tulang hidung dan posisi septum nasi ditengah, ketajaman penciuman
baik, mampu mencium bau dan membedakan bau.

18
e. Rongga mulut : Tidak ada sianosis, tidak ada luka, gigi lengkap dan terdapat caries gigi, warna lidah merah
muda, mukosa bibir lembab, letak uvula simetris ditengah, tidak ada gangguan dalam mengunyah dan menelan, fungsi
pengecapan mampu membedakan rasa manis, asin, asam dan pahit .

f. leher : Posisi trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar lympe,
denyut nadi karotis teraba kuat, fungsi menelan baik, tidak ada rasa nyeri saat menggerakkan kepala dari

g. dada : Tidak ada sesak nafas, tidak batuk, bentuk dada simestris, irama teratur, pola nafas normal,
tidak ada pernafasan cuping hidung, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler.

h. perut : Bentuk abdomen simestris, tidak terdapat nyeri tekan, auskultasi bising usus 4x/menit, dan saat
dilakuakan perkusi hasilnya hipertymphani.

i. genetalia : Keadaan genetalia dan anus bersih tidak ada kelainan pada anus dan genetalia.

j. kulit dan kuku : turgor kulit baik, dan tidak ada piting edema.

k. ekstermitas atas : turgor kulit baik, dan tidak ada piting edema

l. ekstremitas bawah : sendi bebas, kekuatan otot 5

m. Pemeriksaan jantung/Sistem Kardiovaskuler :

19
Keluhan nyeri dada tidak ada, pada pemeriksaan inspeksi CRT< 3 detik, tidak ada sianosis. Pada pemeriksaan palpasi dada,
iktus kordis teraba di intercosta sinistra (ICS) V di sebelah medial linea midclavikularis sinistra, akral hangat. Pada
pemeriksaan perkusi batas atas kanan jantung di ICS II linea parasternalis dextra (tidak melebar). Batas bawah kanan
jantung ICS III dan IV linea parasternalis dextra (tidak melebar). Batas atas kiri terdapat di SIC II linea parasternalis
sinistra (pinggang jantung) tidak melebar. Batas bawah kiri terdapat di SIC V ke medial linea midclavicularis dextra
(tidak melebar). Pada pemeriksaan auskultasi bunyi jantung II aorta dub yaitu terjadi akibat adanya getaran
menutupnya katup aorta pada dinding thorak (bunyi jantung regular). Bunyi jantung II pulmonal dup yaitu terjadi
akibat adanya getaran menutupnya katup pulmonal pada dinding thorak (bunyi jantung regular). Bunyi jantung I
trikuspidalis lub terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup trikuspidalis ( bunyi jantung regular). Bunyi jantung
I mitral lub terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup mitral (bunyi jantung regular). Tidak terdapat bunyi
jantung tambahan.

n. Pemeriksaan thorak/Sistem Pernafasan :

Pasien sesak, batuk tidak produktif, tidak terdapat secret, konsistensi tidak ada, warna tidak ada, bau tidak ada, suara ucapan
pasien jelas. - Inspeksi: Bentuk dada simetris kanan kiri, frekuensi pernapasan 26x/menit, irama pernapasan tidak
teratur, pola pernapasan dispnea, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan,
usaha bernapas dengan posisi setengah duduk, menggunakan alat bantu pernapasan yaitu nasal kanul 3 lpm. - Palpasi:
Vocal premitus getaran paru kanan dan kiri teraba tidak sama kuat saat pasien mengucapkan 77, tidak terdapat
krepitasi. - Perkusi: Perkusi redup di ICS IV dan V anterior dextra , batas paru dan hepar ICS ke 4 sampai ICS ke 6 -

20
Auskultasi: Suara napas wheezing ICS IV dan V anterior dextra, suara ucapan jelas. - Penggunaan WSD: Tidak
menggunkan WSD. Pada tanggal 9/3/2020 dilakukan penarikan cairan, Terdapat cairan berwarna kuning, jumlah
cairan saat dilakukan pengkajian 1,1 liter.

o. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi :

BB: 60 kg TB: 155 cm IMT: 25 kg/m2 Kategori: berat badan ideal Tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir
dannafsu makan baik. Saat di rumah pasien memiliki kebiasaan makan dengan nasi, sayur, dan lauk sejumlah 1 porsi
sedang sekali makan dengan frekuensi 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam. Saat di rumah, pasien memiliki
kebiasaan minum sejumlah ± 700 ml, minuman yang diminum oleh pasien berupa air putih. Di rumah sakit, saat dikaji
pasien makan dengan nasi, sayur lauk dan buah sejumlah 1 porsi makan dengan frekuensi makan 3 kali sehari pagi,
siang dan malam. Saat dirumah sakit pasien minum sejumlah ± 700 cc/hari, minuman yang diminum oleh pasien
berupa air putih. Pasien memiliki alergi udang,ayam,kepiting,ikan, bayam dan susu, tidak memiliki kesulitan dalam
mengunyah dan menelan, tidak ada mual dan muntah. Semenjak sakit pasien makan sendiri. Pasien mengatakan BAB
1x/ hari terakhir tanggal 12/3/2020 dengan konsistensi lunak.

p. Abdomen :

Inspeksi: Perut normal, tidak terdapat bayangan vena, tidak terdapat benjolan atau masa, tidak terdapat luka operasi, tidak
terdapat drain. - Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit - Palpasi: Tidak terdapat acites, tidak terdapat nyeri tekan pada
titik Mc. Burney, tidak terdapat masa, tidak ada pembesaran dantidak ada nyeri pada hepar. - Perkusi: Tidak terdapat

21
acites, Tidak terdapat terdapat undulasi, sfiting Dulnes tidak terdapat cairan, tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal.
Pada pemeriksaan 9 regio hepar berada di regio hypocondrium dextra, epigastrica dan sedikit ke hypocondrium
sinistra, lambung berada di regio epigastrium, limfa berada di regio hypocondrium sinistra, kandung empedu berada
pada perbatasan regio hypocondrium dextra dan epigastrium, kandung kemih berada di regio hypogastrium, apendiks
berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdominal lateralis dextra dan bagian bawah region umbilicalis.

C. Aktiftas Sehari-hari
No. Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Makan
1. Jenis Nasi, lauk dan buah Nasi, lauk dan buah
2. Frekuensi 3 x 1, hanya 5 sendok 2x1, hanya 5 sendok
3. Porsi Setengah piring Setengah piring
4. Keluhan - -
b. Minum
1. Jenis Air putih Air putih
2. Frekuensi 500 ml 400 ml
3. Keluhan - -

22
2. Eliminasi
a. BAK
1. Frekuensi 4X(± 1800) 3X(± 1200)
2. Warna Kuning jernih Kuning jernih
3. Keluhan - -
b. BAB
1. Frekuensi 2X -
2. Warna Kuning -
3. Konsistensi Keras -
4. Keluhan konstipasi -
3. Personal higien
a. Mandi 1x1/hari 1x1/hari
b. Gosok gigi 1x1/hari 1x1/hari
c. Keramas - -
4. Istirahat dan tidur
a. Malam

23
1. Frekuensi 7jam/hari 7jam/hari
2. Keluhan - -
b. Siang
1. Frekuensi 1jam/hari 1jam/hari
2. Keluhan - -
5. Mobilisasi dan aktivitas
a. Jenis aktivitas - -
b. Keluhan - -
c.

D. Data penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium 02 /05/2022
Hematologi :
Hasil:
Hematokrit : 34,5 (L)
Indeks Eritrosit
MCV : 14,4 (L)
MCH : 26,0 (L)
MCHC : 31,9 (H)

24
RDW-CV : 16,6 (H)
EO Sinofil : 0,7 (H)
Laju darah lengkap:73(H)
Hitung jenis leukosit
Limfosit : 18,1 (L)
Monosit : 8,5 (H)
Kimia Darah
Elektrolit darah
Ureum darah : 21
Kreatinin darah : 0,6

2. Rontgen 02/05/2022
Thoraks 1 posisi
Hasil: Terdapat cairan (penumpukan cairan paru sebelah kanan)

3. Pemberian Obat
Dexametasone (iv) 3x1 b. Ketorolac (iv) 3x30 mg c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm (500cc/24 jam)
E. Pengelompokan Data Senjang
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengatakan pasien mengalami sesak napas sejak 3 hari Ku:
yang lalu, batuk dan nyeri pinggang
-(GCS) E4M6V5
- Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek.
- Pasien terlihat lemas
- Pasien mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru,

25
lalu pada rongen ke 2 cairan semakin membanyak. Pasien mengatan -Tekanan darah: 114/80 mmHg
jika banyak beraktivitas pasien mudah lelah dan sesak nafas.
-SPO2 : 97%
-HR : 103x/menit
-RR : 24x/menit
Nadi : 88x/menit
-T : 36,2C
- A: lila; 35 cm BB: 67 kg TB: 155 cm
– B: Hb: 11,6 mg/dl Ht: 35,5 %
- C: - Pasien terlihat lemas
- D: Makanan Lunak 1600 kkal, protein 359, lemak 69
gr, KH 220 gr

F. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah keperawatan
1. Ds: - Pasien mengatakan mengalami sesak napas proses penyakit. Hipertermi
sejak 3 hari yang lalu.
- Pasien mengatan jika banyak beraktivitas pasien
mudah lelah dan sesak nafas.

26
Do: - -(GCS) E4M6V5
- Pasien terlihat lemas
-Tekanan darah: 114/80 mmHg
-SPO2 : 97%
-HR : 103x/menit
-RR : 24x/menit
Nadi : 88x/menit
-T : 36,2C
2. Ds: ketidakmampuan Defisit nutrisi
mengabsorbsi
- Pasien mengatakan mengalami sesak napas sejak 3
nutrisi
hari yang lalu.
- Pasien mengatan jika banyak beraktivitas pasien
mudah lelah dan sesak nafas.
- Pasien mengatakan nyeri dibagian dada.
-
Do:
A: lila; 35 cm BB: 67 kg TB: 155 cm

27
– B: Hb: 11,6 mg/dl Ht: 35,5 %
- C: - Pasien terlihat lemas
- D: Makanan Lunak 1600 kkal, protein 359, lemak 69
gr, KH 220 gr

G. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut prioritas masalah


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Perencanaan
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. 1. Pola napas tidak Setelah 1. Lakukan -mengkaji warna Senin, 01 Mei 2022 Senin, 01 Mei 2022
efektif berhubungan dilakukan monitor pola kulit
1. Melakukan Pukul 17.00 W.I.B.
dengan hambatan tindakan napas (frekuensi,
-ukur suhu badan monitor pola napas
upaya napas keperawatan kedalaman, usaha DS:
pasien (frekuensi,
(kelemahan otot selama 3x 24 napas)
kedalaman, usaha a. Pasien
pernapasan). jam diharapan -ukur TD, N, RR
2. Lakukan napas) mengatakan sesak
pola napas

28
Kriteria mayor: kembali efektif. monitor bunyi -pantau gcs napas.
Subjektif: e. Pasien napas tambahan pasien
Kriteria hasil: b. Pasien
mengatakan sesak (mis. Gurgling,
-anjurkan pasien mengatakan saat
napas. Objektif: a. a.Dyspnea mengi, wheezing,
untuk minum beraktivitas mudah
Pasien tampak menurun. ronci kering)
banyak sesak dan lelah
terdapat penggunaan Menunjukan
3. Posisikan semi
otot bantu pernapasan. pola napas -anjurkan pasien DO:
fowler.
b. Pola napas pasien normal/efektif untuk memakai
tampak cepat dispnea. a. Pasien tampak
(RR:20x/ 4. Berikan pakaian yang
Kriteria minor: sesak
menit) oksigen jika mudah menyerap
Subjektif: a. Pasien b.Penggunaan perlu. keringat b. Tampak irama
mengatakan sesak otot bantu nafas pernapasan pasien
dirasakan saat duduk 5.Ajarkan pasien -konsultasi pada
menurun tidak teratur
ataupun berbaring. teknik batuk dokter dan
Objektif: a. Pasien c.Frekuensi efektif tenaga medis c. Pasien tampak
tampak menggunakan napas membaik untuk terapi menggunakan
pernapasan cuping berikutnya pernapasan cuping
hidung. b. Tampak hidung
bentuk dada pasien d. Pasien
barrel chest. c. menggunakan otot
Tampak terdapat bantu pernapasan
penggunaan otot bantu
pernapasan. d. RR : e. Pasien tampak
26x/menit (D. 0005) menggunakan otot
bantu saat
bernapas. f. TD :

29
114/80mmHg N :
103x/mnt RR: 26
X/ menit S : 36,2⁰C
Spo2 : 97%

2. Lakukan monitor
bunyi napas
Pukul 18.20 W.I.B.
tambahan (mis.
Gurgling, mengi, Ds:
wheezing, ronchi
a. Pasien
kering)
mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung.
b. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan

30
c. Tampak
terdengar bunyi
napas wheezing
d. RR : 26x/mnt
e. Spo2 : 97%

3. Memposisikan Pukul 19.40 WIB


semi fowler.
Ds:
a. Pasien
mengatakan sesak
napas.
b. Pasien
mengatakan batuk
Do:
a. Pernapasan
pasien tampak
cepat (dispnea)
b. Tampak irama

31
pernapasan pasien
tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan.
d. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e.Tampak usaha
napas semi fowler

Pukul 20.15 W.I.B.


4. Berikan oksigen Ds:
jika perlu.
a. Pasien
mengatakan sesak
napas b. Pasien
menatakan batuk
Do:

32
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
b. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung

c. Tampak usaha
napas semi fowler
d. Terpasang nasal
kanul 3 lpm
e. Pasien tampak
tenang

Pukul 20.30 W.I.B.


5. Ajarkan pasien Ds:
teknik batuk efektif.

33
a. Pasien
mengatakan sesak
napas dan batuk
tapi tidak berdahak.
b. Pasien bersedia
di ajarkan tekhnik
batuk efektif
Do:
a. Pada
pemeriksaan
auskultasi suara
napas wheezing.
b. Tampak tidak
ada secret.
c. Pasien tampak
paham

34
Setelah 1. Lakukan
dilaksakan identifikasi skala
2. Nyeri akut Pukul 20.40 W.I.B.
tindakan asuhan nyeri
berhubungan dengan
keperawatan 1. Lakukan Ds:
agen pencedera 2. Lakukan
selama 1x24 identifikasi skala
fisiologis identifikasi a. Pasien
jam diharapkan nyeri
Karakteristik mayor: lokasi, mengatakan nyeri
nyeri pinggang
Subjektif: a. Pasien karakteristik, di daerang
pasien menurun
mengatakan nyeri durasi, frekuensi, pinggang
Kriteria hasil: a.
pinggang Obyektif: kualitas,
keluhan nyeri b. Pasien
Senin, 25 Maret 2019 intensitas nyeri.
menurun b. mengatkan Nyeri
Risiko Defisit Nutrisi
Melaporkan 3. Berikan teknik seperti tertusuk
berhubungan dengan
bahwa nyeri non farmakologis tusuk
Faktor Psikologis
berkurang untuk mengurangi
(mis. Stres, c. Pasien
dengan rasa nyeri.
keengganan untuk mengatkan Nyeri
menggunakan
makan) ditandai 4. Kolaborasi hilang timbul
manajemen
dengan mual dan pemberian
nyeri skala Do :
kurangnya nafsu analgetik, jika

35
makan. Karakteristik nyeri (0-1). c. perlu. a. Skala nyeri 4
mayor: 76 a. Pasien meringis
b. Pasien tampak
tampak meringis menurun d.
meringis
menahan nyeri. b. penggunaan
Pasien tampak gelisah. analgetik c. Tampak
c. Frekuensi nadi menurun frekuensi nadi
pasien meningkat meingkat
Karakteristik minor:
Subjektif: a. Tidak d. TD : 114/80
terdapat dalam mmHg N :
(SDKI). Objektif: a. 103x/mnt RR: 26
tekanan darah pasien X/ menit, S :
meingkat b. pola 36,2⁰C, Spo2 :
napas pasien meingkat 98%
(D.0077)
2. Lakukan
identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, Pukul 20.50 W.I.B.
intensitas nyeri.
Ds:
a. Pasien
mengatakan nyeri
di bagian pinggang
b.Pasien

36
mengatakan nyeri
seperti ditusuk-
tusuk
c. Pasien
mengatakan Nyeri
hilang timbul
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Skala Nyeri 4
c. Pasien tampak
3. Berikan teknik menahan nyeri
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Pukul 21.00 W.I.B.
Ds:
a. Pasien bersedia
diberi tindakan
terapeutik
(kompres hangat)

37
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Pasien tampak
menahan nyeri
c. Skala nyeri 4
d. Pasien tampak
gelisah
e. Pasien tampak
paham

4. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.

Pukul 21.05
Ds :
a. Pasien
mengatakan
bersedia diberi

38
analgetic
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Pasien tampak
paham setelah
diberi penjelasan
tentang indikasi
analgetik
c. Pasien tampak
menahan nyeri
d. Skala nyeri 4
e. Pasien tampak
gelisah

Setelah 1. Lakukan
dilaksakan identifikasi
tindakan asuhan gangguan fugsi
3. Intoleransi aktivitas keperawatan tubuh yang
berhubungan dengan selama 3x24 mengakibatkan
kelemahan jam diharapkan kelelahan

39
Karakteristik mayor: toleransi 2. Sediakan
Subjektif: a. Pasien aktivitas lingkungan
mengatakan saat meningkat nyaman dan
1. Melakuan
beraktivitas mudah Kriteria hasil: rendah stimulus
identifikasi
sesak dan lelah. a.Kemudahan
3. Anjurkan tirah gangguan fugsi
Objektif: a. pasien melakukan
baring tubuh yang
tampak lemas b. aktifitas
mengakibatkan
pasien saat b.Dyspnea saat 4. Anjurkan
kelelahan Pukul 21.10 W.I.B.
beraktivitas di bantu beraktifitas melakukan ativias
oleh suaami menurun secara bertahap Ds:
Karakteristik minor: c.Perasaan
Subjektif: a.Pasien lemah menurun a. Pasien mengatan
mengatakan sesak d.Frekuensi jika beraktivitas
dirasakan saat nadi membaik pasien mudah lelah
beraktivitas. Objektif: dan sesak nafas.
a. Tidak tersedia Do :
(D.0056)
a. Pasien tampak
lelah.
b. Dalam
beraktifitas pasien
tampak dibantu
oleh suami
c. Pasien tampak
2. Menganjurkan
sulit beraktivitas
tirah baring.

40
karena sesak

Pukul 21.15.
W.I.B.
Ds :
a. Pasien
mengatakan
bersedia dianjurkan
untuk tirah baring
Do :
a. Pasien tampak
paham
3.Menganjurkan b. Pasien tampak
melakukan ativias rileks
secara bertahap
c. Pasien sulit
berkativitas karena
4.Sediakan sesak napas
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus

41
Pukul 21.20 W.I.B.
Ds :
a. Pasien
mengatakan
bersedia
melakukan aktifitas
secara bertahan
Melakukan visit
keperawatan Do :
a. Pasien tampak
paham yang di
anjurkan perawat
b. Pasien saat
beaktivitas masih
dibantu oleh suami
Pukul 21.30 W.I.B.
S:
a. Pasien
mengatakan masih
terasa sesak
b. Pasien

42
mengatakan masih
batuk-batuk
c. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas akan
sesak napas dan
lelah.
d.Pasien
mengatakan sudah
tidak nyeri di
daerah pinggang
O:
a. Pasien tampak
tidak meringis
menahan nyeri lagi
b. Skala nyeri 1
c. Pasien tampak
lemah d. Pasien
tampak gelisah
e. Pasien tampak
sesak TTV: TD:
118/80 mmHg N:

43
80X/menit T:
36,0⁰C RR:
24X/Menit
Spo2:98%
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan
Intervensi

Selasa, 02 Mei 2022


Visit keperawatan Pukul 09.00 W.I.B.
S:
a. Pasien
mengatakan sesak
dan batuk mulai
berkurang

44
b.Pasien
mengatakan nyeri
sudah hilang
c. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas masih
sesak
O:
a. Pasien tampak
masih sesak
b. Pasien tampak
masih
menggunakan otot
c. Pernapasan
d. Pasien masih
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e. Pasien tampak
lemah
TTV: TD: 120/70
mmHg N:

45
84X/menit RR:
22X/menit T:
36,0⁰C SPO2: 98%
a. Pasien tampak
terpasang nasal
kanul 3 lpm
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Menginstruksikan
pada pengunjung dan
pada pasien untuk Pukul 10.00 W.I.B.
mencuci tangan saat
berkunjung dan Ds:
setelah berkunjung
a. Pasien dan
meninggalkan
pengunjung
pasien.
mengatakan
mengerti cara
mencuci tangan
yang benar
Do:
a. Pasien dan salah
satu pengunjung

46
tampak melakukan
cara cuci tangan
yang baik
1. Melakukan
monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
Pukul 10.15 W.I.B
napas)
Ds: a. pasien
mengatakan sesak
berkurang b. pasien
mangatakan batuk
sudah berkurang
Do: a. pasien
tampak
menggunakan nasal
kanul saat sesak
saja b. pasien
tampak sesak sudah
berkurang c. pasien
tampak posisi semi
fowler d. RR :
2. Melakukan 22x/mnt.
monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,

47
wheezing, ronci Pukul 10.30 WIB
kering)
Ds:
a. Pasien
mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sedikit
lebih tenang b.
Wheezing pada
pasien berkurang c.
Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang d. Pasien
tampak
3. Memberikan menggunakan
posisikan semi cuping hidung
fowler / fowler berkurang.

Pukul 13.00 WIB


Ds:

48
a. Pasien
mengatakan sesak
napas berkurang.
b. Pasien
mengatakan batuk
sudah berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang.
b. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung berkurang
4. Memberikan
oksigen jika perlu. c. Pasien tampak
tenang.

Pukul 13.00 WIB


Ds:

49
a. Pasien
mengatakan sesak
napas berkurang
Do: a. Pasien
tampak
menggunakan otot
5. Mengajarkan bantu pernapasan
pasien teknik batuk b. RR : 22x/mnt
efektif
c. Terpasang nasal
kanul jika sesak
saja d. Spo2 : 98 %
Pukul 13.30 WIB
Ds:
a. Pasien
mengatakan batuk
berkurang
b. Pasien
mengatakan sesak
berkurang
Do:
a. Pada
pemeriksaan

50
auskultasi suara
napas Wheezing
berkurang
b. Tampak tidak
6.Melakuan ada secret
identifikasi
gangguan fugsi
tubuh yang
mengakibatkan
kelelahan
Pukul 15.00 WIB
Ds :
a. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas sesak
dan mudah lelah
sudah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
lelah berkurang
b. Pasien tampak
posisi semi fowler

51
7. Menganjurkan c. Pasien tampak
tirah baring tenang

Pukul 16.00 WIB


Ds :
a. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas sesak
dan mudah lelah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
paham
b. Pasien tampak
rilex
c. Pasien
beraktivitas secara
bertahap d. Pasien
8. Menganjurkan beraktivitas masih

52
melakukan ativias dibantu oleh suami.
secara bertahap.

Pukul 16.10 WIB


Ds :
a. Pasien
mengatakan sesak
nafas dan lelah
sudah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. aktifitas pasien
masih dibantu oleh
Melakukan visite suami
keperawatan
c. Pasien
beraktivitas secara
bertahap
Pukul 16.30 WIB
S:

53
a. Pasien
mengatakan sesak
sudah berkurang
b. Pasien
mengatakan batuk
sudah berkurang
c. Pasien
mengatakan nyeri
sudah sembuh
O:
a. Pasien tampak
sesak berkurang
b. Pasien tampak
memakai Nasal
kanul jika sesak
saja c. Penggunaan
otot bantu
pernapasan
berkurang d.
Penggunaan cuping
hdung berkurang
TTV TD: 120/ 80
mmHg HR:

54
80X/Menit RR: 22
X/menit T: 36,0Oc
Spo2: 98% A:
Rabu, 03 Mei 2022 Masalah sebagian
teratasi P:
Visite keperawatan Lanjutkan
intervensi.

Pukul 08.30 WIB


S:
a. Pasien
mengatakan sudah
tidak sesak napas
dan batuk
b. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas sudah
mulai tidak sesak
c. Pasien
mengatakan jika
beraktivitas lelah
berkurang

55
O:
a. Pasien tampak
tidak sesak
b. Pasien sudah
tidak menggunakan
otot pernapasan
c. Pasien sudah
tidak menggunakan
cuping hidung
d. Pasien tampak
lemah berkurang
TTV: TD: 120/80
mmHg N:
80X/menit RR:
20X/menit T:
36,0⁰C SPO2: 99%
e. Pasien sudah
tidak menggunakan
nasal kanul
A: Masalah teratasi
Sebagian
P: Intervensi

56
dilanjutkan

1. Melakukan
monitor pola napas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
napas)
Pukul 09.00 WIB
Ds:
a. pasien
mengatakan sudah
tidak sesak
Do:
a. pasien sudah
tidak menggukanan
nasal kanul
b. pasien tampak
sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
c. pasien sudah
tidak menggunakan

57
otot bantu
pernapasan
2. Melakukan
monitor bunyi napas d. RR : 20 x/mnt e.
tambahan (mis. Spo2: 99%
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci
kering) Pukul 09.20 WIB
Ds:
a. Pasien
mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sudah
tidak terdengar
suara wheezing
b. Pasien sudah
tidak menggunakan
otot bantu
pernapasan
c. Pasien tidak
3. Melakuan menggunakan

58
identifikasi cuping hidung
gangguan fugsi
d. Pasien tampak
tubuh yang
tidak sesak
mengakibatkan
kelelahan

Pukul 10.00 WIB


Ds :
a. Pasien
mengatakan sesak
sudah berkurang
saat beraktivitas
b. Pasien
mengatakan saat
beraktivitas lelah
sudah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tidak gelisah lagi
b. Pasien tampak
lemah berkurang

59
c. Pasien tampak
tenang
4. Menganjurkan
tirah baring d. Pasien Tampak
beraktivitas dibantu
oleh suami

Pukul 13.00 WIB


Ds :
a. Pasien
mengatakan saat
beraktivitas lelah
sudah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
beraktivitas masih
di bantu
b. Pasien tampak
5. Menganjurkan melakukan tirah
melakukan ativias baring
secara bertahap

60
Pukul 16.00 WIB
Ds :
a. Pasien
mengatakan saat
beraktivitas lelah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. Pasien tampak
melakukan
Melakukan visite aktivitas secara
keperawatan bertahap
c. Pasien
melakukan
aktivitas masih
dibantu oleh suami
Pukul 21.00 WIB

61
S:
a. Pasien
mengatakan sudah
tidak sesak
b. Pasien
mengatakan saat
berkativitas lelah
berkurang
c. Pasien
mengatakan sudah
tidak Sesak saat
beraktivitas
d. Pasien
mengatakan batuk
sudah tidak ada
O:
a. Pasien tampak
sudah tidak sesak
b. Pasien tampak
sudah tidak
menggunakan nasal
kanul

62
c. Wheezing sudah
tidak terdengar
d. Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
e. Pasien sudah
tidak menggunakan
cuping hidung TTV
TD: 120/ 80 mmHg
N: 80X/Menit RR:
20 X/menit T:
36,0Oc Spo2: 99%
A: Masalah teratasi
Sebagian
P: lanjutkan
intervensi

Diagnosa Keperawatan Evaluasi SOAP


1. Pola napas tidak Senin, 01 Mei 2022
efektif berhubungan
S:
dengan hambatan upaya
napas (kelemahan otot a. Pasien mengatakan sesak napas.

63
pernapasan) O:
a. Pasien tampak sesak
b. Tampak irama pernapasan pasien tidak teratur
c. Pasien tampak menggunakan pernapasan cuping hidung
d. Pasien tampak menggunakan otot bantu saat bernapas.
e. TTV: TD: 114/80 mmHg HR: 103X/menit T: 36,2⁰C RR: 24X/Menit Spo2 : 97%
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Melakukan monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Melakukan monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronci kering)
3. Memberikan posisikan semi fowler / fowler
4. Berikan oksigen jika perlu.
5. Ajarkan pasien teknik batuk efektif

2. Nyeri akut
S:
berhubungan dengan
agen pencedera fisik a. Pasien mengatakan terasa nyeri di daerah pinggang sudah tidak ada
(prosedur operasi)
O:
a. Pasien tampak tenang setelah di berikan analgetic

64
b. Pasien tampak tidak meringis lagi
c. Skala nyeri 1
d. Pasien tidak gelisah karena nyeri
TTV: TD: 120/80 mmHg HR: 80X/menit T: 36,2⁰C RR: 24X/Menit
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

S:
a. Pasien mengatakan saat beraktivitas sesak napas dan mudah lelah
3. Intoleransi Aktivitas
O:
berhubungan dengan
kelemahan . a. pasien tampak lemah
b. pasien tampak posisi semi fowle
c. pasien tampak saat beraktivitas di bantu oleh suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Melakuan identifikasi gangguan fugsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Menganjurkan tirah baring
3. Menganjurkan melakukan ativias secara bertahap

65
Selasa, 02 Mei 2022
S:
a. Pasien mengatakan sesak napas berkurang
1.Pola napas tidak efektif
O:
berhubungan dengan
hambatan upaya napas a. Pasien tampak masih sesak
(kelemahan otot
b. Pasien tampak menggunakan pernapasan cuping hidung sudah berkurang
pernapasan)
c. Pasien tampak menggunakan otot bantu saat bernapas sudah bekurang.
d. TTV: TD: 120/80 mmHg N: 84X/menit T: 36,2⁰C RR: 22X/Menit
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Melakukan monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Melakukan monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronci kering)
3. Memberikan posisikan semi fowler / fowler
4. Memberikan oksigen jika perlu.
5. Ajarkan pasien teknik batuk efektif

S:
a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas

66
2.Intoleransi Aktivitas dan mudah lelah sudah
berhubungan dengan
berkurang
kelemahan.
O:
a. pasien tampak gelisah sudah
berkurang
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak lemah
berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2. Menganjurkan tirah baring
3. Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap

Rabu, 03 Mei 2022

67
S:
a. Pasien mengatakan sudah
tidak sesak napas
b. Psien mengatakan sudah
1. Pola napas tidak
efektif tidak batuk
berhubungan dengan
O:
hambatan upaya napas
(kelemahan otot a. Pasien tampak tidak sesak
pernapasan)
b. Tampak irama pernapasan
pasien sudah teratur
c. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan otot bantu
saat bernapas
e. Pasien sudah tidak
menggunakan nasal kanul
f. TTV:
TD: 114/80 mmHg

68
N: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 20X/Menit
A: Masalah sudah teratasi
P : Intervensi di hentikan

S:
a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sudah tidak
sesak napas
b. Pasien mengtakan saat
2. Intoleransi Aktivitas beraktivitas lelah
berhubungan
berkurang
dengan kelemahan .
O:
a. pasien tampak tenang
b. pasien tampak lemah
berkurang
c. pasien beraktivitas secara

69
bertahap
d. pasien beberapa
beraktivitas masih dibantu
suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan
kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap

70
BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini ialah,Efusi pleura adalah akumulasi cairn yang
berlebihan dirongga pleura cairan tersebut mengisi ruangan yang melindungi
paru.Cairan dalam jumlah berlebihan dapat mengganggu pernafasan dengan
membatasi peregangan paru selama inhalasi.penyebab paling sering efusi pleura
transdatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal jantung kiri, emboli paru, dan
serosis hepatis, sedangkan penyebab pleura eksudatif disebabkan oleh peneumonia
bakteri, keganasan (ca paru, ca mamae, dan hymphoma merupakan 75% penyebab
efusi pleura oleh karena kanker) infeksi virus.Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisn pleura. Efusi pleura
terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat transudasi
(perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik).

III.II Saran
1) Bagi peneliti dan peneliti lain

Agar peneliti dapat melanjutkan penelitian ini dengan populasi yang lebih luas dan
variabel yang berbeda dan dapat dicari hubungan berdasarkan penyebabnya.

2) Bagi Rumah Sakit

Dengan penelitian ini diharapkan agar Rumah Sakit khususnya di bagian Radiologi
melakukan pembenahan dalam kelengkapan data rekam medis pasien secara
terperinci dan digitalisasi agar lebih memudahkan dalam penelitian.

71
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly, A, J. (2014). Kapita selekta penyakit : dengan implikasi


keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC
Black., J.,M & Hawks., J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. Singapore : Elsevier.
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh. (2014). Keperawatan medikal bedah, ed.
i. Yogyakarta: Rapha publishing Diunduh pada tanggal 6 Mei 2022
dr. Richard Yan Marvellini, SpRad. (2021).Gambaran Volume Efusi
Pleura.Universitas Kristen Indonesia. Jakarta
Dr. Richad Yan Marvellini, SpRad. 2020. GAMBARAN VOLOME EFUSI
PLEURA. Jakarta. Departemen radiologi
LeMone, Priscilla dkk. (2019). Buku Ajar Medikal Bedah Gangguan Respirasi.
Jakarta : EGC
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing
Pranita, N. P. N. (2020) ‘Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru Penyakit Pleura’, 2, p.
10. Available at:
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/download/21010/pdf

72

Anda mungkin juga menyukai