Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN SEPSIS

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing :

Endang S, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. DICKY YUDHA PRANATA (2005016)


2. MELA HULIAH (2005029)
3. SALSABILA SYAFA KURNIA (2005048)
4. YESINTHA DWI ERLINA (2005064)
5. YUANAH KUMALASARI (2005070)
6. NABILA INTAN ANGELLINA (2005075)
7. TINGKAH ENGGARING TYAS (2005076)

FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS & TEKNOLOGI

D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2022/2023
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas ridhadan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis yang berjudul
‘MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SEPSIS. Tidak lupa, kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang S, S.Kep., Ns., M.Kep, yang telah
membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga laporan ini dapat terwujud.Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
dan kesalahan dalam laporan yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas
kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................II
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. TUJUAN.....................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI............................................................................................................................5
A. DEFINISI....................................................................................................................................5
B. ETIOLOGI..................................................................................................................................5
C. PATOFISIOLOGI.......................................................................................................................6
D. MANIFESTASI KLINIS............................................................................................................8
E. PATWAYS.................................................................................................................................9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................................10
G. PENATALAKSANAAN..........................................................................................................12
H. PENGKAJIAN..........................................................................................................................13
I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN..............................................................................................21
J. INTERVENSI KEPERAWATAN............................................................................................24
BAB III.............................................................................................................................................32
TINJAUAN KASUS.........................................................................................................................32
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................32
B. SARAN.........................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................33

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sepsis adalah hasil akhir berbagai macam proses yang melibatkan inflamasi,
imunitas, koagulasi, dan neuroendokrin. Syok septik adalah keadaan dimana pasien
tetap hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan yang adekuat dan
memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ
(Natasha Suwondo, 2022). Kedua keadaan ini merupakan kedaruratan medis yang
memerlukan resusitasi cepat, cermat, dan adekuat. Keterlambatan dalam melakukan
resusitasi dan pemberian antibiotik yang tepat akan meningkatkan mortalitas
(Kemenkes, 2021).
 Sepsis merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang menyerang jutaan orang
di dunia setiap tahunnya dan menyebabkan kematian pada 1 dari 4 orang (Irvan et al.,
2018). Sepsis diperkirakan menyebabkan 5,3 juta kematian setiap tahunnya dengan
insiden 31,5 juta kasus setiap tahun di seluruh dunia.(Khairul et al., 2020).
Hasil penelitian dari (Nainggolan et al., 2017) didapatkan bahwa sepsis dan syok
septik terbanyak besumber dari saluran napas yaitu pneumonia pada sebanyak 50
orang, yang terbagi atas human acquired pneumonia (HAP), community acquired
pneumonia (CAP), dan ventilator acquired pneumonia (VAP). Data menunjukkan
bahwa HAP memiliki peran terbanyak yaitu sebanyak 21 orang (31,3%), diikuti oleh
CAP 11 orang (16,4%), dan VAP 18 orang (26,9%). Hasil yang sejalan juga ditemukan
pada penelitian yang dilakukan di ICU RSUP dr. Kariadi yaitu dari 126 pasien sepsis
dan syok septik ditemukan sumber utama sepsis dan syok septik ialah pneumonia
sebanyak 42%.7.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pasien dengan sepsis
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep teori pada pasien sepsis
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien sepsis
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pasien dengan sepsis
d. Membuat intervensi keperawatan pasien dengan sepsis
4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Sepsis adalah kegawat daruratan medis dimana imun sistemik tubuh berespon
terhadap proses infeksius dalam tubuh yang dapat menyebabkan disfungsi organ fatal
dan kematian. Syok septik adalah komplikasi terburuk dari kasus sepsis dengan angka
mortalitas yang tinggi. Dalam perawatan di rumah sakit, mortalitas syok septik masih
dalam rentag 30-50%. Pengenalan dini dan implementasi penanganan terbaik untuk
kasus ini dapat menurunkan angka mortalitas. Pasien yang selamat dari sepsis dapat
mengalami deficit kognitif jangka panjang dan fungsional . Kematian akibat sepsis
berat mencapai > 200.000 jiwa per tahunnya di US dengan kasus yang terus meningkat
tiap tahunnya. Faktor resiko sepsis adalah diabetes, keganasan, penggunaan
korikosteroid, keadaan immunosupresan, luka bakar, trauma, hemodialisis, dan usia
tua(Irvan et al., 2018)
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik yang disebabkan oleh berbagai macam
organisme yang infeksius; bakteri gram negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit, dan
virus. Tidak semua individu yang mengalami infeksi menjadi sepsis, dan suatu
rangkaian dari beratnya infeksi dari proses yang terlokalisisir menjadi bakteriemia
sampai ke sepsis dan menjadi septik syok. Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi
reaksi peradangan sistemik (inflammatory systemic rection) yang dapat disebabkan
oleh invansi bakteri, virus, jamur atau parasite.selain itu, sepsis dapat juga disebabkan
oleh adanya kuman – kuman yang berpoliferasi dalam darah dan osteomyelitis yang
menahun(Irvan et al., 2018)

B. ETIOLOGI
Penyebab sepsis adalah infeksi bakteri, virus, atau jamur yang memicu sistem imun
beraksi tak terkendali untuk melawan infeksi. Kondisi ini menyebabkan peradangan
menyebar hingga ke pembuluh darah dan mengakibatkan penyempitan dan kebocoran.
Menurut National Institute of General Medical Science, sepsis bisa terjadi akibat
infeksi yang berlangsung di dalam paru-paru, ginjal, atau saluran pencernaan. Semua
penyakit infeksi berpeluang menjadi penyebab sepsis. Namun, penyakit infeksi dan
kondisi tertentu yang paling sering memicu penyebaran infeksi ke aliran darah adalah:
5
a. Pneumonia dan infeksi paru-paru lainnya
b. Infeksi pada usus dan saluran cerna
c. Infeksi luka operasi
d. Infeksi saluran kemih
e. Infeksi pada ginjal
f. Infeksi pembuluh darah oleh bakteri (septikemia)
Penyebab lainnya adalah kondisi sistem imun yang melemah yang bisa disebabkan
oleh penyakit seperti HIV, pengobatan kanker atau obat transplantasi organ, dan
pertambahan usia. Selain itu, bakteri yang kebal terhadap antibiotik juga dapat menjadi
penyebab sepsis. Hal ini kerap terjadi akibat konsumsi antibiotik secara sembarangan
sehingga infeksi bakteri tidak lagi ampuh diatasi dengan antibiotik(Putri, 2022).

C. PATOFISIOLOGI
Perjalanan terjadinya sepsis merupakan mekanisme yang kompleks, antara
mikroorganisme penginfeksi, dan imunitas tubuh manusia sebagai penjamu. Saat ini
sepsis tidak hanya dipandang sebagai respon inflamasi yang kacau tetapi juga meliputi
ketidakseimbangan proses koagulasi dan fibrinolisis. Hal ini merupakan mekanisme -
mekanisme penting dari patofisiologi sepsis yang dikenal dengan kaskade sepsis.
Mikroorganisme penyebab sepsis terutama bakteri gram negatif dapat melepaskan
endotoksinnya ke dalam plasma yang kemudian akan berikatan dengan
Lipopolysaccarida binding protein (LBP). Kompleks yang terbentuk dari ikatan
tersebut akan menempel pada reseptor CD 14 yeng terdapat dipermukaan monosit,
makrofag, dan neutrofil, sehingga sel-sel tadi menjadi teraktivasi. Makrofag, monosit,
makrofag, dan netrofil yang teraktivasi inilah yang melepaskan mediator inflamasi atau
sitokin proinflamatory seperti TNF a dan II. -IB. IL-2, IL-6 interferon gamma, platelet
activating factor (PAF), dimana dalam klinis akan ditandai dengan timbulnya gejala-
gejala SIRS. Sitokin proinflamasi ini akan mempengaruhi beberapa organ dan sel
seperti di hipotalamus yang kemudian menimbulkan demam, takikardi, dan takipneu.
Terjadinya hipotensi dikarenakan mediator inflamasi juga mempengaruhi dinding
pembuluh darah dengan menginduksi proses sintesis Nitrit oxide (NO). Akibat NO
yang berlebih ini terjadi vasodilatasi dan kebocoran plasma kapiler, sel-sel yang terkait
hipoksia yang bila berlangsung lama terjadi disfungsi organ, biasanya hal ini sering
terjadi bila syok septik yang ditangani dengan baik.

6
Selain respon inflamasi yang sistemik, sepsis juga menimbulkan kekacauan dari
sistem koagulasi dan fibrinolisis. Paparan sitokin proinflamasi (TNF-a, IL 1ẞ, IL-6)
juga menyebabkan kerusakan endotel, akibatnya neutrofil dapat migrasi, platelet
mudah adhesi ke lokasi jejas. Rusaknya endotel yang berlebihan ini akan
mengekpresikan atau mengaktifasikan TF. yang kita ketahui dapat menstimulasi
cascade koagulasi dari jalur ekstrinsik memproduksi trombin dan fibrin Pembentukan
trombin selain menginduksi perubahan fibrinogen menjadi fibrin, juga memiliki efek
inflamasi pada sel endotel, makrofag, dan monosit sehingga terjadi pelepasan TF,
TNF-a yang lebih banyak lagi. Selain itu trombin juga menstimulasi degranulasi sel
mast yang kemudian meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan menyebabkan
kebocoran kapiler. Bila sistem koagulasi teraktivasi secara otomatis tubuh juga akan
mengaktifasi sistem fibrinolisis untuk mencegah terjadinya koagulasi yang berlebihan.
Akan tetapi dalam sepsis, TNF-a mempengaruhi system antikoagulasi alamiah tubuh
yang mengganggu aktivitas dari antitrombin III protein C. protein S, Tissue Factor
Protein Inhibitor (TFPI) dan Plasminogen Activator Inhibitor-1( PAI-1) sehingga
bekuan yang terbentuk tidak dapat didegradasi. Akibatnya formasi fibrin akan terus
tertimbun di pembuluh darah, membentuk sumbatan yang mengurangi pasokan darah
ke sel sehingga terjadi kegagalan organ."

D. MANIFESTASI KLINIS
Demam dan menggigil merupakan gejala yang sering ditemukan pada kasus
dengan sepsis. Gejala atau tanda yang terjadi juga berhubungan dengan lokasi
penyebab sepsis. Penilaian klinis perlu mencakup pemeriksaan fungsi organ vital,
termasuk (Davey, 2014):

a. Jantung dan sistem kardiovaskular, meliputi pemeriksaan suhu, tekanan darah


vena dan arteri
b. Perfusi perifer, passen terasa hangat dan mengalami vasodilatasi pada awalnya,
natiun saat terjadi syok septic refrakter yang sangat berat, pasien menjadi
dingin dan perfusinya buruk.
c. Status mental, confusion sering terjadi terutama pada manula.
d. Ginjal, seberapa baik lagu filtrasi glomerulus (GFR), kateterisasi saluran kemin
harus dilakukan untuk mengukur outpur urin tiap jam untuk mendapatkan
gambaran fungsi ginjal.
e. Fungsi paru, diukur dari laju pernapasan, oksigenasi, dan perbedaan O: alveoli
arteri (dari analisis gas darah arteri). Semuanya harus sering diperiksa, dan

7
apabila terdapat penurunan fungsi paru, maka pasien perlu mendapatkan
bantuan ventilasi mekanis
f. Perfusi organ vital, yang terlihat dari hipoksia jaringan, asidemia gas darah
arteri dan kadar laktat.
g. Fungsi hemostatik, diperiksa secara klinis dengan mencari ada atau tidaknya
memar-memar, perdarahan spontan (misal pada tempat-tempat pungsi vena,
menimbulkan dugaan adanya kegagalan sistem hemostatik, yang membutuhkan
tambahan produk darah.

Menurut (Muttaqin, 2015). pada pasien syok sepsis sering ditemukan edema
paru, sehingga diperkirakan insufisiensi paru pascatrauma merupakan sebagai faktor
penyebab, kecuali pada luka bakar, lesi intrakranial, atau kontusio paru. Septikemia
karena basil gram negatif infeksi ekstrapulmonal merupakan faktor penyebab penting
edema paru karena peningkatan permeabilitas kapiler paru. Edema paru difus dapat
terjadi tanpa multiplikasi aktif mikroorganisme dalam paru. Bakta & Suastika (2013)
mengatakan bahwa penyebab dasar sepsis dan syok septik yang paling sering adalah
infeksi bakteri. Sebelum pemakaian anti biotik meluas penyebab tersering adalah
bakteri gram positif terutama dari jenis streptok kus dan tafilokokus Akan tetapi
setelah antibiotik berspektrum luas malal tersedia, maka sepsis sering muncul sebagai
akibat infeksi nosokomial oleh bakteri gram negatif, sehingga sekarang ini jumlah
sepsis yang disebabkan oleh gram positif dan negatif hampir sama.

Serum Procalsionin diproduksi di sel C kelenjar Tyroid, merupakan prekursor


kalsitonin. Protease secara spesifik membelah serum prokalsitonin menjadi calcitonin,
catacalcin dan resida N-terminal. Biasanya serum Procalsitonin dibelah dan tidak ada
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Tingkat serum Procalsitonin tidak terdeteksi
(<0.1 ng/ml.). Tingkat serum Prokalsitonin dapat meningkat lebih dari 100 ng/ ml
selama infeksi berak dengan manifestasi sistemik. Pada kondisi ini.serum prokalsitonin
mungkin diproduksi oleh jaringan exstra Thyroid Pada saat terjadi sepsis Prokalsionin
berfungsi menghambat Prostaglandin dan sintesis tromboksan (Sudhir et al. 2016).

E. PATWAYS

Infeksi kuman

Bakteri gram (-): saluran Bakteri gram (+): infeksi kulit,


8
empedu, saluran saluran repirasi, luka terbuka seperti
gastrointestinum luka bakar
SEPSIS

Ketidak mampuan
sel untuk
menggunakan O2

O2 dalam darah
berkurang

Kontraktilitas jantung
menurun
Prostaglandin
mempengaruhi pusat Penurunan curah
jantung

Hipotalamus
meningkat set point
suhu

Hipertermia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Duncan et al., 2021) berbagai pemeriksaan penunjang dibutuhkan dalam
mendiagnosis sepsis, tujuannya untuk melihat penanda inflamasi dan mencari sumber
infeksi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium darah ataupun
pengambilan sampel untuk kultur melalui darah, urine, trakea, atau luka.

1. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan laboratorium darah lengkap sebetulnya tidak begitu spesifik untuk
9
diagnosis sepsis. Meski demikian, pada pemeriksaan laboratorium bisa
didapatkan tanda infeksi, seperti:
a. Leukositosis >12.000/mm3 atau leukopenia <4000/mm3
b. Hitung jenis sel darah putih dengan >10% bentuk imatur
c. Peningkatan C-reactive protein(CRP) plasma
d. Peningkatan prokalsitonin lebih dari 2 standar deviasi di atas normal.
e. Trombositopenia <100.000/mm3
f. Anemia yang ditandai penurunan hemoglobin (Hb)
2. Pemeriksaan kimia darah
Sama seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kimia darah juga
sebetulnya tidak spesifik dalam mendiagnosis sepsis. Meski demikian,
pemeriksaan panel kimia, seperti fungsi liver dan analisis gas darah, dapat
bermanfaat memberikan informasi penting mengenai derajat keparahan sepsis.
Pemeriksaan kimia darah dapat mengidentifikasi adanya gangguan atau
disfungsi organ.
Hasil pemeriksaan kimia darah yang bisa ada pada pasien sepsis antara lain:
a. Resistensi insulin menyebabkan hiperglikemia
b. Gangguan fungsi hepar ditandai dengan peningkatan enzim hepar dan kadar
bilirubin
c. Koagulopati
d. Asidosis laktat
Analisis gas darah diperlukan terutama pada pasien dengan sepsis akibat infeksi
pada saluran pernapasan. Adanya hiperlaktatemia dapat mengindikasikan
adanya hipoperfusi jaringan. Pasien dengan hiperlaktatemia memiliki angka
mortalitas yang lebih tinggi.
3. Pemeriksaan Mikroskopik atau Kultur Bakteri
Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram dan kultur bakteri
diperlukan pada sepsis untuk mengidentifikasi patogen penyebab. Sampel bisa
diambil dari darah, urine, maupun sekret organ (misalnya saluran napas atau
urogenital).
4. Pemeriksaan urine
Pada pasien dengan kecurigaan urosepsis, dapat dilakukan
pemeriksaan urinalisis, pewarnaan Gram urine, dan kultur urine. Penilaian
urin output dilakukan bersamaan dengan penilaian saturasi yang secara ideal
10
dilakukan dengan pemasangan vena sentral.
5. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen toraks diperlukan pada pasien dengan kecurigaan sepsis
akibat pneumonia atau ARDS. Pemeriksaan rontgen ekstremitas dilakukan
untuk menilai adanya udara dalam jaringan pada pasien dengan necrotizing
fasciitis. Pemeriksaan rontgen abdominal dengan posisi supinasi atau lateral
dekubitus juga diperlukan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi
abdomen.
6. Ultrasonografi (USG)
USG abdomen diperlukan apabila pasien dicurigai mengalami infeksi pada
traktus biliaris, infeksi pada saluran dan kelenjar empedu, atau infeksi pada
abdomen.
7. CT Scan
CT Scan abdomen diperlukan untuk menyingkirkan adanya abses abdominal,
perforasi usus, iskemia, atau infeksi pada retroperitoneal. CT Scan kepala
diperlukan apabila pasien mengalami perubahan status mental atau dicurigai
mengalami infeksi intrakranial.
8. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal diindikasikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi
saraf, seperti ensefalitis dan meningitis.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Sepsis berdasarkan kemampuan untuk mengatasi infeksi dan
mempertahankan homeostasis. Pengelolaan tersebut meliputi : pengobatan penyakit
dasar, pemberantasan sumber infeksi, pemberian antibiotika, support respirasi,
sirkulasi dan hemodinamik dan pemberian cairan. Jika terjadi syok septik sudah harus
dilakukan perawatan di ruang intensif. Tingkat kesembuhan penanganan pasien sepsis
tergantung kepada keberhasilan dalam mengatasi infeksi dasar, mempertahankan
sirkulasi dan hemodinamik/perfusi jaringan agar mendapatkan oksigenisasi yang
cukup. Beberapa tahap penatalaksanaan sepsis adalah

11
1. Terapi cairan.
Pada pasien sepsis akan terjadi kekurangan cairan intravaskular relatif sampai
berat terutama pada syok septik. Pada awalnya tubuh mempertahankan perfusi
organ vital terutama otak dan ginjal dengan mengadakan vasokontriksi
pembuluh darah viseral dan mengurangi aliran darah kekulit. Jika upaya
mempertahankan perfusi organ gagal, tekanan arteri sentral akan menurun.
Untuk itu maka:
a. Cairan resusitasi segera diberikan dengan cairan yang ada.
b. Cairan koloid lebih dianjurkan untuk resusitasi awal karena mempunyai
efek hemodinamik segera.
c. Infus cairan selanjutnya dapat memakai koloid dan atau kristaloid.
Pemberian cairan dekstrose 5 % tidak dipakai untuk resusitasi, karena
akan disebar segera ke rongga intraseluler. Pada syok septik dianjurkan
pemberian cairan bolus 1000 ml cairan kristaloid atau 500 ml koloid
dalam 20-30 menit. Pemberian cairan berikutnya dilihat dari respon
klinik, pemeriksaan auskultasi paru untuk mendengarkan ronchi,
pengukuran ventricular filling pressure dan bila mungkin penilaian
oksigenisasi.
Penilaian terapi cairan dianggap cukup jika dicapai tekanan darah
sistolik 90 mm Hg dengan perbaikan perfusi. Pada pasien tua atau
dengan penyakit jantung iskemia atau penyakit cerebrovaskular perlu
tekanan darah > 100 mmHg. 6
2. Pemberian Antibiotika pada keadaan sepsis pada prinsipnya sudah berlaku
pemberian antibiotika kombinasi rasional sesuai dengan hasil kultur dan uji
sensitivitas. Sebelum adanya hasil kultur maka pengobatan empirik dilakukan
berdasarkan penyakit dasarnya. Pemberian antibiotika secara empiris adalah
Cephalosporin generasi III atau IV karena mempunyai efek terhadap bakteri
gram (+) dan gram (-). Dan kombinasi Cephalosporin dengan betalaktam.
Dalam pemberian terapi jangan dilupakan pemberian adanya mikroorganisme
lain sebagai penyebab sepsis yaitu parasit, jamur dan virus.
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian focus
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, golongan darah,
12
hubungan klien dengan keluarga.

b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan, dan kelumpuhan ektremitas, inkontinesia
urine dan inkontinesiaalvi, nyeri tekan otot, hiperestesia tepat di atas daerah
trauma, dan deformitas pada daera trauma.
c. Riwayat kesehatan
Tingkat kesadaran GlasgowComaScale (GCS) (< 15), muntah, dispnea atau
takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka pada kepala,
akumulasi pada saluran nafas kejang.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Haruslah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan systempersyarafan
maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit keturunan atau menular.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subjektif. Data - data
ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.

2. Pengkajian primer
a. Airways
Pada pengkajian airway, pasien dapat bernafas spontan tidak ada sumbatan
jalan nafas tidak ada suara nafas tambahan.
b. Breathing
Pergerakan dada:simetris, tidak terdapat jejas di dada, retraksi dinding dada
(-) klien menggunakan otot bantu pernapasan, RR : 42x/menit, pernapasan
cuping hidung (-).
c. Circulation
Klien tampak pucat, tekanan darah pasien 120/80 mmHg, hipertermi.

d. Disability
Klien mengatakan lemas sehingga sulit melakukan aktifitas, biasanya tingkat
kesadaran pasien KAD adalah composmenthis.

e. Exprosure

13
Klien mengalami luka pada paha kanan bagian depan dan punggung belakang
(terdapat luka dekubitus), tidak ada oedema pada ekstermitas.
Tambahan primer survey
a) Folley catether:
Klien membutuhkan pemasangan kateter untuk memantau cairan yang
keluar

b) Gastric tube:
Pasien terpasang NGT untuk mengecek residu cairan lambung

c) Heart Monitor:
Gambaran EKG: sinus tachycardia.

3. Pengkajian sekunder
a. Pengkajian SAMPLE
a) Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi makanan,
minuman atau obat tertentu.
b) Medikasi
Keluarga pasien mengatakan tadi pagi pasien minum obat untuk
hipertensi, dan obat jantung.
c) PastIllness/Pregnancy,
Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, pembesaran jantung dan Stroke.
d) Lastmeal,
Keluarga klien mengatakan makan terakhir pukul 07.00 pagi klien makan
bubur saring.
e) Event/environment,
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelumnya mengeluh sesak napas
tiga hari yang lalu, pasien masih bisa menggerakkan anggota sebelah kiri.
Namun sesak memberat sejak 2 jam SMRS.

b. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran:Composmentis
b) Penampilan: pasien tampak lemah dan pucat

14
c) Vitalsign
Suhu : 40℃-41,5℃
TD : 120/80 mmHg
RR : 42x/menit
Nadi: 60-100 x/menit
SPO2 : 95-100%
d) Integumen : turgor kulit kering, warna kulit sawo matang, tidak ada edema,
warna kulit kemerahan
e) Kepala : Mesocephal, rambut tipis beruban, tidak rontok.
f) Mata : Konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
g) Hidung: bentuk normal, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada
pernapasan cuping hidung
h) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil
i) Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, nafas spontan
Palpasi : pengembangan paruseimbang, tidak adak repitasi pada costa,
tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada bunyi tambahan
j) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris
Palpasi : tidak ada benjolan atau kelainan
Perkusi : timpani, terdapat nyeri tekan
Auskultasi : terdengar gerakan peristaltik 18x/menit
k) Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, intercostak tampak
Palpasi : teraba pulmonal, trigospidalis, bigospidalis, ictuscordis
Perkusi : pekak
Auskultasi : normal, tidak ada bunyi tambahan
l) Ekstremitas
Terdapat luka pada paha kanan bagian depan, dan punggung belakang,
15
tidak ada odema, tidak ada tanda-tanda fraktur, tidak tampak cyanosis,
capillary refill time <2 detik, akral hangat
m)Punggung : tidak ada lesi atau benjolan pada daerah punggung
n) Genetalia: tidak ada lesi atau benjolan pada daerah genetalia, genetalia
berfungsi dengan baik
c. Pengkajian pola fungsi
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatannya dikelola
1) Persepsi klien tentang kesehatan diri
2) Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya
3) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
(gizi / makanan yang kuat pemeriksaan kesehatan berkala,
perawatan kebersihan diri, imunisasi, dll )
4) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang
dilakukan pasien bila sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
5) Kebiasaan hidup (konsumsiobat-obatan/jamu, konsumsi alkohol,
konsumsi rokok, konsumsi kopi, kebiasaan berolahraga)
6) Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
(penghasilan, asuransi/jaminan kesehatan, keadaan lingkungan
tempat tinggal)

b) Pola Nutrisi dan metabolik


► Datasebelum sakit dan selamasakit
1) Pola makan (frekwensi, porsi makan, jenis makanan yang biasa
dimakan)
2) Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/minum
3) Makanan yang disukai pasien, adakah makanan pantangan/makanan
tertentu yang menyebabkan alergi, dakah makanan yang dibatasi
4) Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaru
hidiet
5) Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/ obat penambah nafsu makan
( jumlah yang dikonsumsi setiap hari, sudah berapa lama )
16
6) Keluhan dalam makan
a. Adakah keluhan anoreksia nervosa,bulimi anervosa
b. Adakah keluhan mual/muntah (jika muntah berapa
jumlahnya)
c. Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan
7) Adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir ( bagaimana
bb dan tb pasien sebelum dirawat )
8) Pola minum ( frekuensi jumlah cairan yang dikonsumsi, jenis
minuman yang bisa diminum )
9) Bila pasienter pasang infuse berapa cairan yang masuk dalam sehari
10) Adanya keluhan demam

c) Pola eliminasi
► data sebelum sakit dan selama sakit
1) Eliminasifeses
a. Pola BAB (frekwensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan
pencahar/enema, adanya keluhan diare/konstipasi)
b. Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (terpasang
kolostomi/ileostomy)
2) Pola BAK (frekwensi, waktu, warna, jumlah)
d) Pola aktifitas dan latihan
► Data sebelum sakit dan selama sakit
1) Kegiatan dalam pekerjaan
2) Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekwensi)
3) Kesulitan/keluhan dalam aktifitas
a. Pergerakan tubuh
b. Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan,
dll)
c. Berhajat (BAK/BAB)
d. Keluhan sesak nafas setelah melakukan aktifitas
e. Mudah merasa kelelahan
f. Pasien dibantu oleh keluarga, atau melakukan secara mandiri
17
e) Pola Istirahat dan Tidur
► Data sebelum sakit dan selama sakit
1) Kebiasaan tidur (Waktutidur, lama tidu rdalam sehari)
2) Kesulitan tidur( mudah terbangun,sulit memulai tidur,insomnia,dll)
f) Pola Kognitif-Perseptual sensori
1) Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (penglihatan,
pendengaran)
2) Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat, bicara dan
memahami pesan yang diterima, pengambilan keputusan yang
bersifat sementara)
3) Kesulitan yang dialami ( sering pusing, menurunya sensitifitas
terhadap nyeri dan panas/dingin)
4) Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan
P,Q,R,S,T
P = paliatif / profokatif yaitu yang meningkatkan atau mengurangi nyeri
Q = Qualitas/Quantitas yaitu frekwensi dan lamanya keluhan dirasakan,
deskripsi sifat nyeri
S = Skala yaitu derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai
T = Time yaitu kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan
berlangsung

g) Pola persepsi diri dan konsepdiri


1) Persepsi diri ( hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah
menjalani perawatan, perubahan yang dirasa setelah sakit)
2) Status emosi : bagaiman perasaan klien saat ini, apakah perilaku
non verbal sesuai dengan perilaku verbalnya
3) Konsepdiri:
a. Citra diri / body image : bagaimana persepsi klien terhadap
tubuhnya, dakah pengaruh penyakit yang dialami terhadap
persepsi klien tersebut.
b. Identitas : bagaimana status dan posisi klien sebelum
dirawat, bagaimana kepuasan klien terhadap status dan
18
posisinya, bagimana kepuasan klien sebagai laki laki dan
perempuan
c. Peran : tugas/ peran yang diemban pasien dalam
keluarga/kelompok/masyrakat, bagaimana kemampuan klien
dalam melaksanakan peran tersebut, apakah selama dirawat
pasien mengalami perubahan salam peran
d. Ideal diri : bagaimana harapan klien terhadap
tubuh/posisi/perannya, bagaimana harapan klien terhadap
lingkungan, bagaimana harapanklien terhadap dirinya.
e. Harga diri : bagaimana penilaian/penghargaan orang lain
terhadap dirinya, apakah klien merasa rendah diri dengan
keadaanya.
h) PolaMekanismeKoping
Menjelaskan tentang pola koping, toleransi terhadapstress dan support
sistem

1) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau


dibantu)
2) Yang dilakukan menghadapi masalah ( misal : memecahkan
masalah, mencari pertolongan/berbicara dengan orang lain,
makan, tidur meminum obat-obatan,marah, diam dll)
3) Bagaimana upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang
4) Menurut klien apa yang dapat dilakukan perawatn agar pasien
merasa nyaman
i) Pola Seksual-Reproduksi
1) Bagaimana pemahaman klien tentang fungsi seksual.
2) Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai
kondisi ( fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan,
pemakaian alat kontrasepsi)
3) Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual
( ejakulasi dini, impoten, nyeri selama berhubungan, pendarahan
dll )
4) Pengkajian pada perempuan terutama pada klien dengan masalah

19
tumor atau keganasan sistem reproduksi
a. Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama
menstruasi)
b. Riwayat kehamilan (jumlah kehamilan, jumlah kelahiran,
jumlah anak)
c. Riwayat pemeriksaan ginekologi misal papsmear
j) Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga,
tenaga kesehatan, pasien lain), apakah keadaan penyakitnya
mempengaruhi hubungan tersebut.

1) Kemampuan pasien dalam berkomunikasi ( relevan, jelas,


mampu mengekspresikan, mampu mengerti orang lain )
2) Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada klien
3) Kepada siapa klien meminta bantuan bila mempunyai masalah.
4) Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orangtua,
hubungan dengan saudara, hubungan perkawinan)
k) Pola Nilai dan Kepercayaan
1) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan.
2) Masalah yang berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama
dirawat.
3) Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan. Adakah pertentangan
nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang dijalani.

I. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan syok sepsis:
1) Pola napas tidak efektif b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2, edema paru (D.0005)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
20
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior  meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
2) Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi perfusi (D.0003)
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Dispnea.
Objektif :
1. PCO2 meningkat / menurun.
2. PO2 menurun.
3. Takikardia.
4. pH arteri meningkat/menurun.
5. Bunyi napas tambahan.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Pusing.
2. Penglihatan kabur.
Objektif :
1. Sianosis.
2. Diaforesis.
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung.
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan).
7. Kesadaran menurun.
21
3) Penurunan curah jantung b.d Perubahan afterload (D.0008)
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif
1. Perubahan irama jantung : Palpitasi.
2. Perubahan preload : lelah
3. Perubahan afterload : Dispnea.
4. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND); Ortopnea;
Batuk.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Perubahan irama jantung :

a) Bradikardial / Takikardia.

b) Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi.

b. Perubahan preload

a) Edema,

b) Distensi vena jugularis,

c) Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun,

d) Hepatomegali.

c. Perubahan afterload.

a) Tekanan darah meningkat / menurun.

b) Nadi perifer teraba lemah.

c) Capillary refill time > 3 detik

d) Oliguria.

e) Warna kulit pucat dan / atau sianosis.

d. Perubahan kontraktilitas 

a) Terdengar suara jantung S3 dan /atau S4.

b) Ejection fraction (EF) menurun.

4) Hipertermia b.d Proses penyakit (D.0130)


Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
22
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Kulit memerah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil SIKI
SDKI SLKI
1 Pola nafas tidak Pola nafas (L.0.1004) Manajemen jalan nafas - Menge
efektif Kriteria hasil: (I.01011) tahui
berhubungan - Dyspnea menurun Tindakan: tingkat
dengan (5) Observasi gangg
ketidakseimbang - Penggunaan otot - Monitor pola uan
an antara suplai bantu nafas nafas yang
dan kebutuhan menurun (5) - Monitor bunyi terjadi
02, edema paru - Pemanjangan fase nafas tambahan - Menge
(D.0005) ekspirasi menurun - Monitor tahui
(5) sputum permas
23
- Frekuensi nafas Terapeutik alahan
membaik (5) - Pertahankan jalan
kepatenan jalan nafas
nafas dengan yang
head tilt dan dialam
chin lift i dan
- Posisikan semi keefeti
fowler atau fan
fower pola
- Berikan nafas
minuman
hangat
- Lakukan
menghisapan
lendir
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
- Berikan
oksigen jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasikan
pemberian
bronchodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
24
perlu

2 Gangguan Pertukaran gas Terapi oksigen - Menge


pertukaran gas (L.01003) (I.01026) tahui
berhubungan Kriteria hasil: Tindakan: keefek
dengan - Dispnea menurun Observasi tifan
ketidakseimbang (5) - Monitor nafas
an ventilasi - Bunyi nafas kecepatan mengg
perfusi (D.0003) tambahan aliran oksigen unakan
menurun (5) - Monitor posisi alat
- Ph arteri alat terapi bantu
membaik (5) oksigen nafas
- Monitor aliran
oksigen secara
periodic dan
pastikan fraksi
yang diberikan
cukup
- Monitor
efektifitas
terapi oksigen
- Monitor
integritas
mukosa hidung
akibat
pemasangan
oksigen
Terpeutik
- Bersihkan
secret pada
mulut hidung
dan trakea
- Pertahankan
kepatenan jalan
25
nafas
- Siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
- Berikan
oksigen
tambahan jika
perlu
- Gunakan
perangkat
oksigen yang
sesui dengan
tingat mobilitas
pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien
dan keluarga
cara
menggunakan
oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi
pengguanaan
oksigen saat
aktivitas dan
atau tidur
3 Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung - Menge
jantung (L.02008) (I.02075) tahui
berhubungan terjadi
26
dengan Kriteria hasil: Tindakan: nya
perubahan - Kekuatan nadi - Identifikasi penuru
afterload perifer tanda gejala nan
(D.0008) meningkat (5) promer curah
- Palpitasi penurunan jantun
menurun (5) curah jantung g yang
- Dyspnea - Identifikasi ditand
menurun (5) tanda gejala ai
- Tekanan darah sekunder dengan
membaik (5) penurunan gejala
curah jantung dyspne
- Monitor a
tekanan darah - Menge
- Monitor intake tahui
dan output aritmia
cairan menur
- Monitor un dan
saturasi oksigen menin
- Monitor ekg 12 gkat
sadapan
- Monitor aritmia
- Monitor nilai
laboratorium
jantung
- Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah
aktifitas
Terapeutik
- Berikan diet
jantung yang

27
sesui
- Berikan terapi
relaksasi untuk
menggurangi
stress
- Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
- Berikan
oksigen untuk
mempertahanka
n saturasi
oksigen lebih
94%
Edukasi
- Anjurkan
beraktivitas
fisik sesuai
toleransi
- Anjurkan
beraktivitas
fisik secara
bertahap
- Anjurkan
berhenti
meroket
- Anjurkan
pasien dan
keluarga
mengukur
intake dan
output cairan

28
harien
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
- Rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung
4 Hipertermia Termogulasi Manajemen hipotermi - Menge
berhubungan (L.14134) (I.15506) tahui
dengan proses Kriteria hasil: Tindakan: naik
penyakit - Kulit memerah Observasi turun
(D.0130) menurun (5) - Monitor suhu suhu
- Vasokontriksi tubuh tubuh
perifer - Identifikasi - Menge
menurun (5) penyebab tahui
- Takikardia hipertermia upaya
menurun (5) - Monitor kadar menja
- Suhu tubuh elektrolit ga
membaik (5) - Monitor suhu
- Suhu kulit haluaran urin tubuh
membaik (5) - Monitor
- Pengisian komplikasi
kapiler akibat
membaik (5) hipertermia
- Tekanan darah Terapeutik
membaik (5) - Sediakan
lingkungan
yang dingin
- Longgarkan
atau lepaskan

29
pakaian
- Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
- Berikan cairan
oral
- Lakukan
pendinginan
eksternal
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KESIMPULAN

Sepsis adalah hasil akhir berbagai macam proses yang melibatkan inflamasi,
imunitas, koagulasi, dan neuroendokrin. Syok septik adalah keadaan dimana pasien
tetap hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan yang adekuat dan
memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ .
Kedua keadaan ini merupakan kedaruratan medis yang memerlukan resusitasi cepat,
cermat, dan adekuat. Keterlambatan dalam melakukan resusitasi dan pemberian
antibiotik yang tepat akan meningkatkan mortalitas . Sepsis merupakan masalah
kesehatan utama di dunia yang menyerang jutaan orang di dunia setiap tahunnya dan
menyebabkan kematian pada 1 dari 4 orang. Sepsis diperkirakan menyebabkan 5,3 juta
kematian setiap tahunnya dengan insiden 31,5 juta kasus setiap tahun di seluruh dunia.

B. SARAN

Dengan menyusun makalah ini, kami harap mampu meningkatkan pemahaman serta
menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan penulisan selanjutnya dan
31
dalam bermanfaat dalam asuhan keperawatan kritis pasien sepsis.

Duncan, C. F., Youngstein, T., Kirrane, M. D., & Lonsdale, D. O. (2021). Diagnostic
Challenges in Sepsis. Current Infectious Disease Reports, 23(12), 22.
https://doi.org/10.1007/s11908-021-00765-y

Irvan, I., Febyan, F., & Suparto, S. (2018). Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline
Terbaru. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 10(1), 62.
https://doi.org/10.14710/jai.v10i1.20715

Kemenkes. (2021). Pedoman Penggunaan Antibiotik.

Khairul, A., Purba, R., Mariana, N., Aliska, G., & Hadi, S. (2020). International Journal of
Infectious Diseases The burden and costs of sepsis and reimbursement of its treatment in
a developing country : An observational study on focal infections in Indonesia.
International Journal of Infectious Diseases, 96, 211–218.
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.04.075

Nainggolan, J. J. P., Kumaat, L. T., & Laihad, M. L. (2017). Gambaran Sumber Terjadinya
Infeksi pada Penderita Sepsis dan Syok Septik di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode Agustus 2016 sampai dengan September 2017. E-CliniC, 5(2), 3–7.
https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18570

Natasha Suwondo, V. (2022). Asuhan keperawatan pada pasien dengan syok sepsis.

Putri, A. S. (2022). Jenis infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis.


32
HASIL DISKUSI

1. Bagaimana cara penularan sepsis? ALMA DIJAWAB NANA

JAWAB : Sepsis menyebar dalam tubuh melalui aliran darah dari sumber awal infeksi,
sehingga tidak dapat menular pada orang lain. Namun, bakteri atau virus yang menyebabkan
sepsis seperti pneumonia atau COVID-19 dapat menular pada orang lain.

2. Apakah faktor risiko terjadinya sepsis? JIMY DIJAWAB YESHINTA

JAWAB : Ada beberapa faktor risiko yang dianggap berperan pada kejadian sepsis, antara
lain: usia, jenis kelamin, tempat perawatan, riwayat penyakit ginjal kronik, riwayat diabetes
melitus, riwayat HIV, riwayat penyalahgunaan alkohol, riwayat pemakaian kortikosteroid,
riwayat kemoterapi, kadar albumin, dan kadar hemoglobin.

3. Apakah sepsis bisa dicegah? VERA DIJAWAB MELA

JAWAB : Penyakit sepsis bisa dicegah dengan menjaga lingkungan dan tubuh kamu selalu
bersih untuk menghindari penyebaran infeksi. Jangan lupa untuk mandi secara teratur dan
rajin mencuci tangan saat konsumsi makanan. Cuci tangan berperan besar dalam mengurangi
penyebab penyakit sepsis.

33

Anda mungkin juga menyukai