Anda di halaman 1dari 50

SEMINAR KASUS STASE MATERNITAS 2022

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


PADA PASIEN SEPSIS DI RUANGAN ICU PROF. DR. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO

DI SUSUN OLEH

MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PRESEPTOR
Susanti Monoarfa S.Kep, Ns TTD
KLINIK

PRESEPTOR
AKADEMIK Ns.Joice M. Laoh, S.Pd,S.Kep,M.Kep TTD

TANGGAL 1. TGL :
PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU :
3. TERLAMBAT :
SARAN
PRESEPTOR
KLNIK/AKADEMIK

POLTEKKES KEMENKES MANADO

PROFESI NERS LANJUTAN JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023

9965POLTEKKES KEMENKES
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,serta rahmat Shalawat


dan salam untuk junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Penulis dapat
menyelesaikan Laporan Seminar Kasus yang berjudul : Asuhan Keperawatan Pada
Tn H.L Dengan SEPSIS Di Ruang ICU RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE.”
Selama penyusunan dan penyelesaian Seminar Kasus ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jon W. Tangka, M.Kep,Ns.Sp.Kep.MB, selaku Ketua Jurusan Ilmu


Keperawatan yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan selama
penyelesaian praktek klinik.
2. Dorce Sisfiyani Sarimin, M.Kep,Ns.Sp.Kep.An, selaku Ketua Prodi Profesi
Ners yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan selama penyelesaian
praktek klinik.
3. Ns.Joice M. Laoh, S.Pd,S.Kep,M.Kep, selaku Preseptor Akademik Stase
Keperawatan Kritis yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan selama
penyelesaian praktek klinik.
4. Susanti Monoarfa S.Kep, Ns selaku Pembimbing Preceptor Klinik ICU RSUD
DR. ALOEI SABOE Kota.Gorontao yang telah banyak memberikan arahan
dan bantuan selama penyelesaian praktek klinik dan penyusunan Askep
keperawatan serta laporan seminar kasus.
5. Rosida Bahsoan S.Kep, Ns selaku Pembimbing Preceptor Klinik di ruang ICU
INFEKSI RSUD DR. ALOEI SABOE Kota Gorontao yang telah banyak
memberikan arahan dan bantuan selama penyelesaian praktek klinik
6. Arifin Umar S.Kep,M.Kep, selaku Pembimbing Preceptor Klinik di ruang
UGD DR. ALOEI SABOE Kota Gorontao yang telah banyak memberikan
arahan dan bantuan selama penyelesaian praktek klinik,

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

Penyusun memahami bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh


terbatasnya informasi, pengetahuan, dan kapasitas pencipta. Oleh karena itu, penulis
sangat menyukai kontribusi untuk pengembangan dalam Laporan Seminar Kasus ini.
Semoga laporan ini bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Untuk itu kami sampaikan terima kasih, dan apabila ada kesahalan mohon
dimaafkan.

Gorontalo, Desember 2022

Penulis

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................1
a. Latar Belakang................................................................................1
b. Tujuan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
a. Definisi............................................................................................3
b. Etiologi...........................................................................................3
c. Manifestasi Klinis...........................................................................6
d. Komplikasi......................................................................................11
e. Patofisiologi....................................................................................13
f. Pentalaksanaan................................................................................14
g.Pathway...........................................................................................15
BAB III........................................................................................................16
a. Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................................16
BAB IV........................................................................................................20
a. Asuhan Keperawatan Kasus...........................................................20
BAB V..........................................................................................................29
a. Pembahasan....................................................................................29
BAB VI........................................................................................................35
a. kesimpulan......................................................................................35
b. Sara.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................36

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Sepsis merupakan suatu kegawat daruratan medis yang menggambarkan reaksi inflamasi

sistemik terhadap suatu proses infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ dan kematian

(ESICM, 2016; Singer et al., 2016). Sepsis dapat berkembang menjadi syok sepsis (hipotensi dan

disfungsi organ yang tidak membaik dengan resusitasi cairan). Diagnosis dini sepsis penting dalam

tatalaksana pasien, karena keterlambatan dapat meningkatkan mortalitas. Penelitian mengenai

penanda yang mampu mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi sepsis dengan komplikasi,

menjadi bidang penelitian yang penting (Hubert et al., 2015; Singer et al., 2016).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa terdapat 48,9 juta kasus dan 11 juta

kematian yang terkait sepsis di seluruh dunia pada tahun 2017, yang menyumbang hampir 20%

kematian global. Insiden sepsis di Amerika Serikat mencapai 300 kasus per 100.000 orang dan

merupakan penyebab utama kematian pada pasien kondisi kritis dengan lebih dari 210.000 kematian

setiap tahun. Insiden sepsis meningkat dua kali lipat di Amerika Serikat dari tahun 2002 sampai

2008, kemungkinan disebabkan meningkatnya penyakit kronis, peningkatan resistensi an tibiotik,

penggunaan obat imunosupresif dan kemoterapi (Gyawali et al., 2019; Dugar et al., 2020, WHO,

2020).

Penelitian di Eropa pada tahun 2007 mendapatkan insiden sepsis terjadi pada sekitar 61

kasus per 100.000 orang di Valencia, Spanyol dan sekitar 123

POLTEKKES KEMENKES MANADO


kasus per 100.000 orang/tahun untuk pasien yang dirawat dengan sepsis pada tahun

2006 di Perancis. Insiden sepsis di negara berkembang diperkirakan lebih dari 1 per

1000 penduduk setiap tahun. Delapan puluh lima persen kasus sepsis dan 84,8%

kematian terkait sepsis terjadi di negara berkembang, terutama sub- Sahara dan Asia

Tenggara (Jawad et al., 2012; WHO, 2020).

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengangkat Kasus Seminar Stase Keperawatan Kritis dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada pasien Tn H.L Dengan Diagnosa medis Sepsis di Ruang ICU

RSUD PROF. DR. H ALOEI SABOE KOTA GORONTALO”.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP SEPSIS

1. Pengertian

Menurut Vivianni, et, al (2017) sepsis merupakan suatu sindroma kompleks dan
multifaktorial yang terjadi karena adanya respon tubuh infeksi dimana respon tersebut
cenderung berbahaya atau bersifat merusak.
Syok Sepsis adalah sepsis yang disertai dengan kondisi disfungsi organ yang disebabkan
karena inflamasi sistematik dan respon prokoagulan terhadap infeksi (Irvan, et al, 2018)
Berdasarkan defisini diatas dapat disimpulkan bahwa syok sepsis adalah suatu
sindroma yang kompleks dan multifaktorial karena respon tubuh terhadap infeksi
sistematik disertai disfungsi organ sehingga dapat mengancam kehidupan.

2. Penyebab

Masuknya mikroba ke aliran darah bukan merupakan sesuatu yang mendasar


terhadap timbulnya sepsis berat, karena infeksi lokal dengan penyebab bakteri yang
menghasilkan produk patogen seperti eksotoksin, dapat juga memicu respon inflamasi
sistemik sehingga menimbulkan disfungsi organ di tempat lain dan hipotensi. Kultur darah
yang positif hanya ditemukan pada sekitar 20-40% kasus sepsis berat dan persentasenya
meningkat seiring tingkat keparahan dari sepsis, yaitu mencapai 40- 70% pada pasien
dengan syok septik. Bakteri gram negatif atau positif mencakup sekitar 70% isolat, dan
sisanya ialah jamur atau campuran mikroorganisme. Pada pasien dengan kultur darah
negatif, agen penyebab sering ditegakkan berdasarkan kultur atau pemeriksaan
mikroskopik dari bahan yang berasal dari fokus infeksi (Munford, 2017).

Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari komunitas dan
nosokomial. Pneumonia ialah penyebab paling umum, mencapai setengah dari semua
kasus, diikuti oleh infeksi intraabdominal dan infeksi saluran kemih. Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae ialah bakteri gram positif paling sering, sedangkan
Escherichia coli, Klebsiella spp, dan Pseudomonas aeruginosa predominan di antara
bakteri gram negatif (Angus, 2017).

Menurut Brunner & Suddarth (2017) syok septic diakibatkan oleh serangkaian
7
peristiwa hemodinamik dan metabolic yang dicetuskan oleh serangan mikroba, serta yang
penting lagi adalah oleh system pertahanan tubuh. Sepsis dan syok septic dapat disebabkan
oleh gejala serangan mikroorganisme yang berkaitan dengan infeksi bakteri aerobic dan an
aerobic terutama yang disebabkan oleh:

a) Bakteri gram negative seperti Escheria coli, Klebsiella sp, Pseudomanassp,


Bacteroides sp, dan Proteus sp. Bkateri gram negative mengandung lipopolisakarida
pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepas dan masuk ke kedalam
alittan darah, endotoksin menghasilkan beragam perubahan – perubahan biokimia yang
merugikan dan mnegaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menjunjung
syok septic.

b) Organisme gram positif seperti: Stafilokokus, Streptokokus, dan Pneunmokokus juga


terlibat dalam timbulnya sepsis

c) Organisme gram positif melepaskan eksotosin yang berkemampuan untuk


mengerahkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin

d) Selain itu infeksi viral, fungal, dan riketsia dapat mengarah kepada timbulnya syok
sepsis dan syop septik

3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. demam atau hypothermia
b. berkeringat
c. sakit kepala
d. nyeri otot

Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:

a. perubahan sirkulasi
b. penurunan perfusi perifer
c. Tachycardia
d. Tachypnea
e. pyresia atau temperature <36oC
f. hypotensi

.
8
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

4. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2017) komplikasinya bervariasi berdasarkan etiologi yang
mendasari. Potensi komplikasi yang mungkin terjadi melipiti yaitu :
a. Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi respirasi akut
(acuterespiratory distress syndrome)
b. Disseminated Intravascular Coagulation( DIC)
c. Gagal Jantung
d. Gangguan Fungsi Hati
e. Gagal Ginjal
f. Meningitis
g. Hipoglikemi
h. Asidosis
i. Icterus
j. Kematian

5. Patofisiologi
Sepsis timbul akibat respon pejamu terhadap infeksi, yang diarahkan untuk
mengeliminasi patogen. Patogen memiliki mekanisme atau faktor virulensi yang bervariasi
sehingga memungkinkan patogen untuk bertahan dalam tubuh pejamu dan menyebabkan
penyakit. Faktor virulensi menyebabkan patogen mampu menghambat fagositosis,
memfasilitasi adhesi ke sel atau jaringan pejamu, meningkatkan survival intrasel setelah
difagosit, dan merusak jaringan melalui produksi toksin dan enzim ekstrasel (Mahon &
Mahlen, 2017).
Kapsul menghambat fagositosis terutama dengan cara menutupi struktur permukaan
sel sehingga tidak dikenali oleh reseptor sel fagosit. Bakteri berkapsul seperti
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza dihubungkan dengan infeksi yang
sangat invasif dan lebih virulen dibanding bakteri tidak berkapsul. Struktur lain berupa
protein A, seperti pada dinding sel Staphylococcus aureus, menghambat ikatan antibodi
pejamu terhadap permukaan patogen (sebagai antigen). Antibodi mengikat antigen
melalui bagian Fab, protein A mengikat bagian Fc antibodi sehingga menghambat
opsonisasi dan fagositosis. Beberapa patogen menghindari fagositosis dengan cara
melepaskan produk poten di jaringan yang dapat membunuh sel fagosit. Streptococci
memroduksi hemolisin yang melisiskan eritrosit dan merangsang efek toksik pada leukosit
POLTEKKES KEMENKES MANADO
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

dan makrofag. Staphylococcus melepaskan leukocidin yang menyebabkan pelepasan


lisosom ke dalam sitoplasma (Mahon & Mahlen, 2017)
Kebanyakan patogen harus menempel pada sel pejamu sebelum terjadi infeksi. Struktur
permukaan sel patogen yang memediasi penempelan disebut adhesin, contohnya fimbriae
(pili) dan lipoteichoic acid (LTA) pada bakteri. Fimbriae membuat bakteri melekat pada
permukaan sel pejamu, sehingga meningkatkan kemmapuan patogen untuk kolonisasi.
Fimbriae digunakan oleh Neisseria gonorrhoeae untuk melekat pada sel epitel traktus
genitourinarius. Strain Escherichia coli juga menggunakan fimbriae untuk melekat pada
sel usus halus, sehingga nantinya mengeluarkan toksin yang menyebabkan gejala diare.
Streptococcus pyogenes memiliki LTA yang terintegrasi pada peptidoglikan tebal untuk
melekat pada sel epitel faring (Mahon & Mahlen, 2017).
Beberapa patogen berkemampuan untuk bertahan dan memperbanyak diri dalam sel
fagosit setelah difagosit, dengan cara mencegah fusi fagosom dan lisosom (fagolisosom),
bertahan terhadap efek dari isi lisosom, atau keluar dari fagosom ke dalam sitoplasma.
Sebagai contoh, Mycobacterium tuberculosis dan Legionella pneumophila mencegah
pembentukan fagolisosom, Mycobacterium leprae menginaktivasi reactive oxygen species
(ROS) dan nitrogen species, dan Listeria monocytogenes merusak membran fagosom dan
keluar ke sitoplasma (Mahon & Mahlen, 2017).

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

6. Penatalaksaan (Medis dan Keperawatan)


Menurut Opal (2017), penatalaksaan pada pasien sepsis dapat dibagi menjadi :
a. Nonfarmakologi : mempertahankan oksigenasi ke jaringan dengan saturasi >70%
dengan melakukan ventilasi mekanik dan drainase infeksi fokal
b. Sepsis Akut menjaga tekanan darah dengan memberikan resusitasi cairan IV dan
vasopresor yang bertujuan pencapaian kembali tekanan darah >65 mmHg,
menurunkan serum laktat dan mengobati sumber infeksi
1) Hidrasi IV, kristaloid sama efektifnya dengan koloid sebagai resusitasi cairan
2) Terapi dengan vasopresor (mis. Dopamin, norepinefrin, vasopressin) bila rata – rata
tekanan darah 70 mmHg tidka dapat dipertahankan oleh hidrasi saja. Penelitian baru
baru ini membandingkan vasopresin dosis rendah tidak mengurangi angka kematian
dibandingkan dengan norepinefrin antara pasien dengan syok sepsis
3) Memperbaiki keadaan asidosis dengan memperbaiki perfusi jarang dilakukan ventilasi
mekanik, bukan dengan memberikan bikarbonat
4) Antibibiotik diberikan menurut sumber infeksi yang paling sering sebagai
rekomendasi antibiotik awal pasien sepsis. Sebaiknya diberikan antibiotik spektrum
luas dari bakteri gram positif dan negative, cakupan yang luas bakteri gram positif dan
gram negative (atau jamur jika terindikasi secara klinis)
5) Pengobatan biologi Drotrecogin alfa (Xigris), suatu bemtuk rekayasa genetika aktifasi
protein C, telah disetujui untuk digunakan di pasien dengan sepsis berat dengan
multiorgan disfungsi (atau APACHE II skor > 24), bila dikombinasikan dengan terapi
konvensional, dapat menurunkan angka mortalitas.
6) Sepsis Kronis Terapi antibiotik berdasarkan hasil kultur dan umumnya terapi
dilanjutkan minimal selama 2 minggu.

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

7) Pathway
Mikroorganisme (Bakteri gram negatif)

Masuk tubuh manusia

Respon imun

Aktivasi bebrbagai mediator kimiawi

SYOK SEPSIS

Endokrin hasil gram negatif

B1 B3

Ketidakmampuan B2 O2 dalam Gangguan metabolisme


Sel untuk darah berkurang Oksidatif cerebral
Menggunakan O2
Kontraktilitas B4 Demand Hypoxia &
Berkurangnya O2 Jantung glukosa iskemi pada
Diparu CO otak
Aliran darah Pemecahan
Pernapasan cepat/ perifer GFR glikogen
RR meningkat terganggu menjadi glukosa Ketidakefektifan
Oliguria, Perfusi Jaringan
Dyspnea Cyanosis Anuria Otak
Akral dingin
Hiperglikemia
Hipoglikemia
Ketidakefektifan Gangguan
Ketidakefektifan
Pola Napas Eliminasi Urine
Perfusi Jaringan
Perifer
Penurunan
Curah Jantung
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

B5 B6

Gangguan saraf simpatis Pasokan O2 ke jaringan


& parasimpatis otot skelet tidak mencukupi

Peristaltik Peristaltik Demand glukosa


Usus Usus
Anaerob glukosa
Distended Diare
Abdomen, Asam Lactat
Gangguan
Resiko
absorbsi Tonus otot
Ketidakseimbangan
Elektrolit Intoleransi
Gangguang mobilitas
Aktivitas
Gangguan
Ketidakseimbangan
rasa nyaman Resiko
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan tubuh Cedera
Gangguan
rasa nyaman

(Sumber:Mahon&Mahlen,201
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Menurut Hidayat dkk (2017), pengkajian adalah langkah awal dariahapan proses keperawatan,
kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang
diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat analisis (individu,
keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari seseorang atau kelompok, dan data objektif
dari pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan
(data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Wabber & Kelley, 2017)
a. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien sepsis didapatkan pasien mengalmai demam akibat dari proses infeksi yang terjadi.
Namun, pada pasienbayi dan orang tua gambaran yang lebih menonjol adalah hipotermia
dibandingkan dengan hipertermia.
2) Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit yang pernah dialami : Kanak – kanak, kecelakaan, Pernah dirawat/operasi, alergi,
imunisasi, kebiasaan.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Penjelasan penyakit yang pernah diderita pada keluarga pasien : Genogram dan ketengaran.
b. Pengkajian Fokus
Menurut Mustaqim (2017) dengan pasien syok sepsis sebagai berikut :
1) B1 (Breathing) :
Pasien dalam fase awal sepsis mengalami takipneu. Sekitar1/4 dari pasien emngalami sindrom
gangguan pernafasan akut (ARDS) dengan infitrat paru bilateral, hipoksemia dan kapiler paru
tekanan <18mmHg.
2) B2 (Blood) :
Pada hasil laboratorium pasien sepsis biasanya ditemukan hasil leukosit tinggi (leukositosis) akan
tetapi tidak jarang juga ditemukan dengan hasil leukosit rendah. Pada kasus sepsis pasien
mengalami gelisah yang dapat menyebabkan takikardia.
3) B3 (Brain) :
Pada pasien sepsis mengalami disfungsi organ sehingga menyebbakn perubahan pada status mental
kemudian menjadi penyebab perubahan pada tigkat kesadaran.
4) B4 (Bladder) :
Penurunan produksi urine ( kurang lebih 0,5ml/kg/BB/jam) dikarenakan terjadi peningkatan laktat

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

plasma.
5) B5 (Bowel) :
Pada pasien sepsis mengalami distensi abdomen, anoreksia, mual dan muntah
6) B6 (Bonte) :
Pada pasien sepsis mengalami kemerahan, pembengkakan, lelah, malaise
c. Pemerikasaan Fisik :
1) Vital Sign
2) Kulit : Eteki, luka terinfeksi, cellulitis
3) Heent: Sinusitis, oitis media
4) Leher : Lympha denopathy, nuchal rigidity
5) Suara Paru : Wheezing, ronchi, rales, takipnea, ARDS, batuk
6) Suara Jantung: Takikardi, murmur
7) Abdomen: Abdominal tenderness
8) Genitourinary: Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/discharge vagina
9) Muskuloskeletal: Vocal redness, sweeling, tenderness, krepitasi
10) Neurologic: Perubahan status mental; kebingungan, delirium, koma

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai responklien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminyabaik yang berlangsung aktual maupun potensial
(PPNI, 2017) yaitu :
a. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan kontraktilitas (D.0008)
b. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan penggunaan metabolime dd penggunaan ventilator
(D.0004)
c. Resiko Perfusi Perifer serebral Tidak efektif b.d b.d Infark pada jaringan otak ditandai dengan
penurunan kesadaran. (D.0017)
d. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan dd dispneu (D.0001)
e. Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d Peningkatan tekanan darah (D.0009)

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
NO Diagnosa Luaran Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan 5. DUKUNGAN VENTILASI
Spontan (D.0004) tindakan keperawatan (I.01002)
selama 1x24 jam
diharapkan ventilasi      Observasi
spontan meningkat 1) Identifikasi adanya kelelahan
dengan kriteria hasil : otot bantu nafas
Ventilasi spontan 2) Identifikasi efek perubahan
(L.01007) posisi terhadap ststus
pernafasan
1. Mempertahankan
3) Monitor status respirasi dan
kepatenan jalan oksigenasi
napas
2. Mengeluarkan Terapeutik
secret tanpa
bantuan 1) Pertahankan kepatenan jalan
3. Menunjukan nafas
2) Berikan posisi semi fowler
perilaku untuk
atau fowler
memperbaiki 3) Fasilitasi mengubah posisi
bersihan jalan senyaman mungkin
napas 4) Berikan oksigenasi sesuai
4. Berpartisipasi kebutuhan
dalam program 5) Gunakan bag- valve mask, jika
pengobatan sesuai perlu
kondisi
     Edukasi
1) Ajarkan melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
2) Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri
3) Ajarkan tehnik batuk efektif

     Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

bronchodilator, jika perlu

2. PEMANTAUAN
RESPIRASI (I.01014)

     Observasi
1) Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
3) Monitor kemampuan batuk
efektif
4) Monitor adanya produksi
sputum
5) Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
1) Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan napas (I.01011)


Nafas tidak efektif tindakan keperawatan Observasi :
(D.0001)
selama 3x24 jam, maka 1. Monitor pola napas dengan
bersihan jalan nafas melihat monitor

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

meningkat dengan 2. Monitor bunyi napas


kriteria hasil : tambahan (mis. Gurgling,
1. Batuk efektif mengi, wheezing, ronkhi)
2. Produksi 3. Monitor sputum
Sputum Terapeutik :
menurun 4. Posisikan 60°
3. Mengi menurun 5. Berikan minumair hangat
4. Frekuensi nafas 6. Lakukan fisioterapi dada
membaik 7. Lakukan penghisapan
Pola nafas membaik lender kurang dari 15 detik
8. Hiperoksigenasi
Edukasi :
-
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
3 Dx : Resiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
Jaringan Cerebral tindakan keperawatan 3 Tekanan Intrakranial
(D.0017)
x 24 jam, diharapkan Observasi
perfusi jaringan 1. Identikasi penyebab
serebral klien menjadi peningkatan TIK
2. Monitor tanda/gejala
efektif dengan kriteria
peningkatan TIK
hasil : 3. Monitor status pernapasan
(L.02014) 4. Monitor intake dan
outputcairan
- Tingkat Kesadaran
Terapeutik
- Kognitif
5. Minimalkan stimulus dengan
Meningkat menyediakan lingkungan
Kesadaran Membaik yang tenang
6. Berikan posisi semi fowler
7. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian sedasi dan

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

antikonvulsan,jikaperlu

4 Penurun Curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung (l.02075)


Jantung b.d intervensi keperawatan Observasi :
Perubahan selama 3 kali 24 jam, 1) Identifikasi tanda/gejala
kontraktilitas maka curah jantung primer penurunan curah
(D.008) meningkat dengan jantung
kriteria hasil: 2) Identifikasi tanda sekunder
1) Kekuatan nadi penurunan curah jantung
perifer 3) Monitor Tekanan Darah
meningkat (5) 4) Monitor intake dan output
2) Lelah menurun cairan
(5) 5) Monitor keluhan dada
3) Pucat atau Terapeutik :
sianosis 1) Posisikan semi fowler atau
menurun (5) fowler dengan kaki ke
4) Tekanan darah bawah atau posisi nyaman
membaik (5) 2) Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
3) Berikan oksigen untujk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi :
1) Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3) Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2) Rujujk ke program
rehabilitasi jantung
5 Perfusi Perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (l.02079)
Tidak Efektif b.d intervensi keperawatan Observasi :
(D.0009) selama 3 kali 24 jam, 1) Periksa sirkulasi perifer(mis.
maka Perfusi Perifer Nadi perifer, edema,
meningkat dengan pengisian kalpiler, warna,
kriteria hasil : suhu, angkle brachial index)
1) Kekuatan nadi 2) Identifikasi faktor resiko
perifer gangguan sirkulasi (mis.
meningkat (5) Diabetes, perokok, orang
2) Warna kulit tua, hipertensi dan kadar
pucat menurun kolesterol tinggi)
POLTEKKES KEMENKES MANADO
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

(5) 3) Monitor panas, kemerahan,


3) Gelisah nyeri, atau bengkak pada
menurun (5) ekstremitas
4) Akral membaik Terapeutik :
(5) 1) Hindari pemasangan infus
5) Turgor Kulit atau pengambilan darah di
membaik (5) area keterbatasan perfusi
2) Lakukan pencegahan infeksi
3) Lakukan perawatan kaki dan
kuku
4) Lakukan hidrasi
Edukasi :
1) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Anjurkan berhenti merokok
2) Anjurkan berolahraga rutin
3) Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4) Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
5) Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
6) Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
7) Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

POLTEKKES KEMENKES MANADO


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian Kasus

Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 12 Desember

2022 jam 10.00 WITA dengan menggunakan format

pengkajian pasien keperawatan kritis. Pada kasus ini

diperoleh hasil yang didapat dengan cara anamneses, dimana

penulis melakukan observasi secara langsung, pemeriksaan

fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari hasil

pengkajian tersebut diperoleh hasil klien bernama Tn. H. L.

1. Identitas Pasien

Pasien bernama Tn. HL, Laki-laki, No. RM :

028722 , umur 53 tahun, BB 62 kg, menikah, agama

Islam, petani, alamat rumah desa marisa, masuk ICU pada

tanggal 25 November 2022 dengan diagnosa medis Sepsis

2. Keluhan Utama

a. Saat Masuk Rumah Sakit (Tanggal 25 November 2022) :

Tidak sadarkan diri

b. Saat Pengkajian (Tanggal 12 Desember 2022 Jam 14.43) :

Saat di rawat di ruang ICU keadaan umum

lemah, tingkat kesadaran Apatis, dengan GCS: E4 M4

V(ETT), menggunakan ventilator SIMV, VT 556

PEEP 5 RRset 14 FiO2 40 % = TD :160/100 mmhg, T

: 36°C, N : 92x/menit, RR : 18 x/menit, SPO2 : 98%

c. Alasan di Rawat di ICU

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

Pasien dirawat di ICU dikarenakan mengalami

gagal nafas dengan GCS: E4 M4 V(ETT) sehingga

memerlukan monitoring tanda-tanda vital secara

kontinue.

3. Data Khusus

a. Primary Survey

1) Airway

Terpasang ETT menggunakan ventilator mode

SIMV, VT 556 PEEP 5 RRset 14 FiO2 40 % =

TD :160/100 mmhg, T : 36°C, N

: 92x/menit, RR : 18 x/menit, SPO2 : 98 % dan

terdapat produksi sekret di sekitar TC dan oral.

2) Breathing

RR: 18 x/menit, SpO2: 98%, terdengar suara nafas


tambahan:

ronchi di seluruh lapang paru


3) Circulation

TD :160/100 mmhg, T : 36°C, N : 92x/menit,

RR : 18 x/menit, SPO2 : 98 % capillary refille

<2 detik, akral teraba hangat.

4) Fluid

Intake pasien dengan volume diet susu : 6 x 250 cc

intake parenteral:

Futrolit 60 cc per jam,

Meropenem 500mg 3 x 1 gr,

Megabal 1 x 1 amp,

Citicolin 500mg 2 x 1 gr,

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

Omeprazole 40mg 1x1

Furamin 1x1,

CPG 75mg 2x1,

Curcuma 2x1,

CVC NaCL 0,9% 20 TPM

Dobutamin 4,2 cc/jam

Farpresin 2 cc/jam

total intake pasien sebanyak 3000 cc/24 jam.

Output pasien

urine: 2400 cc/24 jam, tidak ada residu NGT

Balance cairan pasien/ 24 jam Intake - output =

3000 cc – 1800 cc = ± 1200 cc

b. Secondary Survey

1) Breathing

Saat pengkajian pasien terpasang ETT pada

tanggal 12 Desember 2022 Pasien menggunakan

ventilator RR 14, FiO2 40 %. klien tampak

menggunakan otot bantu nafas, perkusi sonor,

terdapat suara nafas tambahan ronchi.

2) Brain

Saat pengkajian kesadaran pasien

Somnolen dengan GCS: E4 M4 V(ETT), kesadaran

apatis, penglihatan pasien dalam batas normal

dengan ada reflek cahaya (+/+), reaksi pupil

isokor (kanan/kiri), dan ukuran pupil

(3mm/3mm).

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

3) Blood

TD : 160/100 mmhg, N: 92 x/menit,

konjungtiva tak anemis, tidak ada tanda-tanda

sianosis, CRT < 2dtk, tidak terdapat distensi

vena jugularis. Pada pemeriksaan jantung

didapatkan hasil Inspeksi: ictus cordis tidak

terlihat, Palpasi: ictus cordis teraba kuat di ics V,

Perkusi : pekak, tidak ada suara tambahan pada

jantung S1: Lub S2: Dub, irama jantung regular.

Terpasang CDL disebelah kiri dan CVC

disebelah kanan

4) Bladder

Saat pengkajian pasien terpasang Dower

Cateter no. 16 sejak tanggal 10 Desember 2022

Warna urin kuning muda, tidak ada nyeri tekan

maupun distensi vesika urinaria, produksi urine

1800 cc/ 24 jam.

5) Bowel

Saat pengkajian pasien terpasang NGT no.

18 sejak tanggal 10 Desember 2022, diet susu

6x250c. Rongga mulut bersih, tidak ada lesi pada

rongga mulut, mukosa bibir kering, gigi terdapat

caries, tidak ada pembesaran tonsil. Bentuk

abdomen datar, bising usus 8 x/menit; Perkusi

timpani tidak ada nyeri tekan. Pasien BAB 2 hari

sekali, tidak ada hemoroid.

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

6) Bone

Saat pengkajian terdapat luka decubitus,

perabaan akral hangat, tidak ada fraktur, bentuk

ekstremitas simetris.

c. Pengkajian Tambahan

Pola pengkajian 11 pola Fungsi Gordon:

7) Pola Persepsi Kesehatan-Manajemen Kesehatan

Keluarga mengatakan pasien saat dirumah jika

merasa sakit langsung pergi berobat baik ke

puskesmas terdekat maupun dokter praktik.

8) Pola Metabolik Nutrisi

Keluarga mengatakan pasien di rumah makan 3 x

sehari, porsi sedang tetapi pasien tidak menyukai

sayuran. Makan pasien pada saat di RS pasien

diet susu melalui selang NGT dengan frekuensi 6

x 250 cc.

9) Pola Eliminasi

Keluarga mengatakan saat dirumah pasien tidak

ada keluhan saat BAK dan BAB. Pada saat

pengkajian terpasang Dower Cateter no. 16,

jumlah urine 150 cc/ 3 jam terakhir, warna

kuning. Pasien belum BAB.

10) Pola Aktivitas dan Latihan

Keluarga mengatakan pasien sebelum sakit rajin

beraktifitas dan mengikuti acara pengajian rutin

di kampungnya. Selama di RS aktifitas pasien


Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

miring kanan, miring kiri dibantu oleh

perawatnya, karena klien mengalami penurunan

kesadaran dengan GCS : E4 M4 V(ETT)

11) Pola Istirahat dan Tidur

Keluarga mengatakan pasien dirumah biasanya

tidur malam sekitar pukul 22.00 wita dan bangun

pagi sekitar pukul 06.00 wita.

12) Pola Persepsi-Kognitif

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien

berharap cepat sembuh dan menyerahkan

semuannya kepada petugas kesehatan yang ada

di rumah sakit.

13) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri

Keluarga mengatakan pasien menyukai seluruh

anggota tubuhnya dan tidak pernah mengeluh

memiliki kekurangan pada tubuhnya.

14) Pola Hubungan-Peran

Keluarga mengatakan hubungan pasien dengan

keluarga baik, pasien dirumah berperan sebagai

anak. Selama dirawat klien ditunggui oleh

keluarga dan istrinya.

15) Pola Reproduksi-Seksualitas

Istri klien mengatakan tidak ada masalah dalam pola


seksualitas.

16) Pola Toleransi Terhadap Stress-Koping

Keluarga mengatakan pasien dirumah jika ada

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

masalah selalu diceritakan kepada istri .

17) Pola Keyakinan-Nilai

Istri pasien mengatakan beragama islam, dan Istri

berdoa agar suaminya cepat sembuh.

4. Terapi Medis :
No Jenis Obat Frekuensi Pemberian
1 Meropenem 500 mg 3x1 IV
2 Megabal 1x1 IV
3 Citicolin 500mg 2x1 IV
4 Furamin 1x1 IV
5 CPG 75 mg 2x1 PO
6 Cucurma 2x1 PO
7 CVC NaCL 0,9% 20 TPM IV
8 Omeprazole 40 mg 1x1 IV
9 Dobutamin 4,2 cc / jam IV via SP
10 Farpresin 2 cc / jam IV via SP

5. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium 09/12/2022
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,4 g/dl 12-15
(HB)
Eritrosit (RBC) 5,50 Juta/uL 4.1-5.1
Hematokrit 47,3 % 36-47
(HCT)
Leukosit (WBC) 9,1 ribu/uL 4.0-11.0
Trombosit (PLT) 109 ribu/uL 150-450
MCV 86 fL 81-99
MCH 28 pg 27-31
MCHC 33 g/dl 31-37
PDW-CV 15 % 11.5-14.5
MPV 9 fL 6.5-9.5

Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan


Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 147 mg/dl < 50
Kreatinin 4.2 mg/dl 0.5 – 1.3
Fungsi Hati
SGOT 59 U/L  37
SGPT 49 U/L  42
Glukosa Darah
Glukosa 111 mg/dL 70 – 140
Sewaktu
Protein Total 5.9 g/dL 6 – 8.7
Albumin 3.0 g/dL 3.2 – 4.5
Elektrolit
Na 151 mmol/l 136-146
K 3.5 mmol/l 3.5 – 5.0
Cl 109 mmol/l 98 - 106

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 -  KU: lemah
 Tingkat kesadaran: Apatis
 Klien tampak penurunan kesadaran
 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 SaO2 (99%) O2 Venti
 FiO2 40%
 Klien terpasang O2 ventilator
 Bunyi napas tambahan ronkhi
 Klien tampak menggunakan otot
bantu napas meningkat
 Sputum berlebih di jalan nafas
 TTV:
 TD: 160/100 mmHg
 HR: 92 x/m
 R: 18 x/m
 SB: 36℃
 Pupil Isokor

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: Sepsis Bersihan jalan nafas
tidak efektif
DO: B1
 KU: lemah
 Kes: Apatis Ketidakmampuan sel

 Sputum menggunakan O2

berlebihan di
jalan nafas Berkurangnya O2

 Bunyi napas
tambahan ronkhi Dyspnue

 Klien terpasang
O2 ventilator Pemasangan ETT

 TTV:
Produksi secret meningkat
 TD: 160/100
mmHg
Bersihan jalan nafas tidak
 HR: 92 x/m
efektif
 R: 18 x/m
 SB: 36℃

2. DS: Sepsis Gangguan ventilasi


spontan
DO: B1
 KU: lemah
 Kes: Apatis Ketidakmampuan sel

 Klien tampak menggunakan O2

menggunakan
otot bantu napas Berkurangnya O2

meningkat
 Volume tidal Dyspnue

klien menurun

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

 SpO2 (99%) O2 Pemasangan ETT


Venti
 FiO2 40% Terpasang Ventilator
 TTV: Mekanik

 TD: 160/100
mmHg Gangguan Ventilasi Spontan

 HR: 92 x/m
 R: 18 x/m
 SB: 36℃

3. DS: - B1 Resiko Perfusi Cerebral


DO: Tidak Efektif
 Klien nampak Ketidakmampuan sel untuk
penurunan menggunakan O2
kesadaran
 GCS E4M4Vx B2
 Kesadaran :
Somnolen O2 dalam otak berkurang

 KU Lemah
 TTV: Resiko perfusi cerebral tidak
efektif
 TD: 160/100
mmHg
 HR: 92 x/m
 R: 18 x/m
 SB: 36℃

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efekti b.d sekresi yang tertahan d.d dispnea
2. Gangguan ventilasi spontan b.d kelelahan otot pernapasan d.d dispnea
3. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d Infark pada jaringan otak ditandai
dengan penurunan kesadaran.

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan napas
tindakan keperawatan (I.01011)
selama 3x24 jam, maka Observasi :
bersihan jalan nafas 9. Monitor pola napas dengan
meningkat dengan melihat monitor
kriteria hasil : 10. Monitor bunyi napas
5. Batuk efektif tambahan (mis. Gurgling,
6. Produksi Sputum mengi, wheezing, ronkhi)
menurun 11. Monitor sputum
7. Mengi menurun Terapeutik :
8. Frekuensi nafas 12. Posisikan 60°
membaik 13. Berikan minumair hangat
9. Pola nafas 14. Lakukan fisioterapi dada
membaik 15. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
16. Hiperoksigenasi
Edukasi :
-
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu

2. Gangguan ventilasi Setelah dilakukan Dukungan ventilasi


spontan tindakan keperawatan Observasi
3x24 jam, maka ventilasi 1. Identifikasi adanya
spontan meningkat kelelahan otot bantu napas
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi efek perubahan
1. Dispnea menurun posisi terhadap status
2. Penggunaan otot pernafasan
bantu napas 3. Monitor status respirasi dan

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

menurun oksigenasi
3. Volume tidal Terapeutik
membaik 4. Pertahankan kepatenan jalan
4. Takikardi napas
menurun 5. Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
6. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Edukasi
7. Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
3. Dx : Resiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
Jaringan Cerebral tindakan keperawatan 3 x Tekanan Intrakranial
(D.0017)
24 jam, diharapkan Observasi
perfusi jaringan serebral 9. Identikasi penyebab
klien menjadi efektif peningkatan TIK
10. Monitor tanda/gejala
dengan kriteria hasil :
peningkatan TIK
(L.02014) 11. Monitor status pernapasan
- Tingkat Kesadaran 12. Monitor intake dan
outputcairan
- Kognitif Meningkat
Terapeutik
- Kesadaran Membaik
13. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
14. Berikan posisi semi fowler
15. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
16. Pertahankan suhu tubuh
normal

Kolaborasi

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

1.Kolaborasi pemberian
sedasi dan
antikonvulsan,jikaperlu

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
TGL DX
Senin, 12 1. 08.0 1. Monitor pola napas dengan 13.00
Desembe 0 melihat monitor S:
r 2022 2. Monitor bunyi napas tambahan 
08.1 (mis. Gurgling, mengi, O:
5 wheezing, ronkhi)  KU: lemah
3. Monitor sputum  Kes: Apatis
4. Lakukan fisioterapi dada  Sputum berlebihan di
08.1 5. Hiperoksigenasi jalan nafas
5 6. Lakukan penghisapan lender  Bunyi napas tambahan
09.0 kurang dari 15 detik ronkhi
0
 Klien terpasang O2
09.3
ventilator
0
 TTV:
 TD: 160/100 mmHg
09.3
 HR: 92 x/m
0
 R: 18 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah bersihan jalan nafas
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Senin 12 2. 08.0 1. Mengidentifikasi adanya 13.15
Des 2022 5 kelelahan otot bantu napas S:
2. Mengidentifikasi efek O:
08.1 perubahan posisi terhadap status  KU: lemah
0 pernafasan  Kes: Apatis
3. Memonitor status respirasi dan  Klien tampak
oksigenasi menggunakan otot bantu
08.1 4. Mempertahankan kepatenan napas meningkat
5 jalan napas  Volume tidal klien
5. Memfasilitasi mengubah posisi menurun

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

09.0 senyaman mungkin  SpO2 (99%) O2 Venti


0 6. Memberikan oksigenasi sesuai  FiO2 40%
kebutuhan  TTV:
7. Mengkolaborasikan pemberian  TD: 160/100 mmHg
09.0 bronkhodilator
 HR: 92 x/m
0
 R: 18 x/m
 SB: 36℃
09.3
A: Masalah gangguan ventilasi
0
spontan belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
12.0
0

Senin, 12 3. 08.3 1. Identikasi penyebab 13.30


Des 2022 0 peningkatan TIK S: -
2. Monitor tanda/gejala O:
08.4 peningkatan TIK  Klien nampak penurunan
0 3. Monitor status pernapasan kesadaran
4. Monitor intake dan outputcairan  GCS E4M4Vx
08.4 5. Berikan posisi semi fowler  Kesadaran : Somnolen
2 6. Atur ventilator agar PaCO2  KU Lemah
08.4 optimal  TTV:
5 7. Pertahankan suhu tubuh normal
 TD: 160/100 mmHg
08.5 8. Kolaborasi pemberian sedasi
 HR: 92 x/m
0 dan antikonvulsan, jikaperlu
 R: 18 x/m
09.0
 SB: 36℃
0
A: Masalah resiko perfusi
cerebral tidak efektif
09.1
P: lanjutkan intervensi
5
12.0
0

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/ NO. JAM PERKEMBANGAN/EVALUASI TTD
TGL DX
Selasa, 13 1. 13.00 S:
Desember 
2022 O:
 KU: lemah
 Kes: Apatis
 Sputum berlebihan di jalan nafas
 Bunyi napas tambahan ronkhi
 Klien terpasang O2 ventilator
 TTV:
 TD: 150/100 mmHg
 HR: 98 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. 13.00 S:
O:
 KU: lemah
 Kes: Apatis
 Klien tampak menggunakan otot bantu napas
meningkat
 Volume tidal klien menurun
 SpO2 (99%) O2 Venti
 FiO2 40%
 TTV:
 TD: 150/100 mmHg
 HR: 98 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah gangguan ventilasi spontan belum
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. 13.00 S: -
O:
 Klien nampak penurunan kesadaran
 GCS E4M4Vx
 Kesadaran : Somnolen
 KU Lemah
 TTV:
 TD: 150/100 mmHg
 HR: 98 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah resiko perfusi cerebral tidak efektif
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 14 1. 13.00 S:
Desember 
2022 O:
 KU: lemah
 Kes: Apatis
 Sputum berlebihan di jalan nafas
 Bunyi napas tambahan ronkhi
 Klien terpasang O2 ventilator
 TTV:
 TD: 150/90 mmHg
 HR: 88 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. 13.00 S:
O:
 KU: lemah
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

 Kes: Apatis
 Klien tampak menggunakan otot bantu napas
meningkat
 Volume tidal klien menurun
 SpO2 (99%) O2 Venti
 FiO2 40%
 TTV:
 TD: 150/90 mmHg
 HR: 88 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah gangguan ventilasi spontan belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. 13.00 S: -
O:
 Klien nampak penurunan kesadaran
 GCS E4M4Vx
 Kesadaran : Somnolen
 KU Lemah
 TTV:
 TD: 150/90 mmHg
 HR: 88 x/m
 R: 22 x/m
 SB: 36℃
A: Masalah resiko perfusi cerebral tidak efektif
P: lanjutkan intervensi

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

EVIDENT BASE NURSING

A. LANGKAH 0 (Menimbulkan semangat menyelidiki)


Riski seorang mahasiswa ners poltekkes kemenkes manado yang sedang menjalani praktik
di rumah sakit umum daerah aloesaboe di ruang ICU, bertanya-tanya dan penasaran pada pasien
bapak yang mengalami sepsis
1. Apa yang menyebabkan pasien bisa sepsis ?
2. Kenapa pasien mengalami sepsis ?
3. Siapa saja yang terkena sepsis di ruangan ICU ?
4. Kapan pasien terdiagnosa sepsis ?
5. Bagaimana cara untuk menimalisir sepsis ?

B. LANGKAH 1 (Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan format PICOT)


1. P : Berapa banyak pasien yang mengalami sepsis ?
2. I : Intervensi apa yang bisa digunakan untuk membebaskan jalan napas dan pencegahan
infeksi ?
3. C : Intervensi apa yang berbeda dengan intervensi yang sudah dilakukan untuk
meminimalisir tersumbatnya jalan napas dan penyebaran infeksi ?
4. O : Bagaimana hasil dari intervensi tersebut, apakah bisa meminimalisir tersumbatnya
jalan napas dan penyebaran infeksi ?
5. T : Berapa lama waktu yang diperlukan untuk dilakukan intervensi tersebut ?

C. LANGKAH 2 (Mencari dan mengumpulkan bukti – bukti (Artikel penelitian) yang


relavan, efesien, efektif, dan memiliki kaji etik
Mencari dan mengumpulkan bukti bukti artikel penelitian dimana di dapatkan artikel
penelitian.
1. Judul : Perbandingan Pemberian Hiperoksigenasi Satu Menit Dan Dua Menit Pada Proses
Suction Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Terpasang Ventilator Di Intensive Care Unit
Rspad Gatot Soebroto Puskesad Jakarta
2. Relavan : Tidak, Tehnik ini hanya bisa digunakan pada pasien yang terpasang ventilator
3. Efektif : Ya, terverifikasi dan sudah dilakukan pengujian terhadap responden
Berdasarkan pertimbangan di atas, penulis mengambil jurnal ini sebagai Evident Base
Practice Nursing untuk meminimalisir tersumbatnya jalan napas dan penyebaran infeksi di
ruangan ICU.

D. LANGKAH 3 (Melakukan penilaian kritis terhadap bukti bukti (Artikel Peneltian)


1. P : Jumlah sampel untuk setiap kelompok intervensi sebanyak 17 sampel. Jadi seluruh
jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 34 orang responden.
2. I : Tindakan hiperoksigenasi pada intervensi I menggunakan modus Syncronized Intermitten
Mandatory Ventilator (IMV/SIMV) dengan suctionsystem terbuka, caranya adalah:
sebelumnya mengidentifikasi nilai saturasi oksigen, hiperoksigenasi dengan cara
meningkatkan aliran oksigen 100% pada kompresor dengan menekan tombol ventilator.
Hiperoksigenasi pre suction diberikan 30 detik, dilakukan suction 10 detik, kemudian
kembali ke pemberian ventilator semula, diberikan hiperoksigenasi kembali 30 detik (jeda

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

antara suction lamanya 2 menit). Saturasi oksigen diidentifikasi sebelum hiperoksidenasi dan
setelah hiperoksigenasi 1 menit.

Tindakan hiperoksigenasi pada intervensi II menggunakan modus Syncronized Intermitten


Mandatory Ventilator (IMV/SIMV) dengan suctionsystem terbuka, caranya adalah:
sebelumnya mengidentifikasi nilai saturasi oksigen, hiperoksigenasi dengan cara
meningkatkan aliran oksigen 100% pada kompresor dengan menekan tombol ventilator.
Hiperoksigenasipre suction diberikan 2 menit, dilakukan suction 15 detik, kemudian kembali
ke pemberian ventilator semula, saturasi oksigen diidentifikasi.
3. C : kelompok A disebut kelompok intervensi I yang memperoleh hiperoksigenasi 1 menit,
sedangkan kelompok B disebut sebagai kelompok intervensi II dengan pemberian
hiperoksigenasi sesuai yang dilakukan diruang ICU RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.
4. O : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kedua kelompok
intervensi I dan II tidak terdapat penurunan saturasi oksigen lebih dari 5%, dengan durasi
suction 10 detik. Hal ini menyimpulkan pemberian hiperoksigenasi dapat mempertahankan
saturasi oksigen pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik
5. S : Penelitian ini adalah desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi
eksperimen, menggunakan tehnik consecutive sampling menggunakan rancangan pre test
dan post test dimana kelompok A disebut kelompok intervensi I yang memperoleh
hiperoksigenasi 1 menit, sedangkan kelompok B disebut sebagai kelompok intervensi II
dengan pemberian hiperoksigenasi sesuai yang dilakukan diruang ICU RSPAD Gatot
Soebroto Puskesad.

E. LANGKAH 4 (Mengintegrasikan bukti dan keahlian klinis)


Setelah dilakukan pencarian, pengumpulan bukti, dan analisa data didapatkan bahwa
analisis sebagai berikut :
1. P : Populasi dalam penelitian ini adalah Tn. H.L, usia 53 tahun, dengan diagnosa sepsis.
2. I : Intervensi yang digunakan pemberian hiperoksigenasi satu menit dan pada proses suction
terhadap saturasi oksigen yang terpasang ventilator dengan cara mengidentifikasi nilai
saturasi oksigen, hiperoksigenasi dengan cara meningkatkan aliran oksigen 100% pada
kompresor dengan menekan tombol ventilator. Hiperoksigenasi pre suction diberikan 30
detik, dilakukan suction 10 detik, kemudian kembali ke pemberian ventilator semula,
diberikan hiperoksigenasi kembali 30 detik (jeda antara suction lamanya 2 menit). Saturasi
oksigen diidentifikasi sebelum hiperoksidenasi dan setelah hiperoksigenasi 1 menit.
3. C : Tidak ada intevensi pembanding dalam aplikasi asuhan keperawatan ini.

4. O : Hasil dari intervensi ini yaitu setelah pemberian hiperoksigenasi pre suction didapatkan
hasil saturasi oksigen tidak kurang dari 95 % yaitu 96-100%. Hal ini membuktikan
hiperoksigenasi pre suction dapat mempertahankan saturasi oksigen pada pasien Tn. H.L
5. T : Intevensi dilakuakan pada hari senin 12 Desember 2022

F. LANGKAH 5 (Evaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan berdasarkan


bukti-bukti)

Penerapan Evident Based Nursing (EBN) dengan judul “ Perbandingan Pemberian


Hiperoksigenasi Satu Menit Dan Dua Menit Pada Proses Suction Terhadap Saturasi Oksigen
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

Pasien Terpasang Ventilator Di Intensive Care Unit Rspad Gatot Soebroto Puskesad Jakarta”
Intervensi yang diberikan yaitu pemberian hiperoksigenasi satu menit dan pada proses suction
terhadap saturasi oksigen yang terpasang ventilator.
Hasil Penelitian ini menunjukan penerapan intervensi pemberian hiperoksigenasi satu
menit dan pada proses suction terhadap saturasi oksigen yang terpasang ventilator di ruang ICU
rumah sakit umum daerah aloesaboe pada Tn. H.L dapat memberikan manfaat meminimalisir
hiperoksigenasi satu menit dan pada proses suction terhadap saturasi oksigen pasien terpasang
ventilator.
Penerapan Evident Based Nursing (EBN) ini, pada Tn. H.L diberikan intervensi
hiperoksigenasi satu menit pada proses suction terhadap saturasi oksigen pasien terpasang
ventilator bertujuan untuk meminimalisir tersumbatnya jalan napas dan penyebaran infeksi.

G. LANGKAH 6 (Menyebarluaskan hasil EBN)


Hasil dari Evident Based Nursing, disebar luaskan melalui seminar pada tanggal 20
Desember 2022 oleh mahasiswa Program Studi Ners Poltekkes Kemenkes Manado Tahun
Ajaran 2022 – 2023 bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe.

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR OPEN SUCTION DAN CLOSE


SUCTION
Pengertian Suction ( Penghisapan lender ) merupakan tindakkan penghisapan
yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan
secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri. Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan
nafas dengan menggunakan alat via mulut, nasofaring, atau trakeal
Tujuan 1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel / karet untuk tujuan diagnose
Prinsip Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan
bronki.
Komplikasi 1. Hipoksia
2. Trauma jaringan
3. Meningkatkan resiko infeksi
4. Stimulasi vagal dan bronkospasme
Indikasi 1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan.
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar
suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau
ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya
mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Persiapan Lingkungan
1. Penjelasan pada kleuarga
2. Pasang skerem/ tabir
3. Pencahayaan yang baik
Klien
1. Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien :
a. Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan
posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction)
b. Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap
pelaksana tindakan (oral/nasal suction)
Alat - alat 1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p
Prosedur Open Suction
Open
Suction 1 Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien (indikasi,
kontraindikasi, TTV, suara
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

nafas, hasil AGD, obat-obatan)


2 Cuci tangan
3 Siapkan alat yang diperlukan
4 Beri salam dan perkenalkan diri
5 Identifikasi pasien: tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan
dengan gelang identitas.
6 Tanyakan kondisi dan keluhan klien
7 Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
8 Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
9 Jaga privasi klien
10 Buka kemasan kateter suction dengan hati-hati (pertahankan
kesterilan kateter suction)
11 Hubungkan kateter suction dengan selang mesin suction
(pertahankan kesterilan kateter
suction)
12 Gunakan masker wajah
13 Atur klien pada posisi supine
14 Letakkan handuk di atas dada klien
15 Letakkan nierbeken di dekat klien
16 Pastikan bahwa pelepasan sambungan ventilator dapat
dilakukan dengan satu tangan
(tangan non dominan)
17 Cuci tangan
18 Gunakan sarung tangan steril
19 Sebelum dilakukan penghisapan sekresi, lakukan oksigenasi
terlebih dahulu dengan cara:
a. Memutar tombol oksigen di ventilator menjadi 100 % selama
1 menit atau 2 menit
b. Mengaktifkan mode suction di ventilator
20 Hidupkan mesin suction (dengan tangan non dominan yang
dikondisikan bersih
21 Lepaskan sambungan ventilator dari ETT (dengan tangan non
dominan yang dikondisikan
bersih)
22 Ambil kasa steril (dengan tangan dominan yang dikondisikan
steril)
23 Ambil kateter suction (dengan tangan dominan yang dikondisikan
steril)
24. Masukkan kateter suction ke dalam ETT (posisi lubang pada
pangkal kateter suction dibuka).
• Sekitar 12,5 cm pada orang dewasa, lebih pendek pada anakanak,
atau
• Sampai pasien batuk, atau
Sampai terasa adanya tahanan
25. Lakukan penghisapan dengan cara menutup lubang pada pangkal
kateter sambil menarik kateter suction dengan gerakan memutar.
Waktu 10-15 detik
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

26. Bilas kateter dengan memasukkan ujung kateter suction pada kom
yang berisi desinfektan
27. Pasang kembali sambungan ventilator (dengan tangan non
dominan yang dikondisikan
bersih)
28. Observasi hemodinamik pasien.
Hentikan suction dan istirahatkan pasien bila :
• Disritmia
• Tekanan darah menurun
• Saturasi oksigen menurun
• Peningkatan HR 40 kali/menit dari HR sebelumnya
• Penurunan HR 20 kali/menit dari HR sebelumnya
Bila tidak ada gejala tersebut, lanjutkan ke tahap berikutnya
29. Lakukan oksigenasi kembali (tahap 19)
30 Ulangi kembali tahap 21-26 (sebanyak 3-5 kali, atau sesuai
kebutuhan pasien)
31. Jika saluran nafas sudah bersih, hubungkan kembali sambungan
ventilator dengan ETT
32 Lanjutkan pengisapan sekret di orofaring
33. Jika orofaring sudah bersih, matikan mesin suction
34. Lepaskan kateter suction dari mesin suction
35. Buang kateter suction pada tempat sampah medis.
(Bila kateter akan digunakan kembali, rendam ke dalam tempat
yang berisi cairan desinfektan)
36. Lepaskan sarung tangan dan masker
37. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan
balik positif
38. Bereskan alat-alat
39. Cuci tangan
Prosedur Close Suction
Close
Suction 1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Sebelum melakukan penghisapan sekresi : memutar tombol
oksigen menjadi 100 %
4. Menggunakan air viva dengan memompa 4-5 kali dengan oksigen
10liter/menit
5. Menghidupkan mesin penghisap sekresi
6. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian
perlahan- lahandimasukkan ke dalam selang pernapasan melalui
selang endotrakeal (ETT)
7. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat
kateterdimasukkan keETT
8. Menarik kateter penghisap kira-kira 2 cm pada saat ada rangsangan
batukuntukmencegah trauma pada carina
9. Menutup lubang dengan melipat pangkal kateter penghisap
kemudian
kateterpenghisap ditarik dengan gerakan memutar
10. Mengobservasi hemodinamik pasien
11. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022

bagging
12. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernapas
3-7 kali
13. Melakukan bagging
14. Mengempiskan cuff, sehinggaa sekresi yang lengket disekitar cuff
dapatterhisap
15. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff inflator
setelahventilatordipasang kembali
16. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam
dengan
cairandesinfektan dalam tempat yang telah disediakan
17. Mengobservasi dan mencatat :a) Tekanan darah, nadi, dan
pernapasanb) Hipoksiac)
Tanda perdarahan, warna bau, konsentrasid)

Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien Tn H.L dengan diagnosa medis
SEPSIS diruangan ICU RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo dapat
diangkat diagnosa keperawatan yang utama adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak
efektif, Resiko Perfusi Jariang Cerebral, Ganguan Ventilasi Spontan dan telah
diberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan diagnosa yang di angkat.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diharapkan dapat
memberikam fasilitas yang memadai.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa diharapkan dengan adanya tugas akhir seminar
keperawatan ini agar dapat menegakkan diagnosa keperawatan dengan tepat dan
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan SEPSIS sesuai
dengan data yang diperoleh saat melakukan pengkajian.

POLTEKKES KEMENKES
MANADO
DAFTAR PUSTAKA
Ali. (2017). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Hidayat, Anwar. (2017). Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis. Diakses dari alamat
web: https://www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian-metodologi-penelitian.html

Irvan, et al. (2018). Sepsis dan Tatalaksana Berdasar Guideline Terbaru,


(hhtps//www.resrachgate.net/publication/326894302_Sepsos_and_Traetment_Based_on_t
he_Newest_Guideline), diakses pada Januari 2020

Mahon CR, Mahlen S. (2017). Host-parasite interaction. In: Mahon CR, Lehman DC, Manuselis
G, editors. Textbook of Diagnostic Microbiology (5th ed). Missouri: Saunders Elsevier; p.
23-46

Munford RS. (2017). Severe sepsis and septic shock. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Baunwalda E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison’s Principle mof Internal Medicine
(17th ed). New York: Mc Graw Hill, p. 1695-702

Opal SM, et al. Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of
severesepsis and septic shock: 2017). Society of critical care medicine and the
Europeansociety of intensive care medicine. 2013; 41 (2): 580-637.

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

POLTEKKES KEMENKES
MANADO

Anda mungkin juga menyukai