DI SUSUN OLEH
PRESEPTOR
Susanti Monoarfa S.Kep, Ns TTD
KLINIK
PRESEPTOR
AKADEMIK Ns.Joice M. Laoh, S.Pd,S.Kep,M.Kep TTD
TANGGAL 1. TGL :
PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU :
3. TERLAMBAT :
SARAN
PRESEPTOR
KLNIK/AKADEMIK
TAHUN 2022/2023
9965POLTEKKES KEMENKES
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................1
a. Latar Belakang................................................................................1
b. Tujuan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
a. Definisi............................................................................................3
b. Etiologi...........................................................................................3
c. Manifestasi Klinis...........................................................................6
d. Komplikasi......................................................................................11
e. Patofisiologi....................................................................................13
f. Pentalaksanaan................................................................................14
g.Pathway...........................................................................................15
BAB III........................................................................................................16
a. Asuhan Keperawatan Teoritis.........................................................16
BAB IV........................................................................................................20
a. Asuhan Keperawatan Kasus...........................................................20
BAB V..........................................................................................................29
a. Pembahasan....................................................................................29
BAB VI........................................................................................................35
a. kesimpulan......................................................................................35
b. Sara.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sepsis merupakan suatu kegawat daruratan medis yang menggambarkan reaksi inflamasi
sistemik terhadap suatu proses infeksi yang dapat menyebabkan disfungsi organ dan kematian
(ESICM, 2016; Singer et al., 2016). Sepsis dapat berkembang menjadi syok sepsis (hipotensi dan
disfungsi organ yang tidak membaik dengan resusitasi cairan). Diagnosis dini sepsis penting dalam
penanda yang mampu mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi sepsis dengan komplikasi,
menjadi bidang penelitian yang penting (Hubert et al., 2015; Singer et al., 2016).
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa terdapat 48,9 juta kasus dan 11 juta
kematian yang terkait sepsis di seluruh dunia pada tahun 2017, yang menyumbang hampir 20%
kematian global. Insiden sepsis di Amerika Serikat mencapai 300 kasus per 100.000 orang dan
merupakan penyebab utama kematian pada pasien kondisi kritis dengan lebih dari 210.000 kematian
setiap tahun. Insiden sepsis meningkat dua kali lipat di Amerika Serikat dari tahun 2002 sampai
penggunaan obat imunosupresif dan kemoterapi (Gyawali et al., 2019; Dugar et al., 2020, WHO,
2020).
Penelitian di Eropa pada tahun 2007 mendapatkan insiden sepsis terjadi pada sekitar 61
2006 di Perancis. Insiden sepsis di negara berkembang diperkirakan lebih dari 1 per
1000 penduduk setiap tahun. Delapan puluh lima persen kasus sepsis dan 84,8%
kematian terkait sepsis terjadi di negara berkembang, terutama sub- Sahara dan Asia
Keperawatan pada pasien Tn H.L Dengan Diagnosa medis Sepsis di Ruang ICU
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP SEPSIS
1. Pengertian
Menurut Vivianni, et, al (2017) sepsis merupakan suatu sindroma kompleks dan
multifaktorial yang terjadi karena adanya respon tubuh infeksi dimana respon tersebut
cenderung berbahaya atau bersifat merusak.
Syok Sepsis adalah sepsis yang disertai dengan kondisi disfungsi organ yang disebabkan
karena inflamasi sistematik dan respon prokoagulan terhadap infeksi (Irvan, et al, 2018)
Berdasarkan defisini diatas dapat disimpulkan bahwa syok sepsis adalah suatu
sindroma yang kompleks dan multifaktorial karena respon tubuh terhadap infeksi
sistematik disertai disfungsi organ sehingga dapat mengancam kehidupan.
2. Penyebab
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari komunitas dan
nosokomial. Pneumonia ialah penyebab paling umum, mencapai setengah dari semua
kasus, diikuti oleh infeksi intraabdominal dan infeksi saluran kemih. Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae ialah bakteri gram positif paling sering, sedangkan
Escherichia coli, Klebsiella spp, dan Pseudomonas aeruginosa predominan di antara
bakteri gram negatif (Angus, 2017).
Menurut Brunner & Suddarth (2017) syok septic diakibatkan oleh serangkaian
7
peristiwa hemodinamik dan metabolic yang dicetuskan oleh serangan mikroba, serta yang
penting lagi adalah oleh system pertahanan tubuh. Sepsis dan syok septic dapat disebabkan
oleh gejala serangan mikroorganisme yang berkaitan dengan infeksi bakteri aerobic dan an
aerobic terutama yang disebabkan oleh:
d) Selain itu infeksi viral, fungal, dan riketsia dapat mengarah kepada timbulnya syok
sepsis dan syop septik
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. demam atau hypothermia
b. berkeringat
c. sakit kepala
d. nyeri otot
a. perubahan sirkulasi
b. penurunan perfusi perifer
c. Tachycardia
d. Tachypnea
e. pyresia atau temperature <36oC
f. hypotensi
.
8
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
4. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddarth (2017) komplikasinya bervariasi berdasarkan etiologi yang
mendasari. Potensi komplikasi yang mungkin terjadi melipiti yaitu :
a. Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi respirasi akut
(acuterespiratory distress syndrome)
b. Disseminated Intravascular Coagulation( DIC)
c. Gagal Jantung
d. Gangguan Fungsi Hati
e. Gagal Ginjal
f. Meningitis
g. Hipoglikemi
h. Asidosis
i. Icterus
j. Kematian
5. Patofisiologi
Sepsis timbul akibat respon pejamu terhadap infeksi, yang diarahkan untuk
mengeliminasi patogen. Patogen memiliki mekanisme atau faktor virulensi yang bervariasi
sehingga memungkinkan patogen untuk bertahan dalam tubuh pejamu dan menyebabkan
penyakit. Faktor virulensi menyebabkan patogen mampu menghambat fagositosis,
memfasilitasi adhesi ke sel atau jaringan pejamu, meningkatkan survival intrasel setelah
difagosit, dan merusak jaringan melalui produksi toksin dan enzim ekstrasel (Mahon &
Mahlen, 2017).
Kapsul menghambat fagositosis terutama dengan cara menutupi struktur permukaan
sel sehingga tidak dikenali oleh reseptor sel fagosit. Bakteri berkapsul seperti
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza dihubungkan dengan infeksi yang
sangat invasif dan lebih virulen dibanding bakteri tidak berkapsul. Struktur lain berupa
protein A, seperti pada dinding sel Staphylococcus aureus, menghambat ikatan antibodi
pejamu terhadap permukaan patogen (sebagai antigen). Antibodi mengikat antigen
melalui bagian Fab, protein A mengikat bagian Fc antibodi sehingga menghambat
opsonisasi dan fagositosis. Beberapa patogen menghindari fagositosis dengan cara
melepaskan produk poten di jaringan yang dapat membunuh sel fagosit. Streptococci
memroduksi hemolisin yang melisiskan eritrosit dan merangsang efek toksik pada leukosit
POLTEKKES KEMENKES MANADO
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
7) Pathway
Mikroorganisme (Bakteri gram negatif)
Respon imun
SYOK SEPSIS
B1 B3
B5 B6
(Sumber:Mahon&Mahlen,201
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Menurut Hidayat dkk (2017), pengkajian adalah langkah awal dariahapan proses keperawatan,
kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang
diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh tingkat analisis (individu,
keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari seseorang atau kelompok, dan data objektif
dari pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan
(data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Wabber & Kelley, 2017)
a. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien sepsis didapatkan pasien mengalmai demam akibat dari proses infeksi yang terjadi.
Namun, pada pasienbayi dan orang tua gambaran yang lebih menonjol adalah hipotermia
dibandingkan dengan hipertermia.
2) Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit yang pernah dialami : Kanak – kanak, kecelakaan, Pernah dirawat/operasi, alergi,
imunisasi, kebiasaan.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Penjelasan penyakit yang pernah diderita pada keluarga pasien : Genogram dan ketengaran.
b. Pengkajian Fokus
Menurut Mustaqim (2017) dengan pasien syok sepsis sebagai berikut :
1) B1 (Breathing) :
Pasien dalam fase awal sepsis mengalami takipneu. Sekitar1/4 dari pasien emngalami sindrom
gangguan pernafasan akut (ARDS) dengan infitrat paru bilateral, hipoksemia dan kapiler paru
tekanan <18mmHg.
2) B2 (Blood) :
Pada hasil laboratorium pasien sepsis biasanya ditemukan hasil leukosit tinggi (leukositosis) akan
tetapi tidak jarang juga ditemukan dengan hasil leukosit rendah. Pada kasus sepsis pasien
mengalami gelisah yang dapat menyebabkan takikardia.
3) B3 (Brain) :
Pada pasien sepsis mengalami disfungsi organ sehingga menyebbakn perubahan pada status mental
kemudian menjadi penyebab perubahan pada tigkat kesadaran.
4) B4 (Bladder) :
Penurunan produksi urine ( kurang lebih 0,5ml/kg/BB/jam) dikarenakan terjadi peningkatan laktat
plasma.
5) B5 (Bowel) :
Pada pasien sepsis mengalami distensi abdomen, anoreksia, mual dan muntah
6) B6 (Bonte) :
Pada pasien sepsis mengalami kemerahan, pembengkakan, lelah, malaise
c. Pemerikasaan Fisik :
1) Vital Sign
2) Kulit : Eteki, luka terinfeksi, cellulitis
3) Heent: Sinusitis, oitis media
4) Leher : Lympha denopathy, nuchal rigidity
5) Suara Paru : Wheezing, ronchi, rales, takipnea, ARDS, batuk
6) Suara Jantung: Takikardi, murmur
7) Abdomen: Abdominal tenderness
8) Genitourinary: Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/discharge vagina
9) Muskuloskeletal: Vocal redness, sweeling, tenderness, krepitasi
10) Neurologic: Perubahan status mental; kebingungan, delirium, koma
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai responklien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminyabaik yang berlangsung aktual maupun potensial
(PPNI, 2017) yaitu :
a. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan kontraktilitas (D.0008)
b. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan penggunaan metabolime dd penggunaan ventilator
(D.0004)
c. Resiko Perfusi Perifer serebral Tidak efektif b.d b.d Infark pada jaringan otak ditandai dengan
penurunan kesadaran. (D.0017)
d. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan dd dispneu (D.0001)
e. Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d Peningkatan tekanan darah (D.0009)
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
NO Diagnosa Luaran Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan 5. DUKUNGAN VENTILASI
Spontan (D.0004) tindakan keperawatan (I.01002)
selama 1x24 jam
diharapkan ventilasi Observasi
spontan meningkat 1) Identifikasi adanya kelelahan
dengan kriteria hasil : otot bantu nafas
Ventilasi spontan 2) Identifikasi efek perubahan
(L.01007) posisi terhadap ststus
pernafasan
1. Mempertahankan
3) Monitor status respirasi dan
kepatenan jalan oksigenasi
napas
2. Mengeluarkan Terapeutik
secret tanpa
bantuan 1) Pertahankan kepatenan jalan
3. Menunjukan nafas
2) Berikan posisi semi fowler
perilaku untuk
atau fowler
memperbaiki 3) Fasilitasi mengubah posisi
bersihan jalan senyaman mungkin
napas 4) Berikan oksigenasi sesuai
4. Berpartisipasi kebutuhan
dalam program 5) Gunakan bag- valve mask, jika
pengobatan sesuai perlu
kondisi
Edukasi
1) Ajarkan melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
2) Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri
3) Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu
2. PEMANTAUAN
RESPIRASI (I.01014)
Observasi
1) Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
3) Monitor kemampuan batuk
efektif
4) Monitor adanya produksi
sputum
5) Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
10) Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1) Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian sedasi dan
antikonvulsan,jikaperlu
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
kontinue.
3. Data Khusus
a. Primary Survey
1) Airway
2) Breathing
4) Fluid
intake parenteral:
Megabal 1 x 1 amp,
Furamin 1x1,
Curcuma 2x1,
Farpresin 2 cc/jam
Output pasien
b. Secondary Survey
1) Breathing
2) Brain
(3mm/3mm).
3) Blood
disebelah kanan
4) Bladder
5) Bowel
6) Bone
ekstremitas simetris.
c. Pengkajian Tambahan
x 250 cc.
9) Pola Eliminasi
di rumah sakit.
4. Terapi Medis :
No Jenis Obat Frekuensi Pemberian
1 Meropenem 500 mg 3x1 IV
2 Megabal 1x1 IV
3 Citicolin 500mg 2x1 IV
4 Furamin 1x1 IV
5 CPG 75 mg 2x1 PO
6 Cucurma 2x1 PO
7 CVC NaCL 0,9% 20 TPM IV
8 Omeprazole 40 mg 1x1 IV
9 Dobutamin 4,2 cc / jam IV via SP
10 Farpresin 2 cc / jam IV via SP
5. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium 09/12/2022
Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,4 g/dl 12-15
(HB)
Eritrosit (RBC) 5,50 Juta/uL 4.1-5.1
Hematokrit 47,3 % 36-47
(HCT)
Leukosit (WBC) 9,1 ribu/uL 4.0-11.0
Trombosit (PLT) 109 ribu/uL 150-450
MCV 86 fL 81-99
MCH 28 pg 27-31
MCHC 33 g/dl 31-37
PDW-CV 15 % 11.5-14.5
MPV 9 fL 6.5-9.5
Kimia Darah
Fungsi Ginjal
Ureum 147 mg/dl < 50
Kreatinin 4.2 mg/dl 0.5 – 1.3
Fungsi Hati
SGOT 59 U/L 37
SGPT 49 U/L 42
Glukosa Darah
Glukosa 111 mg/dL 70 – 140
Sewaktu
Protein Total 5.9 g/dL 6 – 8.7
Albumin 3.0 g/dL 3.2 – 4.5
Elektrolit
Na 151 mmol/l 136-146
K 3.5 mmol/l 3.5 – 5.0
Cl 109 mmol/l 98 - 106
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- KU: lemah
Tingkat kesadaran: Apatis
Klien tampak penurunan kesadaran
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
SaO2 (99%) O2 Venti
FiO2 40%
Klien terpasang O2 ventilator
Bunyi napas tambahan ronkhi
Klien tampak menggunakan otot
bantu napas meningkat
Sputum berlebih di jalan nafas
TTV:
TD: 160/100 mmHg
HR: 92 x/m
R: 18 x/m
SB: 36℃
Pupil Isokor
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. DS: Sepsis Bersihan jalan nafas
tidak efektif
DO: B1
KU: lemah
Kes: Apatis Ketidakmampuan sel
Sputum menggunakan O2
berlebihan di
jalan nafas Berkurangnya O2
Bunyi napas
tambahan ronkhi Dyspnue
Klien terpasang
O2 ventilator Pemasangan ETT
TTV:
Produksi secret meningkat
TD: 160/100
mmHg
Bersihan jalan nafas tidak
HR: 92 x/m
efektif
R: 18 x/m
SB: 36℃
menggunakan
otot bantu napas Berkurangnya O2
meningkat
Volume tidal Dyspnue
klien menurun
TD: 160/100
mmHg Gangguan Ventilasi Spontan
HR: 92 x/m
R: 18 x/m
SB: 36℃
KU Lemah
TTV: Resiko perfusi cerebral tidak
efektif
TD: 160/100
mmHg
HR: 92 x/m
R: 18 x/m
SB: 36℃
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efekti b.d sekresi yang tertahan d.d dispnea
2. Gangguan ventilasi spontan b.d kelelahan otot pernapasan d.d dispnea
3. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d Infark pada jaringan otak ditandai
dengan penurunan kesadaran.
INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan napas
tindakan keperawatan (I.01011)
selama 3x24 jam, maka Observasi :
bersihan jalan nafas 9. Monitor pola napas dengan
meningkat dengan melihat monitor
kriteria hasil : 10. Monitor bunyi napas
5. Batuk efektif tambahan (mis. Gurgling,
6. Produksi Sputum mengi, wheezing, ronkhi)
menurun 11. Monitor sputum
7. Mengi menurun Terapeutik :
8. Frekuensi nafas 12. Posisikan 60°
membaik 13. Berikan minumair hangat
9. Pola nafas 14. Lakukan fisioterapi dada
membaik 15. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
16. Hiperoksigenasi
Edukasi :
-
Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
menurun oksigenasi
3. Volume tidal Terapeutik
membaik 4. Pertahankan kepatenan jalan
4. Takikardi napas
menurun 5. Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
6. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Edukasi
7. Ajarkan mengubah posisi
secara mandiri
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
3. Dx : Resiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
Jaringan Cerebral tindakan keperawatan 3 x Tekanan Intrakranial
(D.0017)
24 jam, diharapkan Observasi
perfusi jaringan serebral 9. Identikasi penyebab
klien menjadi efektif peningkatan TIK
10. Monitor tanda/gejala
dengan kriteria hasil :
peningkatan TIK
(L.02014) 11. Monitor status pernapasan
- Tingkat Kesadaran 12. Monitor intake dan
outputcairan
- Kognitif Meningkat
Terapeutik
- Kesadaran Membaik
13. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
14. Berikan posisi semi fowler
15. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
16. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
sedasi dan
antikonvulsan,jikaperlu
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/ NO. JAM PERKEMBANGAN/EVALUASI TTD
TGL DX
Selasa, 13 1. 13.00 S:
Desember
2022 O:
KU: lemah
Kes: Apatis
Sputum berlebihan di jalan nafas
Bunyi napas tambahan ronkhi
Klien terpasang O2 ventilator
TTV:
TD: 150/100 mmHg
HR: 98 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. 13.00 S:
O:
KU: lemah
Kes: Apatis
Klien tampak menggunakan otot bantu napas
meningkat
Volume tidal klien menurun
SpO2 (99%) O2 Venti
FiO2 40%
TTV:
TD: 150/100 mmHg
HR: 98 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah gangguan ventilasi spontan belum
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. 13.00 S: -
O:
Klien nampak penurunan kesadaran
GCS E4M4Vx
Kesadaran : Somnolen
KU Lemah
TTV:
TD: 150/100 mmHg
HR: 98 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah resiko perfusi cerebral tidak efektif
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 14 1. 13.00 S:
Desember
2022 O:
KU: lemah
Kes: Apatis
Sputum berlebihan di jalan nafas
Bunyi napas tambahan ronkhi
Klien terpasang O2 ventilator
TTV:
TD: 150/90 mmHg
HR: 88 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2. 13.00 S:
O:
KU: lemah
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
Kes: Apatis
Klien tampak menggunakan otot bantu napas
meningkat
Volume tidal klien menurun
SpO2 (99%) O2 Venti
FiO2 40%
TTV:
TD: 150/90 mmHg
HR: 88 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah gangguan ventilasi spontan belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. 13.00 S: -
O:
Klien nampak penurunan kesadaran
GCS E4M4Vx
Kesadaran : Somnolen
KU Lemah
TTV:
TD: 150/90 mmHg
HR: 88 x/m
R: 22 x/m
SB: 36℃
A: Masalah resiko perfusi cerebral tidak efektif
P: lanjutkan intervensi
antara suction lamanya 2 menit). Saturasi oksigen diidentifikasi sebelum hiperoksidenasi dan
setelah hiperoksigenasi 1 menit.
4. O : Hasil dari intervensi ini yaitu setelah pemberian hiperoksigenasi pre suction didapatkan
hasil saturasi oksigen tidak kurang dari 95 % yaitu 96-100%. Hal ini membuktikan
hiperoksigenasi pre suction dapat mempertahankan saturasi oksigen pada pasien Tn. H.L
5. T : Intevensi dilakuakan pada hari senin 12 Desember 2022
Pasien Terpasang Ventilator Di Intensive Care Unit Rspad Gatot Soebroto Puskesad Jakarta”
Intervensi yang diberikan yaitu pemberian hiperoksigenasi satu menit dan pada proses suction
terhadap saturasi oksigen yang terpasang ventilator.
Hasil Penelitian ini menunjukan penerapan intervensi pemberian hiperoksigenasi satu
menit dan pada proses suction terhadap saturasi oksigen yang terpasang ventilator di ruang ICU
rumah sakit umum daerah aloesaboe pada Tn. H.L dapat memberikan manfaat meminimalisir
hiperoksigenasi satu menit dan pada proses suction terhadap saturasi oksigen pasien terpasang
ventilator.
Penerapan Evident Based Nursing (EBN) ini, pada Tn. H.L diberikan intervensi
hiperoksigenasi satu menit pada proses suction terhadap saturasi oksigen pasien terpasang
ventilator bertujuan untuk meminimalisir tersumbatnya jalan napas dan penyebaran infeksi.
26. Bilas kateter dengan memasukkan ujung kateter suction pada kom
yang berisi desinfektan
27. Pasang kembali sambungan ventilator (dengan tangan non
dominan yang dikondisikan
bersih)
28. Observasi hemodinamik pasien.
Hentikan suction dan istirahatkan pasien bila :
• Disritmia
• Tekanan darah menurun
• Saturasi oksigen menurun
• Peningkatan HR 40 kali/menit dari HR sebelumnya
• Penurunan HR 20 kali/menit dari HR sebelumnya
Bila tidak ada gejala tersebut, lanjutkan ke tahap berikutnya
29. Lakukan oksigenasi kembali (tahap 19)
30 Ulangi kembali tahap 21-26 (sebanyak 3-5 kali, atau sesuai
kebutuhan pasien)
31. Jika saluran nafas sudah bersih, hubungkan kembali sambungan
ventilator dengan ETT
32 Lanjutkan pengisapan sekret di orofaring
33. Jika orofaring sudah bersih, matikan mesin suction
34. Lepaskan kateter suction dari mesin suction
35. Buang kateter suction pada tempat sampah medis.
(Bila kateter akan digunakan kembali, rendam ke dalam tempat
yang berisi cairan desinfektan)
36. Lepaskan sarung tangan dan masker
37. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan
balik positif
38. Bereskan alat-alat
39. Cuci tangan
Prosedur Close Suction
Close
Suction 1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Sebelum melakukan penghisapan sekresi : memutar tombol
oksigen menjadi 100 %
4. Menggunakan air viva dengan memompa 4-5 kali dengan oksigen
10liter/menit
5. Menghidupkan mesin penghisap sekresi
6. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian
perlahan- lahandimasukkan ke dalam selang pernapasan melalui
selang endotrakeal (ETT)
7. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat
kateterdimasukkan keETT
8. Menarik kateter penghisap kira-kira 2 cm pada saat ada rangsangan
batukuntukmencegah trauma pada carina
9. Menutup lubang dengan melipat pangkal kateter penghisap
kemudian
kateterpenghisap ditarik dengan gerakan memutar
10. Mengobservasi hemodinamik pasien
11. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara
Prodi Ners Lanjutan Poltekkes Kemenkes Manado
SEMINAR KASUS STASE KEPERAWATAN KRITIS 2022
bagging
12. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernapas
3-7 kali
13. Melakukan bagging
14. Mengempiskan cuff, sehinggaa sekresi yang lengket disekitar cuff
dapatterhisap
15. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff inflator
setelahventilatordipasang kembali
16. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam
dengan
cairandesinfektan dalam tempat yang telah disediakan
17. Mengobservasi dan mencatat :a) Tekanan darah, nadi, dan
pernapasanb) Hipoksiac)
Tanda perdarahan, warna bau, konsentrasid)
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien Tn H.L dengan diagnosa medis
SEPSIS diruangan ICU RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo dapat
diangkat diagnosa keperawatan yang utama adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak
efektif, Resiko Perfusi Jariang Cerebral, Ganguan Ventilasi Spontan dan telah
diberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan diagnosa yang di angkat.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan diharapkan dapat
memberikam fasilitas yang memadai.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa diharapkan dengan adanya tugas akhir seminar
keperawatan ini agar dapat menegakkan diagnosa keperawatan dengan tepat dan
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan SEPSIS sesuai
dengan data yang diperoleh saat melakukan pengkajian.
POLTEKKES KEMENKES
MANADO
DAFTAR PUSTAKA
Ali. (2017). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Hidayat, Anwar. (2017). Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis. Diakses dari alamat
web: https://www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian-metodologi-penelitian.html
Mahon CR, Mahlen S. (2017). Host-parasite interaction. In: Mahon CR, Lehman DC, Manuselis
G, editors. Textbook of Diagnostic Microbiology (5th ed). Missouri: Saunders Elsevier; p.
23-46
Munford RS. (2017). Severe sepsis and septic shock. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Baunwalda E, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison’s Principle mof Internal Medicine
(17th ed). New York: Mc Graw Hill, p. 1695-702
Opal SM, et al. Surviving sepsis campaign: international guidelines for management of
severesepsis and septic shock: 2017). Society of critical care medicine and the
Europeansociety of intensive care medicine. 2013; 41 (2): 580-637.
POLTEKKES KEMENKES
MANADO