Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN DESAIN INOVATIF

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF PADA PASIEN CKD


DENGAN NYERI DAN GANGGUAN KUALITAS TIDUR
DI RUANG HEMODIALISA RS SANTO VINCENTIUS

NAMA KELOMPOK:
DICKY RINALDI
PATRICIA DINI ANGGREANI AYU
YOGI SAPUTRA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
2022

i
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK
dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
desain inovatif ini. Dalam penyusunan laporan desain inovatif ini penulis telah
melibatkan bantuan moril dan material dari banyak pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan, kerja sama,
terutama yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S. Gz., M. Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S. Kp., M. Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan.
3. Ibu Ns. Halina Rahayu, M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Ibu Ns. Jupita Suria Ningsih, S.Kep, M.Pd selaku koordinator mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
5. Semua dosen Program Studi Ners Keperawatan Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtua yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan desain inovatif ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
desain inovatif ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa di
Poltekkes Kemenkes Pontianak dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
mahasiswa di Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.

Pontianak, 5 Februari 2022

Kelompok

iii
LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN INOVATIF PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT


PROGRESIF PADA NYERI PASIEN CKD

Singkawang, Juli 2022


Mahasiswa

KELOMPOK

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

iv
NIP.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
VISI DAN MISI....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................1
B. TUJUAN..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3
A. PENGERTIAN.........................................................................3
B. MEKANISME..........................................................................7
C. MANAJEMEN.........................................................................9
D. TEKNIK...................................................................................9
BAB III METODOLOGI..........................................................................12
A. TOPIK.....................................................................................12
B. SUB TOPIK............................................................................12
C. KELOMPOK..........................................................................12
D. TUJUAN UMUM...................................................................12
E. TUJUAN KHUSUS................................................................12
F. WAKTU..................................................................................12
G. TEMPAT.................................................................................12
H. SETTING................................................................................12
I. MEDIA/ALAT YANG DIGUNAKAN..................................12
J. PROSEDUR OPERASIONAL...............................................12
K. REFERENSI...........................................................................13
BAB IV LAPORAN KEGIATAN............................................................14
A. PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................14
B. FAKTOR PENDUKUNG......................................................16
C. FAKTOR PENGHAMBAT...................................................16

v
D. EVALUASI KEGIATAN......................................................17
BAB V PENUTUP..................................................................................18
A. SIMPULAN..........................................................................18
B. SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT..................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun
di Indonesia. Tingkat prevalensi CKD di seluruh dunia semakin meningkat
sehingga CKD menjadi tantangan global untuk diatasi. Penderita penyakit CKD di
seluruh dunia mencapai 11-13% (Hill et al., 2016).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi CKD yang
terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen dan masuk pada penyakit tidak
menular urutan ke-10. Pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa meningkat
dari tahun ketahun, pada tahun 2014 sebesar 11.689 dan meningkat pada tahun
2015 sebesar 30.554 dengan kelompok usia terbanyak antara 45-54 tahun sebesar
29,46 persen. Jumah pasien hemodialisa di Rsu Santo Vincentius Singkawang
sebanyak 60 orang.
Tingginya angka kejadian CKD harus dilakukan tindakan untuk mengatasi
permasalahan seperti retensi cairan, nyeri dan gangguan tidur (Sudoyo, 2010;
Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Hemodialisa adalah terapi alternatif
pada pasien stadium akhir CKD (Turkmen et al., 2012). Hasil wawancara dengan
12 pasien ditemukan keluhan masalah gangguan tidur sebanyak 6 pasien dan
dengan masalah nyeri pada bagian sendi dalam seminggu sebanyak 4 pasien.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Davison & Jhangri (2010)
pasien dengan penyakit CKD mengalami nyeri kronis sebanyak 50% dengan nyeri
sedang dan nyeri berat sebesar 82%. Nyeri merupakan respon biologis dan
fisiologis yang dapat memperburuk kualitas tidur pasien hemodialisa.
Nyeri sendi tulang merupakan gejala paling umum pada pasien dengan CKD
yang mempengaruhi separuh pasien dialisis (Lindner et al., 2015; Santoro et al.,
2012), yang disebabkan oleh sindrom uremik (Hsu et al., 2014). Rasa nyeri
menunjukkan adanya hubungan dengan penurunan kualitas hidup dan dapat
memprediksi risiko kematian yang lebih tinggi. Intervensi keperawatan sangat
diperlukan untuk menurunkan rasa nyeri pasien CKD, baik dengan memberikan

1
terapi farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi membutuhkan biaya,
serta dalam durasi yang lama dapat menyebabkan komplikasi salah satunya
kandungan opioid menyebabkan konstipasi 16%, mual 15%, pusing atau vertigo
8%, somnolence 9%, muntah 5%, kulit kering dan gatal atau pruritus 4%
(Webster, 2015; Santoro et al., 2012). Prevalensi gangguan tidur pada pasien
hemodialisa sebesar 60%-94% (Einollahi et al., 2015). Gangguan tidur merupakan
hal yang biasa terjadi pada pasien CKD dengan prevalensi yang cukup tinggi,
sesuai dengan peningkatan usia, dan berbagai penyebabnya (Shariati, Jahani,
Hooshmand, & Khalili, 2012). Penanganan gangguan tidur dapat menggunakan
obat-obatan jenis sedatif atau hipnotik, namun konsumsi kandungan sedatif atau
hipnotik dalam jangka panjang dapat mengganggu kualitas psikomotorik
(mengganggu tidur, menyebabkan kecelakaan dan masalah yang lebih serius)
Terapi non-farmakologi atau lebih dikenal dengan Complementary and
Alternative Medicine (CAM) sangat popular dan penting dari sisi kesehatan,
ekonomi, pendamping terapi medis dan minim efek samping (Akyol et al., 2011;
Tzu, 2010). Terapi CAM dapat menurunkan nyeri, serta dapat meningkatkan
kualitas tidur dengan intervensi CBT salah satunya dengan mind-body
(progressive muscle relaxation) (Osman et al., 2015)
PMR adalah teknik relaksasi CAM yang termurah, non-invasif, mudah
dipelajari, tanpa komplikasi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien
sendiri (Saeedi et al., 2012). PMR merupakan teknik relaksasi yang ada dalam
Nursing Intervention Classification, yang berperan dapat menurunkan nyeri,
masalah tidur, kecemasan dan lain sebagainya (Bulechek, Butcher, Dochterman,
& Wagner, 2013; Amini, Goudarzi, Masoudi, Ahmadi, & Momeni, 2016).
Penelitian dengan terapi PMR selama satu bulan, yang dilakukan 1-2 kali setiap
harinya dapat meningkatkan kualitas tidur pada pasien hemodialisa (Ahmed &
Younis, 2014; Saeedi, et al., 2014)

2
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan desain inovatif ini adalah untuk
memberikan intervensi desain inovatif pemberian teknik relaksasi otot progresif
pada nyeri pasien ckd

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Progressive muscle relaxation (PMR) adalah perhatian pada suatu
aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks (Tyani S, 2015).Relakssi otot progresif adalah menggunakan
teknik-teknik penegangan dan peregangan otot untuk meredakan ketegakangan
otot, ansietas, nyeri, serta meningkatkan kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran
((PPNI), 2018).
Relaksasi otot progresif merupakan latihan untuk mendapatkan sensasi
rileks dengan menegangkan suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan
(Potter & Perry, 2010). Tindakan ini mampu membangkitkan atmosfer yang
nyaman, menurunkan krisis sebagai akibat suatu tanggapan dari adanya
ketegangan, menaikkan kerja parasimpatik, menurunkan indeks jantung, serta
mengendalikan tekanan darah (NURMAYA, 2018)
B. Mekanisme
Prinsip tindakan dari relaksasi ini adalah dengan melakukan penahanan
pada otot kemudian merileksasikan otot (Guy’s & Thomas, 2019). Terapi
relaksasi otot progresif mampu meningkatkan relaksasi dengan menurunkan
aktivitas saraf simpatis serta meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga
terjadi vasodilatasi diameter arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan
asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan
kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi arteriol dan vena (Muttaqin, 2014).
Relaksasi otot progresif juga bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar
pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Relaksasi
ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping, mudah dilakukan,
membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Erwanto, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Habid , (2019) menyebutkan bahwa
Sumber nyeri pada pasien hemodialisa disebabkan oleh sekresi parathormon
(PTH) dari kelenjar paratiroid meningkat yang berpotensi mengganggu

4
keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tulang, sehingga dapat menimbulkan
nyeri. Nyeri yang timbul pada pasien hemodialisa dapat memperburuk terhadap
gangguan kualitas tidur (Davison & Jhangri, 2010). Terganggunya metabolisme
mineral tulang terutama kalsium, PTH dan 25 (OH) D3 memiliki hubungan yang
kuat dengan nyeri yang dialami pasien hemodialisa (Huang et al., 2003), yang
nantinya juga akan berdampak pada gangguan tidur. Melalui latihan fisik
progressive muscle relaxation yang dilakukan sesuai dengan buku panduan dapat
meningkatkan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tulang sehingga nyeri
menurun, yang secara langsung mempengaruhi kualitas tidur pasien hemodialisa.
PMR dengan gerakan kontraksi dan rileksasi otot maka tubuh secara
fisiologi akan memproduksi endogen untuk menghambat impuls nyeri tersebut
dan suasana tubuh menjadi rileks endogen terdiri dari endorfin dan enkefalin,
substansi ini seperti morfin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri.
Apabila tubuh mengeluarkan endorfin dan enkefalin salah satu efeknya adalah
pereda nyeri (Smeltzer et al., 2010) Perasaan rileks diteruskan ke hipotalamus
untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF merangsang
kelenjar pituitari untuk meningkatkan produksi beta-endorphin, melatonin,
enkefalin dan serotonin yang pada akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan
sehingga kualitas dan kuantitas tidurnya menjadi baik (Scott & Davidson, 2011).
C. Manajemen
Intervensi dilakukan dengan prosedur yang pertama meminta izin
penelitian kepada Kepala Ruangan untuk melaksanakan terapi berupa pemberian
terapi nonfarmakologis berupa relaksasi otot progresif pada pasien nyeri,
kemudian menetapkan responden sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan agar
intervensi yang diberikan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan,
responden atau pasien yang sudah ditemukan dan sesuai dengan kriteria
selanjutnya akan diberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan
selama beberap hari kedepan, kemudian responden dimintai persetujuan sebelum
tindakan dilakukan, jika responden telah menyetujui dengan penjelasam prosedur
yang akan dilakukan, tahap selanjutnya adalah menentukan waktu pemeberian

5
perlakuan yang berdasarkan kesepakatan antara perawat dan pasien responden
yaitu pada setiap pagi jam 09.00 WIB.
D. Teknik
1. Gerakan 1 Untuk melatih otot tangan
a. Tangan kiri mengepal
b. Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
c. Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan rileks selama
10 detik
d. Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali sehingga bisa
membedakan antara otot tegang dan otot relaks.
e. Lakukan prosedur pada tangan kanan.
2. Gerakan 2 Untuk melatih otot bagian belakang tangan
a. Kedua lengan ditekuk ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot
ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
b. Jari - jari menghadap kelangit-langit
3. Gerakan 3 Untuk melatih otot bisep
a. Membuat kepalan pada kedua tangan.
b. Kemudian angkat kedua kepalan ke arah pundak sehingga otot bisep akan
tegang
4. Gerakan 4 Untuk melatih otot bahu supaya mengendur
a. Angkat setinggi-tingginya kedua bahu seperti menyentuh kedua telingan.
b. Fokuskan atas, dan leher otot terasa dan kulitnya keriput.
c. Tutup rapat-rapat mata sehingga dirasakan otot disekitar mata dan otot-
otot yang mengendalikan gerakan mata
5. Gerakan 5 Untuk melatih otot rahang
a. Katupakan rahang
b. Selanjutnya dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar
otot
6. Gerakan 6 Untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut
a. Moncongkan bibir sekuat-kuatnya dan akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut. bagian belakang dilanjutkan otot leher bagian depan.

6
b. Letakkan kepala sehingga bisa beristirahat maupun belakang
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga
dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
7. Gerakan 7 untuk melatih otot leher bagian depan
a. Gerakan membungkukkan kepala 2) Dagu dibenamkan ke dada, sehingga
dirasakan ketegangan di daerah leher bagian depan.
8. Gerakan 8 untuk melatih otot punggung
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi 2) Punggung di lengkungkan
b. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
c. Saat relaks,letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lemas.
d. Tarik napas dalam untuk mengisi paru-paru dengan udara napas normal
dengan lega
e. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks.
9. Gerakan ke 9 untuk melatih otot perut
a. menarik perut dengan kuat kedalam
b. Tahan sampai terasa kencang dan keras selama 10 detik

7
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Topik laporan desain inovatif ini adalah intervensi pemberian teknik relaksasi otot
progresif pada nyeri pasien ckd

B. Sub Topik
Subtopik penulisan desain inovatif ini adalah intervensi pemberian teknik
relaksasi otot progresif pada nyeri pasien ckd

C. Kelompok
Pemberian intervensi terapi non-farmakologis pada pasien yang rutin melakukan
hemodialisa
D. Tujuan Umum
Tujuan umum tindakan ini adalah untuk memberikan terapi non-farmakologi
untuk mengontrol nyeri pada pasien ckd

E. Media/Alat yang Digunakan


Leaflet
F. TGL Pelaksanaan
G. Setting

H. Prosedur Tindakan Operasional Tindakan yang Dilakukan


Definisi tindakan Relakssi otot progresif adalah menggunakan teknik-
teknik penegangan dan peregangan otot untuk meredakan ketegakangan otot,
ansietas, nyeri, serta meningkatkan kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran
((PPNI), 2018).

8
1. Tujuan tindakan
untuk mengontrol nyeri pada pasien ckd

2. Prosedur tindakan
a. Tahap interaksi
1) Memberikan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan prosedur tindakan dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan
4) Menanyakan pernyataan persetujuan pemberian tindakan kepada pasien
5) Melakukan kontrak waktu dengan pasien
b. Tahap kerja
1) Lakukan hand hygiene sesuai standar WHO
2) Menggunakn handscoon bersih
3) Mengatur pasien dalam posisi duduk ditempat tidur, selanjutnya perawat
memberikan Penjelasan kepada pasien untuk rileks
4) Informasikan kepada pasien bahwa tindakan yang dilakukan ini akan diulang
selama beberapa hari kedepan di jam yang sama pada saat pemberian intervensi
pertama kali
c. Tahap terminasi
1) Perawat menanyakan kembali respon pasien terhadap tindakan yang sudah
diberikan
2) Perawat membereskan alat dan memposisikan pasien seperti semula

9
I. Referensi
Chrisanto, E. Y., Rachmawati, M., & Yulendasari, R. 2020. Penyuluhan Manfaat Buah
Naga Merah Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus. Indonesia Berdaya, 1 (2), 89-94.
Hidayati, A. R., & Ruhyana. 2017. Pengaruh Buah Naga Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo
Yogyakarta. Naskah Publikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Soekanto, A. 2017. Potensi Antioksidan Buah Naga Terhadap Kadar Glukosa Darah
Pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Streptozotosin. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Eksakta, III (2).
Titirlolobi, D. M., Aryani, H. P., & Hendarti, E. S. 2020. Pengaruh Pemberian Jus Buah
Naga Merah Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus.
Literasi Kesehatan Husada, 4 (II), 126-132.
Widyastuti, A. N., & Noer, E. R. 2015. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pria
Prediabetes. Journal of Nutrition College, 4 (II), 126-132.

10
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pemberian intervensi ini diberikan kepada salah satu
pasien yang melakukan cuci darah di ruangan hemodialisa dengan diagnosis CKD
on HD yaitu pasien yang berinisial Tn. A, pelaksanaan kegiatan ini sebelumnya
sudah mendapat persetujuan oleh Clinical Instructure dan pihak keluarga yang
bersangkutan. Intervensi ini diberikan langsung oleh kelompok kepada pasien,
intervensi yang diberikan yaitu berupa pemberian teknik relaksasi otot progresif
dengan jadwal yang sudah ditetapkan, kegiatan pemberian intervensi dilakukan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
1. Pelaksanaan Kegiatan (Kamis 28 Juli 2022)
Pada saat sebelum memulai kegiatan pemberian intervensi terlebih dahulu
kelompok melakukan kontrak waktu dengan pasien.Menjelaskan tujuan dari
dilakukan intrevensi tersebut .Dilanjutkan dimana mahasiswa memberikan teknik
relaksasi teknik otot progresif yang diikuti oleh pasien, pada saat memberikan
intervensi tidak ada kendala saat melakukan intervensi

11
B. Faktor Pendukung
Terdapat beberapa faktor pendukung dalam terlaksananya kegiatan
pemberian intervensi yang dilakukan, kegiatan ini dapat berjalan dengan baik

12
karena telah mendapatkan izin dan support yang baik dari Clinical Instructure
serta perawat ruangan yang bertugas, dari pihak keluarga juga sangat menerima
dengan baik setiap tindakan yang diberikan kelompok kepada pasien maupun
keluarga pasien walaupun kadangkala dari pihak keluarga sering menanyakan
efek dari intervensi yang diberikan namun dapat diatasi dengan penjelasan dan
komunikasi yang baik antara kelompok dan pihak keluarga.
C. Faktor Penghambat
Dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan selama 1 hari ini didapatkan
beberapa faktor penghambat yaitu, sulit nya mendapatkan pasien yang akan
dilakukan intervensi
D. Evaluasi Kegiatan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, diperlukan adanya
evaluasi untuk lebih memaksimalkan lagi proses pemberian intervensi selanjutnya

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

B. Saran dan Rencana Tindak Lanjut

13
DAFTAR PUSTAKA
Chrisanto, E. Y., Rachmawati, M., & Yulendasari, R. 2020. Penyuluhan Manfaat Buah
Naga Merah Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus. Indonesia Berdaya, 1 (2), 89-94.
Hidayati, A. R., & Ruhyana. 2017. Pengaruh Buah Naga Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo
Yogyakarta. Naskah Publikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Soekanto, A. 2017. Potensi Antioksidan Buah Naga Terhadap Kadar Glukosa Darah
Pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Streptozotosin. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Eksakta, III (2).
Titirlolobi, D. M., Aryani, H. P., & Hendarti, E. S. 2020. Pengaruh Pemberian Jus Buah
Naga Merah Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus.
Literasi Kesehatan Husada, 4 (II), 126-132.
Widyastuti, A. N., & Noer, E. R. 2015. Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pria
Prediabetes. Journal of Nutrition College, 4 (II), 126-132.

14

Anda mungkin juga menyukai