PURWOKERTO
KTI
Oleh :
Muhammad Rifai
P1337420215056
2018
LAPORAN KASUS
PURWOKERTO
KTI
Oleh :
Muhammad Rifai
P1337420215056
2018
ii
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
judul Asuhan Keperawatan pada Anak Down Syndrome dengan Fokus Studi
Dewan Penguji
Mengetahui,
v
PRAKATA
Yakut Purwokerto untuk memenuhi tugas akhir pembuatan Karya Tulis Ilmiah
Kesehatan Semarang.
bantuan dari beberapa pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan serta
semangat kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis
3. Ibu Walin S.ST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto
serta selaku ketua tim penguji dan dalam penyusunan proposal laporan kasus.
5. Ibu Welas Haryati,S.Pd., S.Kp., MMR selaku Dosen Penguji dan dosen
vi
7. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu yang senantiasa mendampingi dan
memberikan dukungan moril maupun spiritual. Dengan segala jerih payah dan
kasih sayang yang tidak terbalaskan oleh apapun. Terimakasih bapak dan ibu
8. Adik tercinta Abizard Rafi Negriana dan Yohana Salasa Fira, semoga bisa
10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran guna memperbaiki laporan kasus ini sehingga dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ....................................................................................................vi
B. Batasan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4
1. Definisi .......................................................................................... 6
2. Etiologi........................................................................................... 6
viii
3. Patofisiologi ................................................................................... 7
6. Penatalaksanaan.............................................................................. 9
B. Konsep defisit perawatan diri mandi pada anak down syndrome. ...... ....9
1. Pengkajian .................................................................................... 11
2. Diagnosa ...................................................................................... 13
3. Perencanaan ................................................................................. 13
4. Implementasi ................................................................................ 14
5. Evaluasi ........................................................................................ 14
ix
A. Hasil penelitian............................................................................... 20
B. Pembahasan.................................................................................... 27
A. Kesimpulan..................................................................................... 35
B. Saran............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
down syndrome………………………………………….... 12
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak orang tua yang ingin memiliki anak dengan kecerdasan
diatas rata-rata dan fisik yang sempurna oleh karena satu dan lain hal ada terdapat
kelainan yang dialami oleh anak-anak salah satunya adalah down syndrome. Down
syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi pada masa pertumbuhan janin (pada
kromosom 21//trisomi 21) dengan gejala yang sangat bervariasi dan gejala minimal
sampai muncul tanda khas berupa keterbelakangan mental denga tingkat IQ kurang
dari 70 serta bentuk muka (Mongoloid) dan garis telapak tangan yang khas
(Riskesdas, 2013). Hal ini didapat karena proses yang disebut nondisjunction, di
mana bahan genetik gagal untuk memisahkan selama bagian penting dari
dan hasil dalam keadaan yang dikenal sebagai sindrom Down. Meskipun
orangtua dari segala usia mempunyai kemungkinan untuk mendapat anak yang
menderita sindroma Down, tetapi kemungkinannya lebih besar untuk ibu yang
presentase anak penderita down syndrome di Indonesia pada anak umur 24-59
bulan perlahan mengalami peningkatan dari data tahun 2010 sebesar 0,12% dan
pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,13%. Berdasarkan dari hasil
1
2
yang aktif terdapat sejumlah 244 siswa dengan jumlah penderita Down syndrome
Table 1.1
Data jumlah siswa down syndrome di SLB Yakut C Purwokerto tahun ajaran
masalah yang masih sering di temui pada anak down syndrom adalah masalah
deifsit perawatan diri mandi, berpakaian, memakai sepatu, dan lainya. Berdasarkan
data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masalah keperawatan yang
dialami oleh anak penderita down syndrome adalah masalah perawatan diri atau
berpakaian, dan BAK/BAB (Fitria, 2009). Defisit perawatan diri pada anak down
anak dengan down syndrome mengalami kekurang dalam hal berpikir dan
memiliki keterbelakangan mental sehingga dalam hal perawatan diri sulit. Anak
down syndrome memiliki proses perkembangan yang sama dengan anak normal,
hal fisik, bahasa, dan sosial (Mangunsong 2009, dalam Estikasari & Siswati, 2016).
Salah satu masalah perawatan diri yang di jumpai pada anak dengan
keadaan tersebut adalah masalah perawatan diri dalam hal mandi / defisit
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri. Jika lama-
kelaman jika masalah tidak segera diatasi maka akan dapat mengakibatkan
orang tua untuk mengajarkan anaknya cara untuk mandi dan juga libatkan anak
pereancangan animasi bertema daily livings skills untuk anak down syndrome
menggunakan metode belajar oleh Wiranto 2011 didapati bahwa saat anak
diminta untuk melakukan kegiatan daily living skills sebelum animasi diputar,
animasi lalu diminta melakukan kegiatan daily living skills (saat itu scene sikat
gigi) anak tersebut mau melekukan kegiatan tersebut sambil melihat animasi
ketertarikan anak tersebut sangat terlihat ketika melihat animasi. Hal ini
down syndrome tentang kemandirian perawatan diri terutama dalam hal ini
perawatan diri mandi. Bersabar dalam membimbing anak dan beri hadiah /insentif
jika anak melakukan kegiatan dengan benar karena anak dengan down syndrom
4
adalah anak berkebutuhan khusus jadi dalam hal mengajari perawatan diri harus
ulet.
asuhan keperawatan defisit perawatan diri: mandi pada An.X dengan down
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada Anak
down syndrome dengan fokus studi defisit perawatan diri : mandi di SLB Yakut
C Purwokerto.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
defisit perwatan diri: mandi pada anak dengan down syndrome. Juga diharapkan
3. Bagi Penulis
Laporan kasus ini untuk mengimplementasikan mata kuliah yang didapat selama
pengelolaan defisit perawatan diri: mandi pada anak dengan down syndrome.
E. Rumusan Masalah
dengan fokus studi defisit perawatan diri : mandi di SLB Yakut C Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
standar sitogenik trisomi 21 dituliskan sebagai 47, XX, +21 ( Marcdante &
Kliegman, 2014).
2. Etiologi
tetapi sejak di temukan pada 1959, perhatian lebih dipusatkan pada kelainan
b. Umur ibu. Setelah umur lebih dari 30 tahun, down syndrome risiko
6
7
umurnya sama.
3. Patofisiologis
dari 350 gen yang terdapat pada ekstrakromosom 21. Mekanisme yang
munculnya fenotip retradasi mental, gambaran wajah khas, dan kelainan pada
gen yang bertanggung jawab atas kelainan jantung kongential pada down
8
terlibat pada permunculan kelainan pada otak, jantung dan retradasi mental
(Soetjiningsih, 2013).
4. Manifestasi Klinis
didapat gambaran konstitusional yang cukup bagi klinis untuk menduga down
70), sedang (IQ= 35-50), berat (IQ= 20-35). Terjadi pula peningkatan risiko
pendengaran.
Adapun ciri fisik pada anak dengan down syndrome antara lain
brakisefali, celah antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di pangkal
meatus), protursi lidah akibat palatum kecil dan sempit, batang hidung datar,
jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan pendek dan lebar, gemuk dan
penampilan muka yang khas, dan tonus otot buruk (hipotonia) sewaktu bayi.
Individu dengan sindroma Down juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
9
2011).
Menurut Bernstein & Shelov (2016), kelainan yang akan di amlami oleh
anak penderita down syndrome antara lain kelaina saluarn cerna (Atresia
6. Penatalaksanaan
Menurut Soetjiningsih (2013), perawatan anak down syndrome, kompleks
karena banyaknya masalah medis dan psikososial, baik yang timbul segera
atau jangka panjang. Manajemen kesehatan, lingkungan rumah, pendidikan,
dan pelatihan vokasional, sangat berpengaruh terhadap fugsi anak dan remaja
down syndrome dan membantu proses transisi ke masa dewasa.
Penanganan lebih lanjut selama masa anak-anak, dan perlu di bahas
Syndrome
makan, BAB atau BAK (Fitria, 2009). Menurut Kozier 2010, defisit
perawatan diri terjadi bila tindakan keperawatan diri tidak adekuat dalam
mandi salah satunya adalah gangguan fungsi kognitif. anak down syndrome
tertentu sehingga memiliki emosi yang tidak stabil dan cepat berubah
Defisit perawatan diri mandi pada anak down syndrome dapat di atasi
dengan cara di antarnya menjelaskan pada anak pentingnya dari merawat diri
khususnya merawat diri dalam kebersihan diri mandi dan menjelaskan dan
mencontohkan cara mandi yang baik dan benar, menjelaskan alat-alat mandi apa
yang harus dibawa, menjelaskan dan mencontohkan cara menggosok gigi yang
baik dan benar, motivasi dan dukung anak untuk melakukan kebersihan diri
mandi dengan teratur dan benar beri saran keluarga untuk mengawasi dan
karena hal tersebut maka dibutuhkan peran orangtua dalam program, peran
orang tua dalam pelaksanaan program dan peran keluarga dalam evaluasi
1. Pengkajian
a. Demografi
b. Keluhan utama
setiap kecelakaan atau cedera masa lalu, alergi pada makanan, obat,
Meliputi usia dan status kesehatan orang tua atau saudara kandung.
e. Riwayat perkembangan
f. Riwayat fungsional
12
untuk anak dengan down syndrome menurut Eko & Atik (2016) yaitu:
Menyalakan keran 2 5
Mandi di bak mandi 2 5
Mandi dengan bersiram 2 5
Keterangan skala :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
mandiri.
NIC : Memandikan
tepat.
4. Implementasi
15
5. Evaluasi
Tabel 2.2
Indikator dan skala dalam Evaluasi Defisit perawatan diri mandi pada
SKALA
INDIKATOR
AWAL TUJUAN AKHIR
Mengambil alat/bahan mandi 2 5
Menyalakan keran 2 5
Mandi di bak mandi 2 5
Mandi dengan bersiram 2 5
Keterangan skala :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggua
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ini adalah desian studi kasus yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Dalam studi kasus ini
dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa,
aktivitas atau individu. Desain studi kasus pada penelitian ini yaitu untuk
B. Definisi operasional
diamati atau diukur itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fnomena yang kemudian
Laporan studi kasus ini asuhan keperawatan pada pasien Down syndrome
dengan Fokus Studi Defisit Perawatan Diri Mandi di SLB C Yakut Purwokerto.
16
17
hasil keperawatan.
C. Subyek Penelitian
Partisipan dalam kasus ini ada dua pasien dengan masalah keperawatan
dan diagnosa medis yang sama yaitu dengan Down syndrome dengan Fokus
berikut:
1. Wawancara
yang pertama. Data yang diperlukan dan didapatkan dari hasil yang
diperlukan dan didapatkan dari hasil wawancara antara lain identitas pasien,
syndrome.
anak pada klien yang mengalami Down syndrome dengan fokus studi Defisit
Perawatan Diri Mandi adalah di SLB C Yakut Purwokerto.. Adapun waktu yang
Yaitu :
3. Confidentiality (kerahasiaan)
maupun masalah lainnya seperti data terkait informasi resonden data yang
A. Hasil penelitian
terletak di Jalan pahlawan Gg. VIII, tanjung, Kec. Purwokerto selatan, Kab.
Banyumas Prov. Jawa Tengah. Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang / anak
sebagai subyek studi kasus yaitu klien I (An. N) dan klien II ( An. R ). Kedua
1. Klien I (An. N )
a. Pengkajian
dan menggosok gigi serta . Tampak An. N saat mandi dan menggosok gigi
sendiri belum bisa mandi dan gosok gigi dengan cara baik dan benar.
dan melahirkan An. N umur Ny. N sudah terlampau tua yaitu berumur 41
tahun.
meliputi, pada pemeriksaan area wajah tampak hidung klien kecil, dan
mata kecil, jari tangan pendek, terdapat jarak antar ibu- ibu jari kaki, dan
rambut tipis.
20
21
b. Diagnosa keperawatan
mengatur air mandi. Diagnosa yang diambil yaitu defisit perawatan diri
Syndrome.
c. Intervensi
defisit perawatan diri mandi dengan indikator dan skala sebagai berikut
NOC : perawatan diri mandi dengan kriteria hasil mengambil alat / bahan
bak mandi dengan skala awal 2, mandi dengan bersiram dengan skala awal
(1) sangat terganggu; (2) banyak terganggu; (3) cukup terganggu; (4)
dengan bantuan yang diperlukan dalam hal ini untuk mengetahui kesulitan
klien dalam melakukan perawatan diri, berikan bantuan sampai klien benar
mandi dan gosok gigi dengan baik dan benar, fasilitasi pasien untuk mandi
22
sendiri dengan tepat yaitu dengan menyediakan alat mandi untuk klien,
kebutuhan dan keinginan, mandi dengan air yang mempunyai suhu yang
nyaman yaitu dengan menyedikaan air sesuai dengan yang biasa klien
gunaka di rumah seperti air hangat dan air dingin, gunakan teknik mandi
d. Implementasi
benar – benar mampu merawat diri secara mandiri didapatkan respon klien
masih belum bisa mandi dengan mandiri dan masih kurang menangkap
yang diajarkan, dan yang kedua memfasilitasi klien untuk mandi sendiri
e. Evaluasi
sudah ada sedikit kemajuan seperti bisa membashi sabun dengan air,
23
dan membuka kran walaupun terkadang masih salah atau tidak bersih dan
hanya bisa menggosok gigi depan saja. Evaluasi obyektif saat An. N
mandi masih ada bagian yang tidak di bersihkan dan hanya bagian perut,
sementara saat menggosok gigi An. N juga hanya bisa menggosok gigi
depan saja.
sampai pasien benar – benar mampu merawat diri secara mandiri yaitu
dengan mengajarkan cara mandi dan gosok gigi yang baik dan benar,
memandikan klien.
2. Klien II (An. R)
a. Pengkajian
menggosok gigi secara mandiri. Tampak An. R saat mandi dan menggosok
gigi sendiri belum bisa mandi dan gosok gigi dengan cara baik dan benar
tahun.
meliputi, pada pemeriksaan area wajah tampak hidung klien kecil, kepala
kecil, mata kecil, jari tangan pendek, terdapat jarak antar ibu- ibu jari kaki
b. Diagnosa
mengatur air mandi. Diagnosa yang diambil yaitu defisit perawatan diri
Syndrome.
c. Intervensi
defisit perawatan diri mandi dengan indikator dan skala sebagai berikut
NOC : perawatan diri mandi dengan kriteria hasil mengambil alat / bahan
bak mandi dengan skala awal 3, mandi dengan bersiram dengan skala awal
(1) sangat terganggu; (2) banyak terganggu; (3) cukup terganggu; (4)
dengan bantuan yang diperlukan dalam hal ini untuk mengetahui kesulitan
klien dalam melakukan perawatan diri, berikan bantuan sampai klien benar
mandi dan gosok gigi dengan baik dan benar, fasilitasi pasien untuk mandi
sendiri dengan tepat yaitu dengan menyediakan alat mandi untuk klien,
kebutuhan dan keinginan, mandi dengan air yang mempunyai suhu yang
nyaman yaitu dengan menyedikaan air sesuai dengan yang biasa klien
gunaka di rumah seperti air hangat dan air dingin, gunakan teknik mandi
d. Implementasi
benar – benar mampu merawat diri secara mandiri didapatkan respon klien
masih belum bisa mandi dengan mandiri dan yang kedua memfasilitasi
klien untuk mandi sendiri dengan tepat didapatkan respon klien meminta
e. Evaluasi
dan punggung sebelah bawah, sudah bisa mengambil alat mandi sendiri
walaupun terkadang masih salah dan sedikit sudah bisa menggosok gigi.
Evaluasi obyektif pada saat An. R mandi tampak anak bisa mengatur kran
dengan baik dan menyiramkan air ke badan , membasahi sabun dan sedikit
terkadang masih kurang bersih sementara saat menggosok gigi An. R juga
sampai pasien benar – benar mampu merawat diri secara mandiri yaitu
dengan mengajarkan cara mandi dan gosok gigi yang baik dan benar,
memandikan klien.
27
B. Pembahasan
1. Pengkajian
data bahwa An. N tidak mampu dalam mandi dan menggosok gigi secara
mandiri fakta ini dikuatkan pada saat klien diperintahkan mandi dan
menggosok gigi secara mandiri klien terlihat kesulitan seperti belum bisa
sabun yang salah, dan menggunakan pasta gigi yang terlalu banyak.
An. R tidak mampu untuk mandi dan menggosok gigi secara mandiri ini
tampak pada saat klien diprintahkan untuk mandi dan menggosok gigi
secara mandiri klien tampak hanya bisa mengatur kran dan menyiramkan
air ke seluruh tubuhnya pada saat membasahi sabun masih salah pada saat
An. R di dapati bahwa klien tidak mampu untuk melakukan perawatan diri
mandi dan menggosok gigi secara mandiri. Pada klien I saat di ajarkan
28
mandi anak tampak bingung dan malah bermain air kran dan bermain
ember dan juga anak sangat aktif agak sulit diatur. Sementara pada klien II
saat di ajarkan mandi dan gosok gigi anak tidak bisa melakukan mandi dan
gogok gigi yang benar terlihat terkadang masih bingung tetapi saat sikap
keterbatasan intelegensi pada anak sehingga anak butuh peranan orang tua
maka dibutuhkan peran orangtua dan keluarga dalam program dan peran
terdapat pada area wajah tampak hidung kecil, dan mata kecil, jari tangan
pendek dan perut buncit, kepala normal hal ini tidak sesuai dengan teori
dari Eko dan Atik (2016) yang menyatakan bahwa tanda fisik penderita
Down Syndrome seperti mata kecil, hidung kecil, kepala / tengkorak kecil,
teori adalah kepala An. N yang normal. Hal ini didukung oleh penelitian
Namun, informasi genetik tersebut juga diatur oleh gen lainnya yang
hidung kecil, mata kecil, perut / abdomen buncit, dan kepala kecil. Seperti
yang disebutkan oleh Eko dan Atik (2016) tanda fisik penderita Down
didapati bahwa saat mengadung umur Ny. N 41 tahun dan Ny. S 43 tahun
dan salah satu penyebab anak lahir dengan Down syndrome di karenakan
umur ibu yang terlampau tua. Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Situmorang (2011) mengatakan umur ibu usia tua ( > 35
lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu usia muda (< 35 tahun)
2. Diagnosa keperawatan
Data yang mendukung diagnoasa ini adalah data subyektif dan data
obyektif yang didapat dari klien I dan Klien II. Data fokus yang ditemukan
mandi dan juga menggosok gigi dengan tepat. Data obyektif saaat anak
mandi anak tampak kesulitan dalam mandi dan menggosok gigi dengan
benar.
dan menggosok gigi secara mandiri. Data obyektif pada saat anak mandi
sendiri anak tampak kesulitan dalam mandi dan menggosok gigi dengan
benar.
3. Perencanaan
dan tipe terkait dengan bantuan yang diperlukan dalam hal ini untuk
bantuan sampai klien benar – benar mampu merawat diri secara mandiri
yaitu dengan mengajarkan mandi dan gosok gigi dengan baik dan benar,
tepat, cuci rambut pasien sesuai kebutuhan dan keinginan, mandi dengan
air yang mempunyai suhu yang nyaman yaitu dengan menyedikaan air
sesuai dengan yang biasa klien gunakan di rumah seperti air hangat dan air
2016).
4. Implementasi
adalah klien I agak lambat saat diberikan pengajaran mandi dan gosok
dan klien II kelas 2 SDSLB. Hasil ini sesuai dengan teori dari Venus
memandikan klien dengan tepat didapatkan Respon kedua klien ini sedikit
berbeda Respon An. N yaitu agak acuh dan kurang peduli atau tdak tenang
perintahkan berbeda dengan An. R yang tidak acuh, tenang dan mau
klien, sementara itu kedua orang tua dari klien II ikut serta dan berperan
aktif dalam tindakan keperawatan dan mengajari klien. Dengan kata lain,
Budhiarti (2013, dalam Lestari dan Maryati, 2015) bahwa salah satu
orangtua.
intervensi yaitu cuci rambut pasien sesuai kebutuhan dan keinginan. Hal
ini dikarenakan klien I dan klien II memiliki pola keramas 2 hari sekali
dan apabila pasien jarang keramas akan terjadi penumpukan minyak dan
5. Evaluasi
bahan mandi dengan hasil skala akhir klien I dan II hanya mencapai 3 dan
4 dan untuk mandi di bak mandi kedua klien hasil skala akhir hanya
menagtur air keran klien sudah bisa tetapi terkadang lupa untuk tidak
mentup kembali sesudah mandi atau air nya penuh saat mengambil alat
mandi pun terkadang cukup banyak kesalahan seperti saat akan mandi
hanya membawa sabu dan pasta gigi saja sementara instrumen yang lain
tidak dibawa dan saat mandi, saat menyiramkan air ke badan kadang
kurang banyak atau hanya sekali siram dan terkadang anak tidak
menyiramkan air tapi meminta untuk mandi di dalam bak mandi langsung.
Sementara untuk An. R sudah bisa mengatur keran dengan baik bisa
membuka dan menutup air keran dengan baik saat mengambil alat mandi
atau salah mengambil alat mandi dan saat menyiramkan air ketubuh sudah
cukup baik.
C. Keterbatasan Penulis
adalah :
1. Lokasi rumah klien yang agak susah untuk dicari karena alamat yang
artikulasinya.
3. Ayah dari An. N agak acuh dengan keadaan anaknya saat dilakukan
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada kedua klien didapatkan bahwa
perawatan diri mandi. Dimana hasil pengkajian untuk An. N dan An. R
menggosok gigi.
International, 2015 – 2017) yaitu defisit perawatan diri mandi, dimana kedua
klien tidak mampu untuk melakukan perawatan diri mandi dan goso gigi
secara mandiri. Semua data fokus yang di dapat dari pengkajian kedua klien
masuk dalam batasan karakteristik defisit perawatan diri mandi yang mana
3. Intervensi yang di berikan pada kedua klien yaitu berikan bantuan sampai
klien benar – benar mampu merawat diri secara mandiri yaitu dengan
mengajarkan mandi dan gosok gigi dengan baik dan benar, fasilitasi pasien
untuk mandi sendiri dengan tepat yaitu dengan menyediakan alat mandi
35
36
benar – benar mampu merawat diri secara mandiri, memfasilitasi klien untuk
5. Evaluasi untuk kedua klien didapatkan hasil sudah ada sedikit kemajuan
dalam melakukan perawatan diri saat mandi dan menggosok gigi pada
kriteria hasil untuk kedua klien yang tercapai hanya pada bagian menyalakan
kran dengan skala 5 tetapi untuk klien I saat dilakukan tindakan keperawatan
kurang kooperatif dan daya tangakap agak kurang sementara untuk klien II
kooperatif daya tangkap lumayan bagus tetapi terkadang masih lupa yang
B. Saran
Berdasarkan analisa dan kesimpulan, maka dalam sub bab ini penulis
lanjutkan tindakan perawatan yang telah di berikan di rumah. Selain itu karena
terjadi kesenajangan antara penulis dengan teori Kyle dan Carman, orang tua
11.00 WIB).
Bluechek, G, M., Howard, K, B., Johnne, M, D., & Cherly, M, W. (2016). Nursing
Estikasari, P. (2016). Studi kasus penerapan program beyond centers and circles
Eko, S., Atik, B. (2016). Asuhan keperawatan anak sehat dan berkebutuhan khusus.
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Medika.
Lestari, A, F., Maryati, I, L.(2015). Resiliensi Ibu Yang Memiliki Anak Down
Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam
737-746.
Wiranto. (2014). perancangan animasi bertema daily living skills untuk anak down
MUHAMMAD RIFAI
NIM. P1337420215056
2018
Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi Pada An. N Down Syndrome di
Sekolah Luar Biasa C Yakut Purwokerto
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. N
Jenis kelamin : Laki - Laki
Usia : 8 tahun
Pendidikan : SD SLB
Alamat : Perumahan Teluk pamujan Rt 01 / Rw 12
Agama : Islam
Suku atau bangsa : Jawa / Indonesia
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Perumahan Teluk Pamujan
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Keluhan utama
Ny. N mengatakan anaknya mengalami keterlambatan dalam hal
kebersihan diri seperti mandi dan gosok gigi dalam kesehariannya An. N jika
mandi dan gosok gigi selalu di bantu oleh orang tuanya.
4. Riwayat penyakit sekarang
An. N sekarang duduk di kelas satu di SD SLB C Yakut Purwokerto
Dalam kesehariannya saat mandi dan gosok gigi klien masih di bantu orang
tuanya. Klien masih belum mampu untuk mandi dan menggosok gigi sendiri
jadi diperlukan pendampingan saat mandi dan gosok gigi. An. N dapat
berkomonikasi namun artikulasinya masih kurang jelas.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal
b. Natal
normal tidak ada pendarahan anak terlahir dengan berat badan 2600 gram
c. Postnatal
An. N pernah mengalami demam tinggi selama dua hari dan batuk
f. Alergi
tanda alergi.
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Hubungan keluarga
: Penderita
7. Riwayat perkembangan
mampunya klien berjalan dengan baik, bisa menendang bola, berlari dan lain-
tandai tidak mampunya anak mandi, gosok gigi, memakai baju dengan baik.
Klien juga rajin berangkat ke sekolah untuk ikut kegiatan di sekolah, untuk
toilet training klien masih harus dilatih di karenakan klien terkadang masih
BAK sembarangan.
2). DO : An. N pada saat itu baru pulang dari puskesmas untuk
memeriksakan gigi.
b. Nutrisi
goreng.
c. Pola eliminasi
1). DS : Ny. N mengatakan BAB dan BAK An. N lancar dan BAB
sehari 1 kali.
2). DO : An. N belum bisa BAK sendiri kadang masih sembarangan
dan memerlukan bantuan.
2). DO : An. N jika mandi selalu di bantu oleh ibunya yaitu Ny. N
Tabel 1.1
Skoring
Aktivitas
0 1 2 3 4
Makan v
Minum v
Toileting v
Berdandan / berhias v
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Dibantu total
2). DO : Tidak tamapak lingkaran hitam pada An. N dan tidak tampak
1). DS : Ny. N mengatakan jika An. N anak ke dua dari dua bersaudara
kakanya sekarang bekerja di toko baju hubungan dengan
keluarga harmonis dan jika ada masalah diselesaikan secara
kekeluargaan.
i. Sexsualitas
2). DO : An. N terlihat marah saat minta mainan tapi tidak di belikan.
k. Pola nilai dan keyakinan
9. Pemeriksan fisik
menit.
hitam tipis.
belakang.
i. Telinga : Bentuk telinga caplang, bersih, tidak terdapat
pendengaran.
leher pendek.
yang terasa.
wheezing.
Tabel 1.2
Analisa Data Asuhan Keperawatan Defisit Peawatan Diri Mandi Pada An. N
Dengan Down Syndrome
No Data Fokus Penyebab Masalah
1 Data Subjektif (DS) : Ny. N Kelemahan Defisit
mengatakan bahwa klien tubuh kembang perawatan diri
masih kesulitan jika mandi mandi
sendiri dan menggosok gigi
sendiri.
Data Objektif (DO) : An. N
tamapak tidak bisa mandi dan
gosok gigi dengan baik dan
benar.
2 Data Subjektif (DS) : Ny. N Usia Risiko cedera
mengatakan klien sangat aktif perkembangan
dalam melakukan aktifitasnya dan faktor fisik
saat bermain juga beberapa
kali hampir jatuh dan cidera
Data Objektif (DO) : Tampak
An. N saat bermain dengan
teman sebayanya sangat aktif.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data yang telah disusun maka muncul beberapa masalah
keperwatan dan diurutkan berdasarkan prioritas masalah :
1. Defisit Perawatan Diri Mandi Berhubungan Dengan Kelemahan Tumbuh
Kembang Anak Down Syndrome.
2. Risiko cedera berhubungan dengan usia perkembangan dan faktor fisik.
D. Intervensi Keperawatan
1. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan tumbuh kembang
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
NIC : Bantuan perawatan diri : Mandi / Kebersihan
a. Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang diperlukan.
b. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat diri secara
mandiri.
c. Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri, dengan tepat.
NIC : Memandikan
tepat.
Tabel 1.4
Kriteria yang diharapkan untuk masalah risiko cedera pada anak down
syndrome
SKALA
INDIKATOR
AWAL TUJUAN
Menerapkan strategi pengendalian 2 5
risiko yang efektif.
Mengembangkan strategi 2 5
pengendalian risiko yang efektif.
Memodifikasi gaya hidup untuk 2 5
mengurangi risiko.
Keterangan :
1 : Tidak pernah dilakukan
2 : Jarang
3 : kadang – kadang
4 : Sering
5 : Selalu
NIC : Menejemen lingkunagn : keamanan
Tabel 1.5
Implementasi asuhan keperawatan defisit perawatan diri mandi pada An. N dengan
Down Syndrome.
Hari,
Dx Implementasi Respon An. N Paraf
Tanggal
Selasa, 20 I,II Membina hubungan Ny.N sudah Rifai
Februari saling percaya denga Ny. mengetahui
2018, 13.00 N dan klien mahasiswa
WIB keperawatan dan
mengerti maksud
dan tujuannya.
cedera.
Ny. N mengatakan
II Mengidentifikasi faktor dihalamanya
lingkungan yang dapat banyak bebatuan
menyebabkan jatuh. kecil dan pasir Rifai
bekas
pembangunan
rumah.
Tabel 1.6
Evaluasi asuhan keperawatan defisit perawatan diri mandi
MUHAMMAD RIFAI
NIM. P1337420215056
2018
Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi Pada An. R Down Syndrome di
Sekolah Luar Biasa C Yakut Purwokerto
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. R
Jenis kelamin : Laki - Laki
Usia : 11 tahun
Pendidikan : SD SLB
Alamat : Wiradadi Rt 07 / Rw 01
Agama : Islam
Suku atau bangsa : Jawa / Indonesia
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Wiradadi Rt 07 / Rw 01
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Keluhan utama
Ny. S mengatakan anaknya terkadang kesulitan dalam hal peawatan diri
mandi dan menggosok gigi kesehariannya jika mandi dan gosok gigi An. R
masih dibantu orang tuanya.
4. Riwayat penyakit sekarang
An. R sekarang duduk di kelas dua di SD SLB C Yakut Purwokerto
dalam kesehariannya saat mandi dan gosok gigi klien masih di bantu orang
tuanya. Klien dalam mandi hanya bisa menggosok tubuh daerah tangan dan
perut saja jadi diperlukan pendampingan saat mandi dan gosok gigi. An. R
dapat berkomonikasi namun artikulasinya masih kurang jelas dan terkadang
dengan orang asing tidak mau berkomonikasi.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal
b. Natal
normal tidak ada pendarahan anak terlahir dengan berat badan 3000 gram
c. Postnatal
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Penderita
7. Riwayat perkembangan
mampunya klien berjalan dengan baik, bisa menendang bola, berlari dan lain-
kesulitan di tandai tidak mampunya anak mandi, gosok gigi, tetapi saat
memakai baju An. R sudah biasa. Klien sudah satu minggu tidak berangkat
ke sekolah, untuk toilet training klien sudah bisa BAB dan BAK sudah bisa
dengan sendiri.
b. Nutrisi
makan soto.
c. Pola eliminasi
1). DS : Ny. S mengatakan BAB dan BAK An. N lancar dan BAB
sehari 1 kali.
2). DO : An. R sudah bisa BAK sendiri tanpa dibantu orang lain.
2). DO : An. N jika mandi selalu di bantu oleh orangtuanya yaitu Ny.
S dan Ny. S
Tabel 1.1
Skoring
Aktivitas
0 1 2 3 4
Makan v
Minum v
Toileting v
Berdandan / berhias v
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Dibantu total
2). DO : Tidak tamapak lingkaran hitam pada An. R dan tidak tampak
1). DS : Ny. S mengatakan jika An. R anak ke tiga dari tiga bersaudara
kaka pertama dan kedua sekarang sudah menikah hubungan
dengan keluarga harmonis dan jika ada masalah diselesaikan
secara kekeluargaan.
i. Sexsualitas
2). DO : An. R terlihat saat meminta mie ayam dan Ny. S tidak bisa
membelikan An. R tidak memaksakan.
9. Pemeriksan fisik
22 / menit.
gangguan pendengaran.
leher pendek.
yang terasa.
wheezing.
kulit hitam.
kaki pendek.
B. Analisa Data
Tabel 1.2
Analisa Data Asuhan Keperawatan Defisit Peawatan Diri Mandi Pada An. R
Dengan Down Syndrome
No Data Fokus Penyebab Masalah
1 Data Subjektif (DS) : Ny. S Kelemahan Defisit
mengatakan bahwa klien jika tubuh kembang perawatan diri
mandi terkadang masih mandi
dibantu oleh orangtuanya.
Data Objektif (DO) : An. R
tamapak tidak bisa mandi dan
gosok gigi dengan baik dan
benar.
2 Data Subjektif (DS) : Ny. S gangguan Hambatan
mengatakan kilen masih perkembangan komunikasi
kesulitan berbicara dan verbal
artikulasinya pun kurang jelas
Data Objektif (DO) : Tampak
An. K saat akan berbicara
masih kesulitan.
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data yang telah disusun maka muncul beberapa masalah
keperwatan dan diurutkan berdasarkan prioritas masalah :
1. Defisit Perawatan Diri Mandi Berhubungan Dengan Kelemahan Tumbuh
Kembang Anak Down Syndrome.
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan perkembangan.
D. Intervensi Keperawatan
1. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan tumbuh kembang
anak Down Syndrome.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali kunjungan di
harapkan kilen mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
NOC : Perawatan diri mandi
Tabel 1.3
Kriteria hasil yang diharapkan untuk masalah defisit perawatan diri mandi
pada anak down syndrome
SKALA
INDIKATOR
AWAL TUJUAN
Mengambil alat / bahan 3 5
mandi
Menyalakan keran 3 5
Mandi di bak mandi 3 5
Mandi dengan bersiram 3 5
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
NIC : Bantuan perawatan diri : Mandi / Kebersihan.
a. Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang diperlukan.
b. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat diri secara
mandiri.
c. Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri, dengan tepat.
NIC : Memandikan
a. Bantu memandikan pasien dengan berdiri dan menggunakan cara yang
tepat.
b. Cuci rambut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
c. Mandi dengan air yang mempunyai suhu yang nyaman.
d. Gunakan teknik mandi yang menynangkan pada anak .
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan perkembangan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali kunjugan
diharapkan hambatan komunikasi dapat teratasi.
NOC : Komunikasi
Tabel 1. 4
SKALA
INDIKATOR
AWAL TUJUAN
Menggunakan bahasa 2 5
tertulis maupun verbal
Pengenalan terhadap 2 5
pesan yang diterima
Bertukar pesan secara 2 5
akurat dengan orang
lain
Keterangan :
1 : Gangguan ekstrem
2 : Gangguan berat
3 : Gangguan sedang
4 : Gangguan ringan
Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Kaji kemampuan untuk bicara, mendengar, menulis dan membaca.
c. Ajarkan klien untuk berkomunikasi secara perlahan dan
mengulangi permintaan.
d. Anjurkan ekspresi diri dengan menyampaikan informasi kepada keluarga.
e. Bicara perlahan, jelas, dan tenang menghadapi klien.
f. Berikan reinforcement positif.
E. Implementasi
Tabel 1.5
Implementasi asuhan keperawatan defisit perawatan diri mandi pada An. R dengan
Down Syndrome.
Hari,
Dx Implementasi Respon An. R Paraf
Tanggal
Senin 9 I,II Membina hubungan Ny. S sudah Rifai
April 2018, saling percaya dengan mengetahui
13.00 WIB keluarga klien mahasiswa
keperawatan dan
mengerti maksud
dan tujuannya.
An. R memiliki
hidung kecil, mata
kecil,dan jari
tangan pendek.
F. Evaluasi
Tabel 1. 6
Evaluasi defisit perawatan diri mandi
P : Lanjutkan intervensi
Mengajarkan cara mandi dan gosok gigi
yang tepat.
Membantu memnadikan klien dan
mengobservasi saat klien mandi sendiri
Memandikan dan mencuci rambut klien.
Menggunakan 2 5 2
bahasa tertulis
maupun verbal.
Pengenalan 2 5 2
terhadap peasan
yang diterima.
Bertukar pesan
secara akurat 2 5 2
dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
Mengajarkan anak untuk berkomunikasi secara
perlahan dan ulangi.
Menggunakan 2 5 2
bahasa tertulis
maupun verbal.
Pengenalan 2 5 3
terhadap peasan
yang diterima.
Bertukar pesan
secara akurat 2 5 2
dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
Mengajarkan berkomunikasi kepada anak
secara perlahan dan mengulangi permintaan.
Bicara perlahan, jelas, dan tenang menghadapi
klien.
Menggunakan 2 5 2
bahasa tertulis
maupun verbal.
Pengenalan 2 5 3
terhadap peasan
yang diterima.
Bertukar pesan
secara akurat 2 5 3
dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
Mengajarkan anak menulis dan membaca.
Menggunakan 2 5 3
bahasa tertulis
maupun verbal.
Pengenalan 2 5 3
terhadap peasan
yang diterima.
Bertukar pesan
secara akurat 2 5 3
dengan orang lain.
P : Lanjutkan Intervensi
Mengajarkan anak menulis dan membaca.
Mengajarkan berkomunikasi kepada anak
secara perlahan dan mengulangi permintaan.
Bicara perlahan, jelas, dan tenang menghadapi
klien.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
H FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya dan berpamitan
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Daftar riwayat hidup
A. BIODATA
2. NIM : P1337420215056
6. Email : asawoy@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. RIWAYAT ORGANISASI