Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S


DENGAN DECOMPENSASI CORDIS
DI PUSKESMAS KERKOPAN
KOTA MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:
Okta Herwan Budiarto
NIM. P 17420512078

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG
2015
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S


DENGAN DECOMPENSASI CORDIS
DI PUSKESMAS KERKOPAN
KOTA MAGELANG
KTI
Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
Okta Herwan Budiarto
NIM. P 17420512078

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2015
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Okta Herwan Budiarto

NIM : P17420512078

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus

ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, 16 Februari 2015

Yang membuat pernyataan,

Tanda tangan

Okta Herwan Budiarto


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kasus dengan judul Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. S dengan Decompensasi Cordis di Wilayah Kerja

Puskesmas Kerkopan Kota Magelang. Dalam pembuatan Laporan Kasus ini

penulis banyak menghadapi masalah dan hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan

serta bimbingan dari berbagai pihak maka Laporan Kasus ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

mengikuti studi DIII Keperawatan Magelang.

2. Budi Ekanto, S.Kp., M.Sc, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan

kesempatan untuk mengikuti studi DIII Keperawatan Magelang.

3. Hermani Tri Redjeki, S.kep, Ns.,M.kes. , Ketua Program Studi Keperawatan

Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan

studi khususnya dalam pembuatan Laporan Kasus.

4. Moh. Ridwan, SKM, MPH dan selaku dosen pembimbing penyusunan

laporan kasus.

5. Drs. Moh Hanafi, M.kes dan Adi Isworo, S.KM, M.PH selaku dosen penguji

laporan kasus peminatan komunitas.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi DIII Keperawatan

Magelang.
7. Bapak dan ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan

memberikan motivasi, dukungan moril dan materil untuk segera

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Dina Aprilianita yang selalu memberikan doa dan semangat serta dukungan

untuk menyelesaikan Laporan Kasus ini.

9. Teman-teman di kelas Arjuna yang telah sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan Laporan Kasus ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki laporan ini.

semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi

bagi kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, 16 Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit Decompensasi Cordis .................................... 6
1. Pengertian penyakit Decompensasi Cordis ..................................... 7
2. Etiologi penyakit Decompensasi Cordis ......................................... 8
3. Klasifikasi penyakit Decompensasi Cordis…………………………. 8
4. Manisfestasi klinis penyakit Decompensasi Cordis ........................ 9
5. Pathofisiologi penyakit Decompensasi Cordis ................................ 10
6. Pengkajian Fokus penyakit Decompensasi Cordis…….................. 12
7. Diagnosa Keperawatan penyakit Decompensasi Cordis................. 14
8. Penatalaksanaan penyakit Decompensasi Cordis ............................ 15
B. Konsep Keluarga .................................................................................. 17
1. Pengertian Keluaraga ..................................................................... 17
2. Keluarga Sebagai Unit Pelayanan .................................................. 17
3. Tipe-tipe keluarga .......................................................................... 18
4. Fungsi keluarga .............................................................................. 19
5. Tugas-tugas Keluarga..................................................................... 20
6. Tugas Perkembangan Keluarga.........................................................21
7. Peran Keluarga ............................................................................... 24
C. Konsep Keperawatan Keluaraga .......................................................... 25
1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga .................................... 25
2. Tujuan Keperawatan Keluarga ....................................................... 26
3. Sasaran Keperawatan Keluarga...................................................... 26
4. Proses Keperawatan Keluarga........................................................ 27
D. Konsep Lansia ...................................................................................... 34
1. Pengertian Lansia ........................................................................... 34
2. Batasan-batasan Lansia .................................................................. 34
3. Proses Menua Lansia...................................................................... 34
4. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan Lansia ................................. 34
5. Perubahan-perubahan Usia Lanjut ................................................. 35
E. Asuhan Keperawatan Lansia…………………………………………. 37
1. Pengkajian……………………………………………………….. 37
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan……………………………… 37
3. Rencana Keperawatan…………………………………………... 38
F. Konsep Pengetahuan dan Pendidikan Kesehatan ................................. 36
1. Konsep Pengetahuan ..................................................................... 36
2. Pendidikan Kesehatan ................................................................... 42
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................ 46
B. Analisa Data ......................................................................................... 50
C. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 51
D. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 52
E. Implementasi ........................................................................................ 53
F. Evaluasi ................................................................................................ 54
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan .......................................................................................... 56
B. Kesimpulan .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Skala Prioritas Masalah ................................................................. 30


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Genogram ................................................................................... 27


Gambar 2.2 : Pathway Decompensasi Cordis .................................................. 45
Gambar 3.1 : Genogram keluarga Tn. S .......................................................... 46
Gambar 3.2 : denah Rumah Keluarga Tn. S .................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Lembar Asuhan Keperawatan
2. SAP
3. Leaflet
4. Dokumentasi
5. Lembar Bimbingan
6. Daftar Riwayat Hidup
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga

dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal, maka upaya kesehatan di masyarakat harus

berfokus pada upaya mencegah penyakit (preventive), meningkatkan

kesehatan (promotive), terapi (curative), maupun pemulihan (rehabilitative)

kesehatan. (Jhonson & leny, 2010).

Gagal Jantung merupakan hasil dari suatu kondisi yang menyebabkan

overload volume, tekanan, disfungsi miokard, dan gangguan pengisian, atau

peningkatan kebutuhan metabolic. (Udjiyanti, 2010).

Gagal jantung juga di kenal dengan istilah gangguan multisistem,

tidak ada satupun gejala yang spesifik untuk organ tertentu, sebagai contoh

sesak napas dapat disebabkan oleh penyakit paru, sedangkan edema perifer

dapat disebabkan oleh insufisiensi vena atau penyakit hati dan ginjal,

walaupun belum ada data yang akurat untuk data gagal jantung di Indonesia,

tetapi sebagai perbandingan yang menyatakan bahwa gagal jantung kini

dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di Dunia

Barat. (Muttaqin, 2009).


Angka kejadian gagal jantung lebih rendah pada perempuan,

perempuan berkontribusi pada setidaknya setengah kasus gagal jantung

karena angka harapan hidup mereka lebih tinggi. Di Amerika, prevalensi

gagal jantung pada usia 50 tahun ialah sebesar (1%), pada usia 80 tahun

mencapai (7,5%) Dari jumlah penduduk 318 juta.

Di Inggris, prevalensi gagal jantung pada usia 60-70 tahun sebesar

(5%) dan mencapai (20%) pada usia 80 tahun dari jumlah penduduk 63,7

juta, situasi yang sama terjadi di Italia dan Portugal. Di Cina, prevalensi

gagal jantung pada usia 60 tahun ke atas sebesar (0,9%) dari jumlah

penduduk 1.236 miliar. 2 Diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru gagal

jantung muncul setiap tahunnya di seluruh dunia.

(Ervinaria Uly Imaligy (2014). Gagal jantung pada geriatri. 19 (1) ).

Prevalensi gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter di

Indonesia sebesar (0,13%) dari jumlah penduduk 251 juta, dan berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala sebesar (0,3%) dari jumlah penduduk 251 juta,

Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DIY

(0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).

Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di NTT

(0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan

Papua sebesar (0,5%). (Hasil Rikesdas 2013).

Kasus decompensasi cordis di wilayah Kota Magelang khususnya di

Puskesmas Kerkopan Tahun 2014 menunjukkan bahwa angka kunjungan

penderita Decompensasi Cordis pada bulan Januari sampai dengan bulan


Desember 2014 menunjukkan angka yang tidak sedikit yaitu 138

kunjungan, pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015 ada

10 kunjungan

(sumber : data sekunder laporan bulan januari-Desember tahun 2014 dan

bulan Januari-Maret 2015 Puskesmas Kerkopan).

Dalam keluarga, setiap anggota keluarga harus memahami tugas

masing-masing individu sebagai anggota keluarga termasuk tugas keluarga

dalam bidang kesehatan. Menurur Friedman (1988 dalam Mubarak, 2009)

tugas kesehatan keluarga adalah mengenal masalah-masalah kesehatan

keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi

perawatan pada keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang

sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat guna

pemeliharaan kesehatan

Dampak dari ketidakmampuan keluarga dalam penatalaksanaan

terhadap penyakit Decompensasi Cordis bila terjadi secara terus-menerus

dapat menyebabkan munculnya komplikasi pada penderita antara lain :

edema paru akut, Syok kardigenik, Episode Trombolitik, Efusi pericardial

dan tamponade jantung, selain itu dapat mempengaruhi ADL, sosial

ekonomi dan pergaulan klien di masyarakat, Ketika penderita gagal jantung

tidak dikelola secara komprehensif, maka gagal jantung berdampak

terhadap mortalitas, morbiditas atau kelangsungan hidup klien. (Wijaya &

Putri, 2013).
Dalam mengatasi hal tersebut, maka penatalaksanaan Decompensasi

Cordis perlu dilakukan secara dini, yaitu dengan cara melakukan

pendidikan kesehatan tentang gagal jantung, diet jantung, rehabilitasi

jantung (latihan fisik aerobic secara bertahap, edukasi strategi perawatan

diri, dukungan psikososial).

(Austin et al, (2008). Penelitian Pengaruh Rehabilitasi Jantung).

Keterlibatan perawat sangat diperlukan dalam pengelolaan penderita

Decompensasi Cordis dengan memberikan pelayanan kesehatan di rumah

meliputi aspek promotif, preventif, dan rehabilitatif sebagai langkah untuk

mengubah perilaku atau pola hidup pasien dan keluarga kearah yang lebih

baik, Karena tingginya angka kejadian Decompensasi Cordis dan

komplikasi yang dapat menyebabkan mortalitas di Indonesia cukup tinggi

yaitu lebih dari 50%, maka penulis tertarik membuat laporan asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah masalah Decompensasi Cordis

(gagal jantung).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga yaitu penulis mampu

mendiskripsikan dan mengaplikasikan teori asuhan keperawatan

keluarga pada keluatga Tn. X dengan masalah utama Decompensasi

cordis di Kota Magelang

.
2. Tujuan khusus

Setelah memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn.. X

dengan masalah utama Decompensasi Cordis, diharapkan mampu:

a. Melaksanakan

1) Pengkajian (assessment), meliputi biodata pasien dan keluarga,

mencakup riwayat kesehatan pasien dan keluarga, review sistem

terkait, data umum : hasil pemeriksaan data fokus, dan

pemerikaan penunjang.

2) Masalah keperawatan atau Diagnosis Keperawatan yang

ditemukan pada keluarga dengan Decompensasi Cordis.

3) Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada

keluarga dengan Decompensasi Cordis.

4) Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan

Decompensasi Cordis.

5) Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

b. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus Decompensasi Cordis

di lahan praktek.

C. Manfaat Penelitian

1. Penulis

Penulis dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan

keluarga dengan Decompensasi Cordis .


2. Institusi Kesehatan

Menjadi tambahan pengelola bagi institusi pelayanan kesehatan,

khusunya (Puskesmas Kota Magelang) untuk dapat menangani masalah

Decompensasi Cordis (Gagal Jantung) yang terjadi di wilayah Kota

Magelang.

3. Institusi Pendidikan

Asuhan Keperawatan Decompensasi Cordis (Gagal Jantung) ini dapat

juga digunakan untuk memberikan gambaran pada mahasiswa

Keperawatan untuk mendalami asuhan keperawatan keluarga

(khususnya masalah Gagal Jantung).

4. Keluarga Tn.X

Dapat memberikan gambaran tanda-tanda dan gejala penyebab penyakit

Decompensasi Cordis (Gagal Jantung) di keluarga sehingga dapat

melakukan pencegahan

5. Pembaca

Memberikan manfaat tambahan dan pengetahuan bagi pembaca tentang

masalah Decompensasi Cordis (Gagal Jantung).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Decompensasi Cordis

1. Definisi

Menurut Arif Muttaqin, (2009 p.196):

Decompensasi Cordis (gagal jantung) merupakan suatu keadaan


ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup
bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal. Namun
definisi-definisi lain mengatakan bahwa gagal jantung bukanlah
suatu penyakit yang terbatas pada satu system organ, melainkan
suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan
suatu bentuk respons hemodinamik, renal, neurak, dan hormonal,
serta suatu keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung
menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan, atau hanya memenuhinya dengan meningkatkan
tekanan pengisian.

Menurut Udjianti, (2010) Gagal Jantung merupakan “hasil

dari suatu kondisi yang menyebabkan overload volume, tekanan dan

disfungsi miokard, gangguan pengisian, atau peningkatan kebutuhan

metabolik”. Congestive Heart Failure adalah suatu kondisi di mana

jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi

kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa

decompensasi cordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan patologik

dimana jantung tidak mampu memompa darah yang adekuat sesuai

kebutuhan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi

jaringan.
2. Etiologi

Secara umum, gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal

yang dapat dikelompokkan menjadi :

a. Disfungsi miokard

1) Iskemia miokard (berkurangnya suplai darah ke otot jantung)

2) Infark miokard (kematian otot jantung)

3) Miokarditis (radang dinding otot jantung)

4) Kardiomiopati (gangguan kontraksi jantung)

b. Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)

1) Stenosis aorta (penyempitan katup aorta)

2) Hipertensi

3) Koartasio aorta ( kelainan bawaan ditandai penyempitan aorta)

c. Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)

1) Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis

2) Tranfusi berlebihan

d. Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)

1) Anemia

2) Tirotoksikosis (produksi berlebih kelenjar tiroid)

3) Biri-biri

e. Gangguan pengisian ventrikel

(Wijaya & Putri, 2013).


Berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, antara lain:

a. Faktor eksterna

Hipertensi renal, hiperteroid, dan anemia kronis/berat

b. Factor interna

1) Disfungsi katup : Ventricular Septum Defect (VSD), Atria

Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.

2) Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.

3) Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis, dan infark

miokard

4) Infeksi : endocarditis bacterial sub-akut. (Udjiyanti, 2010)

3. Klasifikasi

Menurut NYHA (New York Heart Association) di klasifikasikan

menjadi empat :

a. Klasifikasi I

1) Gejala

a) Aktivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dyspnea,

palpitasi, tidak ada kongesti pulmonal atau hipotensi perifer

b) Asimptomatik

c) Kegiatan sehari-hari tidak terbatas

2) Prognosa : baik

b. Klasifikasi II

1) Gejala

a) Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas


b) Gejala tidak ada saat istirahat

c) Ada bailar (krekels dan Murmur)

2) Prognosa : baik

c. Klasifikasi III

1) Gejala

a) Kegiatan sehari-hari terbatas

b) Klien merasa nyaman saat istirahat

2) Prognosa : baik

d. Klasifikasi IV

1) Gejala

a) Gejala insufisiensi jantung ada saat istirahat

2) Prognosa : buruk

(Wijaya dan Putri, 2013)

Menurut Azwar, Achdiat, & Arizal, (2011) pada 2001,

American College of Cardiology dan American Heart Association

mengajukan empat tingkatan gagal jantung, yaitu :

a. Tingkat A : pasien beresiko tinggi mengalami gagal jantung tetapi

belum terdapat gangguan structural dan fungsi jantung.

b. Tingkat B : terdapat gangguan structural jantung, tetapi gejala belum

muncul.

c. Tingkat C : terdapat gejala gagal jantung, tetapi dapat terkendali

dengan pengobatan.
d. Tingkat D : penyakit tahap lanjut yang memerlukan rawat inap,

transplantasi jantung atau pelayanan paliatif.

4. Manisfestasi klinis

Menurut (Wijaya dan Putri, 2013) manisfestasi klinis antara

lain

a. Gagal jantung kiri

Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada

mekanisme kontrol pernafasan, gejalanya antara lain : dyspnea,

orthopnea, paroxysmal nocturnal dispnea, batuk, mudah lelah,

gelisah, cemas

b. Gagal jantung kanan

Menyebabkan peningkatan vena sistemik, gejalanya antara lain :

oedema perifer, peningkatan BB, distensi vena jugularis,

hempatomegali, asites, pitting edema, anorexsia, mual, dll

c. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen

kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala antara lain :

pusing, kelelahan, tidak toleran terhadap aktivitas dan panas,

ekstremitas dingin

d. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi

aldosterone dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler.


5. Patofisiologi

Menurut (Wijaya dan Putri, 2013) patofisiologi gagal jantung

antara lain

a. Mekanisme dasar

Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu

kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri

yang menurun mengurangi cardiac output dan meningkatkan

volume ventrikel.

Dengan meningkatkan volume akhir diastolik ventrikel maka

terjadi pula peningkatkan tekanan akhir diastolik kiri. Dengan

meningkatkan tekanan akhir diastolik kiri, maka terjadi pula

peningkatan tekan atrium. Karena atrium dan ventrikel berhubungan

langsung kedalam anyaman vaskuler paru-paru meningkatnya tekanan

kapiler dan vena paru-paru, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi

kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema interstitial.

Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes

ke alveoli dan terjadilah edema paru-paru.

b. Respon kompensatorik

1) Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik

Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas

adrenergic simpatik yang dengan merangsang pengeluaran

katekolamin dan saraf-saraf adrenergik jantung dan, medula

adrenalin.
Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkatkan untuk

menambah cardiac output (CO), juga terjadi vasokontriksi arteri

perifer untuk menstabilkan tekanan.

Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkatkan

untuk menambah cardiac output (CO), juga terjadi

vasokontriksi arteri perifer untuk menstalbilkan tekanan arteri

dan retribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah

dengan mengurangi aliran darah keorgan-organ yang rendah

metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung

dan ke otak dapat dipertahankan. Vasokontriksi akan

meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang

selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.

2) meningkatkan bahan awal akibat aktivitas system renin

angiotensin aldosteron (RAA)

Akibat RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal,

meningkatkan volume ventrikel-vrentikel tegangan tersebut.

Peninkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas

miokardium

3) Atropi ventrikel

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah

hidrotropis miokardium akan bertambah tebalnya dinding.

4) Efek negatetif dari respon kompensatorik


Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun

pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala

,meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat agal

jantung .Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini mengakibatatkan

bendungan paru-paru dan vena sistemik dan edema, fase

kontruksi arteri dan redistribusi aliran darah menggangu perfusi

jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan

tanda serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih

yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri

juga menyababkan beban akhir dengan memperbesar resistensi

terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat kalau

dilatasi ruang jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan

miokard akan oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi

adanya hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih

lanjut. Jika kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi

maka akan terjadi iskemik miokard, akhirnya dapat timbul

beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang

berulang.

6. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

b. Sirkulasi

Tanda : Kenaikan TD, nadi (denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis), frekuensi/irama (takikardi, berbagai disritmia), ekstremitas

(perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) ,

pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi), kulit

(pucat, sianosis, dan diaforesis, kemerahan)

Gejala : Riwayat hipertensi, arterosklerosis, PJK dan penyakit

serebrovaskular, palpitasi

c. Integritas ego

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya

sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,

peningkatan pola bicara

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia,

atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral),

faktor-faktor stress multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan

dengan pekerjaan)

d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

e. Makanan/cairan

Tanda : Berat badan obesitas, adanya edema (mungkin umum atau

tertentu)
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang

digoreng, keju, telur), mual, muntah, perubahan berat badan akhir-

akhir ini (meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretik

f. Neurosensori

Tanda : Status mental (perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara, afek, proses pikir, atau memori), respon motorik (penurunan

kekuatan genggaman tangan), perubahan-perubahan retinal optik

(dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan

perubahan sklerotik dengan edema / papil edema, eksudat, dan

hemoragi tergantung pada berat atau lamanya hipertensi

Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, gangguan

penglihatan

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital, nyeri abdomen/massa

h. Pernapasan

Tanda : distress respirasi atau penggunaan otot aksesoris

pernapasan, bunyi nafas tambahan (krekles/mengi), sianosis

Gejala : Dispnue yang berkaitan dengan aktivitas / kerja, batuk

dengan atau tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok

i. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan


j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala : faktor-faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal),

penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan obat atau alkohol.

(Wijaya & Putri, 2013)

7. Diagnosa Keperawatan Decompensasi Cordis

a. Penurunan perfusi jaringan perhubungan dengan penurunan curah

jantung, kongesti vena sekunder terhadap kegagalan kompensasi

jantung.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan

dalam alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak

stabil

c. Resiko terhadap kelebihan volume cairan : edema berhubungan

dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, penurunan

aliran darah ke ginjal

d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri, sesak napas, dan

lingkungan rumah sakit yang asing bagi klien

e. Perubahan konsep diri (peran, harga diri) berhubungan dengan

perubahan kondisi fisik dan prognosis penyakit. (Udjianti, 2010).

8. Penatalaksanaan Decompensasi Cordis

a. Mengurangi beban kerja jantung

Melalui pembataan aktivitas fisik yang ketat tanpa menimbulkan

kelemahan otot-otot rangka


b. Mengurangi beban awal

Pembatasan garam, pemberian diuretic oral

c. Meningkatkan kontraktilitas

Dengan pemberian obat inotropic

d. Mengurangi beban akhir

Pemberian vasodilator seperti hydralazine dan nitrat yang

menimnulkan dilatasi anyaman vascular melalui 2 cara antara lain :

dilatasi langsung otot polos pembulu darah, menghambat enzim

konversi angiotensin. (Wijaya dan Putri, 2013)

Menurut Azwar, Achdiat, & Arizal, (2011) menyatakan bahwa

penatalaksanaan diarahkan untuk mengurangi gejala atau keluhan,

perbaikan kualitas hidup, pencegahan serangan mendadak dan

perawatan pasien di rumah sakit. Tindakan umum mencakup :

a. memberikan diet bebas lemak jenuh dengan kandungan

kolesterol dan garam yang rendah seperti : diet sehat jantung

yang akan kaya sayuran dan buah, biji-bijian dan makanan

berserat, daging tipis dan ayam, serta ikan (sebaiknya

dikonsumsi paling sedikit dua kali seminggu).

b. kontrol tekanan darah, larangan merokok, menghentikan

konsumsi alcohol, menjaga lipid darah, dan menangani penyakit

penyerta, seperti diabetes.

c. Farmakoterapi
Pada manula, obat diberikan dalam dosis rendah dan

ditingkatkan secara bertahap sampai jumlah yang optimal.

1) Untuk gagal jantung sistolik ringan tanpa edema, terapi

medikamentosa dimulai dengan teripi ACE (angiotensin-

converting inhibitor). Jika terjasi edema, pasien diberikan

diuretic dosis rendah. Digoksin ditambahkan jika gejala

tersebut lebih berat atau terjadi fibrilasi. Digoksin

diberiakan untuk memperkuat denyut dan daya pompa

jantung.

2) Gagal jantung diastolik memerlukan penanganan

hipertensi. Obat=obat yang dapat digunakan mencakup

ACE inhibitor dan antagonis reseptor angiotensin II untuk

menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja

jantung, penyekat (beta-blocker) untuk mengurangi

kekuatan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah

yang mengurangi beban jantung, dan penyekat kanal

kalsium yang menurunkan tekanan darah.

d. Tindakan operatif

Revaskularisasi koroner perlu dipertimbangkan pada

gagal jantung akibat PJK atau iskemia miokardium.

Beberapa pasien gagal jantung memerlukan perbaikan katup.

Keberhasilan (survival rate) tranpantasi jantung semakin

baik berkat perawatan pascaoperasi dan imunoterapi. Karena


terbatasnya ketersediaan donor, transpantasi tersebut jarang

dilakukan pada manula.

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Depkes R.I 1988 (dalam Jhonson L & Lenny R, 2010)

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Friedman 1998 (dalam Komang Ayu H. A,

2010), keluarga adalah sekumpulan orang yang di hubungkan dengan

ikatan perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan

dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di

dalamnya yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

2. Keluarga sebagai Unit Pelayanan

Menurut Mubarak, (2009) alasan keluarga dijadikan sebagai unit

pelayanan yaitu:

a. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan

sebagai gambaran manusia.

b. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi

dapat pula mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya

pemecah masalah kesehatan.


c. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi

masalah.

d. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling memengaruhi

terhadap individu dalam keluarga.

e. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk

mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.

f. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan

mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.

3. Tipe Keluarga

Menurut Allender & Spradley 2001 (dalam Komang Ayu H. A,

2010), membagi tipe keluarga berdasarkan:

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak kandung atau angkat.

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

tanpa memiliki anak.

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang

tua dengan anak kandung/ anak angkat karena kematian atau

perceraian.
5) Single adult, yaitu rumah yang hanya terdiri dari seorang

dewasa saja atau orang dewasa yang tinggal sendirian.

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami

istri yang berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga yang tinggal

satu rumah tanpa ada hubungan pertalian darah.

2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan

anak hidup bersama dalam satu rumah.

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup

bersama dalam satu rumah.

4. Fungsi keluarga

Beberapa Fungsi keluarga dalam konsep keluarga diantaranya

sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1) Meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi anak

4) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

5) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi psikologis

1) Memberikan kasih saying dan rasa nyaman

2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga


3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak.

2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesui dengan tingkat

perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di

masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangannya.

(Jhonson & Leny, 2010)


5. Tugas-tugas keluarga

Beberapa tugas keluarga menurut Friedman 1986 (dalam

Achjar, 2010) yaitu :

a. Keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana

persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,

tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap

masalah yang dialami keluarga.

b. Keluarga mengambil keputusan, sejauhmana keluarga mengerti sifat

dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga,

keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi.

c. Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana

keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan

perawatan yang diperlukan.

d. Keluarga memodifikasi lingkungan, seperti sanitasi lingkungan,

upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya

pemeliharaan lingkungan serta penataan lingkungan di dalam dan luar

rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.

e. Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas pelayanan

kesehatan, keberadaan fasilitas yang ada, dan keuntungan keluarga

terhadap penggunaan fasilitas kesehatan.

6. Tugas Perkembangan Keluarga


Menurut Mubarak,dkk (2009) tugas perkembangan keluarga

sesuai tahap perkembangan:

a. Keluarga baru menikah:

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama

2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan

kelompok sosial

4) Merencanakan anak – KB

5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri

untuk menjadi orang tua

b. Keluarga dengan anak baru lahir:

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Membagi peran dan tanggung jawab

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana

rumah yang menyenagkan

4) Mempersiapkan biaya atau dana Child Bearing

5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga

6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita

7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

c. Keluarga dengan anak usia pra-sekolah:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan

tempat tinggal, privasi dan rasa aman

2) Membantu anak untuk bersosialisasi


3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan

anaak yang lain juga harus terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau

luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang

d. Keluarga dengan anak usia sekolah:

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,

pendidikan,semangat belajar

2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam

perkawinan

3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual

4) Menyediakan aktifitas untuk anak

5) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan

mengikutsertakan anak

e. Keluarga dengan anak remaja:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung

jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan

mulai memiliki otonomi

2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga


3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang

tua, hindari perdebatan,kecurigaan dan permusuhan

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga

f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

6) Berperan suami-istri kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

bagi anak-anaknya

g. Keluarga usia pertengahan:

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti

mengolah minat sosial dan waktu santai

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua

4) Keakraban dengan pasangan

5) Memelihara hubungan/ kontak dengan anak dan keluarga


6) Persiapan masa tua atau pensiunan dan meningkatkan

keakraban pasangan

h. Keluarga usia tua:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik dan pendapatan

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat

5) Melakukan file interview

6) Menerima kematian pasangan

7. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari

oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai

berikut:

a. Peran ayah

Sebagai suami dari istri dan anak-anak, sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan memberikan rasa aman sehingga kepala

keluarga berperan sebagai anggota keluarga dari kelompok


sosialnya serta berperan sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

b. Peran ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu merupakan pengasuh

dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak

Anak melaksanakan peranan psikologis sesuai dengan

perkembangannya baik fisik , mental sosial dan spiritual.

(Jhonson & Leny, 2010).

C. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Proses keperawatan adalah kerangka kerja dalam melaksanakan

tindakan yang diberikan kepada keluarga agar proses pertolongan yang

diberikan kepada keluarga menjadi sistematis. Sekumpulan tindakan

yang dipilih secara matang dalam usaha memperbaiki status kesehatan

keluarga serta menambah kemampuan mereka dalam menyatakan

masalah kesehatannya (Baylon, 1978 dalam Ali, 2010).

Menurut Mubarak (2009), asuhan keperawatan keluarga

merupakan proses yang komplek dengan menggunakan pendekatan


yang sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu

sebagai anggota keluarga.

2. Tujuan

Menurut Ali (2010) tujuan keperawatan keluarga meliputi:

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatanya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam :

1) Mengenal masalah keluarga

2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga

3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota

yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh atau yang

membutuhkan bantuan asuhan keperawatan.

4) Memelihara lingkungan (fisik, psikis, dan social) sehingga

dapat menunjang peningkatan kesehatan keluarga

5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:

puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat, dan posyandu

untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Sasaran

Menurut Ali (2010) Sasaran dari keperawatan keluarga adalah

keluarga-keluarga yang rawan kesehatan yaitu : keluarga yang


mempunyai msalah kesehatan atau beresiko terhadap timbulnya

masalah.

4. Proses Keperawatan Keluarga

Langkah-langkah dalam proses keperawatan individu dan

keluarga menurut Achjar, (2010) :

a. Pengkajian Keluarga meliputi:

1) Data umum

Meliputi: identitas kepala keluarga, komposisi keluarga,

genogram minimal 3 generasi, tipe keluarga, suku bangsa,

agama, status sosial ekonomi keluarga.

Laki-laki Perempuan Identifikasi klien

yang sakit

Meninggal Menikah Pisah

Cerai meninggal Cerai Anak angkat


Tinggal dalam satu rumah

Aborsi Kembar

Genogram: genogram harus menyangkut minimal 3 generasi.

Gambar 2.1 Genogram (Ali Zaidin, 2010).

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Meliputi: tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat

keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya.

3) Pengkajian lingkungan

Meliputi: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan

tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan

keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

4) Struktur keluarga

Meliputi: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan

keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga

5) Fungsi keluarga

Meliputi: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan

kesehatan.

6) Stres dan koping keluarga


Meliputi: stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek

serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stress,

strategi koping yang di gunakan, strategi adaptasi yang

disfungsional.

7) Pemeriksaan fisik (head to toe)

8) Harapan keluarga

Meliputi: terhadap masalah kesehatan keluarga dan harapan

terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk

dapat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan.

c. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

Persepsi terhadap keparahan penyakit, Pengertian, Tanda dan

gejala, Faktor penyebab, Persepsi keluarga terhadap masalah.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

a) Sejauhmana keluarga mengerti sifat dan luasnya

masalah

b) Masalah dirasakan keluarga dan informasi yang salah

c) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami

d) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan

e) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.


3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit,

meliputi:

a) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit

b) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

d) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan,

meliputi:

a) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan

b) Pentingnya higyene sanitasi

c) Upaya pencegahan penyakit.

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga,

meliputi:

a) Keberadaan fasilitas kesehatan

b) Keuntungan yang didapat

c) Kepercayaan kelurga terhadap tenaga kesehatan

d) Pengalaman keluarga yang kurang baik

e) Pelayanan kesehatan yang terjangkau. (Achjar, 2010).

d.
e. Prioritas masalah

Tabel 2.1 Skala prioritas masalah kesehatan keluarga.

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah 1
Skala : Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring:

1. Tentukan skor setiap kriteria

2. Skor di bagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot.

Skore X bobot

Angka tertinggi

3. Jumlah skor untuk semua kriteria, dengan skor tertinggi

adalah 5, sama dengan seluruh bobot. (Ali, 2010).

f. Intervensi Fokus

Fokus intervensi pada asuhan keperawatan keluarga menurut

Mubarak (2009) adalah sebagai berikut :


1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Intervensi :

a) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala penyakit

b) Bantu keluarga mengenal tanda dan gejala penyakit yang

terdapat dalam anggota keluarga.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

Intervensi :

a) Diskusikan bersama keluarga konsekuensi tidak

melakukan tindakan perawatan

b) Beri alternatif pada keluarga tindakan untuk mengatasi

masalah

c) Diskusikan dengan keluarga manfaat dari tindakan

perawatan.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

Intervensi :

a) Berikan pendidikan tentang perawatan penyakit di

rumah

b) Jelaskan pada keluarga mengenai jenis makanan ,

pengolahan dan penyajian makanan sesuai diit

c) Jelaskan kepada keluarga akibat lanjut dari penyakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan


Intervensi :

a) Berikan penjelasan kepada keluarga pengaruh

lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi penyakit

b) Jelaskan kepada keluarga tentang usaha memodifikasi

lingkungan untuk mencegah penyakit.

5) Ketidakmampuan keluarga untuk menggunakan fasilitas

kesehatan

Intervensi :

a) Beri penjelasan kepada keluarga macam-macam fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

b) Diskusikan kepada keluarga manfaat dari fasilitas

pelayanan kesehatan

c) Motivasi kepada keluarga untuk pergi ke fasilitas

kesehatan jika mengalami masalah kesehatan.

g. Implementasi

Menurut Mubarak (2009), tindakan keperawatan

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: memberiakn

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap

masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat dengan cara: mengidentifikasi konsekuensi tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang

dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi

tiap tindakan

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota

keluarga yang sakit dengan cara: mendemonstrasikan cara

perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana

membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara:

menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal

mungkin.

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada, dengan cara mengenalkan fasilitas

kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

g. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan

tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana

proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat


dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat

dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah

ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009).

Menurut S. G. Bailon (dalam Ali, 2010) metode yang sering

dipakai untuk mengevaluasi keperawatan keluarga yaitu:

1) Observasi langsung.

2) Memeriksa laporan atau catatan.

3) Wawancara atau kuesioner.

4) Latihan simulasi.

D. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada

umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi biologis,

psikologis dan sosial ekonomi BKKBN (dalam Mubarak, 2009).

2. Batasan-batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, antara lain :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

(Mubarak, 2009)
3. Proses Menua

Proses menua dapat terjadi secara alamiah setelah 3 tahap proses

kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat

dihindari oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan

perubahan-perubahan fisik, fungsi organ-organ tubuh psikososial, dan

mental yang dapat mengakibatkan kemunduran fisik dan psikis

4. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan

a. Herediter / keturunan.

b. Nutrisi / makanan.

c. Status kesehatan.

d. Pengalaman hidup dan stress.

e. Lingkungan (Mubarak, dkk, 2009).

5. Perubahan-perubahan pada Usia Lanjut

a. Perubahan-perubahan fisik

1) Pada sel: Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,

berkurangnya jumlah cairan tubuh.

2) Sistem persyarafan: Cepatnya penurunan hubungan

persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,

mengecilnya syaraf panca indra.

3) Sistem pendengaran: Gangguan pada pendengaran, membran

tympani menjadi atropi menyebabkan aterosklerosis, terjadi

pengumpulan serumen, dapat mengeras atau meningkatnya

keratin.
4) Sistem pengelihatan: Kornea lebih berbentuk sfelis (bola), lensa

lebih suram (kekeruhan pada lensa), daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat susah melihat dalam cahaya gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang

(berkurang luas pandang), menurunnya daya membedakan

warna.

5) Sistem kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan menjadi

kaku, kemampuan jantung memompa darah, menurun 1% setiap

tahun sesudah usia 20 tahun, kehilangan elastisitas pembuluh

darah, tekanan darah meningkat.

6) Sistem respirasi: Menurunnya kekuatan otot-otot pernapasan

dan menjadi kaku, hilangnya elastisitas paru-paru, alveoli

ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang,

oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

7) Sistem gastrointestinal: Kehilangan gigi, indera pengecap

menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, peristaltik

melemah, kemampuan absorbsi menurun, produksi asam

lambung, dan saliva menurun.

8) Sistem perkemihan: Nefron menjadi atropi, fungsi tubulus

berkurang, otot kandung kemih melemah, pembesaran prostat.

9) Sistem endokrin: Produksi dari semua hormon menurun, fungsi

dari paratiroid dan funginya tidak berubah, pituitary,


pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah, menurunnya

produksi tiroid.

10) Sistem integumen: Kulit mengkerut atau keriput, kulit kepala

dan rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung

dan telinga menebal. (Mubarak, 2009)

b. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: Perubahan

fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan,

dan gangguan konsep diri.

c. Perubahan-perubahan psikososial

Pensiunan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan

dalam cara hidup, ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan,

penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian akibat dari

pengasingan dari lingkungan sosial.

d. Perubahan kognitif

Perubahan kognitif antara lain kemunduran dalam

menyelesaikan tugas yang membutuhkan kecepatan dan memori

jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalam

kemunduran dan kemampuan verbal akan menetap bila ada

penyakit.

e. Perubahan spiritual

Perubahan spiritual pada lanjut usia yaitu kepercayaan

semakin terintegrasi dalam kehidupannya, dalam berfikir dan


bertindak memberikan contoh keadilan dan mencintai. (Mubarak,

2009).

E. Asuhan Keperawatan Lansia

Menurut Mubarak, dkk (2009) langkah-langkah dalam keperawatan

lansia yaitu

1. Pengkajian

Pengkajian dalam asuhan keperawatan lansia meliputi:

a. Fisik atau biologis: dapat dilakukan dengan cara wawancara

riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Psikologis: dilakukan saat berkomunikasi dengan pasien serta

perubahan-perubahan yang terjadi perlu dikaji.

c. Sosial ekonomi: perlu dikaji dalam pengkajian sosial ekonomi pada

pasien tanyakan tentang bagaimana lansia membina keakraban

dengan teman sebaya, lingkungan maupun keterlibatan organisasi

sosial, penghasilan, perasaan sejahtera dengan sosial ekonomi.

d. Spiritual: berkaitan dengan agama yang dimiliki dan sejauh mana

keyakinan tersebut dapat diterapkan.

e. Kognitif: bagaimana daya ingat lansia apakah mengalami

penurunan, mudah lupa.

f. Status mental: bagaimana kondisi status mental klien atau

bagaimana dengan emosi lansia labil/stabil.

2. Perumusan diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada lansia:

a. Fisik atau biologis, meliputi:

1) Gangguan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.

2) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan menurunnya

minat dalam merawat diri.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasaan atau

nyeri.

4) Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi.

b. Psikososial

1) Menarik diri dari lingkungan sehubungan dengan perasaan

tidak mampu.

2) Isolasi berhubungan dengan perasaan curiga.

3) Depresi sehubungan dengan isolasi sosial.

4) Cemas sehubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

c. Spiritual

1) Reaksi berkabung berhubungan dengan ditinggal pasangan.

2) Penolakan terhadap proses penuaan sehubungan dengan

ketidaksiapan menghadapi kematian.

3) Perasaan tidak tenang sehubungan dengan ketidakmampuan

melakukan ibadah secara tepat.

3. Rencana keperawatan

a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia, meliputi:


1) Berikan porsi makan kecil tapi sering.

2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.

3) Berikan makanan yang mengandung serat dan batasi makanan

tinggi kalori.

4) Batasi minum kopi, teh.

b. Kebersihan diri atau personal hygiene, meliputi:

1) Ingatkan atau bantu lansia untuk upaya kebersihan diri.

2) Anjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan skin lotion.

3) Ingatkan lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata,

hidung dan gunting kuku.

c. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur, meliputi:

1) Sediakan tempat atau waktu untuk tidur yang nyaman.

2) Atur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas bau-bauan.

3) Berikan minum hangat sebelum tidur, seperti: susu hangat.

d. Meningkatkan keselamatan dan keamanan pada lansia, meliputi:

1) Latih lansia cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau yang

lain.

2) Biasakan menggunakan pengamanan tempat tidur.

3) Bantu lansia berjalan ke kamar mandi.

4) Usahakan ada yang menemani bila bepergian.

e. Meningkatkan hubungan personal dan komunikasi, meliputi:

1) Berkomunikasi pada lansia dengan kontak mata.

2) Sediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia.


3) Menghargai pendapat lansia.

F. Konsep Pengetahuan dan Pendidikan Kesehatan

1. Konsep Pengetahuan

Defisiensi pengetahuan menurut Carpenito (2007) adalah suatu

keadaaan ketika seorang individu atau kelompok mengalami

defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor

berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.

Domain perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian basar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang memiliki intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (mamanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap orang

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

menerangkan atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

(Mubarak, 2009):

a. Pendidikan

Menurut Kuncoroningrat, 1997 (dalam Mubarak, 2009),

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

b. Pekerjaan

Menurut Erich, 1996 (dalam Mubarak, 2009), pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan.

c. Umur

Menurut Elizabeth, BH, 1995 (dalam Mubarak, 2009), umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun.

2) Attitude (Mubarak, 2009)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang

terhadap suatu simulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-

sehari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan

atau perilaku.
3) Practice (Mubarak, 2009)

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

menurut kualitasnya, yaitu :

a. Praktik pemimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi

masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanis (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang.

2. Pendidikan Kesehatan

Menurut Azwar (cit. Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno,

& Santoso, S, 2005) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan

adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau

dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan.
Output dari pendidikan kesehatan adalah perilaku

kesehatan atau perilaku untuk memelihara kesehatan dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmodjo, 2005).

Alat bantu pendidikan atau alat peraga adalah alat-alat

yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan atau pengajaran. Elgar Dale membagi alat peraga

tersebut menjadi 11 macam yaitu kata-kata, tulisan, rekaman

(radio), film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara,

benda tiruan, benda asli.

(Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno, & Santoso, S, 2005).

Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan

adalah ceramah dan dengan media leaflet. metode ceramah baik

untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah,

sementara leaflet merupakan suatu bentuk penyampaian

informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang

dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar

atau kombinasi.

(Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno, & Santoso, S, 2005).

Perubahan sikap dan perilaku individu menurut Kelman (

dalam Sarwono, 2004 ) diawali dengan proses patuh, identifikasi,

dan tahap terakhir berupa internalisasi. Tahap kepatuhan

(compliance) biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini

sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama


masih ada pengawasan. Kepatuhan tersendiri akan menimbulkan

individu atau kelompok merasa tertarik sehingga ingin menirukan

dan memahami sepenuhnya proses ini (identifikasi). Perubahan

perilaku dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi

melalui proses internalisasi yaitu perilaku yang baru dianggap

bernilai posistif bagi diri sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-

nilai lain dari hidup untuk mendukung tercapainya derajat

kesehatan yang optimal.


Disfungsi Miokard, Sistolik Overload, Diastolik Overload, Penigkatan kebutuhan Metabolik,
Gangguan pengisian Ventrikel, penyakit jantung lainnya

Kegagalam memompa ventrikel kiri maupun kanan

1. Mudah lelah
2. Sesak nafas, Nyeri
Keluarga tdk tau dada Keluarga tidak
3. Pusing
4. Cemas, khawatir
Cara menangani, pencegahan 5. Mual, anoreksia MK : Ketidakmampuan keluarga
6. Asites dalam mengenal masalah jantung
7. Edema
8. Takikardi, aritmia
9. Batuk

Perawatan Gagal Jantung


Memodifikasi lingkungan Menentukan tindakan
1. Pembatasan aktivitas fisik yang
ketat
2. Memberikan diet gagal jantung
Menciptakan lingkungan yang
3. Menangani penyakit penyerta HT, Tidak
dapat menurunkan stess
DM, dll
4. Rehabilitasi jantung (latiahan
dilakukan Tidak aerobic scr bertahap) MK : ketidakmampuan
dilakukan 5. Menghindari stress keluarga mengambil keputusan
6. Menciptakan lingkungan yang yang tepat
nyaman
Mengambil keputusan
MK : Ketidakmampuan keluarga
memelihara lingkungan Memanfaatkan fasilitas
kesehatan Tidak memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Tidak dilakukan
dilakukan
MK : Ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
MK : ketidakmampuan keluarga merawat
amggota keluarga yang sakit
Gambar 2.2 Pathway asuhan keperawatan keluarga decompensasi cordis
(dikembangkan dari Wijaya dan Putri, 2013, Achar, 2010).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Hasil pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret

2015 pukul 13.00 WIB pada keluarga Tn. S yang terdiri dari 4 anggota keluarga

yaitu Tn. S (63 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28),

Sdr. Y (23 tahun) sebagai anak. Tipe keluarga ini, termasuk keluarga inti

(nuclear family) yang terdiri dari kepala keluarga, istri, dan anak kandung.

Kelurga ini bersuku bangsa Jawa Indonesia. Semua anggota keluarga beragama

islam, mereka selalu taat dan rajin beribadah.

Genogram

keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

: Klien : Tinggal serumah


Gambar 3.1
Genogram keluarga Tn. S
Latar belakang pendidikan Tn. S (klien) adalah SI, pendidikan Ny. S

adalah SLTA, pendidikan Sdr. R, dan Sdr. Y adalah SI. Klien adalah seorang

pensiunan guru SD, setiap bulannya klien mendapat uang pensiunan dan

kiriman dari anaknya, Sdr. R sudah tidak tinggal satu rumah, bekerja sebagai

Audit Swasta dan sudah berkeluarga.

Pendapatan keluarga dalam satu bulan kurang lebih Rp. 4.500.000,00 dilihat

dari jumlah penghasilan keluarga Tn. S dan harta benda yang dimiliki dalam

keluarga, kelurga tersebut mempunyai status ekonomi yang menengah.

Keluarga ini dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan

biasanya berkumpul dengan keluarga atau dengan jalan santai setiap paginya

sambil berkunjung ke tempat tetangganya untuk menggobrol. Keluarga berada

dalam tahap keluarga usia lanjut saat ini tugas keluarga usia lanjut sudah

terpenuhi. Keluarga ini tinggal dalam satu rumah permanen milik sendiri yang

terletak di Cacaban Barat Kota Magelang. Luas tanah kurang lebih 400 m2 dan

luas bangunan 54 m2, lantai rumah dari keramik dan atap dari genting. Di dalam

rumah terdapat 7 ruangan yaitu 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur,

2 kamar mandi dan WC, 1 gudang dan garasi, 1 ruang dapur dan 1 ruang

makan. Sistem pencahayaan dan ventilasi cukup, jumlah jendela sebanyak 8

buah, dengan pemanfaatan ruang yang sudah cukup sesuai, jenis septicthank

leher angsa. Jarak septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air yang

digunakan untuk mandi, mencuci piring baju dan kebutuhan sehari-hari dengan

menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam hal

kesehatan lingkungan.
Keterangan
5 6 7
1. Ruang tamu
2. Kamar tidur
4 3 3. Ruang keluarga
2 4. Ruang makan
5. Dapur
1 6. Wc
7. Gudang dan garasi

Gambar 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn.S

Pola Komunikasi Keluarga Tn. S menggunakan bahasa Jawa dalam

berkomunikasi dengan anggota keluarga serta masyarakat. Keluarga

menerapkan kepada seluruh anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada

sesuatu hal atau permasalahan yang sedang dihadapi, bila terdapat masalah

keluarga di selesaikan bersama-sama. Pengambilan keputusan diambil

berdasarkan musyawarah bersama anggota keluarga dan tidak ada yang

mendominasi. Klien berperan sebagai kepala keluarga, suami dan bapak dari

kedua anaknya, klien dan istri sudah tidak bekerja, dan hanya mengandalkan

dari anak-anaknya, Ny.S menjalankan tugas pokoknya sebagai ibu rumah

tangga yang pekerjaannya memasak, bersih-bersih rumah, Sdr.R dan Sdr.Y,

sebagai anak Tn, S, mereka membantu mencari uang.

Tn. S (klien) adalah kepala keluarga dan ayah bagi anak-anaknya

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman.

Riwayat kesehatan klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu,

klien sudah berkali-kali opname di rumah sakit, terakhir opname bulan

September 2014 selama 24 hari di RST dr Soedjono Magelang. Penyakit klien

sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan sesak nafas dan jantung

berdebar bila kelelahan, biasanya saat kambuh klien istirahat dan minum obat
ISDN 20 mg, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan

angina pectoris.

Klien selalu kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan di poli

jantung RST dr Soedjono Magelang jika obat klien sudah habis atau setiap tiga

bulan sekali. Saat di kaji TD klien : 170/90 mmHg, klien tidak mengeluh

pusing, yang dikeluhkan hanya saat kelelahan pasti penyakitnya kambuh

dengan gejala sesak nafas dan jantung berdebar-debar, pernafasan 20

kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu 36 derat Celsius, bentuk kepala

mesochepal, rambut sudah beruban, kunjungtiva tidak anemis, fungsi

penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan

jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas

kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan.

Sedangkan Ny S mempunyai riwayat hipertensi dan kadar kolesterol

yang tinggi, terakhir tanggal 13 maret 2015 periksa di puskesmas kerkopan

dengan kadar kolesterol 315 mg/dl, saat dikaji tidak ada keluhan TD:140/90

mmHg, pernafasan :20x/mnt, nadi :82x/mnt, suhu :37 derajat Celsius, bentuk

kepala mesochepal, rambut sedikit beruban, kunjungtiva tidak anemis, fungsi

penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan

jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas

kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan. Sdr. Y tidak ada riwayat sakit yang

mengharuskan klien untuk berobat dan rawat inap di Rumah Sakit, saat dikaji

TD:110/90 mmHg, pernafasan 20 x/mnt, nadi 78 x/mnt, suhu 37 derajat

Celsius, bentuk kepala mesochepal, rambut hitam, kunjungtiva tidak anemis,


fungsi penglihatan dan pendengaran baik, mukosa bibir lembab, pemeriksaan

jantung, paru dan abdomen dalam batas normal, kekuatan otot ekstremitas

kanan dan kiri normal, tidak ada kelainan.

Keluarga Tn. S mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit

gagal jantung, dan pengetahuan mengenai pencegahan, terbukti saat dilakukan

pengkajian, klien sering bertanya tentang penyakitnya, keluarga hanya

mengetahui penyakit jantung dikarnakan stress, dan ditandai dengan sesak

nafas dan jantung berdebar-debar. Pengetahuan keluarga mengenal penyakit

terbatas terutama gagal jantung, keluarga sedikit mengerti mengenai hal-hal

yang dapat menyebabkan kekambuhan dan perlu dilakukan untuk mencegah

kekambuhan, keluarga juga kurang begitu tau makanan-makanan yang

dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat-

obatan medis untuk penderita gagal jantung, klien mengatakan kadang-kadang

masih mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak yang berlebih.

keingintahuan keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya

tentang masalah diit yang baik.

B. Analisa Data

Keluarga mengatakan belum mengetahui, mengenal penyakit gagal

jantung, dan pengetahuan megenai pencegahan, menurut mereka penyakit

jantung dikarnakan, factor kelelahan, stress, dan ditandai dengan sesak nafas

dan jantung berdebar-debar. Berdasarkan data diatas dapat di ambil diagnosa

keperawatan yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi


cordis berhubungan dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala,

faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).

Keluarga mengatakan kurang begitu tau makanan-makanan yang

dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat-

obatan medis untuk penderita gagal jantung, dan keluarga kadang-kadang

masih mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak yang berlebih, ini bisa

dilihat saat dilakukan pengkajian pada keluarga, menu masakan keluarga klien

masih mengandung kolesterol dan garam, terdapat gorengan sebagai suguhan.

Dari data tersebut dapat diambil diagnosa ketidakefektifan penatalaksanaan

progam terapeutik atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

Dari data-data yang diperoleh dapat dirumuskan diagnosa keperawatan

berdasarkan skoring sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis

berhubungan dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor

resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).

Sifat masalah skala : tidak / kurang sehat 3/3 X 1 : 1 masalah gagal jantung

Tn. S dengan keluhan sesak nafas dan jantung berdebar-debar.

kemungkinan masalah sebagian 1/2 X 2 : 1 masalah gagal jantung klien

sudah terjadi masih dapat diubah dengan memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga, potensial masalah untuk dicegah cukup masalah

gagal jantung klien dapat dicegah kekambuhannya dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan tentang gagal jantung dan cara perawatannya,


menonjolnya masalah Skala : masalah tidak dirasakan 2/2 X 1 : 1 keluarga

mengatakan sudah cukup lama penyakit yang diderita Tn. S dan sebaiknya

diatasi . Total Score 3 2/3.

2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Sifat masalah skala : ancaman kesehatan 2/3 X 1 : 2/3 keluarga kadang-

kadang masih mengkonsumsi gorengan, mengandung kolesterol, memakai

bumbu masak yang berlebih, kemungkinan masalah sebagian 1/2 X 2 : 1

keingintahuan keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga

bertanya tentang masalah diit yang baik, potensial masalah untuk dicegah

cukup 2/3 X 1 : 2/3 masalah gagal jantung klien dapat dicegah

kekambuhannya dengan cara pemberian pendidikan kesehatan tentang diit

dan pengobatan altenatif, menonjolnya masalah skala : masalah tidak

dirasakan 1/2 X 1 : 1/2 keluarga mengatakan kurang begitu tau makanan-

makanan yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan

altenatif selain obat-obatan medis untuk penderita gagal jantung. Total

Score 2 5/6.

C. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan skoring diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis

berhubungan dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala,

faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis ).


2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

D. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis

berhubungan dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala,

faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis )

Intervensi :

a. Gali pengetahuan keluarga tentang penyakit Decompensasi Cordis

b. Jelaskan keluarga tentang pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara

perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis

c. Bantu keluarga mengenal dan menyebutkan kembali tentang

pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan

pencegahan Decompensasi Cordis pada anggota keluarga.

d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengenal

masalah kesehatan decompensasi cordis

2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

Intervensi :

a. Tanyakan pengetahuan keluarga mengenai nutrisi pada Decompensasi

Cordis.

b. Sebutkan dan jelaskan contoh makanan yang dibatasi dan dihindari


c. Lakukan demonstrasi diit yang baik (pengobatan alternatif) untuk

Decompensasi Cordis.

d. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan keluarga mengetahui

penatalaksanaan diit decompensasi cordis.

E. Implementasi

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 maret 2015

pukul 10.00 wib pada keluarga Tn. S adalah sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah decompensasi cordis

berhubungan dengan Kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor

resiko, cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis).

Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan

tentang pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan dan

pencegahan Decompensasi Cordis.

2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Implementasi yang dilakukan adalah mendiskusikan tindakan

penatalaksanaan diit Decompensasi Cordis menjelaskan makanan yang

dianjurkan, contohnya : karbohidrat (beras ditim, roti, biscuit, kentang),

protein (daging tanpa kulit, ikan, putih telur, tahu, tempe), Sayuran

(kangkung, buncis, kacang panjang), buah-buahan (pisang, papaya, jeruk),

menjelaskan makan makanan yang harus dihindari dan dibatasi,

karbohidrat (singkong, tape), protein (gajih, daging ayam dengan kulit,

kacang-kacangan), sayuran (kol, sawi), lemak (minyak kelapa santan), dan


melakukan demonstrasi diit pengobatan altenatif Dengan mengkonsumsi

bawang putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air,

kemudian direbus di jadikan air satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x

(pagi,sore), serta memotivasi keluarga untuk melakukan tindakan yang

sudah dijelaskan.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakuan pada tanggal 13 maret 2014 jam 11.30 wib adalah

sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan

dengan kurang pengetahuan (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara

perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis)

S : Tn. S mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan,

keluarga mengatakan bahwa Decompensasi Cordis terjadi karena stress,

kelelahan karena aktivitas. Tanda gejala dari gagal jantung adalah sesak

nafas, mudah lelah, dan jantung berdebar-debar. Faktor resiko yang utama

mengalami gagal jantung adalah dari keturunan, gaya hidup.

klien mengatakan cara perawatan dan pencegahan dengan membatasi

aktivitas yang melelahkan, istirahat minimal 8 jam per hari, mengkonsumsi

makanan yang bergizi, mengurangi makan makanan yang mengandung

garam, lemah, dan kolesterol.

O : keluarga mendengarkan dengan antusias, Nampak memahami

penjelasan, keluarga mengangguk-angguk saat dijelaskan, keluarga

menjawab pertanyan dengan benar.


A : keluarga mampu mengenal pengertian, tanda, gejala, faktor resiko,

cara perawatan dan pencegahan Decompensasi Cordis.

P : Motivasi keluarga untuk mengenal dan mengetahui tentang

Decompensasi Cordis, dan menerapkan cara perawatan yang telah

dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit.

S : Keluarga Tn. S mengatakan sudah mengetahui lebih banyak

tentang penatalaksanaan Decompensasi Cordis meliputi diit yang benar,

yaitu menyebutkan makanan yang dianjurkan, contohnya : karbohidrat

(beras ditim, roti, biscuit, kentang), protein (daging tanpa kulit, ikan, putih

telur, tahu, tempe), Sayuran (kangkung, buncis, kacang panjang), buah-

buahan (pisang, papaya, jeruk), makan makanan yang harus dihindari dan

dibatasi, karbohidrat (singkong, tape), protein (gajih, daging ayam dengan

kulit, kacang-kacangan), sayuran (kol, sawi), lemak (minyak kelapa

santan), dan berjanji akan selalu melaksanakan diit Decompensasi cordis,

akan mengurangi pembelian lauk pauk berupa gorangan dari luar, serta

akan mencoba menerapkan pengobatan altenatif Dengan mengkonsumsi

bawang putih 5 siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air,

kemudian direbus di jadikan air satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x

(pagi,sore).
O : Keluarga mendengarkan dengan antusias, Nampak memahami

penjelasan, keluarga mengangguk-angguk saat dijelaskan, keluarga

menjawab pertanyan dengan benar, dan mampu menyebutkan kembali isi

penyuluhan

A : Keluarga mampu menunjukkan contoh bahan makanan yang harus

dihindari, dan bahan makanan pengobatan altenatif.

P : Motivasi keluarga untuk memperhatikan pola pemberian diit

khususnya pada anggota keluarga Tn. S dengan Decompensasi Cordis dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas masalah yang muncul pada

keluarga Tn. S selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.

S dengan masalah Decompensasi Cordis di Desa Cacaban Barat Kota

Magelang. Pada pembahasan kasus di bawah ini penulis akan menguraikan hal-

hal yang berkaitan dengan diagnosa keperawatan yang muncul, kesenjangan-

kesenjangan, skoring dari diagnosa tersebut, akibat yang terjadi bila masalah

tidak diatasi, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan

tahap pelaksanaan proses keperawatan keluarga menurut (Achjar, 2010).

Pengkajian yang dilakukan penulis yaitu dengan melalui wawancara,

pengamatan, dan juga pemeriksaan fisik terhadap klien. Menurut Mubarok,

(2009) pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil

informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

Hasil dari pengkajian keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga inti (nuclear

family) yang terdiri dari kepala keluarga, istri, dan anak kandung. Menurut

Allender & Spradley 2001 (dalam Achjar, 2010) Keluarga inti (nuclear family)

yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau angkat.

keluarga ini terdiri dari 4 anggota keluarga yaitu Tn. S (63 tahun) sebagai

kepala keluarga, Ny. S (53 tahun), Sdr. R (28 tahun), Sdr. Y (23 tahun) sebagai

anak, dan status kepemilikan rumah adalah milik sendiri.


Keluarga Tn. S saat ini dalam tahap perkembangan keluarga dengan

tahapan usia lanjut. Menurut Mubarok, (2009) pada masa tua mempertahankan

suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan

teman, kekuatan fisik.

dan pendapatan, mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat,

mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan

life review (merenungkan hidupnya).

Pada saat ini di keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit

Decompensasi Cordis yaitu Tn. S (klien) menderita gagal jantung kiri sejak 4

tahun yang lalu, dan saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sering

kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila kecapean, TD klien : 170/90

mmHg, pernafasan 20 kali/menit, nadi 95 kali/menit, suhu 36 derat Celsius.

Menurut Wijaya dan Putri, (2013) mengemukakan bahwa beberapa tanda dan

gejala dari penderita Decompensasi Cordis terutama adalah mudah lelah, sesak

nafas, batuk, nyeri dada, pusing, edema, asites, takikardi (jantung berdebar-

debar), aritmia. Dengan tanda dan gejala tersebut penulis menemukan

kesenjangan antara kenyataan dan teori, untuk tanda gejala batuk, nyeri dada,

pusing, edema, asites, aritmia, tidak dialami oleh klien, klien hanya

mengeluhkan sering kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila kecapean.

Dari kesenjangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala yang

dialami klien masih dalam tahap awal sehingga belum terjadi batuk, nyeri dada,

pusing, edema, asites, aritmia.


Pada saat dilakukan pengkajian dalam kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan decompensasi cordis didapatkan data bahwa keluarga

hanya tahu sedikit tentang penyakit gagal jantung. Menurut kelurga, penyakit

yang diderita klien dikarnakan faktor kelelahan, stress, ditandai dengan sesak

nafas dan jantung berdebar-debar.

Kemudian keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit

karena didapatkan data keluarga Tn. S kurang begitu tahu makanan-makanan

yang dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta diit yang baik (pengobatan

altenatif), untuk masalah kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan tidak ditemukan karena Tn. S dan keluarga selalu

kontrol di Puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan di poli jantung RST dr

Soedjono Magelang jika obat klien sudah habis atau setiap tiga bulan sekali,

selanjutnya kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

tidak ditemukan karena pada saat pengkajian ditemukan lantai rumah cukup

bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih, bak kamar mandi bersih, dan yang

paling penting keluarga Tn. S sadar bahwa dengan menciptakan lingkungan

yang bersih, nyaman, aman, rapi dapat mencegah penyebaran jenis penyakit.

Untuk masalah kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

atau pelayanan kesehatan di masyarakat juga tidak ditemukan karena keluarga

mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang berada di masyarakat

serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas

kesehatan yang berada di masyarakat.


Dari data pengkajian di atas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan

berdasarkan skoring sesuai teori yang telah dirumuskan Bailon dan Maglaya

(dalam Ali, 2010), masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan decompensasi cordis berhubungan

dengan kurang pengetahuan tentang decompensasi cordis, dan ketidakefektifan

penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Setelah

ditemukan masalah keperawatan dan berdasarkan skoring tertinggi maka

didapatkan diagnosa keperawatan yang utama yaitu ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

Decompensasi Cordis,

Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena dari hasil skoring diperoleh

nilai tertinggi yaitu 3 2/3. Sifat masalah tidak atau kurang sehat (nilai 1).

Menurut Ali (2010) kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mendapatkan

kesehatan, termasuk di dalamnya adalah keadaan sakit, dan keadaan tumbuh

kembang sesuai kecepatan normal. Masalah gagal jantung pada klien adalah

tidak atau kurang sehat dan memerlukan tindakan segera untuk mengurangi

semakin parahnya penyakit. Kemungkinan masalah dapat diubah hanya

sebagian (nilai 1) karena masalah gagal jantung pada klien sudah terjadi tetapi

masih dapat diubah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Potensial

masalah untuk dicegah cukup (nilai 2/3) karena masalah ini masih dapat diubah

yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit gagal

jantung, sedangkan untuk menonjolnya masalah, masalah berat harus ditangani


(nilai 1) keluarga menyadari adanya masalah dan keluarga sudah mengatasi

dengan cara pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas maupun rumah sakit.

Dari sini tampak bahwa masalah yang diangkat penulis sudah cukup tepat,

karena menurut Achjar, (2010) diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan

berdasarkan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

kesehatan dan keperawatan sebagai berikut : ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah, disebabkan persepsi terhadap keparahan penyakit

(pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab), persepsi keluarga terhadap

masalah kesehatan

Seperti teori kurang pengetahuan menurut Carpenito (2007) adalah suatu

keadaaan ketika seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi

pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi

atau rencana pengobatan. Batasan karakteristik mayornya yaitu :

mengungkapkan kurang pengetahuan atau permintaan informasi,

mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatannya,

melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan. Sedangkan

karakteristik minornya adalah kurang integrasi rencana tindakan ke dalam

kegiatan sehari-hari, menunjukkan atau mengekspresikan gangguan

psikologis, misal : cemas, depresi yang diakibatkan oleh salahnya informasi

atau kurangnya informasi.

Selanjutnya diagnosa keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan

penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk


diagnosa ini memiliki skore 2 5/6. Skore tersebut diperoleh dari Sifat masalah

Skala : ancaman kesehatan (nilai 2/3) karena keluarga kadang-kadang masih

mengkonsumsi gorengan, mengandung kolesterol, memakai bumbu masak

yang berlebih, kemungkinan masalah (nilai 1) dikarnakan keingintahuan

keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga bertanya tentang

masalah diit yang baik, potensial masalah untuk dicegah (nilai 2/3) dikarnakan

masalah gagal jantung klien dapat dicegah kekambuhannya dengan cara

pemberian pendidikan kesehatan tentang diit dan pengobatan altenatif,

menonjolnya masalah Skala : masalah tidak dirasakan (nilai 1/2) keluarga

mengatakan kurang begitu tau makanan-makanan yang dianjurkan ataupun

yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain obat-obatan medis untuk

penderita gagal jantung.

Menurut Carpenito, (2007) ketidakefektifan penatalaksanaan progam

terapeutik adalah suatu pola dimana keluarga mengalami atau beresiko

mengalami kesulitan dalam menyatukan progam kehidupan sehari-hari untuk

penatalaksanaan penyakit dan gejala sisa penyakit yang memenuhi tujuan

kesehatan khusus. Batasan karakteristik mayor yaitu tidak sesuai aktivitas

keluarga untuk mencapai tujuan dan progam tindakan pencegahan. Batas

karakteristik minornya percepatan (diharapkan atau tidak) dari gejala penyakit

dan gejala isinya, pengungkapan kesulitan dengan pengaturan atau penyatuan

yang ditentukan untuk pengobatan penyakit atau pencegahan komplikasi,

pengungkapan bahwa keluarga tidak melakukan usaha atau tindakan untuk


mengurangi faktor-faktor resiko terjadinya peningkatan penyakit dan

akibatnya.

Menurut Achjar, (2010) etiologi dari diagnosa ketidakefektifan

penatalaksanaan progam terapeutik dirumuskan berdasarkan ketidakmampuan

keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan yaitu

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan

karena kurang pengetahuan atau tidak mengetahuhi tentang keadaan penyakit,

misalnya sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala, dan

perawatannya.

Langkah selanjutnya penulis melakukan perencanaan untuk mengatasi

masalah sesuai dengan langkah-langkah pertama yaitu menentukan sasaran.

Sasaran adalah tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. Sasaran

yang ingin dicapai yaitu setelah tindakan keperawatan dilakukan diharapkan

keluarga mampu mengenal decompensasi cordis. Langkah kedua yaitu

menentukan tujuan. Tujuan yaitu pertanyaan yang lebih spesifik atau lebih

terinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang

dilakukan. Tujuan tindakan keperawatan ini adalah keluarga mampu

memahami decompensasi cordis (pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara

perawatan dan pencegahan) dan mampu dalam penatalaksanaan progam

terapeutik atau diit. Langkah ketiga adalah menentukan pendekatan dan

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan

ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab yang

mengakibatkan ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas


kesehatan. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi

Cordis) berhubungan dengan kurang pengetahuan dan ketidakefektifan

penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit adalah dengan

memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi diit yang baik (pengobatan

alternatif).

Menurut Azwar (cit. Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno, & Santoso, S,

2005) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan.

Output dari pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau

perilaku untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan kesehatan yang

kondusif (Notoatmodjo, 2005).

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung (Decompensasi

Cordis) berhubungan dengan kurang pengetahuan yaitu dengan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai pengertian, tanda, gejala, faktor resiko, cara

perawatan, pencegahan Decompensasi Cordis. Dengan menggunakan media

leaflet.
Kemudian untuk mengatasi masalah ketidakefektifan penatalaksanaan

progam terapeutik atau diit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit adalah dengan memberikan pendidikan

kesehatan menyebutkan contoh makanan yang dibatasi dan dihindari serta

melakukan demonstrasi diit yang baik (pengobatan altenatif) untuk

Decompensasi Cordis, dengan mengkonsumsi bawang putih 5 siung, jamur

kuping 10 gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air, kemudian direbus di jadikan air satu

gelas, selanjutnya diminum sehari, 2x (pagi,sore), serta memotivasi keluarga

untuk melakukan tindakan yang sudah dijelaskan.

(http://www.berbisnisjamur.com/manfaat-jamur-kuping-hitam)

Alat bantu pendidikan atau alat peraga adalah alat-alat yang digunakan

oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Elgar

Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam yaitu kata-kata, tulisan,

rekaman (radio), film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi, sandiwara,

benda tiruan, benda asli. Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan

adalah ceramah dan dengan media leaflet. metode ceramah baik untuk sasaran

yang berpendidikan tinggi maupun rendah, sementara leaflet merupakan suatu

bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran

yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau

kombinasi.

(Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno, & Santoso, S, 2005).

Pada tahap evaluasi masalah ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah gagal jantung (Decompensasi Cordis) berhubungan dengan kurang


pengetahuan didapatkan respon bahwa keluarga sudah memahami tentang

kondisi yang dialami klien dan memahami tentang penyakit Decompensasi

Cordis. Keluarga juga mampu menjawab pertanyaan evaluasi secara tepat

menggunakan Bahasa sendiri yang lebih sederhana. Selanjutnya untuk masalah

ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

didapatkan respon keluarga mampu menunjukkan contoh bahan makanan yang

harus dihindari, dibatasi, dan bahan makanan pengobatan altenatif, serta

mempraktekannya.

Sikap klien yang positif pada saat dilakukan pendidikan kesehatan dan

demonstrasi sesuai dengan sesuai dengan pendapat Kelman (1958) dalam

Sarwono (2004) yang menjelaskan bahwa perubahan sikap dan perilaku

individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir berupa

internalisasi. Tahap kepatuhan (compliance) biasanya perubahan yang terjadi

pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama

masih ada pengawasan.

B. Simpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga Tn. S dengan masalah

Decompensasi Cordis pada Tn. S di Cacaban Barat Kota Magelang dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

Proses keperawatan yang pertama penulis lakukan adalah tahap

pengumpulan data dengan metode wawancara dan observasi. Pengkajian


dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 pada pukul 13.00

WIB di rumah keluarga Tn. S, beberapa hal yang dikaji oleh penulis antara lain

identitas klien, riwayat keperawatan, pengkajian fokus serta pemeriksaan fisik.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan, kemudian penulis melakukan proses

keperwatan selanjutnya yaitu analisa data sehingga muncul dua diagnosa yaitu

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang Decompensasi Cordis, dan ketidakefektifan

penatalaksanaan progam terapeutik atau diit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Selanjutnya

penulis melakukan perencanaan terhadap tindakan keperawatan disesuaikan

dengan kondisi keluarga Tn. S, sumber daya yang ada yaitu dengan cara

melakukan pendidikan kesehatan dan demontrasi diit yang baik (pengobatan

altenatif). Kemudian dilakukan implementasi untuk mengatasi masalah kedua

diagnosa keperawatan yang telah ditemukan tersebut. Terakhir penulis

melakukan evaluasi terhadap implementasi-implementasi keperawatan yang

telah dilaksanakan terhadap keluarga Tn. S.

Setelah diberikan asuhan keperawatan kepada keluarga Tn. S, dan

kemudian dievaluasi maka didapatkan hasil evaluasi bahwa semua diagnosa

keperawatan yang telah ditangani melalui asuhan keperawatan telah teratasi,

namun penyelesaian terhadap diagnosa tersebut belum optimal sehingga

masih perlu diberikan motivasi dan merencanakan untuk berkoordinasi

dengan pihak terkait yaitu Puskesmas Kerkopan.


Dalam melakukan asuhan keperawatan Penulis menemukan kesenjangan

yaitu klien mengeluh sering kelelahan, sesek nafas dan jantung berdebar bila

kecapean. Menurut Wijaya dan Putri, (2013) mengemukakan bahwa beberapa

tanda dan gejala dari penderita Decompensasi Cordis terutama adalah mudah

lelah, sesak nafas, batuk, nyeri dada, pusing, edema, asites, takikardi (jantung

berdebar-debar), aritmia. Maka penulis menemukan kesenjangan antara

kenyataan dan teori, kenyataannya untuk tanda dan gejala yang diderita Tn. S

tidak sama persis seperti teori yang dikemukakan.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga ; Bagi


Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi Perawat Puskesmas. Denpasar :
Sagung seto.

Ali Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC

Austin et al, (2008). Penelitian Pengaruh Rehabilitasi Jantung. (online).


http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=vi
ew&typ=html&file=302882.pdf&ftyp=potongan&tahun=2013&potongan=
S2-2013-302882-chapter1.pdf diakses (5 januari 2015).

Azwar, Achdiat, Arizal. (2011). Penyakit Usia Tua. Jakarta : Egc.

Manfaat Jamur Kuping Hitam. (7, Oktober 2011). Sleman Yogyakarta. (online)
(http://www.berbisnisjamur.com/manfaat-jamur-kuping-hitam) diakses(11
maret 2015).

Data sekunder laporan bulan Januari-Desember tahun 2014 dan bulan Januari-
Maret 2015 Puskesmas Kerkopan.

Ervinaria Uly Imaligy. (2014). Gagal Jantung pada Geriatri. 19 (1) ). (online).
http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_212Gagal%20Jantung%20pada%20
Geriatri.pdf di akses (03 Januari 2015).

Machfoedz, I, Suryani, E, Sutrisno, & Santoso, S. (2005). Pendidiksn Kesehatan


Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

Jhonson, L & Leny, R. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, Chayatin, Nurul, Adi s, Bambang. (2009). Ilmu keperawatan
Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto.

Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular Dan Hematomegali. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, Prof. Dr.Soekijo. (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Sumetriani, M. (2009). Efektifitas Exstrak Bawang Putih dalam Menghambat


Pertumbuhan jamur Legenidium sp. Penyebab Penyakit pada Abalon (haliotis
asinine). Forum Penelitian. (online)
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-221-678274975-
tesis%20final.pdf diakses (11 maret 2015).
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC.

Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba


Medika.

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika.
LAMPIRAN 1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. S

DENGAN DECOMPENSASI CORDIS

PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 di rumah
keluarga Tn. S pukul 13.00 wib
a. Data Umum
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 63 th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : S1
6. Pekerjaan : Pensiunan
7. Alamat rumah : Cacaban Barat RT 08 RW 10 Kota Magelang
8. Diagnosa medis : Decompensasi Cordis
9. Komposisi Keluarga

NO Nama JK Hub. Dg Umur Pendidikan Pekerjaan


Anggota Kepala Terakhir
Keluarga Keluarga

1 Tn. S L KK 63 th S1 Pensiunan

2 Ny. S P Isteri 53 th SLTA IRT

3 Sdr. R L Anak 28 th S1 Astra


Kandung
4 Sdr. Y L Anak 23 th S1 Audit
Kandung Swasta
Genogram Keluarga Tn. S

Keterangan :
: Laki-laki : Laki-laki meninggal

: Perempuan : Perempuan meninggal

: Klien : Tinggal serumah

10. Tipe Keluarga


Tipe keluarga Tn. S termasuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari
kepala keluarga, istri, dan anak kandung.
11. Suku bangsa
Seluruh anggota keluarga Tn. S berasal dari suku Jawa, Indonesia
12. Agama
Seluruh anggota keluarga Tn. S beragama islam, mereka selalu taat dan rajin
beribadah
13. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn.S berasal dari uang pensiunan guru SD dan dapat
kiriman uang dari anaknya Sdr.R.
Uang pensiunan Guru SD ± Rp 2.500.000,00 /bulan
Uang kiriman Anaknya ± Rp 2.000.000,00 /bulan
Jumlah penghasilan keluarga Tn. S digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, dilihat dari jumlah penghasilan keluarga Tn. S dan harta benda
yang dimiliki dalam keluarga, kelurga tersebut mempunyai status ekonomi
yang menengah.
14. Aktivitas rekreasi keluarga
Setiap hari klien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan rekreasi
dan hiburan biasanya berkumpul dengan keluarga atau dengan jalan santai
setiap paginya sambil berkunjung ke tempat tetangganya untuk menggobrol
dengan tetangganya.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


15. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada tahap ini keluarga berada dalam tahap keluarga usia lanjut, tugas
perkembangn keluarga :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
16. Tahap keluarga yang belum terpenuhi
a. Mempertahankan kesehatan keluarga
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
17. Riwayat keluarga inti
Ibu klien mempunyai riwayat jantung koroner, 5 orang saudara kandung
klien mengalami sakit stroke, namun dalam keluarga Tn. S tidak ada
riwayat penyakit menular.
Riwayat masing-masing anggota keluarga Tn. S:
a. Tn. S : klien menderita gagal jantung kiri sejak 4 tahun yang lalu,
klien sudah berkali-kali opname di rumah sakit, terakhir opname bulan
September 2014 selama 24 hari di RST dr Soedjono Magelang. Penyakit
klien sering kambuh dengan keluhan sering kelelahan, sesak nafas dan
jantung berdebar bila kecapean, biasanya saat kambuh klien istirahat
dan minum obat, selain itu klien juga mempunyai riwayat penyakit
hipertensi dan angina pectoris, Tn. S selalu kontrol di puskesmas
Kerkopan setiap bulannya dan kontrol di poli jantung RST dr Soedjono
Magelang jika obat klien sudah habis atau setiap tiga bualan sekali.
b. Ny.S : Ny S mempunyai riwayat hipertensi dan kadar kolesterol
yang tinggi, terakhir tanggal 13 maret 2015 periksa di puskesmas
kerkopan dengan kadar kolesterol 315 mg/dl
c. Sdr.L : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit
d. Sdr.Y : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di Rumah Sakit.
18. Riwat penyakit keluarga sebelumya
Ibu klien mempunyai riwayat jantung koroner, 5 orang saudara kandung
klien mengalami sakit stroke, namun dalam keluarga Tn. S tidak ada
riwayat penyakit menular seperti TBC, HIV dll

C. Lingkungan
19. Karakteristik rumah
Status kepemilikan rumah adalah milik sendiri luas tanah kurang lebih 400
m2 dan luas bangunan 54 m2. Tipe rumah termasuk permanen, lantai rumah
dari keramik dan atap dari genting. Di dalam rumah terdapat 7 ruangan yaitu
1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi dan WC, 1
gudangdan garasi, 1 ruang dapur dan 1 ruang makan. Sistem pencahayaan
dan ventilasi cukup, jumlah jendela sebanyak 8 buah, dengan pemanfaatan
ruang yang sudah cukup sesuai, jenis septicthank leher angsa. Jarak
septicthank dengan sumber air kurang dari 10 m, air yang digunakan untuk
mandi, mencuci piring baju dan kebutuhan sehari-hari dengan
menggunakan air sumur. Keluarga merasa tidak mempunyai masalah dalam
hal kesehatan lingkungan.

Denah Rumah

6 7
5
Keterangan :

8. Ruang tamu
9. Kamar tidur
4 10.Ruang keluarga
3 11.Ruang makan
12.Dapur
13.Wc
14.Gudang dan garasi

20. karakteristik tetangga dan komunitas RW


Klien tinggal di daerah pedesaan yang jarak rumah dengan rumah
lainnya lumayan dekat. Tetangga di lingkungan klien ramah dan saling
menghormati satu sama lain serta saling membantu ketika ada hajatan atau
ada yang tertimpa musibah. Tn. S masih aktif dalam mengikuti kegiatan di
masyarakat seperti, pengajian tiap malam jumat.
21. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn S sudah menetap dilingkungan tersebut sudah lama ± tahun
1974
22. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Tn. S juga
sering memberi nasehat yang baik kepada anggota keluarga. Keluarga
Tn. S juga melakukan komunikasi di masyarakat dengan baik. Sehingga
timbul rasa saling percaya antara anggota masyarakat.
23. System pendukung keluarga
Di rumah fasilitas-fasilitas kesehatan yang dimiliki adalah sarana MCK,
tempat tidur, sumber air bersih, sarana hiburan (televisi) dan motor sebagai
sarana transportasi.

D. Struktur Keluarga
24. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan
anggota keluarga serta masyarakat. Keluarga menerapkan kepada seluruh
anggota keluarga untuk selalu terbuka jika ada sesuatu hal atau
permasalahan yang sedang dihadapi, bila terdapat masalah keluarga di
selesaikan bersama-sama.
25. Struktur kekuatan Keluarga
Dalam anggota keluarga, Tn. S, keputusan diambil berdasarkan
musyawarah bersama anggota keluarga dan tidak ada yang mendominasi.
26. Struktur Peran
Dalam keluarga, Tn. S berperan sebagai kepala keluarga, suami dan
bapak dari kedua anaknya, Tn. S dan Ny. S sudah tidak bekerja, dan hanya
mengandalkan dari anak-anaknya, Ny.S menjalankan tugas pokoknya
sebagai ibu rumah tangga yang pekerjaannya memasak, bersih-bersih
rumah.
Sdr.L dan Sdr.Y, sebagai anak Tn. S, mereka membantu mencari uang.
27. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga tidak mempunyai nilai dan norma khusus, nilai dan norma
yang dianut sesuai dengan agama islam, tidak ada norma yang bertentangan
dengan kesehatan keluarga menganggap kesehatan sangat penting artinya
sehingga bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas
E. Fungsi Keluarga
28. Fungsi Afektif
Di dalam keluarga Tn S, semua anggota keluarga saling memberikan
kasih sayang dan perhatian satu sama lain. Keluarga menerapkan sistem
demokrasi dan musyawarah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapai
oleh anggota keluarga.
29. Fungsi Sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota
keluarga saling menghormati dan menerapkan etika serta sopan santun
dalam berperilaku
30. Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarga
belum mengetahui mengenal penyakit gagal jantung, dan pengetahuan
megenai pencegahan, terbukti saat dilakukan pengkajian, Tn. S sering
bertanya tentang penyakitnya keluarga hanya mengetahui penyakit
jantung dikarnakan faktor kelelahan, stress, dan ditandai dengan sesak
nafas dan jantung berdebar-debar.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat :
Tn. S dan keluarga mengatakan mengetahui Tn. S sakit jantung
setelah Tn. S di rawat di rumah sakit 5 bulan yang lalu, Tn. S selalu
kontrol di puskesmas Kerkopan setiap bulannya dan kontrol di poli
jantung RST dr Soedjono Magelang jika obat klien sudah habis atau
setiap tiga bualan sekali.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Pengetahuan keluarga mengenal penyakit terbatas terutama gagal
jantung, keluarga sedikit mengerti mengenai hal-hal yang dapat
menyebabkan kekambuhan dan perlu dilakukan untuk mencegah
kekambuhan, keluarga juga kurang begitu tahu makanan-makanan yang
dianjurkan ataupun yang harus dihindari serta pengobatan altenatif selain
obat-obatan medis untuk penderita gagal jantung. Tn.S mengatakan
kadang-kadang masih mengkonsumsi gorengan, memakai bumbu masak
yang berlebih,
Keingintahuan keluarga tentang perawatan tinggi dibuktikan keluarga
bertanya tentang masalah diit yang baik.
terdapat gorengan sebagai suguhan dan menu masakan keluarga klien
masih mengandung kolesterol dan garam
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
1) Lantai rumah cukup bersih, ventilasi baik, kamar mandi bersih, bak
kamar mandi bersih
2) Keluarga sadar bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih,
nyaman, aman, rapi dapat mencegah penyebaran jenis penyakit.
e. Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan
kesehatan di masyarakat
1) Keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
dalam menangani penyakitnya
2) Keluarga mengetahui dan mengerti semua fasilitas kesehatan yang
berada di masyarakat serta keluarga tahu bagaimana prosedur dalam
memanfaatkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang berada di
masyarakat.
31. Fungsi Reproduksi
a. Tn. S mempunyai anak 2 yaitu laki-laki semua dan memiliki istri satu
b. Ny.S sudah mengalami menopause.
32. Fungsi Ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
dari penghasilan pensiunan yang diperoleh dan dari kiriman uang anaknya.

F. Stres dan Koping Keluarga


33. Stressor jangka panjang dan pendek
Tn. S mengatakan merasa khawatir, cemas jika ada anggota keluarga
yang mengeluh tentang masalah kesehatannya.Keluarga merasa tidak
nyaman apabila ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
34. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap situasi atau stressor
Tn. S berusaha untuk menangani keluhan kesehatan baik dengan
penanganan mandiri maupun dengan layanan kesehatan
Tn. S sudah berusaha mencegah kekambuhan dengan mengatur pola
makan, Aktivitas sesuai dengan kemampuan, istirahat dan tidur.
35. Strategi Koping yang Digunakan
Keluarga memeriksakan diri ke Puskesmas Kerkopan atau Rumah
Sakit jika ada keluhan yang berhubungan dengan kesehatan

G. Harapan Keluarga
36. Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas kesehatan bisa memberikan solusi masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga. Serta ingin mendapatkan berbagai
informasi dari petugas kesehatan mengenai kesehatan demi menjaga
kesehatan anggota keluarganya.

H. Data Tambahan
1. Nutrisi
Kebiasaan makan keluarga Tn S 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk.
2. Eliminasi
Keluarga Tn S tidak mengalami masalha eliminasi BAB dan BAK dengan
lancar
3. Istirahat dan tidur
Keluarga Tn. S mengatakan setiap malamnya terbiasa tidur ± pukul 21.00
WIB sampai pukul 04.00 WIB. Selain itu juga mempunyai kebiasaan tidur
siang ± 1-3 Jam.
4. Aktivitas sehari-hari
Kelurga melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan peran masing-
masing anggota keluarga namun jika ada anggota keluarga yang memiliki
waktu luang maka saling membantu dan melengkapi
5. Merokok
Dari keluarga Tn. S tidak ada yang merokok.

I. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Anggota

Tn. S Ny. S Sdr. Y


K. Umum Baik Baik Baik
Kepala bentuk mesochepal, bentuk mesochepal, tidak bentuk
tidak terdapat luka, terdapat luka, kulit kepala mesochepal,
kulit kepala bersih, bersih, tidak berbau, tidak terdapat
tidak berbau, rambut sedikit beruban luka, kulit
rambut beruban kepala bersih,
tidak berbau,
rambut hitam
TTV TD:170/90 TD:140/90 TD:110/90
RR:20x/mnt RR:20x/mnt RR:20x/mnt
N:95x/mnt N:82x/mnt N:78x/mnt
T:36C T:37C T:37C
BB/TB 67kg/160cm 50kg/ 150cm 65 kg/170cm
Mata simetris, reflek simetris, reflek pupil simetris, reflek
pupil terhadap terhadap cahaya baik, pupil terhadap
cahaya baik, sklera sklera tidak ikterik, cahaya baik,
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis sklera tidak
konjungtiva tidak ikterik,
anemis konjungtiva
tidak anemis
Hidung bersih, fungsi bersih, fungsi penciuman bersih, fungsi
penciuman baik, baik, tidak terdapat penciuman
tidak terdapat sekret, tidak ada baik, tidak
sekret, tidak ada pernapasan cuping terdapat sekret,
pernapasan cuping hidung, tidak ada polip tidak ada
hidung, tidak ada hidung pernapasan
polip hidung cuping hidung,
tidak ada polip
hidung
Mulut mukosa bibir Mukosa bibir lembab, mukosa bibir
lembab, bentuk bentuk simetris, tidak ada lembab, bentuk
simetris, tidak ada stomatitis simetris, tidak
stomatitis. ada stomatitis
Leher simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak
pembesaran pembesaran kelenjar ada
kelenjar getah getah bening, tidak ada pembesaran
bening, tidak ada pembesaran kelenjar kelenjar getah
pembesaran tiroid bening, tidak
kelenjar tiroid ada
pembesaran
kelenjar tiroid
Dada : I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi, I : tidak ada
Paru ekspansi dada ekspansi dada simetris lesi, ekspansi
simetris P : vocal fremitus teraba dada simetris
P : vocal fremitus sama P : vocal
teraba sama P : sonor fremitus teraba
P : sonor A : vesikuler sama
A : vesikuler P : sonor
A : vesikuler
Jantung I : Tidak Nampak I :Tidak Nampak ictus I : Tidak
ictus cordis , tidak cordis , tidak ada lesi Nampak iktus
ada lesi P :ictus cordis teraba di cordis , tidak
P : ictus cordis ic 5 ada lesi
teraba di ic 5 P : Redup P : ictus cordis
bunyi jantung A : Auskultasi : S1 dan S2 teraba di ic 5
P : Redup reguler P : redup
A :Auskultasi S1 A : Auskultasi:
dan S2 reguler S1 dan S2
reguler
Abdomen I : datar, tidak ada I : datar, tidak ada lesi I : datar,
lesi A : bising usus terdapat bekas
A : bising usus 15x/menit, luka op app
15x/menit, P : tidak ada pembesaran A : bising usus
P : tidak ada hepar atau lien, tidak ada 15x/menit,
pembesaran hepar nyeri tekan, P : tidak ada
atau lien, tidak ada P : tympani.. pembesaran
nyeri tekan, hepar atau lien,
P : tympani. tidak ada nyeri
tekan,
P : tympani..
Tangan Dapat bergerak Dapat bergerak bebas, Dapat bergerak
bebas, tidak ada tidak ada oedem, tidak bebas, tidak
oedem, tidak terdapat lesi ada oedem,
terdapat lesi tidak terdapat
lesi
Kaki Dapat bergerak Dapat bergerak bebas, Dapat bergerak
bebas, tidak tidak terdapat oedem bebas, tidak
terdapat oedem terdapat oedem
pada kedua
punggung kaki
genetalia Tidak ada keluan Tidak ada keluan Tidak ada
keluan
Anus Tidak ada hemoroid Tidak ada hemoroid Tidak ada
hemoroid

J. Analisa Data

No Data Fokus Penyebab Masalah


1 Ds : Keluarga mengatakan belum Kurang Ketidakmampuan
mengetahui mengenal penyakit gagal pengetahuan keluarga mengenal
jantung, dan pengetahuan megenai masalah kesehatan
pencegahan, menurut mereka penyakit
jantung dikarnakan, faktor kelelahan,
stress, dan ditandai dengan sering
kelelahan, sesak nafas dan jantung
berdebar-debar.
Do : Tn.S sering bertanya tentang
penyakitnya.
TD:170/90
RR:20x/mnt
N:95x/mnt
T:36C

2. Ds : keluarga mengatakan kurang Ketidakmampuan Ketidakefektifan


begitu tahu makanan-makanan yang merawat anggota penatalaksanaan
dianjurkan ataupun yang harus yang sakit progam terapeutik
dihindari serta pengobatan altenatif atau diit.
selain obat-obatan medis untuk
penderita gagal jantung, dan keluarga
kadang-kadang masih mengkonsumsi
gorengan, memakai bumbu masak
yang berlebih
Do : menu masakan keluarga klien
masih mengandung kolesterol dan
garam pada saat di kaji terdapat
gorengan sebagai suguhan.

K. Skala Prioritas
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung
(Decompensasi Cordis) berhubungan dengan kurang pengetahuan
No Kriteria Perhitungan Pembenaran
(skore)
1 Sifat masalah 3/3 X 1 : 1 Masalah gagal jantung Tn. S
Skala : dengan keluhan sesak nafas dan
Tidak / kurang sehat jantung berdebar-debar.
2 Kemungkinan masalah 1/2 X 2 : 1 Masalah gagal jantung Tn. S
sebagian sudah terjadi masih dapat diubah
dengan memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga
3 Potensial masalah untuk 2/3 X 1 : 2/3 Masalah gagal jantung Tn. S
dicegah dapat dicegah kekambuhannya
cukup dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan tentang
gagal jantung dan cara
perawatannya
4 Menonjolnya masalah 2/2 X 1 : 1 Keluarga mengatakan sudah
Skala : masalah tidak cukup lama penyakit yang
dirasakan diderita Tn. S dan sebaiknya
diatasi
Total Score 3 2/3
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Perhitungan(skore) Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3 X 1 : 2/3 keluarga kadang-kadang
Skala : masih mengkonsumsi
Ancaman Kesehatan gorengan, memakai bumbu
masak yang berlebih
2 Kemungkinan masalah 1/2 X 2 : 1 Keingintahuan keluarga
sebagian tentang perawatan tinggi
dibuktikan keluarga bertanya
tentang masalah diit yang
baik.
3 Potensial masalah 2/3 X 1 : 2/3 Masalah gagal jantung Tn.
untuk dicegah S dapat dicegah
Cukup kekambuhannya dengan cara
pemberian pendidikan
kesehatan tentang diit dan
pengobatan altenatif
4 Menonjolnya masalah 1/2 X 1 : 1/2 keluarga mengatakan kurang
Skala : masalah tidak begitu tahu makanan-
dirasakan makanan yang dianjurkan
ataupun yang harus dihindari
serta pengobatan altenatif
selain obat-obatan medis
untuk penderita gagal jantung.
Total Score 2 5/6

L. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gagal jantung
(Decompensasi Cordis) berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Ketidakefektifan penatalaksanaan progam terapeutik/diit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
M. Intervensi Keperawatan
No Tgl/Jam Diagnosa Tujuan umum Tujuan Khusus Evaluasi Evaluasi Intervensi Paraf
Keperawatan Kriteria Standar
1 12 maret Ketidakmampuan Setelah Setelah dilakukan Verbal Keluarga 1. Gali pengetahuan keluarga tentang penyakit
keluarga mengenal dilakukan keperawatan mampu Decompensasi Cordis
2015
masalah kesehatan keperawatan selama 1x30 menit, menjelaskan 2. Jelaskan keluarga tentang pengertian, tanda,
16.00 berhubungan selama 1x30 diharapkan tentang gejala, faktor resiko, cara perawatan dan okta
dengan Kurang menit, keluarga dapat (pengertian, pencegahan Decompensasi Cordis
wib
pengetahuan diharapkan mengenal masalah tanda, gejala, 3. Bantu keluarga mengenal dan menyebutkan
(pengertian, tanda, keluarga dapat decompensasi faktor resiko, kembali tentang pengertian, tanda, gejala,
gejala, faktor mengenal Cordis yang cara perawatan faktor resiko, cara perawatan dan pencegahan
resiko, cara masalah dialami Tn. S : dan pencegahan Decompensasi Cordis pada anggota keluarga.
perawatan dan Decompensasi 1. Mampu Decompensasi 4. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan
pencegahan Cordis yang menyebutkan Cordis ) keluarga mengenal masalah kesehatan
Decompensasi dialami Tn. S kembali decompensasi cordis
Cordis ) pengertian,
tanda, gejala,
faktor resiko,
cara perawatan
dan pencegahan
Decompensasi
Cordis )
No Tgl/Jam Diagnosa Tujuan umum Tujuan Khusus Evaluasi Evaluasi Intervensi Paraf
Keperawatan Kriteria Standar
2 12 Maret Ketidakefektifan Setelah Setelah dilakukan Verbal Keluarga 1. Tanyakan pengetahuan keluarga mengenai
penatalaksanaan dilakukan keperawatan selama mampu nutrisi pada Decompensasi Cordis.
2015
progam keperawatan 1x30 menit, menyebutkan 2. Sebutkan dan jelaskan contoh makanan yang
16.00 terapeutik/diit selama 1x30 diharapkan contoh dibatasi dan dihindari okta
berhubungan menit, keluarga dapat makanan yang 3. Lakukan demonstrasi diit yang baik
wib
dengan diharapkan melaksanakan dibatasi, (pengobatan alternatif) untuk Decompensasi
ketidakmampuan keluarga dapat progam terapeutik dihindari, diit Cordis.
keluarga merawat melaksanakan berupa diit yang yang baik 4. Berikan reinforcement positif atas keberhasilan
anggota keluarga progam baik terhadap Tn. (pengobatan keluarga mengetahui penatalaksanaan diit
yang sakit. terapeutik S, dengan altenatif) decompensasi cordis.
berupa diit menyebutkan
yang baik contoh makanan
terhadap Tn. yang dibatasi,
S dihindari, diit yang
baik (pengobatan
altenatif)
N. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Khusus Implementasi Evaluasi Paraf

13 Maret Ketidakmampuan keluarga Setelah 1. menggali pengetahuan keluarga S : Tn. S mengatakan mengerti dengan
mengenal masalah kesehatan dilakukan tentang penyakit Decompensasi penjelasan yang diberikan, keluarga
2015
berhubungan dengan Kurang pendidikan Cordis mengatakan bahwa Decompensasi Cordis
10.00- pengetahuan (pengertian, kesehatan 1x30 2. menjelaskan keluarga tentang terjadi karena stress, kelelahan karena okta
tanda, gejala, faktor resiko, menit, pengertian, tanda, gejala, faktor aktivitas. Tanda gejala dari gagal jantung
11.30
cara perawatan dan diharapkan resiko, cara perawatan dan adalah sesak nafas, mudah lelah, dan
wib pencegahan Decompensasi keluarga : pencegahan Decompensasi Cordis jantung berdebar-debar. Faktor resiko yang
Cordis ) Mampu 3. membantu keluarga mengenal dan utama mengalami gagal jantung adalah dari
menyebutkan menyebutkan kembali tentang keturunan, gaya hidup. Tn S mengatakan
kembali pengertian, tanda, gejala, faktor cara perawatan dan pencegahan dengan
pengertian, resiko, cara perawatan dan membatasi aktivitas yang melelahkan,
tanda, gejala, pencegahan Decompensasi Cordis istirahat minimal 8 jam per hari,
faktor resiko, pada anggota keluarga. mengkonsumsi makanan yang bergizi,
cara perawatan 4. memberikan reinforcement positif mengurangi makan makanan yang
dan pencegahan atas keberhasilan keluarga mengandung garam, lemah, dan kolesterol.
Decompensasi mengenal masalah kesehatan O : keluarga mendengarkan dengan antusias,
Cordis ) decompensasi cordis Nampak memahami penjelasan, keluarga
mengangguk-angguk saat dijelaskan,
keluarga menjawab pertanyan dengan
benar.
A : keluarga mampu mengenal pengertian,
tanda, gejala, faktor resiko, cara perawatan
dan pencegahan Decompensasi Cordis.
P : Motivasi keluarga untuk mengenal dan
mengetahui tentang Decompensasi Cordis,
dan menerapkan cara perawatan yang telah
dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.

13 Maret Ketidakefektifan Setelah 1. menanyakan pengetahuan keluarga S : Keluarga Tn. S mengatakan sudah
penatalaksanaan progam dilakukan mengenai nutrisi pada Decompensasi mengetahui lebih banyak tentang
2015
terapeutik/diit berhubungan Pendidikan Cordis. penatalaksanaan Decompensasi Cordis
10.00- dengan ketidakmampuan kesehatan 2. menyebutkan dan jelaskan contoh meliputi diit yang benar, yaitu menyebutkan okta
keluarga merawat anggota selama 1x30 makanan yang dibatasi dan dihindari makanan yang dianjurkan, contohnya :
11.30
keluarga yang sakit. menit, 3. melakukan demonstrasi diit yang karbohidrat (beras ditim, roti, biscuit,
diharapkan baik (pengobatan alternatif) untuk kentang), protein (daging tanpa kulit, ikan,
keluarga dapat Decompensasi Cordis dengan putih telur, tahu, tempe), Sayuran
melaksanakan mengkonsumsi bawang putih 5 (kangkung, buncis, kacang panjang), buah-
progam siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 buahan (pisang, papaya, jeruk), makan
terapeutik biji dan 2 gelas air, kemudian direbus makanan yang harus dihindari dan dibatasi,
berupa diit di jadikan air satu gelas, kemudian karbohidrat (singkong, tape), protein (gajih,
yang baik diminum sehari, 2x (pagi,sore). daging ayam dengan kulit, kacang-
terhadap Tn. S, 4. memberikan reinforcement positif kacangan), sayuran (kol, sawi), lemak
dengan atas keberhasilan keluarga (minyak kelapa santan), dan berjanji akan
menyebutkan mengetahui penatalaksanaan diit selalu melaksanakan diit Decompensasi
contoh decompensasi cordis. cordis, akan mengurangi pembelian lauk
makanan yang pauk berupa gorangan dari luar, serta akan
dibatasi, mencoba menerapkan pengobatan altenatif
dihindari, diit Dengan mengkonsumsi bawang putih 5
yang baik siung, jamur kuping 10 gram, jahe 3 biji dan
(pengobatan 2 gelas air, kemudian direbus di jadikan air
altenatif) satu gelas, kemudian diminum sehari, 2x
(pagi,sore).
O : Keluarga mendengarkan dengan antusias,
Nampak memahami penjelasan, keluarga
mengangguk-angguk saat dijelaskan,
keluarga menjawab pertanyan dengan
benar, dan mampu menyebutkan kembali isi
penyuluhan
A : Keluarga mampu menunjukkan contoh
bahan makanan yang harus dihindari, dan
bahan makanan pengobatan altenatif
P :Motivasi keluarga untuk memperhatikan
pola pemberian diit khususnya pada anggota
keluarga Tn. S dengan Decompensasi
Cordis dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GAGAL JANTUNG

OLEH:

Okta Herwan Budiarto

P17420512078

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN

GAGAL JANTUNG

Pokok Bahasan : Penyakit Jantung

Sub Pokok Bahasan : Gagal jantung

Sasaran : Tn. S dan keluarga

Hari/ Tanggal : Jum’at, 13 Maret 2015

Waktu : Pukul 10.00 – 10.30 WIB

Tempat : Rumah Tn. S Cacaban Barat Kota Magelang


Latar Belakang

Gagal jantung juga di kenal dengan istilah gangguan multisistem, tidak ada

satupun gejala yang spesifik untuk organ tertentu, sebagai contoh sesak napas dapat

disebabkan oleh penyakit paru, sedangkan edema perifer dapat disebabkan oleh

insufisiensi vena atau penyakit hati dan ginjal, walaupun belum ada data yang

akurat untuk data gagal jantung di Indonesia, tetapi sebagai perbandingan yang

menyatakan bahwa gagal jantung kini dianggap sebagai masalah kesehatan

masyarakat yang utama di Dunia Barat. (Muttaqin, 2009).

Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit keluarga Tn. S mampu

memahami tentang Gagal jantung dan perawatannya.

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit Tn. S dan keluarga

diharapkan dapat menjelaskan tentang :


1. Pengertian gagal jantung

2. Tanda dan gejala

3. faktor resiko penderita gagal jantug

4. pencegahan dan perawatan

5. makanan yang perlu dibatasi atau di hindari

6. syarat diet gagal jantung

Kisi-kisi Materi

1. Pengertian gagal jantung

2. Tanda dan gejala

3. factor resiko penderita gagal jantug

4. pencegahan dan perawatan

5. makanan yang perlu dibatasi atau di hindari

6. syarat diet gagal jantung

7. pengobatan altenatif

Metode

Ceramah dan diskusi

Media

Leaflet

Proses pelaksaaan

No Kegiatan Respon peserta waktu

1 Pendahuluan

- Memberi salam - Menjawab salam 5 menit


- Menyampaikan pokok bahasan - Menyimak

- Menyampaikan tujuan - Menyimak

- Melakukan apersepsi - Menyimak

2 Isi

Penyampaian materi - Memperhatikan 15 menit

3 Penutup

- Diskusi -Menyampaikan 10 menit

- Kesimpulan jawaban

- Evaluasi -Mendengarkan

- Memberikan salam penutup -Menjawab salam

Setting Tempat

Duduk di kursi bersisihan

Evaluasi

1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses

penyuluhan.

2. Hasil penyuluhan : memberi pertanyaan pada keluarga Tn.X:

a. Pengertian gagal jantung

b. Tanda dan gejala

c. factor resiko penderita gagal jantug

d. pencegahan dan perawatan


e. makanan yang perlu dibatasi atau di hindari

f. syarat diet gagal jantung

Referensi

1. Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular Dan Hematomegali. Jakarta : Salemba Medika.

2. Azwar, Achdiat, Arizal. (2011). Penyakit Usia Tua. Jakarta : Egc.

3. Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. (2013). Keperawatan Medikal

Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.

4. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-221-678274975-

tesis%20final.pdf ( diakses tanggal 11 maret 2015)

5. http://www.berbisnisjamur.com/manfaat-jamur-kuping-hitam/(diakses

tanggal 11 maret 2015 )

MATERI DECOMPENSASI CORDIS

A. Pengertian decompensasi cordis

Gagal jantung adalah suatu keadaan patologik dimana jantung

tidak mampu memompa darah yang adekuat sesuai kebutuhan tubuh

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.

B. Tanda dan gejala

1. Mudah lelah

2. Sesak nafas

3. Pusing, Nyeri Dada

4. Cemas, khawatir
5. Edema

6. Denyut nadi cepat, irama jantung tidak teratur

C. Faktor resiko gagal jantung

1. Usia dan jenis kelamin

2. Keturunan

3. Gaya hidup dan olah raga

4. Perokok

5. Obesitas

6. Penyakit HT , DM

D. Pencegahan dan perawatan

1. Pembatasan Aktivitas Fisik ( lakukan aktivitas semampunya saja,

terapkan adanya fase istirahat siang).

2. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan (laian fisik

aerobic scr bertahap)

3. Hindari stress

4. Memberikan diet gagal jantung

5. Menangani penyakit penyerta HT, DM, dll

6. Menciptakan lingkungan yang nyaman

7. Dukungan psikososial.

E. Makanan yang perlu di batasi atau di hindari

1. Sumber karbohidrat : makanan yang mengandung gas atau alkohol (

ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan.

2. Sumber protein hewani ( daging sapi dan daging ayam yang


berlemak : gajih, sosis, hati, limpa, babat, otak, kepiting dan kerang-

kerangan, keju, susu.

3. Suber protein nabati (kacang-kacangan kering yang mengandung

lemak cukup tinggi, seperti kacang tanah, kacang mete.

4. Sayuran : semua sayuran yang mengandung gas (kol, kembangkol,

lobak, sawi, dan nangka muda

5. Buah-buahan (buah-buahan segar yang mengandung alkohol atau

gas, seperti durian dan nangka matang)

6. Lemak (minyak kelapa sawit, santan kental

7. Minuman (teh/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan

alkohol)

8. Bumbu (yang mengandung garam berlebih masak, micin

F. Syarat diit gagal jantung

Memberikan diet bebas lemak jenuh dengan kandungan kolesterol

dan garam yang rendah seperti : diet sehat jantung yang akan kaya

sayuran dan buah, biji-bijian dan makanan berserat, daging tipis dan

ayam, serta ikan.

G. Diit yang baik (pengobatan altenatif)

Dengan mengkonsumsi bawang putih 5 siung, jamur kuping 10

gram, jahe 3 biji dan 2 gelas air, kemudian direbus di jadikan air satu

gelas, kemudian diminum sehari, 2x (pagi,sore).

Kandungan dan manfaat Bawang putih :

1) mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagai anti bakteri


dan anti septik

2) mengandung allicin dan aliin yang bermanfaat sebagai daya anti

kolesterol untuk mencegah penyakit jantung coroner, tekanan

darah tinggi.

3) Mengandung sulfida sehingga dapat menurunkan kadar LDL atau

kolesterol jahat

Kandungan dan manfaat jamur kuping

1) Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya

memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun

yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati,

racun residu pepsida, maupun racun berbentuk logam berat. Lendir

dari jamur kuping juga dapat sebagai anti koagulan, untuk

mengatasi pengerasan pada pembuluh darah, hipertensi

Kandungan dan manfaat jahe

1) Melancarkan peredaran darah ( manfaat jahe yang pertama adalah

melancarkan peredaran darah. Gingerol yang terdapat pada jahe

bersifat antikoagulan yang akan mencegah terjadinya

penggumpalan darah.
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Pengkajian Gambar 2 : Pendidikan kesehatan

Gambar 3 : Demonstrasi
LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Okta Herwan Budiarto


2. NIM : P17420512078
3. Tanggal Lahir : 12 Oktober 1994
4. Tempat Lahir : Magelang
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Alamat rumah: a. Jalan : Kyai Arof No. 49 dusun Ngadigunung
RT 03 / RW 02
b. Kelurahan : Windusari
c. Kecamatan : Windusari
d. Kab / kota : Magelang
e. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telpon: a. HP : 085743728390
b. E-mail : Okta_herwanbudiarto@yahoo.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan TK Windusari Mekar kec. Windusari Kab. Magelang lulus
tahun 2000
2. Pendidikan SD Windusari 2 Kec.Windusari Kab.Magelang, lulus tahun
2006
3. Pendidikan SLTP Negeri 1 Windusari Kab.Magelang , lulus tahun
2009
4. Pendidikan SMK KESDAM IV DIPONEGORO Kota Magelang, lulus
tahun 2012

Magelang, 16 Februari 2015

OKTA HERWAN BUDIARTO


NIM P17420512078

Anda mungkin juga menyukai