Anda di halaman 1dari 9

LP Lentera Perawat

Volume 3, No 1, Februari 2022


E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837

Penerapan Teknik Moist Balance Pada Asuhan Keperawatan Luka


Kaki Diabetes
Ni Ketut Sujati1,*, Lisdahayati2, Yesifa Erlika3, M Agung Akbar4
1,2,3Program
Studi DIII Keperawatan Baturaja Poltekkes Kemenkes Palembang
4Program Studi DIII Keperawatan, STIKES Al-Ma’arif Baturaja
*korespodensi: sujatikestina66@gmail.com

Abstrak: Penderita diabetes mellitus dapat mengalami gangguan pada syaraf (neuropati), memiliki
resiko luka pada kaki, hingga mengalami amputasi disebabkan karena luka diabetik. Mengatasi
masalah tersebut diperlukan perawatan luka modern dengan moist balance yang lebih efektif dibanding
perawatan luka konvensional. Tujuan: melakukan penerapan teknik moist balance pada asuhan
keperawatan luka kaki diabetes. Metode : Desain penelitian ini adalah studi kasus pada 2 orang klien
dengan luka kaki diabetes. Asuhan keperawatan diberikan berfokus pada penerapan teknik Moist
Balance dengan konsep TIME selama 3 kali kunjungan. Data disajikan dalam bentuk transkip dengan
urutan proses keperawatan. Hasil : pengkajian menggunakan skor winners memudahkan perawat
karena sudah terukur dan aspek yang di ukur telah memenuhi keseluruhan pengkajian luka. Diagnosis
yang muncul diagnosis yang sama pada kedua kasus. Intervensi menggunakan prinsip TIME yang
sangat efektif dalam merencanakan setiap langkah dalam perawatan luka. Manajemen biofilm
ditekankan pada langkah Infection controle. Dalam memilih balutan yang tepat penulis menggunakan
prinsip WEI (Wound helling, Epitelisasi, dan infection controle) pada pemilihan balutan walaupun
dengan memperhatikan kondisi klien membeli dressing balutan yang dipilih. Penilaian efektivitas
perawatan luka didapatkan kondisi luka sebelum dilakukan perawatan luka Moist Balance dan setelah
dilakukan perawatan luka Moist Balance, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum
dan sesudah perawatan luka dengan metode Moist Balance pada klien luka kaki diabetes. Saran :
Perawatan luka Moist Balance dijadikan standar perawatan luka khususnya luka kaki diabetes untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan luka diabetes.

Kata Kunci : Luka kaki diabetes, teknik Moist Balance,dan perawatan luka

Abstract: Patients with diabetes mellitus can experience disorders of the nerves (neuropathy), have a
risk of injury to the feet, to experience amputation due to diabetic wounds. Overcoming this problem
requires modern wound care with a moist balance that is more effective than conventional wound care.
Objective: to apply the moist balance technique in nursing care for diabetic foot wounds. Methods: The
design of this research is a case study on 2 clients with diabetic foot ulcers. The nursing care provided
focuses on the application of the Moist Balance technique with the TIME concept for 3 visits. The data is
presented in the form of a transcript with the sequence of the nursing process. Results: the assessment
using the winners score makes it easier for nurses because it has been measured and the aspects
measured have fulfilled the overall wound assessment. The diagnosis that emerged was the same in
both cases. The intervention uses the TIME principle which is very effective in planning every step in
wound care. Biofilm management is emphasized in the Infection control step. In choosing the right
dressing, the author uses the WEI principle (Wound helling, Epithelialization, and infection control) in
the choice of dressing, even though it takes into account the condition of the client buying the selected
dressing. Assessment of the effectiveness of wound care found the condition of the wound before the
Moist Balance wound treatment was carried out and after the Moist Balance wound treatment was
carried out, so there was a significant difference between before and after wound care with the Moist
Balance method on diabetic foot wound clients. Suggestion: Moist Balance wound care is used as a
standard for wound care, especially diabetic foot wounds to improve the quality of diabetic wound
nursing care.

Keywords: diabetic foot, Moist Balance technique, and wound care

This is an Open Access article distributed under the terms of the


Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
LP Lentera Perawat
Volume 3, No 1, Februari 2022
E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837

PENDAHULUAN Kesehatan, 2016). Penyakit Diabetes


Diabetes mellitus (DM) atau Melitus merupakan penyakit terbanyak
sering disebut penyakit kencing manis no 4 di Indonesia setelah asma, PPOK,
merupakan penyakit kronis yang terjadi dan kanker. Prevalensi Diabetes Mellitus
karena pankreas tidak mampu berdasarkan riskesdas 2013 sebanyak
menghasilkan cukup insulin atau karena 1,5% (Riskesdas 2013).
tubuh tidak dapat secara efektif Pola perilaku masyarakat
menggunakan insulin yang dihasilkan kebanyakan menggunakan fasilitas
oleh pankreas. Hiperglikemia atau rawat jalan (10,4% penduduk)
meningkatnya kadar glukosa darah dibandingkan dengan rawat inap (2.3%
merupakan efek yang sering terjadi pada penduduk). Hal ini memberikan arah
penyakit diabetes melitus. Kadar glukosa kepada potensip pelayanan di rumah
darah yang tidak terkontrol dari waktu ke bagi penderita Diabetes Melitus yang
waktu dapat menyebabkan kerusakan menderita komplikasi luka Diabetes
serius pada banyak sistem tubuh, Melitus (Riskesdas 2013). Prevalensi
khususnya saraf dan pembuluh darah Diabetes Mellitus di Sumatera Selatan
(World Health Organization (WHO), dikatagorikan menjadi penderita yang
2013). pernah didiagnosis oleh dokter (0,9%)
International Diabetes Federation dan penderita yang mengalami
(IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 gejala-gejala Diabetes Melitus seperti
juta orang di duniayang berumur 20-79 banyak kencing, banyak makan, dan
tahun memiliki Diabetes. Sedangkan banyak minum (Riskesdas 2013).
indonesia merupakan negara ke-7 Data yang diperoleh dari Dinas
dengan prevalensi Diabetes tertinggi, Kesehatan Ogan Komering Ulu (OKU),
dibawah China, India, USA, Brazil, Rusia jumlah penderita Diabtes mellitus mulai
dan mexico. bulan Januari 2017 sampai dengan
Menurut American Diabetes Desember 2017 sebanyak 3630 orang
Association (ADA) 2005, Diabetes (Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
melitus merupakan suatu kelompok Kabupaten OKU, 2017).
penyakit metabolik dengan karakteristik Berdasarkan data dari rekapan
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan kunjunan pasien selama tahun 2017
sekresi insulin, kerja insulin atau diketaui bahwa kasus Diabetes Mellitus
keduaa-duanya. Hiperglikemia kronik di UPTD Puskesmas Tanjung Agung ada
pada diabetes berhubungan dengan 600 orang penderita. Diabetes Mellitus
kerusakan jangka panjang, disfungsi tiap bulannya akan terus meningkat
atau kegagalan beberapa organ tubuh (Laporan tahunan Puskesmas Tanjung
terutama mata, ginjal, syaraf,jantung, Agung, 2017).
dan pembuluh darah. Hampir 60% penderita mengalami
Penyakit tidak menular (PTM) gangguan pada syaraf (neuropati), 60%
seperti Penyakit jantung, Stroke, Kanker, memiliki resiko luka pada kaki. 40-70%
Diabetes dan Penyakit Paru merupakan penyebab amputasi pada kaki
70% penyebab kematian di dunia (Profil dikarenakan luka diabetes mellitus. 85%

23
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
amputasi kaki diabetik. Program dilakukan dalam studi kasus ini yaitu
pencegahan dan menurunkan 45-85% dengan wawancara berupa hasil
kejadian amputasi pada penderita anamnesis berisi tentang identitas klien
diabetik (Rumah Luka Indonesia, 2013). dan keluarga, keluhan utama, riwayat
Werka, Suni dan Rosyidah telah penyakit sekarang, riwayat penyakit
melakukan penelitian penerapan luka dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
modern di Makasar pada tahun 2015 Selanjutnya, observasi adalah tindakan
melaporkan hasil penelitian yang yang langsung digunakan kepada klien
dilakukan di makasar bahwa perawatan dengan cara mengamati dan
luka modern dengan moist balance lebih pemeriksaan fisik yang dilakukan secara
efektif dari perawatan luka konvensional. head to toe.
Berdasarkan data tersebut diatas Proses asuhan keperawatan
penulis tertarik meneliti tentang memprioritaskan fokus studi Penerapan
penerapan teknik moist balance pada teknik Moist Balance pada Asuhan
asuhan keperawatan luka kaki diabetes Keperawatan Luka Diabetikum dan
di wilayah kerja UPTD Puskesmas menyertakan proses keperawatan
Tanjung Agung. dengan diagnosis lain diluar fokus studi
yang mensukseskan jalannya proses
METODE
asuhan keperawatan. Melakukan studi
Jenis studi kasus ini adalah
kepustakaan untuk mendapatkan dasar
deskriptif dengan menggunakan metode
teoritis yang adapun sumber-sumber
pendekatan studi kasus. Studi kasus ini
tersebut dari beberapa buku dan sumber
mengetahui penerapan teknik moist
lainnya yang bersifat ilmiah. Dan studi
balance pada suhan keperawatan luka
dokumentasi untuk proses pencatatan
kaki diabetes dalam konteks keluarga di
yang dilakukan perawat dari keadaan
wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung
klien, seperti catatan medis maupun
Agung. Pada studi kasus ini subyek
catatan keperawatan maupun
penelitian adalah dua orang klien
laboratorium.
penderita diabetes yang mengalami luka
kaki. Dengan kriteria inklusi yaitu klien
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan luka diabetes grade I,II dan III
Pengkajian
dan bersedia dirawat dengan perawatan
moist balance. Sedangkan kriteria Pengkajian dilakukan dengan
ekslusinya yaitu klien diabetes mellitus menerapkan MEASURE : Measure
tanpa luka kaki diabetes, klien luka jenis (mengukur luka), Exsudate (jumlah dan
grade IV, dan klien tidak bersedia dirawat jenis eksudat), Appreance (Dasar luka),
dengan pola moist balance. Suffering (Nyeri), Undermining (Daerah
Penelitian ini dilaksanakan di internal luka), Reevaluate (tanda infeksi
wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung dan pencapaian tujuan), Edge
Agung Kecamatan Baturaja Barat. Lama (Epitelisasi). Istilah ini digunakan
waktu selama bulan maret dan april kaerena telah mncakup keseluruhan dari
sebanyak 3 kali kunjungan atau 10 hari. pengkajian yang harus dilakukan pada
Adapun metode penelitian yang luka.
24
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
Pada kasus 1 klien Tn R yang Diabetes Melitus menyebabkan
mengeluh sakit pada lutut telah neurophati vaskuler sehingga suplai
mendapatkan tindakan operasi oksigen ke jaringan menurun sehingga
debredement. Klien memiliki riwayat suplai oksigen k jaringan terganggi,
diabetes mellitus dari keluarganya, klien dapat membuat proses penyembuhan
telah mendapatkan obat insulin secara luka menjadi lama. Dengan kemajuan
oral dari dokter. Klien merasa tidak faktor pendukung penyembuhan luka
nyaman dengan luka yang berada di klien disiplin menggunakan insulin, maka
kakinya. Terdapat 3 luka pada kaki klien luka klien dapat sembuh lebih cepat.
terbentang melintasi lutut hingga bagian Nutrisi klien membatasi konsumsi
bawah lutut berukuran luka 1panjang karbohidrat berlebihan dan makan serta
luka 21 cm dan lebar luka 6 cm, luka ke 2 minum yang mengandung gula, hal ini
panjang luka 17 cm dan lebar luka 5 cm, sangat penting dalam perbaikan jaringan
luka ke 3 panjang luka 7 cm dan lebar yang rusak. Dari keseluruhan faktor
luka 2 cm, kedalaman luka stage 3 pada tersebut dapat dilakukan skoring luka,
luka sedalam ini luka telah sampai ke otot maka diperkirakan luka akan sembuh
dan mendekati tendon, tepi luka pada 10 minggu. Skoring luka ini dapat
mengalami penebalan akibat dari proses lebih cepat dan juga lebih lambat dari
granulasi dan terdapat jahitan sebagai perkiraan, hal ini sangat berkaitan
penahan luka agar ketika beraktivitas dengan kondisi klien serta faktor
luka tidak semakin melebar. penghambat dan faktor pendukung
Terdapat goa sebanyak 1 dengan kesembuhan luka.
panjang 2 cm dan lebar 1 cm, goa Pada kasus 2 Tn H mengeluh luka
seperti ini dapat membuat slough dan terdapat luka di kaki sebelah kanan. Klien
biofilm terdapat didalamnya tidak terlihat memiliki riwayat diabetes dan kusta dari
sehingga kedalaman luka bertambah. keluargan, riwayat penyakit klien ini
eksudat dengan jenis serouse dan dapat memperparah kondisi luka. Klien
jumlah yang banyakdapat menjadi media merasa tidak nyaman karena luka pada
bagi kuman untuk menginfeksi. Dasar kaki yang telah lama dialami. Klien
luka merah pucat tertutup slough mature sangat aktif berakitifitas menggunakan
100% yang harus dibuang sehingga kaki yang luka. Saat pengkajian luka
terjadi proses epitelisasi. kulit sekitar luka klien terbungkus kain dan daun sirih yang
berwarna kuning pucat harus di di tumbuk, yang diperoleh klien dari
bersihkan seehingga kerusakan jaringan kebun.
tidak menyebar. jaringan edema kurang Luka terdapat pada kaki bagian
< 4 cm, terdapat granulasi 25%, dan tidak kanan terbentang dari bagian bawah
terlihat adanya epitelisasi, epitelisasi dan engkel hingga bagian sendi ibu jari kaki,
granulasi akan meningkat jika dilakukan luka panjang luka 17 cm dan lebar luka
perawatan luka yang tepat. 10 cm. kedalaman luka stage 3 luka
Dengan umur luka kurang lebih 1 sampai ke otot dan mendekati tulan. Tepi
bulan, dapat dilihat bahwa keparahan luka mengalami penebalan dan
dari luka cukup prah. Faktor yang hyperkeratonic kibat dari hipergranulasi
menghambat penyembuhan luka yaitu yang terjadi pada tepi luka. Terdapat goa
25
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
sebanyak 3 dengan panjang 2 cm dan Berdasarkan Family Folder di
lebar 1 cm yang dapat menambah Puskesmas didapatkan klien kasus 2
kedalaman luka dan menyimpan slough menderita kusta. Luka kasus 2 ini cukup
yang akan menghambat proses unik karena kombinasi antara Diabetes
granulasi. Melitus dan Kusta, Namun apapun
Terdapat eksudat dengan jenis penyebab lukanya setiap luka perlu
serouse dan jumlah yang banyak dapat penerapan teknik moist balance.
menjadi media bagi kuman untuk
mengkontaminasi bahkan menginfeksi. Diagnosis Keperawatan
Dasar luka merah pucat tertutup slough Dengan data subjektif, klien
mature 100% yang harus di buang mengatakan baik dan keluarga klien
karena membuat luka menjadi kotor. kulit bertanya bagaimana keadaan luka klien.
sekitar luka berwarna kuning pucat Data objektif : luka 1 Pxl = 21x6 cm, luka
karena tertutup slough dan biofilm. 2 Pxl = 17x5cm, dan luka 3 Pxl = 7x2 cm,
Terdapat granulasi 25%, dan tidak jumlah eksudat banyak dengan jenis
terlihat adanya epitelisasi, hal ini di eksudat serous, Dasar luka berwarna
karenakan luka masih tertuput sloug dan kuning kemerahan, skala nyeri 0, Ada
biofilm yang menghambat terjadinya goa berukuran 2 cm, tidak terdapat tanda
proses granulasi dan epitelisasi infeksi, Epitelisasi 0%.
. Luka yang dialami Tn H berumur Penulis merumuskan diagnosis
kurang lebih 2 bulan. Faktor yang dapat berdasarkan data yang didapat dari
menghambat penyembuhan luka klien hasil pengkajian maka dari itu untuk
yaitu Diabetes Melitus dan kusta, yang diagnosis pada kasus 1 Kerusakan
memiliki masalah pada vaskularisasi. Integritas Jaringan berhubungan dengan
Dengan kemajuan faktor mendukung penurunan vaskularisasi atau gangguan
penyembuhan luka yaitu keluarga klien poli neurophati mikrovaskulas. Diagnosis
mengupayakan mencari perawatan yang penulis angkat disini berfokus untuk
dapat mempercepat proses mengatasi masalah yang menjadi fokus
penyembuhan luka. Nutrisi klien studi.
membatasi konsumsi karbohidrat Diagnosis pada kasus ini adalah
berlebihan dan makan serta minum yang “Kerusakan Integritas Jaringan”
mengandung gula untuk memperbaiki berpedoman pada buku Diagnosis
jaringan yang rudan dan menduung Keperawatan Definisi & Klasifikasi
proses penyembuhan luka. Berdasarkan 2015-2017. Kerusakan integritas jaringan
data tersebut dilakukan skoring luka, adalah kerusakan pada membran
maka diperkiraka luka akan sembuh mukosa, jaringan kornea, integument,
pada 10 minggu. Skoring luka ini dapat atau subkutan dengan batasan
lebih cepat dan juga lebih lambat dari karakteristik cedera jaringan dan rusak
perkiraan, hal ini sangat berkaitan jaringan (maryuni anik, 2013).
dengan kondisi klien serta faktor Menurut penelitian era dorihi kale
penghambat dan faktor pendukung dan emilia erningwati akoit melakukan
kesembuhan luka. penelitian analisis risiko luka kaki
diabetes pada penderita diabetes melitus
26
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
di Poli Diabetes melitus RSUD Prof.Dr. Menurut penelitian umaya,
W. Z. Johanes kupang 2015 melaporkan mateus sakundamo Adi, lintang, dan
bahwa seluruh penderita diabetes saraswati melakukan penelitian
melitus memiliki resiko luka kaki diabetik gambaran status kecacatan kusta pada
yaitu resiko rendah terhadap luka kaki penderitakusta di kabupaten blora 2016,
diabetes 7%, resiko sedang 23.3%, melaporkan bahwa kusta mengakibatkan
sisanya 6.7% beresiko tinggi terjadi luka kerusakan saraf motorik yaitu kerusakan
kaki diabetes. saraf motorik pada tangan 8.4% dan
Dengan data subjektif : klien pada kaki sebanyak 14.5%. kerusakan
mengatakan baik dan keluarga klien saraf motorik pada kaki lebih banyak
bertanya mengapa tepi lukanya tebal. dibandingkan pada tangan, sehingga
Data objektif : luka Pxl = 15x10 cm, resiko terjadinya luka pada kaki lebih
jumlah eksudat banyak dengan jenis besar.
eksudat serous, Dasar luka berwarna
kuning kemerahan, Skala nyeri 0, Ada Intervensi Keperawatan
goa berukuran 6 cm, Tidak terdapat Dalam merencanakan tindakan
tanda infeksi, Epitelisasi 0%. keperawatan klien dengan TIME : Tissue
Penulis merumuskan diagnosis manajement, Infection controle, Moist
berdasarkan data yang didapat dari hasil Balance, Dan Edge atau Epitelisasi
pengkajian maka pada kasus 2 berpedoman pada teori yang
Kerusakan Integritas Jaringan dikemukakan oleh Arisanty Irma P dalam
berhubungan mikrovaskuler bukunya yang berjudul “Konsep Dasar
polineurophati sekunder dan Manajemen Perawatan Luka” yang ada
polineurophati perifer. Diagnosis yang serta adanya ketersediaan waktu dan
penulis angkat disini berfokus untuk partisipasi keluarga sehingga kerjasama
mengatasi masalah yang menjadi fokus dalam menyusun perencanaan antara
studi. Diagnosis pada kasus ini adalah perawat dan keluarga. memakai TIME
“Kerusakan Integritas Jaringan” karena mencakup keseluruhan rencana
berpedoman pada buku Diagnosis tindakan yang akan dilakukan dalam
Keperawatan Definisi & Klasifikasi merawat luka.
2015-2017. Dalam menetapkan rencana
Menurut penelitian era dorihi kale keperawatan penulis tidak menemukan
dan emilia erningwati akoit melakukan hambatan. Dalam perencanaan tindakan
penelitian analisis risiko luka kaki keperawatan antara teori dan kasus yang
diabetes pada penderita diabetes melitus dihadapi harus disesuaikan.
di Poli Diabetes melitus RSUD Prof.Dr. Erni Wulandari telah melakukan
W. Z. Johanes kupang 2015 melaporkan penelitian asuhan keperawatan pada
bahwa seluruh penderita diabetes pasien diabetes mellitus dengan ulkus
melitus memiliki resiko luka kaki diabetik diabetik di majapahit (wound care
yaitu resiko rendah terhadap luka kaki center mojokerto) 2017, melaporkan
diabetes 7%, resiko sedang 23.3%, bahwa penggunaan prinsip 3M dan TIME
sisanya 6.7% beresiko tinggi terjadi luka manajement membuat luka mengalami
kaki diabetes. perkembangan, jumlah eksudat
27
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
berkurang, dasar luka merah normal Evaluasi Keperawatan
dan jaringan granulasi meningkat. Tahap evaluasi merupakan tahap
penilaian keberhasilan dalam
Implementasi Keperawatan memberikan asuhan keperawatan.
Pada tahap pelaksanaan evaluasi dilakukan untuk melihat
merupakan tahap lanjutan dari tahap efektivitas dari tindakan yang dilakukan.
perencanaan, pelaksanaan yang Setiap kunjungan akan dinilai
diaplikasikan sesuai dengan rencana perkembangan dari luka yang telah di
tindakan keperawatan yang telah rawat dengan teknik moist balance.
ditetapkan. Pada tahap implementasi Pada kasus 1 dapat dikatakan
tidak terdapat kesenjangan karena pada perawatan berhasil dilakukan, karena
dasarnya dalam tahap pelaksanaan progress luka yang semakin lama
penulis mengacu pada perencanaan semakin membaik dan ukuran luka yang
yang telah disusun sebelumnya dimana mengeci. Kondisi luka yang lembab
semua rencana tindakan dapat mempercepar proses penyembuhan,
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya karena penurunan skor luka yang
kesulitan dan hambatan yang berart. signifikan pada luka yang lembab. Sesuai
Hal ini dapat terlaksana dengan dengan penelitian salia marvina dan
baik berkat adanya kerjasama yang baik widaryati dalam penelitian efektivitas
anatara penulis dan keluarga. metode perawatan luka moisture balance
Implementasi yang dilakukan penulis terhadap penyembuhan luka diabetikum
menerapkan 3m yaitu mencuci luka, di klinik perawatan luka FIKES UMM
menyiapkan dasar luka, dan memilih 2013, melaporkan hasil lingkungan luka
balitan yang tepat, dalam menetapkan yang lembab dapat membentuk fibrionis
implementasi penulis berpedoman pada yaitu fibrin yang terbentuk pada luka
Arisanty Irma P dalam bukunya yang kronis dapat dengan cepat dihilangkan
berjudul “Konsep Dasar Manajemen (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel
Perawatan Luka”. dalam suasana lembab, dan kejadian
Rika fatmadona dan elvi oktarina infeksi lebih rendah dibandingkan
telah melakukan penelitian aplikasi dengan perawatan keing. Pembentukan
modern wound care pada perawatan luka growth factors yang berperan pada
di RS Pemerintah kota Padang 2016, proses penyembuhan luka di percepat
melaporkan bahwa pemilihan balutan ppada suasana lembab, sehingga
luka harus mempertahankan lingkungan mempercepat proses penyembuhan
lembab dan pembersihan luka luka.
menggunakan cairan pencuci luka, Pada evaluasi diatas pada kasus 2
sabun berPH seimbang untuk terlihat luka tingkat perbaikan luka yang
membersihkan luka tanpa lambat bahkan bertambah parah karena
memebahayakan jaringan yang baru klien selalu membuka balutannya sendiri.
tumbuh. Pada prinsipnya luka klien harus selalu
tertutup untuk menjaga kelembaban dan
menghindari kontaminasi dengan
lingkungan luar. Berdasarkan penelitian
28
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
Tiara, I Wayan dan Made dalam biofilm ditekankan pada langkah Infektion
penelitian efektivitas perawatan luka kaki controle. Implementasi penulis
diabetes menggunakan balutan modern berdasarkan 3 M yang memudahkan
di RSUP sanglah denpasar dan klinik langkah kerja perawat dan membuat
dhalia care 2012, melaporkan bahwa setiap langkan menjadi sistematis serta
balutan modern dapat menurunkan skor terurut. 3 M yang digunakan yaitu
luka secara signifikan karena balutan Mencuci luka, menyiapkan dasar luka,
modern dapat mempertahankan dan dan memilih balutan yang tepat. Dalam
menjaga lingkungan luka tetap memilih balutan yang tepat penulis
lembabuntuk memfasilitasi menggunakan prinsip WEI (Wound
penyembuhan luka, mempertahankan helling, Epitelisasi, dan infection controle)
kehilangan cairan dan kematian sel. pada pemilihan balutan walaupun
dengan memperhatikan kondisi klien
KESIMPULAN DAN SARAN membeli dressing balutan yang dipilih.
Berdasarkan hasil pembahasan Evaluasi keperawatan pada kasus
yang dilakukan terhadap asuhan 1 asuhan keperawatan bisa dikatakan
keperawatan luka kaki diabetes berhasil, karena progress dari luka yang
Penerapan Teknik Moist Balance untuk semakin membaik pada setiap
merawat luka dari tanggal 20 maret 2018 kunjungan. Pada kasus 2 asuhan
sampai dengan tanggal 19 mei 2018, keperawatan bisa dikatakan belum
penulis dapat menyimpulkan jika berhasil, karena progress luka yang
pengkajian menggunakan skor winners tanpa kemajuan karena klien tidak taat
memudahkan perawat karena sudah dengan kontrak dalam perawatan luka.
terukur dan aspek yang di ukur telah
memenuhi keseluruhan pengkajian luka.
Diagnosis yang muncul diagnosis yang DAFTAR PUSTAKA
sama pada kedua kasus, tetapi Anik, Maryuni, 2015. Perawatan Luka
penyebab dari munculnya diagnosis Modern (Modern Woundcare)
pada kedua kasus berbeda. pada kasus terkini dan terlengkap, In Media,
1 Kerusakan Integritas Jaringan Indonesia.
berhubungan dengan penurunan
vaskularisasi atau gangguan poli Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson,
neurophati mikrovaskulas, sedangkan 2009. Keperawatan Medika Bedah;
pada kasus 2 Kerusakan Integritas alih bahasa, Joko Mulyanto ... (et
Jaringan berhubungan mikrovaskuler al.), editor, Aklia Suslia ... (et al.),
polineurophati sekunder dan Ed.8, CV Pentasada Medika
polineurophati perifer. Edukasi, Indonesia.
Intervensi penulis menggunakan
prinsip TIME yang sangat efektif dalam Deni, Yasmara dkk, 2016
merencanakan setiap langkah dalam Rencana Asuhan Keperawatan
perawatan luka., meliputi Tissue Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I
manajement, Infection controle, Moist 2015-2017, EGC, Jakarta.
Balance, dan Epitelisasi. Manajemen
29
Lentera Perawat E-ISSN : 2830-1846
P-ISSN : 2722-2837
Irma P, Arisanty, 2013 Konsep Dasar Clinician Associate, Yayasan
Manajemen Perawatan Luka, EGC, Wocare Indonesia, Bogor.
Jakarta.

Lia, Meilianingsih., Ridwan, Setiawan,


2016. Pelayanan home care
terhadap tingkat kemandirian
keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan Diabetes Mellitus
tipe 2, Jurnal PPNI Vol 1 No 1
April-Juli 2016, 9-19.

Misnadiarly, 2006. Ulcer, Ganggren,


Infeksi Diabetes Mellitus, Pustaka
Populer Obor, Jakarta.

Smeltzer, suzanne C., Bare, Brenda G,


2002. Buku ajar
Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G.
Bare ; alih bahasa, Agung waluyo
.... (et al.) ; edito edisi bahasa
Inndonesia, Monica Ester ... (et al.),
Ed.8, EGC, jakarta.

T Heather, Herdman., shigemi,


Kamitsuru, 2015. Diagnosis
Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017; alih bahasa,
Budi Ana Keliat ... (et al.), editor
penyelaras, Monica Ester, Ed.10,
EGC, Jakarta.

Werna, nontji., Suni, Haryati., Rosidah,


Arafat. 2015. Teknik Perawatan
Luka Modern dan Konvensional,
Jurnal Ners Vol 10 April 2015 hal
133-137.

Widasari Sri, Gitarja, 2015. Perawatan


Luka Certified Wound Care

30

Anda mungkin juga menyukai