Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN METODE

KERING DAN BASAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


DIPUSKESMAS KARANGRAYUNG

Proposal Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan di Universitas Karya Husada Semarang

Disusun Oleh :

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan salah satu bentuk gangguan

metabolisme di tandai dengan kadar gula darah tinggi (hiperglikemi)

yang dapat bersifat kronis akibat sekresi insulin yang abnormal

(Suryaningsih, 2018). Diabetes Mellitus adalah sekumpulan penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, defek kinerja insulin atau

kombinasi keduanya (Ariyanto, 2017). Menurut Bhatt, Saklani and

Upadhayay, 2016 Diabetes Mellitus merupakan kondisi tidak seimbangnya

kadar gula darah akibat gangguan pada hormone insulin yang

mengakibatkan tubuh tidak mampu mengahasilkan insulin dalam

jumlah yang cukup (Pranata, S., & Khasanah, 2019). Menurut Ramadhan

Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang

seumur hidup. Berbagai penelitian epidemiologi menujukkan adanya

kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes

Mellitus di berbagai penjuru dunia (Fitria et al., 2017).

Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) World Health

Organization mengatakan pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan

diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Pada

tahun 2040 diperkirakan jumlah diabetes akan meningkat menjadi 642


juta (WHO, 2018). International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019

menyatakan bahwa saat ini ada 351,7 juta orang di dunia yang berumur 29-

79 tahun mengalami diabetes (IDF, 2019). Negara Indonesia menduduki

peringkat ke-7 di dunia setelah Negara Mexico dengan presentse penyakit

diabetes mellitus mencapai 10,7 juta (11,5%) dan diperkirakan akan

terus meningkat hingga tahun 2045 mencapai 16,6 juta (18,2%) (IDF, 2019).

Estimasi jumlah penderita DM di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2019

sebanyak 652.822 orang, dan sebesar 83,1% telah diberikan pelayanan

kesehatan sesuai standar.

Komplikasi menahun DM di Indonesia Terdiri dari nefropati 7,1%,

penyakit jantung coroner 20,5%, retinopati 10%, neuropati 60%, dan kaki

diabetic 16% ( Lina, E. P., dan Sholihatul M, 2016). Ulkus kaki

diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes

mellitus tipe 2 dengan karakteristik adanya europati sensorik, motorik,

otonom dan atau gangguan pembuluh darah tungkai sehingga (Decroli,

2019).

Diabetes Melitus yang tidak ditangani dengan segera akan

menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya yaitu luka yang sulit

sembuh atau biasa disebut dengan luka diabetik (Pranata, 2019). Luka

diabetik merupakan luka kronik Diabetes Mellitus ditandai dengan luka

terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian

jaringan sekitar luka (Damsir, Mattalatta, Muzakkir, & Irnayanti, 2018).

Pada awalnya luka diabetik dikategorikan sebagai luka biasa akan tetapi jika
luka salah dalam penanganannya maka luka akan mengalami infeksi,

ulserasi dan gangrene (ferawati, 2018). Menurut Ruslan (2016) Ulkus

diabetik adalah salah satu komplikasi yang paling ditakuti penderita

Diabetes Mellitus, ini di akibatkan karena berkurangnya suplay darah ke

jaringan tersebut yang kemudian mengakibatkan terjadi kematian jaringan

dan diperparah dengan infeksi bakteri yang dapat menyebabkan

kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan terjadi

penurunan kualitas hidup (Setiorini, Pahria, & Sutini, 2019).

Berdasarkan angka prevalensi ulkus diabetik, di Indonesia

mempunyai resiko sekitar 15% terjadinya ulkus kaki diabetic,

komplikasi amputasi sebanyak 30%, angka mortalitas 32%, dan ulkus

diabetic merupakan sebab perawatan terbanyak di rumah sakit yaitu

mencapai 80% (Yunus, 2014). Menurut Bilous dan Donelly (2015)

menyatakan bahwa, diperkirakan setiap tahunnya satu juta pasien

yang menderita ulkus diabetic menjalani amputasi ekstremitas

sebanyak (85%) dan angka kematian yaitu 15-40% setiap tahunnya serta

39-80% setiap 5 tahunnya (Setiorini, Pahria, & Sutini, 2019).

Perkembangan pengetahuan tentang teknik perawatan luka

terkini menjadi trend tersendiri di dunia keperawatan. Pemahaman

perawat yang benar tentang teknik perawatan luka terkini akan

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (Ose, Utami, & Damayanti,

2018). Secara fisiologis penyembuhan luka terjadi dengan cara yang sama

pada semua pasien, dengan sel kulit dan jaringan kembali secara cepat
atau lambat. Perkembangan pengetahuan tentang teknik perawatan luka

terkini menjadi trend tersendiri di dunia keperawatan. Perawat sebagai

pemberi layanan diharapkan memenuhi kebutuhan pasien/masyarakat akan

pentingnya pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman Perawat yang benar

tentang teknik perawatan luka terkini akan meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Banyak teknik perawatan luka dikembangkan

diberbagai rumah sakit. Perawatan luka dewasa ini, cenderung

menggunakan metode balutan kasa “Wet-dry” (Basah-Kering), Basah-

Kering digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal

salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa

kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan

jaringan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maria, Putri, dan Ana

(2018), hasil yang didapatkan adalah adanya perbedaan antara proses

penyembuhan dengan balutan basah- kering (balutan NaCl 0,9%) dan

balutan lembab (balutan hydrogel) yaitu bahwa pasien dengan ulkus

diabetik yang perawatan luka menggunakan balutan lembab (balutan

hydrogel) cenderung lebih cepat proses penyembuhan lukanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Auliya Putri Febriana 2019

menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penyembuhan luka ulkus

diabetik pada kelompok balutan basah-kering berupa NaCl 0,9 % dan kassa

sebagai balutan luka dengan kelompok balutan lembab berupa hydrogel

sebagai balutan luka dimana terlihat mean (nilai tengah) kelompok balutan
lembab berupa hydrogel sebagai balutan luka lebih rendah. Selanjutnya

hasil uji Mean Whitney U Test didapatkan bahwa p=0,000 dan ini

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari kelompok balutan

basah- kering berupa NaCl 0,9 % dan kassa sebagai balutan luka dan

balutan lembab berupa hydrogel sebagai balutan luka.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Efektivitas Perawatan Luka Menggunakan

Metode Kering Dan Basah Pada Penderita Diabetes Melitus Dipuskesmas

Karangrayung

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana ”Efektivitas

Perawatan Luka Menggunakan Metode Kering Dan Basah Pada Penderita

Diabetes Melitus Dipuskesmas Karangrayung ?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Efektivitas Perawatan Luka Menggunakan Metode Kering

Dan Basah Pada Penderita Diabetes Melitus Dipuskesmas Karangrayung

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan Perawatan Luka Menggunakan Metode Kering Pada

Penderita Diabetes Melitus Dipuskesmas Karangrayung

b. Mendeskripsikan Perawatan Luka Menggunakan Metode Basah Pada

Penderita Diabetes Melitus Dipuskesmas Karangrayung

c. Menganalisis Efektivitas Perawatan Luka Menggunakan Metode

Kering Dan Basah Pada Penderita Diabetes Melitus Dipuskesmas

Karangrayung

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Bagi perawat dapat sebagai acuan dalam penerapan perawatan luka pada

penderita diabetes melitus dalam mempercepat penyembuhan, mencegah

infeksi dan mencegah terjadinya amputasi pada pasien dengan

menggunakan metode kering dan basah.

2. Bagi Pasien

Manfaat bagi pasien adalah untuk mempercepat penyembuhan,

mencegah infeksi, dan mencegah terjadinya amputasi.


3. Bagi Penulis

Dapat memperoleh gambaran mengenai penerapan perawatan

perawatan luka pada penderita diabetes melitus dengan menggunakan

metode kering dan basah

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti,
Judul Metode penelitian Hasil penelitian
tahun
Auliya Putri perbedaan penyembuhan Desain penelitian ini Hasil penelitian dari 16
Febriana, luka ulkus diabetik pada adalah Quasi responden yang dilakukan
2019 pasien diabetes mellitus eksperiment, sampel perawatan luka menggunakan
yang dilakukan perawatan yang di ambil dengan balutan basah- kering hampir
luka menggunakan simple random seluruhnya mengalami
balutan basah-kering dan sampling menggunakan penyembuhan luka yang
balutan lembab. design post test only lambat 13 orang (81,25%),
control group design sedangkan 16 responden
yang dilakukan perawatan
luka menggunakan balutan
lembab hampir seluruhnya
mengalami penyembuhan
luka yang cepat 15 orang
(93,75%), dan hasil uji
statistik menggunakan uji
Mann-Whitney didapat nilai
signifikan r : 0,000 < a (0,05).
Muhammad Efektifitas perawatan luka desain penelitian quasi Hasil penelitian menunjukkan
Irwan, 2022 modern dan konvensional experiment dengan adanya perbedaan rerata
terhadap penyembuhan rancangan pre-test post- selisih skor perkembangan
luka diabetikum test control group perbaikan luka yang
design. signifikan (ρ=0,002) pada dua
Kelompok. Pada perawatan
luka modern mempunyai
efektivitas perkembangan
perbaikan luka yang lebih
baik bandingkan dengan
kelompok perawatan luka
konvensional.
Vellyza efektivitas metode Desain penelitian pre Hasil penelitian
Colin, 2022 perawatan luka modern eksperiment dengan menunjukkan pada kondisi
dan perawatan luka pendekatan two group luka sebelum dan sesudah
konvensional penderita pre and post test perawatan dengan
ulkus diabetikum. design. menggunakan teknik modern
dressing didapatkan hasil uji
statistik dua sample bebas F =
1,347 dengan p-value = 0,251
> 0,05, T = 0,626 dengan p-
value = 0,534 > 0,05

Anda mungkin juga menyukai