Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah orang dengan diabetes telah meningkat dari 108 juta pada 1980

menjadi 422 juta pada 2014. Prevalensi global diabetes di antara orang dewasa di

atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5% pada 2014 .

Prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan

menengah dan rendah. Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, gagal ginjal,

serangan jantung, stroke, dan amputasi tungkai bawah. Pada 2016, diperkirakan

1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian

lainnya disebabkan oleh glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah

dari semua kematian yang disebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi sebelum

usia 70 tahun. WHO memperkirakan bahwa diabetes adalah penyebab utama

ketujuh kematian pada tahun 2016 (WHO 2018 ).

Tiga dari empat penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah

dan menengah. Di Wilayah Asia Tenggara (SEA), hampir 71 juta diperkirakan

hidup dengan diabetes pada tahun  2010 dan jumlah yang sama telah

mengganggu toleransi glukosa. Hampir 3,4 juta orang di seluruh dunia dan 1 juta

di Kawasan Asia Tenggara meninggal karena konsekuensi gula darah tinggi

setiap tahun ( WHO, 2012 ).

Jumlah kejadian Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis Dokter pada

penduduk umur ≥ 15 tahun sebanyak 2% meningkat. Menurut International

1
2

Diabetes Federation ( IDF) Atlas (2017) dalam Fadillah ( 2018 ) prevelensi ulkus

diabetik para penderita Diabetes Melitus sebesar 15% dengan angka kematian

32,5% dan amputasi sebesar 23,5% serta merupakan penyebab terbanyak

perawatan Diabetes Melitus di rumah sakit yakni 80%. Indonesia menduduki

peringkat ke – 6 dunia jumlah diabetes sebanyak 10.3 juta jiwa (Riskedas, 2018).

Berdasarkan prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis Dokter

pada penduduk ≥ 15 tahun menurut provinsi angka tertinggi DKI Jakarta yaitu

3,4 %, dan angka kedua di Yogyakarta yaitu 3,1% dan angka ke tiga provinsi

Sulawesi Utara 3,0% ( Riskesdas, 2018 ).

Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi Bengkulu pada tahun 2017

jumlah Diabetes Melitus 9.495 orang, Sedangkan tahun 2018 jumlah Diabetes

Melitus di Provinsi Bengkulu sebanyak 19.533 orang, tertinggi di kota Bengkulu

sebanyak 6,606 dan terendah di Bengkulu Selatan yaitu 255 orang (Dinkes Prov.

Bengkulu, 2019 ).

Berdasarkan data dinas kesehatan kota Bengkulu pada tahun 2017 jumlah

Diabetes Melitus di Kota Bengkulu sebanyak 3.155 orang, tertinggi di wilayah

Puskesmas Lingkar Timur 946 orang ( 33,3 %), terendah di Puskesmas Bsuki

Rahmat 315 orang ( 10 % ) ( Dinkes Kota Bengkulu, 2018 ).

Berdasarkan data dinas kesehatan kota Bengkulu pada tahun 2018 jumlah

penderita Diabetes Melitus di kota Bengkulu sebanyak 4.463 orang, tertinggi di

Wilayah Puskesmas Bsuki Rahmat sebanyak 1.539 orang ( 28,9 %) adapun di

Wilayah Puskesmas Sukamerindu 348 orang ( 12,8 %) dan terendah diwilayah


3

Puskemas Kampung Bali sebanyak 52 orang ( 8%) dan angka ini mengalami

kenaikan 1.308 orang (58 %) ( Dinkes Kota Bengkulu, 2019 ).

Berdasarkan data awal pra penelitian di wilayah puskesmas Sukamerindu

tahun 2019 didapat data bahwa dari bulan Januari sampai dengan November

berjenis kelamin laki – laki dan perempuan diantaranya dengan rentang umur 45

– 50 tahun (36) orang, umur 51 – 60 tahun sebanyak (36) orang. Dan jumlah

keseluruhan dari umur 5 taun > 70 tahun berjenis kelamin Laki – laki dan

Perempuan ( Puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2019 ).

Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang pada akhirnya

menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan

saraf ( WHO, 2012 ).

Diabetes Melintus atau disebut diabetes merupakan penyakit gangguan

metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh

tidak dapat menggunakan insulin yang di produksi secara efektif. Akibatnya

terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam hiperglikemia (RI, 2014 : dalam

pratama dkk. 2019).

Penyakit diabetes melitus dibagi menjadi diabetes melitus tipe 1 dan

diabetes melitus tipe 2. Diabetes tipe 1 adalah jenis diabetes karena kekurangan

hormon insulin di dalam tubuh dan tubuh hanya sedikit atau tidak mampu

memproduksi insulin. Diabetes tipe 1 istilah insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM) kerurangan insulin disebabkan oleh hilangnya sel beta penghasil insulin
4

pada pankreas. Diabetes tipe 1 ini banyak ditemukan pada balita, anak – anak

dan remaja sehingga sering disebut diabetes kaum muda. Diabetes Melintus tipe

2 adalah Diabetes yang terjadi akibat hormon insulin dalam tubuh tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Diabetes tipe 2 dikenal dengan istilah Non -

Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). Pada Diabetes tipe 2, tubuh

mampu memproduksi insulin secukupnya ( terkadang bahkan lebih dari cukup),

tetapi insulin yang di produksi tidak dapat diserap oleh sel tubuh untuk

memecah gula menjadi energi sehingga tubuh juga mengalami masalah dalam

memafaatkan lemak dan protein secara baik ( Mutaroh, 2016 ).

Dari hasil penelitian dalam jurnal Adanya penurunan rata – rata jumlah

kolonisasi Staphylococus Aureus setelah dilakukan perawatan Luka

menggunakan Madu. Kandungan gula yang tinggi mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Teksturnya yang kental membantu pembentukan lapisan

pelindung anti pembusukan dari luar ( Ansori, et al. 2014 ).

Perawatan luka menggunakan Madu Sangatlah Efektif di terapkan pada

Penderita Diabetes Melitus. Madu memiliki efek antimikroba, Madu juga

memliki anti inflamasi dan meningkatkan Fibroblastik serta angioblastik.

Analisis mengenai kandungan madu menyebutkan bahwa unsur terbesar

komponen madu adalah glukosa dengan kadar fruktosa paling besar ( 76,8%)

disamping mineral dan vitamin. Penggunaan madu secara signifikan mengurangi

tingkat amputasi memperbaiki penyembuhan luka saat digunakan untuk

membalut luka. Perawatan luka menggunakan madu juga lebih efektif dalam

mengurangi waktu perawatan secara keseluruhan dan pembersihan rata – rata


5

waktu luka, dan meningkatkan tingkat pembersihan bakteri dan daerah

penyembuhan luka ( Pratama, dkk 2019).

Pada penelitian dalam literatur review jenis madu yang digunakan adalah

madu manuka. Madu manuka adalah madu monoflo-ral alami yang dihasilkan

dari pakan lebah tanaman manuka ( Leptospernum scoparium) yang endemik di

beberapa bagian australia dan selandia baru. Madu manuka telah dilaporkan

menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri sperma yang luas termasuk

Staphycocus aureus. pada penelitan yang dilakukan bahwa penggunaan madu

terhadap penyembuhan luka telah terbukti meningkatkan penyembuhan

(Pratama dkk, 2019).

Dari hasil penelitian dalam jurnal efektifitas pengobatan madu alami

terhadap penyembuhan luka infeksi kaki diabetik. Semua responden memiliki

luka dengan grade 1 dan grade 2 ditandai dengan semua luka merupakan ulkus

suferficial (grade 1) dan 1 responden memiliki kedalaman luka 2cm (grade 2)

dan didapat baik diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak ada reaksi

peradangan dan luka mengering. Maka rencana asuhan akan dilakukan selama 7

hari ( Mamad, dkk 2012 ).

Dari data yang diperoleh dapat menyimpulkan alasan mengambil asuhan

kebidanan pada Ibu Menopause Diabetes Melitus sesuai dengan Rehabilitatif

dengan pemberian madu untuk membantu proses penyembuhan luka yaitu tidak

memerlukan biaya yang tinggi, alat dan bahan yang diperlukan mudah

didapatkan dan madu memiliki efektifitas yang baik dalam proses penyembuhan

luka.
6

Berdasarkan uraian, tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan

Pemberian Madu untuk Membantu Proses Penyembuhan Luka di Wilayah

Puskemas Sukamerindu Kota Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian studi kasus ini yaitu “Bagaimanakah

Asuhan kebidanan dilakukan pada Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan

Pemberian Madu untuk membantu proses Penyembuhan luka di Wilayah

Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2020 ? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menerapkan dan mengaplikasikan manajemen asuhan kebidanan

pada Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan Pemberian Madu untuk membantu

proses Penyembuhan luka di Wilayah Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Agar mampu melakukan pengkajian (anamnesa/pengumpulan data pada

Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan Pemberian Madu untuk

membantu proses Penyembuhan luka.

b. Agar mampu menentukan Interprestasi data untuk menentukan

interpretasi data menegakan diagnosa kebidanan pada Ibu menopause

Diabetes Melitus

dengan Pemberian Madu untuk membantu Proses Penyembuhan Luka


7

c. Agar mampu mengidentifikasi masalah (menentukan masalah potensial)

dari diagnosa yang telah ditegakkan dan antisipasinya pada ibu

menopause Di abetes Melitus dengan Pemberian Madu untuk membantu

proses Penyembuhan Luka

d. Agar mampu menetapkan kebutuhan/tindakan segera yang harus

dilakukan (mandiri, kolaborasi, rujukkan) pada ibu menopause Diabetes

Melitus dengan Pemberian Madu untuk membantu proses Penyembuhan

luka

e. Agar mampu melakukan perencanaan ibu menopause Diabetes Melitus

dengan pemberian madu untuk membantu proses penyembuhan luka

f. Agar mampu melakukan Implementasi pada Ibu menopause Diabetes

Melitus dengan pemberian madu untuk membantu proses penyembuhan

luka.

g. Agar mampu melakukan evaluasi pada ibu menopause Diabetes Melitus

dengan pemberian Madu untuk Membantu Proses penyembuhan Luka

h. Agar mampu melakukan pendokumentasian varney pada ibu menopause

Diabetes Melitus dengan pemberian Madu untuk Membantu Proses

Penyembuhan Luka

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Ibu Menopause

Menambah ilmu dan pengetahuan dalam melakukan perawatan Luka dengan

Madu pada Ibu Menopause Diabetes Melitus.


8

2. Bagi Bidan dan Tenaga Kesehatan

Dapat mempertahankan pelayanan kebidanan yang optimal kepada pasien,

khususnya pada ibu Menopause Diabetes Melitus

3. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Dapat digunakan sebagai reverensi dan bahan ajar bagi studi kasus

selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidana secara komperhensif

pada Ibu menopause Diabetes Melitus dengan pemberian Madu untuk

membantu proses Penyembuhan luka

b. Puskemas

Dapat digunakan sebagai acuan selanjutnya untuk menangani kasus

Diabetes Melitus dengan pemberian madu untuk membantu proses

penyembuhan luka.

E. Implikasi Studi Kasus Terhadap Kebidanan

1. Implikasi Pada Bidan Sebagai Pendidik

Peran bidan pada ibu menoupase dengan Diabetes Melintus sebagai

pendidik untuk memberikan informasi berupa pengajaran mengenai

pengetahuan dan keterampilan dapat memberikan asuhan secara

komperhesip. Pada studi kasus ini, bidan menjelaskan apa yang kurang

dimengerti oleh pasien dan keluarga dari segi fasilitas maupun tetang tanda

bahaya dengan luka yang berair, bernanah, disertai bau tidak sedap.
9

2. Implikasi Bidan Sebagi Advokat

Peran bidan sebagai pada ibu menopause dengan Diabetes melitus

yaitu tindakan bidan dalam memberikan kenyamanan atau bertindak untuk

mencegah kesalahan yang tidak dinginkan ketika pasien sedang

mendapatkan asuhan kebidanan untuk mengatasi keluhan berlanjutan dan

keadaan umum ibu terus memburuk dalam menjalankan tindakan (baik

mandiri, kolaborasi, maupun rujukkan).

3. Implikasi pada Bidan Sebagai Care Provider

Peran bidan dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara langsung

kepada pada ibu menopause dengan Diabetes Melintus. Sehingga keluarga

untuk membantu merawat ibu secara komperhesif

Bidan langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien, mengantisipasi

masalah, memberikan tindakan segera jika diperlukan, merencanakan,

mengimplementasi, dan mengevaluasi assuhan kebidanan pada ibu tersebut.


2
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Proses Kebidanan Pada Ibu Menopause Diabetes Melitus Dengan 
Pemberian Madu Untuk Membantu Proses Penyembuhan Luka
1. Konsep Dasar Menopause
a. Definisi
Kata “Menopause “ berasal dari yunani, yaitu men yang berarti

‘bulan’ dan peuseis artinya ‘penghentian sementara’ yang digunakan

untuk menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya, secara linguistik

yang lebih tepat adalah ‘menocease’ yang berarti berhentinya masa

menstruarsi. Menopause dalam pandangan medis, bukan hanya

sekedar penghentian sementara dari siklus haid, melainkan

penghentian haid untuk selamanya. Jadi, menopause dapat diartikan

sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus menstruarsi berhenti

( Smart, 2010).

Menopause adalah berhenti menstruarsi secara permanen, pada

umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 45-55 tahun. Kadar

estrogen jenis estron adalah yang banyak berada dalam sirkulasi

dibandingkan estrogen lainnya ( Smart, 2010).

10
11

b. Etiologi

Sejak usia 40 tahun, ovarium menjadi kurang responsif

terhadap hormone yang mengendalikannya. Efek keadaan ini membuat

wanita kurang subur, mengurangi jumlah hormon ovarium yang

dihasilkan dan mengubah jumlah relatif dan estrogen dan progesteron

yang dihasilkan. Selain itu juga terjadi perubahan dalam perbandingan

dari bermacam – macam estrogen yang dihasilkan ( Smart, 2010).

Penurunan sekresi estrogen dan progesteron menyebabkan

perubahan endokrin yang terjadi selama masa klimakterium dan pasca

menoupose. Kadar FSH ( Folikel Stimulating Hormon ) dan LH

(Lutenizing Hormon) yang bersirkulasi ( beredar melalui peredaran

darah ) mulai meningkat beberapa tahun sebelum penghentian

produksi estrogen oleh ovarium, kadar FSH dan LH meningkat

terdapat pada wanita premonoupose, dengan FSH yang biasanya lebih

tinggi dari pada LH ( Smart, 2010).

c. Fase – fase menopause

Penurunan kadar estrogen menyebabkan periode menstruarsi

yang tidak teratur. Inilah yang biasanya dijadikan sebagai tanda

dimulai masa menopause. Menopause terdiri dari beberapa fase yaitu :


12

1) Klimakterium

Adalah masa peralihan antara masa produksi dan masa senium

biasanya periode ini disebut dengan pra-menopause

2) Menopause Adalah saat haid terakhir dan bila sesudah menopause

disebut dengan pasca menopause.

3) Senium

Adalah periode sesudah pasca menopause ketika individu telah

mampu menyesuaikan dengan kondisinya sehingga tidak

mengalami gangguan fisik.

Klimakterium merupakan salah satu masa dalam proses

‘menua‘ yang dialami oleh wanita. Masa ini berlangsung dalam

beberapa tahun bahkan kadang lebih dari 10 tahun. Masa ini terjadi

dalam usia antara 40 hingga 65 tahun. Masa ini berakhir sekitar 6

hingga 7 tahun setelah menopause dan terdiri dari beberapa fase :

a. Pra – menopause adalah masa 4 – 5 tahun sebelum menopause.

Pada masa ini telah ada keluhan – keluhan klimakterium dan

pendarahan yang tidak teratur. Pada fase ini estradiol yang

biasanya dihasilkan oleh sel granulosa folikel yang

berkembang menjadi berkurang. Proposi siklus menstruarsi

anovulatoar meningkat dan produksi progesteron menurun. Ini

mengakibatkan tidak adanya mekanisme umpan balik negatif


13

estrogen sehingg produksi FSH dan LH akan meningkat tetapi

produksi hormon hifosis lain tidak terganggu.

b. Menopause adalah berhenti menstruasi secara permanen.

Diagnosis in dibuat bila telah terdapat amenorea sekurang –

kurangnya satu tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada

usia sekitar 45 – 50 tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/I

digunakan sebagai diagnosis menopause. Setelah menopause,

estrogen jenis estron adalah yang banyak berada dalam

sirkulasi dibadingkan estrogen lainnya.

c. Pasca menopause adalah masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun

setelah menopause

d. Ooforopause adalah masa ketika ovarium kehilangan sama

sekali fungsi hormonalnya ( Smart, 2010).

d. Tanda dan gejala menopause

Tanda dan gejala menopause dibedakan menjadi dua yaitu, secara

fisiologis dan secara psikologis ( Smart, 2010).

1) Secara fisiologis

Gejala secara fisiologis seakan dapat diamati berdasarkan

perubahan – perubahan yang terjadi pada organ reproduksi,

anggota tubuh lainnya, susunan ekstra genital dan adanya gejala

klinis.
14

a) Perubahan pada organ reproduksi

(1) Perdarahan

Perdarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti

mentruarsi, siklus menstruarsi yang keluar dari vagina tidak

teratur. Perdarahan ini terjadi di awal menopause.

(2) Vagina menjadi kering dan kurang elastis gejala pada

vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan

dinsing vagina. Vagina ini menjadi kering dan kurang

elastis ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen.

(3) Saluran uretra mengering, menipis dan kurang elastis.

Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari

kandung kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran

uretra juga akan mengering, menipis dan kurang ke

elastisanya akibat penurunan kadar estogen. Perubahan ini

akan me nyebabkan wanita rentan terinfeksi saluran

kencing.

(4) Uterus dan rahim

Uterus mengecil, selain diseabkan oleh menciutnya selaput

lendir rahim juga disebakan oleh hilangnya cairan dan

perubahan bentuk jaringan ikat antar sel.


15

(5) Tubafalofi dan saluran telur

Lipatan – lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan

mengerut serta getar dalam tuba menghilang

(6) Ovarium

Perubahan dala sistem peredaran darah indung telur sebagai

akibat proses penuaan yang selektif dan terjadinya

kekakuan dini pada sistem pemuuh darah indung telur

diperkirakan sebagai penyebab utama gangguan peredaran

darah

(7) Cervix dan leher rahim

Cervix akan mengerut sampai terseluung oleh dinding

vagina, kripta servikal menjadi atropik, kanalis servikalis

(lumen leher rahim) memendek, sehingga menyerupai

ukuran cercix fundus.

(8) Vagina atau liang senggama

Terjadi penipisan dinding vagina yang menyebabkann

menghilangnya lipatan – lipatan vagina, berkurangnya

pembuluh darah, menurunnya elastis, secret vagina menjadi

encer.

(9) Vulva atau mulut kemaluan

Jaringan vulva menipis karena berkurangnya dan hilangnya

jaringan lemak serta jaringan elastis. Kulit menipis dan


16

pembuluh darah berkurang yang menyebabkan pengerutan

liptan vulva. Sering timbul rasa gatal vulva yang

disebabkan atrofi dan hilanya sekret kulit. Hal ini

berhubungan dengan nyeri waktu senggama, mengerutnya

introitus ( lubang masuk kemaluan ) serta rambut pubis

berkurang ketebalannya ( Smart, 2010 ).

b) Perubahan pada susunan ekstragenital

Terjadinya perubahan susunan eksternalgenital dapat diamati

pada beberapa hal berikut :

(1) Penimbunan lemak

Penyebaran lemak ditetukan pada tungkai atas pinggul

perut bawah dan lengan atas. Ini disebabkan karena

menurunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar

metobolisme lemak.

(2) Hipertensi ( darah tinggi )

Menurunnya fungsi hormone estrogen dan progesteron

menyebabkan timbulnya panas, pada kondisi ini terjadi

peningkatan darah baik systole maupun diastole. Diketahui

bahwa 2/3 penderita hipertensi essensial primer adalah

wanita 45 – 70 tahun yang diketahui peningkatan tensi

paling banyak terjadi selama masa menopause. Peningkatan


17

tekanan darah pada usia menoupose terjadi secara bertahap,

kemudian menetap dan lebih tinggi dari tensi sebelumnya.

(3) Kolesterol tinggi

Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan

peningkatan kolesterol pada wanita terjadi 10 – 15 tahun

lebih lambat pada laki – laki. Peningkatan kadar kolesterol

yang merupakan faktor utama dalam penyebab pengapuran

pada dinding pembuluh darah

(4) Perkapuran dinding pembuluh darah

Adanya hipertensi dan kadar kolesterol meny ebabkan

meningkatkan faktor resiko terhadap terjadinya resiko

pengkapuran dinding pembulih darah.

(5) Pertumbuhan rambut – rambut halus

Produksi hormone estrogen pada wanita pasca menopause

berkurang, tetapi tidak hilang sama sekali.

(6) Osteoporosis ( keropos tulang )

Penurunan pada kadar estrogen mengakibatkan proses

osteoblast berfungsi membentuk tulng baru terlambat dan

fungsi osteoblast merusak tulang meningkat. Akibat tulang

tua diserap dan dirusak osteoblast tetapi tidak di bentuk

tulang baru oleh osteoblast, sehingga tulang menjadi

osteoporosis ( Smart, 2010 ).


18

c) Gejala klinis

Gejala fisiologis yang terjadi pada masa menopause sebagai

akibat turunnya fungsi ovarium, yaitu kurangnya kadar hormon

estrogendan I progesteron I dalam tubuh wanita. Kekurangan

hormon estrogen ini menyebabkan keluhan – keluhan sebagai

berikut :

(1) Rasa panas ( hot flush ) dan kekeringan di malam hari. Pada

saat menoupose wanita akan mengalami rasa panas yang

menyebar dari wajah menyebar keselurh tubuh, rasa panas

ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas

ini sering diikuti dengan timbulnya warna kemerahan pada

kulit dan bekeringat.

(2) Insomnia ( sulit tidur )

Insomnia merupakan hal yang wajar terjadi pada masa

menoupose, kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang

yang dialami wanita akibat bekeringat di malam hari, rasa

panas, wajah memerah.

(3) Perubahan pada indra perasa

Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan

kepekaan pada indra pengecapannya.

(4) Muncul gangguan vasomotorik yang berupa penyempitan

atau pelebaran pembuluh – pembuluh darah.


19

(5) Pusing dan sakit kepala terus – menerus

(6) Gangguan sembelit

(7) Neuralgia, yaitu gangguan atau sakit saraf

(8) Perubahan payudara bentuknya dan mulai kendur, ini

merupakan akibat kadar estrogen yang menurun (Smart,

2010 ).

2) Secara psikologis

Selain – tanda – tanda fisik, menopause juga mempunyai berbagai

macam gejala psikologis sebagai berikut.

a) Ingatan menurun

Sebelum menopause seorang wanita akan mengingat dengan

mudah, tetapi setelah mengalami menopause kecepatan

mengingatnya menurun, sehingga sering lupa dalam hal – hal

sederhana.

b) Perubahan emosional

Wanita menopause biasanya mengalami perubahan emosional,

gejala ini bervariasi pada setiap individu di antaranya kelelahan

mental, masalah daya ingat, lekas marah dan perubahan mood

yang berlangsung cepat.


20

c) Depresi

Bebeapa wanita yang mengalami menopause tidak sekedar

mengalami perubahan mood yang sangat dratis bahkan ada

yang mengalami depresi ( Smart, 2010).

e. Patofisiologis

Menopause pada pandangan medis, bukan hanya sekedar

penghentian sementara dari siklus haid, melainkan penghentian

haid untuk selamanya. Jadi menopause dapat diartikan sebagai

suatu masa ketika secara fisiologis siklus menstruarsi berhenti. Hal

ini berkaitan dengan lanjut usia perempuan. Masa ini secara

alamiah tidak dapat langsung diketahui, biasanya akan diketahui

setelah kurang lebih setahun berlalu. Menopause juga diartikan

sebagai periode berhentinya masa haid secara alamiah yang

biasanya terjadi antara 45 – 50 tahun. Menopause merupakan

pendarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh fungsi hormon

indung telur. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat

amenorea sekurang – kurangnya satu tahun.

Pada usia 40 tahun, perubahan hormonal yang terkait dengan

pra-menopause mulai terjadi. Selanjutnya, pada usia 44 tahun

kebanyakan masa menstruarsi menjadi lebih pendek atau lebih

lama dan lebih sedikit atau justru lebih banyak dari pada biasanya.

Dua hingga delapan tahun sebelum menopause, biasanya wanita


21

mengalami ketidakteraturan dalam ovulasinya. Selama waktu

tersebut, folikel indung telur ( kantung indung telur ) akan

mengalami tingkat kerusakan yang lebih cepat sehingga pasokan

folikel akhirnya habis. Percepatan kerusakan folikel ini terjadi

pada usia sekitar 37 atau 38 tahun. Inhibin – suatu zat yang

dihasilkan oleh indung telur – juga berkurang sehingga

meningkatkan kadar FSH. FSH ( Follicle Stimulating Hormone )

adalah hormon yang menstimulasi pembentukan folikel. Hormon

ini dihasilkan oleh hipofisis. Kadar estrogen perempuan akan

meningkat pada masa pramenopause. Kadar tersebut tidak

berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode

menstruarsi terkahir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam tubuh

wanita adalah estradiol. Namun selama pramenopause, estrogen

yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause

merupakan suatu periode ketika persediaan sel telur habis, indung

telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan

haid tidak muncul lagi ( Smart, 2010).

f. Manifestasi klinik

Keluhan yang terjadi pada usia menopause keluhan yang

dialami oleh perempuan pada usia menopause dapat dibagi menjadi

keluhan jangka pendek dan keluhan jangka panjang.


22

Keluhan jangka pendek yang sering dialami oleh perempuan pada saat

memasuki usia menopause adalah :

1. Gangguan pada vasomotor, seperti sering berkeringat pada

malam hari, jantung berdebar timbul semburan dan gejolak

panas yang menjalar dari dada ke arah wajah ( dapat terjadi di

dalam ruang pendingin )

2. Gangguan pada fungsi kognitif dan kemampuan memori,

seperti mudah lupa sukar konsentrasi dan bahkan dapat

mencapai demensia serta gangguan tidur dan gangguan libido

3. Gangguan pada kulit dan kuku seperti kulit kering , berkeriput,

serta mudah mengelupas

4. Gangguan pada urgenital seperti sering mengalami keputihan,

vagina gatal dan nyeri saat melakukan senggama di samping

itu juga gangguan fungsi berkemih seperti mengompol saat

batuk atau tertawa bahkan sampai sulit menahan keinginan

berkemih

5. Perdarahan uterus yang tidak normal, seperti perdarahan

pervaginaan yang lama dan tidak beraturan, serta potensi

terjadinya perubahan lesi prankanker/ keganasan dari

endometrium.
23

Keluhan jangka panjang yang dapat terjadi pada perempuan

usia menopause adalah :

1. Tulang menjadi mudah keropos atau yang disebut dengan

asteoporosis serta tumbuh menjadi lebih pendek dan menjadi

bungkuk

2. Gangguan fungsi kognitif yang berat yaitu demensia tipe

aizhelmer

3. Gangguan urogenital yang berat seperti prolaps uterus atau

organ pelvik lainnya

Keluhan – keluhan tersebut diatas akan timbul lebih berat jika

terdapat faktor penyerta seperti diabetes melintus, dyslipidemia,

hipertensi, obesitas, gaya hidup sedenter ( pola makan tidak sehat dan

kurang olahraga). Operasi pengangkatan organ genetalia dan

sebagainya tatalaksana subjek (Kemenkes, 2018).

g. Pencegahan

Tatalaksana nir – medikamentosa

1. Mengatur asupan nutrisi dan pola makan

a) Menghidari asupan tinggi kalori dan tinggi lemak. Lemak dari

ikan memberi manfaat yang baik untuk mengatasi keluhan

menoupose
24

b) Menjaga asupan serat yang cukup. Beberapa makanan seperti

buah – buahan, sayuran sedikit 5 porsi buah dan sayur per

hari.

c) Menjaga asupan cairan yang cukup dengan minum minimal 8

gelas perhari

d) Menghindari asupan garam dan gula yang terlampau banyak

e) Menjaga asupan kalsium dan beberapa mineral penting seperti

minum susu dan menjaga asupan vitamin D, E, C dan mineral

lainnya.

2. Melakukan aktifitas fisik secara teratur

a) Aktivitas aerobik seperti renang, berlari dan bersepeda sangat

bermanfaat untuk fungsi jantung, fungsi paru dan mencegah

kegemukan

b) Aktivitas angkat beban seperti berjalan dan menari sangat

bermanfaat untuk kesehatan dan kekuatan tulang serta otot

c) Aktivitas yang menjaga fleksibilitas tubuh serta peregangan

seperti senam lansia dan yoga sangat bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan tubuh serta menjaga fungsi persendian

aktivitas fisik tersebut hendaknya dilakukan minimal selama

30 menit per hari sebanyak minimal 5 hari per minggu

( Kemenkes, 2018 ).
25

2. Konsep Dasar Teori Diabetes Melitus

a. Definisi

Penyakit diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi

akibat terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh

dan organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai

kebutuhan tubuh. Diabetes melitus terdiri dari kata diabetes berarti “

mengalir terus “ berupa air seni dan melitus berarti “manis” karena air

seninya mengandung gula. Oleh sebab itu, diabetes melitus dikenal

pula dengan nama penyakit kencing manis atau penyakit gula darah.

( Akmal Dkk, 2016 ).

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik

menahun akibat pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin atau

tubuh tidak dapat menggunkan insulin yang di produksi secara efektif.

Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah,

akibat terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah

hiperglikemia (Kemenkes, 2014).

b. Etiologi Diabetes Melitus

Penyebab Diabetes Melitus belum diketahui secara pasti,

namun terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhinya yaitu

genetik obesitas, penyakit autoimun, dan virus. Selain itu, faktor

seperti lingkungan, ekonomi serta budaya juga dapat mempengaruhi

terjadinya Diabetes Melitus (Cecep Dkk, 2013).


26

Adapun faktor risiko yang memungkinkan seseorang terkena Diabetes

Melitus apabila ditemukan kondisi – kondisi berikut :

1. Riwayat keturunan dengan Diabetes Melitus

2. Obesitas ( > 20 %, BB ideal ) atau indeks masa tubuh ( IMT ) > 27

kg/m2.

3. Umur di atas 40 tahun dengan faktor Keturunan Diabetes Melitus

dan Obesitas

4. Terkena darah tinggi ( > 140/90)

5. Kelainan profil lipid darah ( dislipidema) yaitu kolesterol HDL <

35 mg/dl, dan atau trigliserda > 250 mg/dl.

6. Seseorang yang dinyatakan sebagai toleransi glukosa terganggu

( TGT ) atau gula darah puasa ( terganggu )

7. Wanita dengan riwayat diabetes kehamilan

8. Wanita yang melahirkan bayi > 4000 gr

9. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang

kelenjar air liur ( penyakit gondongan ), virus morbli. Infeksi virus

ini sering dijumpai pada anak – anak dan penderita yang masih

hidup harus setiap hari di suntik insulin (Cecep Dkk, 2013).


27

c. Faktor resiko

Mengenali faktor – faktor terkena diabetes menurut Tandra ( 2014 )

1. Keturunan

Bila ada anggota keluarga yang terkena diabetes, berisiko jadi

diabetes.

2. Ras atau etnis

Orang kulit hitam lebih mudah terkena diabetes dari pada kulit

putih. Orang Asia berisiko terkena diabetes

3. Usia

Resiko kena diabetes meningkat seiring pertambahan umur,

terutama setelah usia 40 tahun

4. Obesitas

Semakin banyak timbunan lemak di perut, semakin sulit insulin

bekerja sehingga gula darah naik

5. Kurang gerak badan

Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena

diabetes

6. Kehamilan

Diabetes dapat terjadi pada 2 – 5 persen wanita hamil

7. Infeksi

Infeksi virus bisa menyerang pankreas, lalu merusak sel pankreas

sehingga menimbulkan diabetes


28

8. Setres

Stres menyebabkan hormon counterininsulin- yang kerjanya

berlwanan dengan insulin – lebih aktif. Akibatnya gula darah

meningkat

9. Obat – obatan

Beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah contoh :

hormon steroid, beberapa obat anti hipertensi ( penyekat beta dan

diurentik), obat penurun kolesterol (niacin) obat tuberkolsa (INH ), 

obat asma ( salbutamol dan terbutaline ) obat  HIV (penatamide,  

protease inhibitors), dan hormon tiroid (levothyroxine).

d. Fisiologi Diabetes Melitus

Pankreas adalah kelenjar eksokrin dan endokrin bertandan

dengan panjang kira – kira 15 cm, lebar 5 cm dan beratnya rata – rata

60 – 90 gram. Prankreas lumbalis I dan II, diantara duodenum dan lien

atau kelenjar usus dua belas jari dan belakang lambung. Pankreas

terdiri dari 3 bagian yaitu kepala lambung. Pankreas terdiri dari 3

bagaian yaitu kepala, badan dan ekor pankreas ( Tarwanto, 2012).


29

Gambar. 1.1 Pankreas


Sumber : ( Tandra, 2014)

Pankreas merupakan alat tubuh yang agak panjang dan terletak

retroperitonal dalam abdomen bagaian atas, di depan vertebrate

lumbalis I dan II. Secara umum kelenjar pankreas terdiri dari sel alfa

dan sel beta. Sel alfa memproduksi glukon menjadi faktor

hiperglikemik yang mempunyai antiinsulin aktif, sedangkan sel beta

berfungsi sebagai pembuat insulin. Insulin merupakan protein kecil,

sekresi insulin dikendalikan kadar glukosa darah. Mekanisme kerja

insulin untuk meningatkan transfor kadar glukosa ke dalam sel

jaringan tubuh, kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa, usu halus dan sel

darah merah. Meningkatkan transfor asam amino ke dalam sel,

sehingga dapat berujung diabetes. ( Kirnanto dan Maryana, 2017).

e. Patofisiologi

Sebagian besar patologi diabetes melintus dapat dikaitkan

dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
30

1. Pengurangan penggunan glukosa oleh sel – sel tubuh

dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah

setinggi 300 sampai 1200 mg. Per 100 ml

2. Peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah – daerah

penyimpanan lemak menyebabkan kelaianan metabolisme

lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular

yang mengakibatkan aterosklerosis

3. Pengurangan protein dalam tubuh

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi

pada diabetes melintus yang tidak mudah tampak yaitu :

1. Kehilangan glukosa ke dalam urine penderita diabetes

Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dalam

fitrat glomerulus meningkat kira – kira di atas 225 mg per

menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai di buang

dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk

tiap menit tetap maka luapan glukosa yang terjadi bila kadar

glukosa darah meningkat melebihi 180 mm persen.

Akibatrnya, sering disebutkan bahwa “ ambang ” darah

untuk timbulnya glukosa di dalam urin sekitar 180 mg

persen.

Kehilangan glukosa di dalam urin menyebabkan

diuresis karena efek osmotik glukosa di dalam tubulus


31

mencegah reabsorpsi cairan oleh tubulus. Keseluruhan

efeknya adalah dehidrasi ruangan intrasel juga. Jadi, salah

satu gambaran diabetes yang penting adalah

kecendereungan timbulnya dehidrasi ekstrasel dan intrasel ,

dan inti sering juga diserati dengan kolapsnya sirkukasi.

2. Asidosis pada diabetes

Pergeseran dari metabolisme kabohidrat ke

metabolisme lemak telah dibacarakan. Bila tubuh

menggantungkan hampir seluruh energinya pada lemak, kadar

asam aseto-asetat dan asam β-hidroksibutirat dalam cairan

tubuh dapat meningkat dari 1 mEq./liter sampai setinggi 10

mEq./liter. Jelas hal ini mudah mengakibatkan asidosis.

Efek kedua, yang biasanya malahan lebih penting

dalam menyebabkan asidosis dari pada peningkatan langsung

asam – asam keto adalah penurunan konsentrasi natrium yang

disebabkan oleh efek berikut :

a. Asam keto mempunyai ambang eksresi ginjal yang

rendah; oleh karena itu bila kadar asam – asam keto

pada diabetes meningkat sebanyak 100 sampai 200

gram asam – asam keto dapat dieksresikan dalam

urine setiap hari. Karena itu merupakan asam kuat

sangat sedikit yang dapat dieksresikan dalam bentuk


32

asam sebagai gantinya, ia disekresikan

dalam bentuk asam, sebagai gantinya ia disekresi

berkaitan dengan natrium yang berasal dari cairan

ekstersel. Sebagai akibat nya, konsetrasi natrium

dalam cairan eksterasel biasanya berkurang dan

natrium diganti oleh peningkatan jumlah ion

hidrogen jadi sangat meningkatkan asidosis.

Jelas semua reaksi umum yang terjadi pada

asidosis metabolik berlangsung pada asidosis

diabetika. Termasuk pernafasan yang cepat dan

dalam. Tetapi yang terpenting dari semunya, asidosis

dapt menyebabkan koma dan kematian (Artur C,

2012 ).

f. Manifetasi klinik

Diabetes Melitus ditandai dengan hiperglekimia atau

peningkatan kadar glukosa darah dan gangguan metabolisme

karbohidrat, yang menyebabkan munculnya gejala awal khas berupa :

1. Glikosuria, yaitu kehilangan glukosa dalam urine karena ambang

ginjal untuk mereabsorbsi glukosa membesar

2. Poliuria, yaitu kehilangan natrium dan air dalam jumlah besar pada

urine karena tekanan osmotik yang dibentuk oleh glukosa berlebih

dalam tubulus ginjal yang dapa mengurangi reabsorpsi air.


33

3. Polidipsia yaitu rasa haus dan konsumsi air berlebihan yang terjadi

karena penurunan volume darah mengaktivitasi pusat haus di

hipotalamus.

4. Polifagia, yaitu nafsu makan besar dan laha yang terjadi karena

kekurangan karbohidrat dalam sel – sel tubuh.

5. Ketonemia dan ketonuria atau penumpukan asam lemak dan keton

dalam darah dan urine yang terjadi akibat katabolisme abnormal

lemak sebagai sumber energi

6. Gejala lain yang mungkin adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi pada pria, serta iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan

lubang vagina pada wanita ( Cecep, dkk 2013 ).

g. Klasifikasi

Berdasarkan jenis diabetes :

1. Diabetes tipe 1

Penderita diabates tipe 1 pankreasnya tidak/kurang mampu

membuat insulin. Berarti tubuh kekurangan/tidak memiliki insulin.

Akibatnya gula menumpuk dalam peredaran darah karena tidak

dapat masuk ke sel ( ingat : insulin berfungsi membuka pintu sel

agar gula bisa masuk). Diabetes tipe 1 perlu suntikan insulin

secara teratur.

Kondisi ini biasanya timbul pada anak atau remaja, pria

maupun wanita. Gejalanya timbul mendadak dan bisa langsung


34

berat, bahkan sampai koma apabila tidak segara mendapatkan

suntikan insulin. Tak heran bila anak – anak tidak segera

mendapatkan pertolongan, bisa menderita komplikasi bahkan

sampai meninggal.

2. Diabetes tipe 2

Sekitar 90 - 95 % diabetes menderita diabetes tipe 2. Umum

nya penderita berusia di atas 40 tahun, namun bisa juga timbul

pada usia anak atau remaja.

Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membat insulin,

tetapi kualitas nya buruk. Insulin seperti ini tidak dapat berfungsi

baik sehingga gula dalam darah meningkat. Pasien tidak

memerlukan tambahan insulin, tapi cukup menurunkan gula darah,

memperbaiki pengolahan gula di hati dan lain – lain .

Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel – sel

jaringan tubuh dan otot pasien tidak peka atau sudah resisten

terhadap insulin – dinamakan resistensi insulin ( insulin

resistance) – sehingga kualitas insulin buruk. Ini terjadi pada

pasien yang gemuk.

3. Diabetes kehamilan

Diabetes yang terjadi pada saat hamil disebut diabetes tipe

gestasi ( gestasional diabetes ). Ini terjadi karena pembentukan


35

beberapa hormon pada wanita hamil yang menyebabkan resistensi

insulin.

4. Diabetes lain

Ada diabetes yang tidak termasuk kelompok di atas, yaitu

diabetes yang terjadi sekunder atau akibat penyakit lain yang

menggangu produksi insulin/mempengaruhi kerja insulin. Contoh :

peradangan pankreas ( pankreatitis ), gangguan kelenjar hifosis,

penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa obat

antihipertensi/anti kolesterol, malnutrisi serta infeksi (Tandra,

2014 ).

h. Test diagnostik

Untuk memastikan seseorang mengalami Diabetes Melitus,

dilakukan beberapa pemeriksaan kadar gula darah yaitu :

1. Tes glukosa Plasma Puasa

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan dari keluahan dan

gejala khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu

yang lebih dari 200 mg/dl atau glukosa darah puasa sama dengan

`atau lebih 126 mg/dl. Apabila hasil pemeriksaan glukosa darah

meragukan, pemeriksaan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO )

diperlukan untuk memastikan diganosis diabetes melintus. Untuk

diagnosis diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya

diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang –


36

kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk

penegakkan diagnosis diabetes melitus pada hari yang lain atau

TTGO yang abnormal ( Fady, 2015).

2. Pemeriksaan HbA1C

HbA1C adalah hemoglobin globalisasi atau hemogloin yang

berkaitan dengan glukosa. Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam

darah yang membawa oksigen dalam sel darah merah.

Pemeriksaan HbA1C bertujuan untuk melihat rata- rata kadar gula

darah selama 2 – 3 bulan terakhir. Ketika glukosa dalam darah

terus menerus meningkat maka glukosa akan menumpuk dalam

darah dan berkaitan dengan hemoglobin, jika kadar gula darah

semakin tinggi pula resiko komplikasi akibat hiperglikemi. Pada

pemeriksaan tidak harus dilakukan dengan puasa dan waktu yang

diperlukan TTGO. Namun biaya lebih mahal dari TTGO dan

biasanya akan menunjukkan hasil abnormal untuk orang yang

mempunyai Hb rendah, HbA1C ini tidak dapat digunakan untuk

memantau harian .
37

Tabel 1. Diagnosis Diabetes Melitus Metode Enzimatik (mg/dl)

Negatif diabetes Belum pasti Positif diabetes


mellitus diabetes melitus mellitus

Kadar glukosa
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90 – 199 >200
Kadar glukosa
darah puasa <90 90 – 109 >110

Sumber : Fady, 2015

Adapun Untuk memeriksa kadar gula darah menurut

(Widharto, 2007).

1) Tes darah

Pada tes darah, darah diambil menggunakan alat

khusus yang ditusukkan di jari. Darah yang menetes keluar

diletakkan pada suatu strip khusus. Strip tersebut mengandung

zat kimia tetentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang

dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat dalam darah.

Seseorang diakatan menderita diabetes melitus apabila

hasil pengukuran kadar gula darah tidak sesuai dengan kadar

gula darah normal.

Adapun kadar gula normal :

a. Kadar gula darah puasa ≤ 110 mg%

b. Kadar gula darah 2 jam sesudah makan ≤ 200 mg%


38

2) Tes urine

Pada dasarnya tes ini bertujuan untuk melihat zat – zat yang

terkandung dalam urine. Zat – zat yang ingin diukur kadarnya

dalam urine antara lain keton dan glikoprotein.

(a) Tes glukosa

Selain menggunakan tes darah, tes urine juga dapat

digunakan untuk mengetahui kadar gula seseorang. Akan

tetapi hasil dari tes glukosa pada urine belum dapat

memastikan seseorang menderita diabetes melitus atau

tidak, karena hal ini berkaitan dengan kualitas ginjal

penderita.

(b) Tes keton

Keton merupakan senyawa kimia yang dihasilkan tubuh

apabila diabetes, gula darah tidak dapat masuk dalam sel.

Oleh karena itu tubuh berusaha memenuhi kebutuhan

tenaga melalui banyak makan atau dengan memecah

cadangan lemak yang berada dalam tubuh pemecahan

lemak yang dilakukan juga dapat menghasilkan glukosa

yang diperlukan tubuh serta hasil sampingan. Hal

sampingan dari proses pemecacahan lemak ini berupa

senyawa kimia yang disebut keton


39

i. Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki

komplikasi paling banyak. Kadar gula darah yang tinggi berakibat

pada rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur lainnya. Zat

komplek yang terdiri atas gula di dalam dinding pembuluh darah

menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran.

Akibat penebalan, aliran darah akan berkurang terutama yang menuju

saraf dan kulit. Kadar gula yang tidak terkontrol menyebabkan kadar

zat berlemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadi

aterosklerosis yaitu penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah

( Fady, 2015 ).

Pada diabetes melitus bisa mengalami berbagai komplikasi

baik akut mapun kronik apabila diabetes melitus tidak ditangani

dengan baik. Komplikasi akut yaitu hipoglikemia, ketoasidosis

diabetik, dan koma hipersmolar nonketotik. Sedangkan kronik

diabetes melitus dapat menyerang pada semua sistem organ dalam

tubuh. Komplikasi kronik diabetes melitus meliputi penyakit

makrovaskuler atau makroangiopati penyakit mikrovaskuler atau

makroangiopati, neuropati diabetik, luka diabetik dan rentan terhadap

terjadi infeksi. Makroangiopati merupakan komplikasi yang mengenai

pembuluh darah besar seperti darah jantung, pembuluh darah tepi, dan

pembuluh darah otak, sedangkan mikroangiopati mengenai pembuluh


40

darah kecil seperti retinopati. Neuropati diabetik mengacu pada

sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk

saraf perifer, otonom, dan spinal. Komplikasi yang sering terjadi

adalah perubahan patologis anggota gerak ekstermitas bawah akibat

gangguan sirkulasi, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf

sensorik yang bisa menyebabkan luka atau terkontrolnya infeksi yang

dapat mengakibatkan luka gangren dan apabila tidak tangani dengan

tepat menimbulkan amputasi bahkan berujung pada kecacatan ( Fady,

2015).

Gambar. 2.1 Luka Diabetes Melitus


Sumber : Fady, 2015

j. Luka Diabetik

Luka diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan

pada saraf, pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Apabila

infeksi tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi

pembusukan bahkan dapat diamputasi (Fady, 2015).


41

Terjadinya luka diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar

glukosa darah pasien diabetes melitus. Tingginya kadar gula darah yang

berkelanjutan dan jangka waktu lama dan menyebabkan kelainan

neuropati dan kelainan pada pembuluh darah kemudian menimbulkan

masalah pada kaki pasien diabetes mellitus

Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan

sensibiltas tekanan, sedangkan neuropati otonom menimbulkan

peningkatan kekeringan dan pembentukan fisura pada kulit. Penyakit

vaskuler perifer berupa sirkulasi ekstermitas bawah yang buruk sehingga

berpengaruh pada lamanya kesembuhan luka dan terjadinya gangren.

Penuruan daya imunitas terjadi karena hiperglikemia yang dapat

menggangu kemampuan leukosit khusus yang berfungsi untuk

menghancurkan bakteri (Fady, 2015).

k. Faktor risiko luka diabetik

Menyebutkan bahwa pasien yang berisiko khusus akan

memperlihatkan satu atau lebih sebagai berikut :

1) Memiliki riwayat ulkus Kaki

2) Gejala – gejala neuropati seperti kesemutan serta penurunan atau

kehilangan sensari nyeri, penyakit vaskular iskemik seperti nyeri

betis atau kaki dingin

3) Tanda – tanda neuropati seperti kaki panas, kulit tidak berkeringat,

otot – otot mengecil, denyut nadi keras, pelebaran pembuluh vena,


42

penyakit pembuluh perifer seperti kaki dingin, kulit tipis, nadi tidak

teraba atau atrofi jaringan

4) Deformitas kaki yang parah pada neuropati yang tidak begitu parah

dan atau penyakit pembuluh kapiler

5) Komplikasi diabetes melintus kronis yang lain, seperti gagal ginjal,

keterlibatan gangguan mata yang bermakna

l. Klasifikasi Luka

1. Berdasarkan penyebabnya luka dibagi menjadi dua yaitu luka

mekanik dan luka non mekanik ( Fady, 2015 ).

Luka mekanik terdiri atas :

a) Luka sayat akibat benda tajam

b) Luka memar akibat cedera pada jaringan bawah kulit akibat

benturan benda tumpul

c) Luka robekan karena terkenamesin atau benda lainnya yang

menybabkan robekan cukup dalam pada jaringan

d) Luka tusuk yang kecil di bagian luar ( mulut luka ) tetapi besar

dibagian dalam luka

e) Luka tembak akibat tembakan peluru bagian tepi luka kehitam –

hitaman

f) Luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada luka

g) Luk terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke

pembuluh darah
43

Luka non-mekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termal, radiasi

atau sengatan listrik.

a) Luka terbuka, yaitu luka melibatkan robekan pada struktur kulit

atau membran mukosa

b) Luka tertutup, yaitu luka yang tidak disertai robekan pada kulit

atau robekan pada organ dalam selain kulit

c) Luka akut, yaitu luka yang mengalami proses penyembuhan

secara normal, yang terjadi akibat proses perbaikan integritas

anatomis dan fungsi secara terus menerus

d) Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan proses

penyembuhan integritas anotomis dan fungsi secara normal, hal

ini disebabkan oleh faktor eksogen dan endrogen.

2. Berdasarkan mekanisme terjadi luka

a) Luka insisi terjadi karena diiris oleh instrumen yang tajam.

Misalnya akibat pembedahan

b) Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan.

c) Luka lecet, terjadi akibat gesekan antara kulit dengan benda lain

yang biasanya dengan benda yang tidak tajam

d) Luka tusuk, yaitu luka dengan luas kerusakan jaringan relatif

kecil dalam, terjadi akibat benda peluru dll

e) Luka gores, yaitu luka dengan tepi yang tidak rata dan tidak

teratur, terjadi akibat benda yang tajam seperti kawat


44

f) Luka bakar, yaitu luka akibat paparan dengan suhu yang sangat

ekstrim.

3. Berdasarkan tingkat kontaminasinya luka dibedakan :

a) Luka bersih yaitu, luka bedah yang tidak disertai dengan

infeksi yang mana tidak terjadi proses inflamasi atau

peradangan dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,

genital dan urinaria.

b) Luka bersih terkontaminasi merupakan lua dalam kondisi

aseptik dan melibatkan bagian tubuh yang secara normal

mengandung mikroorganisme.

c) Luka terkontaminasi yaitu, luka pada kondisi yang mungkin

mengandung mikroorganisme.

d) Luka kotor atau terinfeksi yaitu, luka yang terinfeksi oleh

mikroorganisme pasca pembedahan.

e) Luka terkolonisasi yaitu, luka mengandung mikroorganisme

yang pada umumnya tidak hanya satu jenis mikroorganisme

tetapi bisa lebih (Fady, 2015).

m. Proses penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka dibagi dalam empat fase :

1) Fase inflamasi ( reaksi )

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 sampai 4

hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostatis
45

dan fagositosis. Hemostatis adalah proses penghentian

perdarahan akibat konstriksi pembuluh darah besar di daerah

luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin dan

pembentukan bekuan darah di daerah luka. Fase inflamasi

juga memrlukn pembuluh darah dan respon seluler yang akan

di gunakan untuk mengangkat benda – benda asing dan

jaringan mati. Pada akhirnya daerah luka taak merah dan

sedkit bengkak. Selama sel berpindah leukosit berpindah ke

daerah iterstisial.

2) Fase deskrutif

Fase ini berlangsung selama 1 sampai 6 hari sejak terjadinya

luka. Pada fase ini leukosit polimorfonuklear dan makrofag

bekerja dalam pembersihan jaringan yang telah mati atau

mengalami devitalisasi.

3) Fase proliferasi

Fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau ke 4 sampai hari ke –

21 setelah terjadi luka. Diawali dengan sintesisi kolagen dan

substansi dasar yang disebut proteoglikan kira – kira 5 hari

terjadi luka. Kolagen adalah subtansi pritein yang menambah

tegangan permukaan luka. Jumlah kolagen yang meningkat

menambah kekuatan permukaan luka. Kapilarisasi tumbuh


46

melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan

oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan.

4) Fase epitelisasi

Fase ini dimulai beberapa jam setelah terjadi luka bersama

dengan proses hemostatis. Fase ini juga saling melengkapi

fase ini dalam proses penyembuhan luka. Kegagalan pada

fase epitelisasi mungkin dapat terjadi akibat faktor eksternal,

internal atau kelainan genetik.

5) Fase maturasi

ini dimulai hari ke 21 dan berakhir 1 – 2 tahun. Fibrolast terus

mensintesis kolagen, berkembang, memperbanyak diri da

menatu dalam struktur yang lebih kuat. Secara umum luka

akan mencapai 80% kekuatan pereganganya dalam rentang

waktu 2 tahun. Kegagalan fase remodeling ditandai dengan

kegagalan dalam penutupan luka (Fady, 2015).

n. Klasifikasi Luka Diabetik

Klasifikasi luka diabetik menurut wagner lebih mengacu pada

pengelolaan atau manajemen luka diabetik yaitu :

1) Derajat 0, yaitu kulit utuh tetapi ada kelainan pada kaki akibat

neuropati

2) Derajat I, yaitu terdapat ulkus superfisial terbatas pada kulit

3) Derajat II, yaitu ulkus dalam sampai tendon/tulang


47

4) Derajat III, ulkus dengan atau osteomilitis

5) Derajat IV, yaitu gangren pada 1 – 2 jari kaki atau bagian distal kaki

dengan tanpa selutis ( infeksi jaringan )

6) Derajat V, yaitu gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

(Fady, 2015).

Membagi Luka diabetik berdasarkan perjalanan alamiah luka

diabetik yaitu :

1) Derajat I, yaitu kaki normal

2) Derajat II, yaitu kaki memiliki risiko tinggi

3) Derajat III, kaki mengalami ulkus atau luka

4) Derajat IV, kaki mulai terinfeksi

5) Derajat V, kaki mengalami Nekrosis

6) Derajat VI, kaki yang tidak dapat ditangani (Fady, 2015).

3. Konsep Madu dalam perawatan Luka Diabetes Melitus

a. Definisi

Madu adalah cairan yang sifatnya lengket dan memiliki rasa yang

manis yang dihasilkan oleh lebah dan serangga dari nektar bunga (Fady,

2015).

Madu adalah sesuatu yang manis, merupakan subtansi lengket yang

di produksi oleh lebah melalui pengumpulan nektar dan embun madu

(Fady, 2015).
48

b. Jenis – jenis madu

Manurut Haviva ( 2011 ) dalam Al fady ( 2015 ) membedakan beberapa

jenis madu antara lain :

1) Madu hutan

Bermanfaat untuk mengatasi tekanan darah rendah, meningkatkan

nafsu makan, mengobati anemia, rematik dan mempercepat

penyembuhan luka

2) Madu pollen

Jenis madu yang bercampur dengan tepung sari bunga.

3) Madu super

Madu yang bercampur tepung sari bunga dan royal jelly.

4) Madu organik

Madu yang standarnya telah ditentukan oleh departemen pertanian

meliputi asal lebah, tempat penangkaran dan bunga – bunga yang di

hinggapi oleh lebah harus bersal dari lingkungan pertanian.

5) Madu manuka

Madu manuka terdapat di selandia baru. Dan juga tanaman manuka

digunakan suku mayori untuk mengobati luka dan sakit tenggorokan.

Madu manuka memiliki kandungan senyawa golongan fenoat dan

flavonoid, dan methylglyoxal sebagai komponen yang memiliki

aktivitas antibakteri (Fady, 2015).


49

a
b
a

c d e
a
Gambar. 3.1:
a. Madu hutan, b.madu organik c. Madu super, d.madu polen,
e. Madu manuka. Sumber: ( Fady, 2015).
c. Kandungan Madu

Dalam madu terdapat kandungan zat gula yang berupa fruktosa

dan glukosa yang merupakan jenis gula monosakarida yang mudah

diserap oleh usus. Selain itu madu mengandung vitamin, mineral, asam

amino, hormon, antibiotik dan bahan – bahan aromatik. (Fady, 2015)

Pada umumnya madu tersusun atas 17, 1% air, 82,4 % karbohidrat

total, 0, 5 % protein, asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam

amino nonesensial ada juga asam amino esensial di antaranya lysin,

histadin, triptofan dan 31 % glukosa. Sisanya, 12 % karbohidrat yang

tersusun dari maltosa, sukrosa dan gula lain. (Fady, 2015)

d. Manfaat Madu

Zat mangan berfungsi sebagai antioksidan dan berpengaruh besar

dalam pengontrolan gula darah serta mengatur hormon steroid.


50

Magnesium memegang peran penting dalam mengaktifkan fungsi

replikasi sel, protein dan energi. Fe membantu proses pembentukan sel

darah merah magnesium, fospor dan belerang berkaitan dengan

metabolisme tubuh. (Fady, 2015).

d. Peranan Madu Dalam Proses Penyembuhan Luka

Peranan madu dalam proses penyembuhan luka adalah :

1) Peran madu sebagai anti bakteri

Khasiat madu sebagai obat luka terungkap secara ilmiah setelah

ribuan tahun digunakan. Madu bekerja sebagai antibiotik alami

yang sanggup mengalahkan bakteri mematikan (Fady, 2015).

Diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Aktivitas air yang sedikit

Madu merupakan cairan solusion gula yang tersaturasi.

Osmolaritas yang tinggi dalam agen perawatan luka diyakini

sebagai suatu hal yang dapat mencegah infeksi dan

mempercepat proses penyembuhan luka. Proses osmosis

inilah yang menyerap air dari bakteri pada luka sehingga

mempu mengambat pertumbuhan bakteri karena kekurangan

air dan mengeringkan bakteri hingga sulit tumbuh dan

akhirnya mati. Kandungan air madu sekitar 17 % dengan

aktivitas air (AW) antara 0, 56- 0,62. Hal ini tidak


51

mendukung pertumbuhan kebanyakan bakteri yang

membutuhkan AW sebesar 0,94 – 0,99.

b) Keasaman

Madu memiliki sifat yang cukup asam dengan pH rata – rata

3,9. Kesamaan madu tersebut cukup rendah ssehingga tidak

mendukung untuk tumbuh dan berkembang, dimana

kebanyakan bakteri patogen bisa hidup pada pH anatara 4,0 –

4,5 (Fady, 2015).

e. Patofisiologi Madu Membantu Proses Penyembuhan Luka

Perawatan luka diabetik menggunakan madu bertujuan untuk

membunuh kuman ( anti bakteri), mengurangi inflamasi ( antiinflamasi),

serta menstimulasi dan mempercepat penyembuhan luka. Fungsi madu

sebagai anti bakteri, antiinflamasi, menstimulasi dan mempercepat

penyembuhan (Fady, 2015).

Kandungan gula yang tinggi dalam madu mampu memperlambat

pertumbuhan bakteri. Teksturnya yang kental membantu pembentukan

lapisan pelindung anti pembusukan dari luar. Madu memiliki

kemampuan sebagai efek antibakteri, sepert Staphylocuccus aureus dan

Escherchia coli. Madu mempunyai sifat osmolitas yang tinggi sehingga

bakteri sulit untuk hidup. Aktivitas madu terjadi karena adanya hidrogen

perioksida, flanovoid, dan konsentrasigula hipertonik. Hidrogen

peroksida dientuk di dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide


52

yang memproduksi asam glukonat dan hidrogen perioksida yang

terbentuk akan terakumulasi dalam medium biakan yang akan

menginhibisi pertumbuhan bakteri. Hidrogen perioksida pada madu

merupakan antiseptik karena sifatnya sebagai antibacterial. Flavonoid

merupakan antioksidan dan antibiotik yang berfungsi menguatkan dan

mengantisipasi kerusakan pada pembuluh darah serta bahan aktif yang

berfungsi sebagai anti peradangan dan anti virus. Konsentrasi gula

hipertonik dapat memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri.

Glukosa dengan konsentrasi tinggi yang terkandung dalam madu mampu

membunuh bakteri karena adanya proses osmosis antara cairan dalam sel

dengan lingkunga luar. Madu mempunyai pH yang berkisar dari 3,5-4,5

sehingga bakteri tidak dapat mempertahankan hidupnya. Keasaman

memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumuhan dan berlangsung

hidup bagi sel bakteri. Setiap spesies memiliki kisaran optimum

keasaman untuk pertumbuhan. Ketika pH turun sampai batas terendah

untuk pertumbuhan bakteri, tidak hanya sel bakteri yang akan berhenti

pertumbuhannya, tetapi bakteri juga kan menghilang kemampuan

hidupnya. Selain itu madu juga mengandung antibiotik yang erguna

untuk melawan bakteri patogen penyebab penyakit infeksi, sehingga

pertumbuhan beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan

penyakit atau infeksi dapat dihambat oleh madu. Efek madu pada

penyembuha luka menghasilkan semacam zat kimia untuk debridemen,


53

jaringan rusak dan mati. Proses debridemen luka pada pasien yang

dirawat menggunakan madu sangat mudah diangkat atau dibersihkan,

jaringan nekrotik berupa gumpalan debris berwarna putih kekuningan

dan berserabut sangat mudah terangkat dari dasar luka (Ansori et al,

2014 ).

f. Dosis Pemberian Madu Pada Luka

Pada perawatan luka dengan madu sebagai topikal terapi. Derajat

derajat IV dan V dengan 10 x 10 cm luka gauze dioleskan 20 ml madu

( Ritonga dkk, 2016 ).

Sedangkan Derajat I dengan luas luka 2 x 2 cm dioleskan

sebanyak 4 ml madu, Derajat II dengan luas luka 4 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu, Derajat III dengan luas luka 6 x 6 cm luka

dioleskan sebanyak 12 ml madu, Derajat IV dengan luas luka 8 x 8 cm

dioleskan sebanyak 16 ml madu, Derajat V dengan luas luka 10 x 10 cm

dioleskan sebanyak 20 ml madu. Madu yang dioleskan ditempel

langsung ke permukaan luka sehingga seluruh permukaan luka hingga

seluruh permukaan tertutup. Kegiatan dilakukan 1 hari sekali selama 1

minggu.
54

4. Konsep Asuhan Kebidanan

a. Pengertian Asuhan Kebidanan

Menurut Nurhayati (2012) Asuhan kebidanan adalah prosedur

tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan kewenangan dalam

lingkungan praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan

memperhatikan pengaruh-pengaruh sosial, budaya, psiko sosial,

emosional, spritual, fisik, etika, kode etik, serta hubungan antara prinsif

kemitraan dan perempuan.

b. Tujuan dan manfaat Asuhan Kebidanan

Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan

keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan

keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan

keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri (Varney, 2007).

Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain di pengaruhi oleh

adanya keterkaitan penerapan masing-masing komponen yang dapat

mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan, baik dari pemberi asuhan

maupun menerima asuhan. Komponen yang di maksud adalah:

1) Determinan adalah faktor penentu dalam pemberi asuhan yang

meliputi; nilai, etika, falsafah, yang dianut oleh bidan, kepekaan

terhadap kebutuhan asuhan dan kemampuan memfasilitasi dan

mengambil keputusan dalam bertindak.


55

2) Kemampuan wanita, yaitu kemampuan wanita sebagai penerima

asuhan yang dipengaruhi oleh kemampuan pasien untuk beradaptasi,

kemampuan mengambil keputusan, informasi dan konseling yang

diterimanya, dukungan yang diterimanya.

3) Proses Asuhan, proses asuhan yang digambarkan dalam manajemen

proses kebidanan dipengaruhi oleh aspek jenis tindakan/ kegiatan yang

dilakukan ini adalah komponen yang menjelaskan tentang apa yang

dilakukan bidan dan lingkup kompetensi yang harus dimiliki oleh

bidan, pemberian asuhan kebidanan harus memperhatikan faktor,

keputusan berlandaskan pemikiran kritis, praktik asuhan berdasarkan

fakta, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, pemakaian

teknologi secara etis, menghormati perbedaan budaya dan etik,

mengoptimalkan atau mengajarkan klien tentang promosi kesehatan,

dengan memberi pilihan berdasarkan informasi dan melibatkannya

dalam pengambilan keputusan dan mempraktikkan perilaku sabar yang

rasional, memberi advokasi bagi pasien, dan melakukan rujukan ke

profesional ahli untuk kasus komplikasi.

4) Aspek strategi asuhan yang harus dilakukan yaitu dengan

menggunakan pendekatan yang ramah dan berpusat pada wanita,

menyesuaikan keahlian untuk memenuhi kebutuhan klien yang

khusus, melakukan intervensi danrujukan yang tepat, memelihara

kepercayaan dan saling menghargai antara bidan dan klien,


56

menawarkan panduan antisipasi, memfasilitasi, seta mendukung

keikutsertaan klien dalam pengambilan keputusan, memberi asuhan

secara fleksibel dan kreatif dan mempromosikan dan mendukung Hak

Asasi Manusia (HAM) (Varney, 2007)

c. Tahapan Asuhan Kebidanan

1. Pengakajian data

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan

langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun

informasi tentang klien/ orang yang meminta asuhan. Teknik

pengumpulan data ada tiga, yaitu :

1) Obervasi adalah pengumpulan data dilakukan pada pertem

uan tatap melalui indera : penglihatan (perilaku, tanda fisik, 

kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran ( bunyi batuk,

nafas ), penciuman ( bau nafas, bau luka).

2) Wawancara adalah adalah pembicaraan terarah yang

umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka.

3) Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen/ alat

pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi

angka..

Diklasifikasikan menjadi data subjektif dan objektif.

a) Data subjektif mengembangkan hubungan antar

pesonal yang efektif dengan pasien/klien/yang


57

diwawancarai, lebih memperhatikan hal – hal yang

menjadi keluhan utama pasien dan yang

mencemaskan yang berkaitan dengan pasien. Dan

b) Data Obejektif mengamati ekspresi dan perilaku

pasien, mengamati perubahan/ menggunakan

teknik pemeriksaan yang tepat dan benar

melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan

dengan keluhan pasien ( Ima dkk, 2012).

2. Interpretasi data dasar

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan

sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi

bidan dalam praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosis kebidanan. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya

digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti

diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang

diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil pengkajian (Subiyatin Aning,

2017).

3. Diagnosa masalah potensial

Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan

masalah potensialberdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah


58

diidentifikasi. Langkah ketiga ini merupakan antisipasi bidan, guna

mendapatkan asuhan yang aman. Pada tahap ini bidan diharapkan

waspada dan bersiap-siap untuk mencegah diagnosa atau potensial

terjadi. Untuk itu bidan selain harus mampu mengantisipasi

masalah potensial juga harus mampu merumuskan tindakan

antisipasi masalah potensial agar tidak terjadi (Subiyatin Aning,

2017).

4. Kebutuhan segera

Beberapa data menunjukkan emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan klien. Beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu intruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi

dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi klien untuk

menentukan asuhan pasien yang tepat. Langkah ini mencerminkan

kesenimbungan dari proses manajemen Kebidanan (Ima dkk, 2012).

5. Rencana

Pada langkah ini direncanakan asuhannya yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana

asuhan sama – sama disetujui oleh bidan maupun klien agar efektif,
59

karena pada akhirnya klienlah yang akan melaksanakan rencana itu

atau tidak. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan

suatu asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang

benar, berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to

date serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang di

inginkan klien dan apa yang tidak diinginkan klien. Rational yang

berasarkan asumsi dari perilaku pasien yang tidak validasikan

pengetahuan teoritis yang salah atau tidak memadai, atau data dasar

tidak lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan klien

yang tidak lengkap dan mungkin juga tidak aman ( Ima dkk, 2012).

6. Tindakan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh

bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya ( memastikan

langkah tersebut benar – benar terlaksana). Dalam situasi dimana

bidan berkaloborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam

dimana bidan berkaloborasi dengan dokter dan keterlibatannya


60

dalam manajemen asuhan bagi klien yang mengalami komplikasi,

bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang

efisen akan menyita waktu biaya dan meningkatkan mutu asuhan.

( Ima dkk, 2012).

7. Evaluasi

Pada langka ke - 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan

sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagain rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif (Ima dkk,2012)

8. Reassesment

Reassesment merupakan suatu tindakan pengumpulan data

kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan dan apakah rencana asuhan akan dirubah

(Subiyatin Aning, 2017).


61

B. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Menopause Diabetes Melitus


Dengan Pemberian Madu Untuk membantu Proses penyembuhan
Luka

1. Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar

a) Data subjektif

Adalah biodata yang mencakup identitas pasien.

1) Identitas pasien meliputi:

a. Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan.

b. Umur  : Dicatat dalam tahun

c. Suku bangsa  : Berpengaruh pada adat-istiadat atau

kebiasaan sehari-hari.

d. Agama : Untuk mengetahuai keyakinan pasien

tersebut untu membimbing atau mengarahkan

pasien dalam berdoa.

e. Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan

kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan pendidikan.

f. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjung

an rumah bila diperlukan.


62

2) Alasan datang atau keluhan utama adalah untuk

mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan keluhan pada ibu menopuase dengan luka

diabetes melitus.

3) Riwayat kesehatan

a. Riwayat dahulu

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada

dahulu

b. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan anak, yaitu apabila ada

penyakit keluarga yang menyertainya.

c. Riwayat keturunan

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis dalam

keluarga seperti : jantung, hipertensi, asma yang

dapat mempengaruhi ibu menopause pada diabetes

melitus.
63

4) Riwayat menstruarsi

b. Menarche : ... tahun

c. Siklus : Teratur/ tidak

d. Lama haid : ... hari

e. Banyaknya: ... × ganti pembalut

f. Keluhan : Ada/Tidak ada

g. Dismenorhoe : Ada/Tidak ada

5) Riwayat kehamilan

Ha tah Umur Jenis Komplik Penolon JK/P Lakta


mil un kehami persali asi g B/B si
ke lan nan dan B
tempat

6) Riwayat kontrasepsi

b. Jenis KB yang digunakan : ....

c. Lama menggunakan : ... tahun

d. Keluhan : ada/tidak ada

7) Riwayat Psikosial Spiritual

1. Hubungan dengan keluarga : Harmonis/ Baik/ 

Tidak baik

2. Hubungan dengan orang lain : Harmonis/ Baik/ 


64

Tidak baik

3. Hubungan dengan suami : harmonis/ baik/

tidak baik

4. Kebiasaan berobat : Dokter/ Bidan/ Dukun

8) Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan

yang dikonsumsi sehari-hari harus bermutu, bergizi

tinggi, cukup kalori, dan tinggi protein, porsi

makan, dan ada pantangan atau tidak, bagi anak ibu

menopause diabetes melitus.

b. Personal Hygiene

Kebersihan perorangan sangat penting untuk

menjaga kebersihan pada ibu menopuse diabtes

melitus ( mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong

kuku, ganti pakaian ).

c) Eliminasi

Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali

anak BAB dan BAK dalam sehari, apakah

mengalami kesulitan atau tidak.

d) Istirahat/tidur
65

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat

atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu

tidur dalam sehari. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada

malam hari dan ± 3 jam pada siang hari. Pola

istirahat dan aktivitas ibu yang berlebihan dapat

menyebabkan terganggunya kesehatan pada ibu

b. Data objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan

diukur (Sulistyawati, 2011). Adapun data objektif meliputi:

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu

berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.

b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran

ibu, composmentis (sadar penuh), apatis (sadar

tetapi kurang memberikan respon), somnolen

(Keadaan mengantuk), sopor (tidak sadar total).

c) Suhu : Untuk mengetahui suhu pada ibu ( suhu

normal yaitu 36,5- 37,5 c )

d) Nadi : Untuk mengetahui Nadi pada ibu , nadi

normal pada anak berkisar antara 60 - 90 x/menit.


66

e) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan

yang dihitung dalam menit, respirasi normal anak

20-30 x/menit.

f) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan

anak.

g) Berat badan : untuk mengetahui Penambahan berat

badan anak.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan

kulit kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik

lainnya.

1. Muka

Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau 

tidak ada oedema/ tidak dan cloasma gravidar

m atau tidak ada kelainan atau tidak.

2. Mata

Conjungtiva pucat atau tidak, seklera kuning

atau tidak, mata cekung atau tidak.

3. Hidung

Kebersihan hidung, ada polip atau tidak

4. Telinga
67

Bagaimana kebersihan telinga ada serumen atau

tidak

5. Mulut, gigi dan gusi

Bersih / kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries

gigi atau tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi

berdarah atau tidak.

6. Leher : Mengetahui apakah ada pembesaran

kelenjar thyroid dan ada pembesaran kelenjar

getah bening atau  tidak.

7. Dada : Untuk mengetahui apakah ada kelainan

bentuk atau    tidak

a) Mammae

Ada pembesaran atau tidak, ada nyeri tekan ada

atau tidak, ada tumor atau tidak, simetris atau

tidak, areola hyperpigmentasi atau tidak.

b) Axilla

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran

kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri

tekan pada axilla.

c) Abdomen

Ada bekas luka operasi atau tidak, ada kelainan

atau tidak.
68

d) Ekstremitas

Ada terdapat oedema atau tidak, apakah ada

varices atau tidak, reflek patella ada tidak.

2. Langkah II ( kedua ) : Interprestasi Data

a. Diagnosis kebidanan

Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada

kasus pasien dengan ibu menopause luka diabetes

melitus adalah pada ibu Ny..... umur ......., dengan luka

derajat ( I atau II).

b. Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien yang ditemukan dari hasil

pengkajian atau yang menyertai diagnosis seperti

ditemukan seperti berair, berbau dan membusuk pada

luka.

c. Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien

dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan

masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa

data.

Data – data dasar ini tentu akan menciptakan suatu

masalah yang membutuhkan lebih lanjut dan memerlukan

suatu perencanaan untuk mengurangi masalah.

3. Langkah ke ( III) diagnosa masalah potensial


69

Adapun dalam kasus ibu yang mengalami luka diabetes

melitus dapat didiagnosa potensial seperti amputasi jika tidak

ditangani.

a. Amputasi

1) Definisi

adalah hilangnya bagian tubuh, seperti jari, lengan,

atau tungkai akibat cedera atau terjadi secara

terencana melalui prosedur operasi, misalnya

untuk mencegah penyebaran infeksi.

2) Batasan karakteristik

a) Gula darah lebih > 200 mg/dl

b) Terjadi infeksi ( berbau dan membusuk )

3) Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan

luka ibu mengering

4) Kriteria Hasil

a) Gula darah < 200 mg/dl

b) Luka mengering

Adapun penyebab amputasi dalam kasus ini

pencegahan bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup dan

melakukan perawatan luka dengan benar.

4. Langkah ke ( IV) Tindakan segera


70

Pada tahap ini pangkaji (Bidan) menentukan diagnosa

berdasarkan hasil dari pengkajian dan menentukan apa

tindakan segera yang akan dilakukan.

a. Melakukan KIE tentang perawatan luka diabetes

melitus

b. Melakukan pemeriksaan gula darah

c. kaloborasikan dengan dokter bila ada infeksi luka

dengan derajat luka I dan II serta terjadi komplikasi

lainnya.

5. Langkah ke ( V ) Rencana

1. Jelaskan keadaan ibu saat ini dengan luka diabetes

melitus

2. Observasi TTV

3. Lakukan perawatan luka diabetes melitus dengan madu

4. Jelaskan tanda - tanda bahaya luka diabetes melitus

5. Jelaskan KIE tentang perawatan luka diabetes melitus

6. dokumentasi

6. Langkah ke ( VI) Implementasi

a) Menjelaskan keadaan ibu saat ini bahwa masih dengan

luka diabetes melitus

b) Mengobservasi TTV

a) Tekanan darah
71

b) Nadi

c) Suhu

d) Pernafasan

3) Melakukan perawatan luka dengan cara :

b. Membersihkan luka dengan kasa yang dibasahi Nacl

0,9%

c. Membersihkan dengan menekan perlahan Pus

d. Membersihkan kembali dengan kasa yang dibasahi

Nacl 0,9%

e. Mengeringkan menggunakan kasa

f. Lalu mengoleskan madu manuka untuk derajat I

dengan luas luka 2 x 2 cm dioleskan sebanyak 4 ml

madu, dftg derajat II dengan luas luka 4 x 4 cm

dioleskan sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa gulung secara memutar

dan di ikat.

h. Kegiatan dilakukan 1 hari sekali selama 1 minggu

i. dokumentasi

4) Menjelaskan tanda – tanda bahaya luka diabetes melitus

yaitu berbau, membusuk dan infeksi.


72

5) Menjelaskan KIE tentang perawatan luka diabetes melitus

dengan mengurangi konsumsi gula, istirahat yang cukup dan

makan – makanan yang bergizi.

7. Evaluasi

a) Ibu mengetahui dengan kondisinya saat ini

b) Pemeriksaan TTV dan gula darah telah dilakukan ibu

mengetahui hasilnya

c) Ibu mau dilakukan perawatan luka diabetes melitus

dengan madu

d) Ibu mengerti apa saja tanda – tanda bahaya luka diabetes

melitus

e) Ibu mengerti tentang perawatan luka diabetes melitus

dengan madu

f) Ibu mau mengurangi konsumsi gula, istirrahat yang cukup

dan makan – makanan yang bergizi.

S : Subyektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang

terutama langkah pertama pengkajian data diperoleh dari

hasil anamnesa
73

O : Obyektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan dari

data yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik lainnya

A : Assasment atau Analisa

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan pada

langkah pertama, kedua, ketiga dan keempat sehingga

mencakup hal -hal berikut yaitu diagnosis /

masalah kebidanan, diagnosis/ masalah potensial serta perl

unya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk

antisipasi diagnosis atau masalah potensial. Kebutuhan dan

tindakan segera harus di identifikasi menurut

kewenanangan bidan, meliputi tindakan mandiri,

kolaborasi dan merujuk.

P : Plan atau Perencanaan

Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi


74

INPUT PROSES OUTPUT


Ibu Menopause Diabetes Asuhan kebidanan 7 Hasil Asuhan
Melitus dengan Pemberian langkah varney : kebidanan:
Madu

1. Ibu Menopause Diabetes 1. Pengkajian data 1. keadaan


Melitus dengan Pemberian a. Subjektif umum Ibu
Madu untuk proses b. Objektif Menopause
Penyembuhan Luka 2. Interpretasi data Baik
2. Melakukan Observasi TTV 3. Diagnosa potensial 2. Ibu
3. Memeriksa Gula Darah 4. Tindakan segera mengetahui
dengan alat GDS 5. Perencanaan hasil TTV
4. Melakukan Perawatan 6. Pelaksanaan 3. Ibu
Luka dengan Madu 7. Evaluasi mengetahui
Manuka. Derajat I dengan hasil Kadar
luas luka 2 x 2 cm gula Darah
dioleskan sebanyak 4 ml 4. Luka
madu, Derajat II dengan mengering
luas luka 4 x 4 cm 5. Ibu dan
dioleskan sebanyak 8 ml keluarga
madu. Kegiatan 1 hari mendapatkan
sekali selama 1 mingggu. pengetahuan
5. Memberikan Konseling tentang
tentang Diabetes Melitus perawatan
dan Perawatan Luka Luka dengan
Diabetes Melitus dengan madu yang
Madu Manuka Gagalbermanfaat
: bila setelah
dilakukan perawatan 2
bagitidak
minggu ibu ada
perbaikan.
75

C. Kerangka Konsep Kebidanan Pada Ibu Menopause Dengan


Pemberian Madu Untuk Membantu Proses Penyembuhan Luka
76

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Laporan tugas akhir ini merupakan bentuk laporan menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian case study research

dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif dan memusatkan perhatian pada objek tertentu gambaran tentang

studi keadaan secara objektif. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan

cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit

tunggal ( Sudarti, 2016 ).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini rencana akan dilakukan di wilayah puskesmas

Sukamerindu kecamatan Sungai Serut kota Bengkulu. Penelitian ini rencana akan

dilakukan pada bulan Juni – Agustus tahun 2020.

C. Setting Penelitian

1. Letak Puskesmas

Letak wilayah puskesmas Sukamerindu kota yaitu di Sukamerindu, Kec. Sun

gai Serut, Kota Bengkulu.

2. Sarana dan Prasarana

Puskesmas Sukamerindu Memiliki sebuah Gedung berlantai 2 (dua) dengan

fasilitas yang cukup memadai untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Fasilitas Pelayanan di Puskesmas terdiri dari 19 ruang


77

diantaranya 8 Poli, 3 Klinik, IGD, Laboratorium, Apotek, Pendaftaran, 2

ruang tunggu, Aula, TU, ruang Kepala UPTD, Gudang. 2 unit mobil Pusling

dan 4 unit Kendaraan roda dua ( motor).

3. Jumlah Tenaga Kesehatan

Puskesmas Sukamerindu mempunyai Tenaga Kesehatan diantaranya

satu Dokter Umum, satu Dokter Gigi, tiga Kesehatan Masyarakat, 12

Perawat, 10 Bidan, satu Laboratorium, dua Apoteker.

4. Jumlah Pasien

Pada tahun 2019 jumlah pasin diabetes melitus berjumlah 348 orang dan

pada bulan Januari sampai dengan November ada 32 orang.

5. Penelitian

Belum pernah dilakukan penelitian tentang studi kasus ini.

D. Subjek Penelitian/Partisipan

Sampel/ Subjek studi kasus merupakan orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek penelitian ini adalah ibu

menopause dengan Diabetes melintus dengan Kriteria :

1. Inklusi

a. Ibu Menopause Diabetes Melitus rentang umur 45 – 55 tahun

b. Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan Luka Basah

c. Ibu Menopause Diabetes Melitus dengan derajat luka I dan II

d. Menggunakan Madu Manuka Derajat I dengan luas luka 2 x 2 cm

dioleskan sebanyak 4 ml madu, Derajat II dengan luas luka 4 x 4 cm


78

dioleskan sebanyak 8 ml madu Kegiatan dilakukan 1 hari sekali selama 1

minggu.

e. Bersedia menjadi objek dalam asuhan kebidanan yang dilakukan dan

berada di puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu

2. Eksklusi

a. Ibu menopause yang memiliki riwayat penyakit kulit seperti alergi dan

herpes

b. Ibu menopause tidak bersedia menjadi reposnden asuhan kebidanan

c. Ibu menopause yang bukan di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data berisi begaimana data diperoleh menggunakan alat ukur

yang telah direncakan. Di dalam teknik pengumpulan data berisi prosedur

penggunaan alat penelitian yang akan menunjang mendukung studi kasus.

Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan

data sekunder ( Sudarti, 2016).

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya. Data primer diambil dengan cara :

a) Metode Wawancara Terstrukur


79

Merupakan dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi atau data dari terwawancara. Pada pengambilan kasus ini penulis

melakukan wawancara dengan keluarga.

b) Metode Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek dan

melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus

yang diambil (Sudarti, 2016). Observasi dapat berupa pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang dan observasi yang akan di gunakan untuk

penilaian. Pemeriksaan GDS yaitu merupakan salah satu cara dengan

melihat keadaan seberapa tinggi gula darah dengan cara menunsukkan

jarum ke bagian ujung jari dengan menggunakan stik Glukosa.

c) Metode Dokumentasi

Dalam metode dokumentasi ini penelitian menggunakan metode

pendokumentasian menurut 7 langkah Varney yaitu pengkajian data dasar

( subjektif dan objektif ), interprestasi data, identifikasi, diagnosa

masalah potensial, kebutuhan dan tindakan segera, merencanakan asuhan,

melaksanankan perencanaan dan evaluasi

2. Data sekunder

Data didapat dari semua bentuk sumber yaitu Register, dan Rekam Medik di

puskesmas Sukamerindu kota Bengkulu.


80

F. Metode Keabsahan Data/ Uji Triangulasi Sumber

Uji keabsahan data pada penelitian yaitu menggunakan pasien, bidan,

keluarga pasien sebagai sumber informasi, sumber dokumentasi dan lain-lain.

Jika informasi yang didapatkan dari sumber pasien, sama dengan yang

didapatkan bidan dan keluarga pasien, maka informasi tersebut valid.

G. Metode Analisa Data

Analisa data penelitian dalam studi kasus kebidanan yang digunakan

adalah domain analisis, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam fokus

penelitian.

H. Etika Penelitian

Menurut (Notoatmodjo, 2012) etika penelitian yaitu sebuah persetujuan

dari komite etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang dilakukan ini

tidak membahayakan responden penelitian. Hal yang harus peneliti penuhi dalam

etika penelitian yaitu :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan yang akan diberikan kepada calon responden yang

akan diteliti. Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan

memahami penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh jika bersedia

menjadi responden. Jika calon responden bersedia diteliti maka harus


81

menandatangani lembar persetujuan bila calon responden menolak peneliti

tidak boleh memaksa (lampiran II).

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data yang akan diisi oleh responden

sehingga identitas responden tidak diketahui oleh publik.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Peneliti tidak akan menyebarkan informasi yang diberikan oleh

responden dan kerahasiaannya akan dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu s aja yang akan dilaporkan sebag ai hasil penelitian.


82

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN  PADA NY “ I” UMUR 55 TAHUN


DIABETES MELITUS DENGAN PEMBERIAN MADU
UNTUK MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN 
LUKA DI  PUSKEMAS SUKAMERINDU
TAHUN 2020

A. HASIL

Hari/tanggal : 21 Agustus 2020

Jam : 11.00 WIB

Tempat : Puskesmas Sukamerindu

Pengkaji : Mutmaina Fitriani

1. PENGKAJIAN

a. Data subyektif (S)

a. Biodata

Nama Ibu : Ny I Nama Suami : Tn I

Umur : 55 tahun Umur : 60 tahun

Suku : Rejang Suku : Rejang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Guru

Alamat : Timur Indah Rt 11 Alamat : Timur Indah Rt 11


83

b. Keluhan Utama

Ibu mengatakan 2 bulan yang lalu telapak kaki sebelah kanan luka ,

berbau, bernanah, dan berair.

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat dahulu

Ibu mengatakan pernah dirawat di RS selama 1 minggu karena luka di

kaki sebelah kanan luka

2. Riwayat keluaga

Ibu mengatakan tidak ada yang menderita penyakit HIV/AIDS, TBC

dan sebagainya.

3. Riwayat kesehatan keturunan

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit

Diabetes Melitus

d. Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : Teratur

Lama haid : 7 hari

Banyaknya : 3× ganti pembalut

Keluhan : Tidak ada

Dismenorhoe : Tidak ada


84

e. Riwayat kehamilan, persalinan


Hamil tahun Umur Jenis komplikasi Penolong JK/PB Laktasi
ke kehamilan persalinan dan tempat /BB
1 1981 38 mg Bidan Tidak ada Bidan/BPM LK/49 / ASI

3100
2 1984 38 mg Bidan Tidak ada Bidan/BPM LK/50/ ASI

3100
3 1986 39mg Bidan Tidak ada Bidan/BPM PB/52 / ASI

3000
4 1998 38mg Bidan Tidak ada Bidan/BPM LK/50 / ASI

3200

f. Riwayat kontrasepsi

Jenis KB yang digunakan :Implant

Lama menggunakan : 5 tahun

Keluhan : tidak ada

g. Riwayat Psikosial Spiritual

Usia waktu menikah : 15 tahun

Lama menikah : 41 tahun

Hubungan dengan suami : Harmonis

Hubungan ibu dengan keluarga : baik

Kebiasaan berobat : Dokter

Ketergantungan obat dan alcohol : Tidak ada

h. KebutuhanSehari-hari

1. Nutrisi
85

a) Makan

Frekuensi : 2x/hari

Jumlah : lebih banyak sayur dan nasi sedikit

Keluhan : Tidak ada

b) Minum

Frekuensi : 5 gelas/hari

Jenis : air putih

Keluhan : Tidak ada

2. Eliminasi

a) BAB:

Frekuensi :1x/hari

Konsistensi : Lembek

Keluhan : Ada/Tidak ada

b) BAK:

Frekuensi : 5x/hari

Warna :.jernih

Keluhan : Ada

3. Personal Hygiene

Mandi :2x/sehari

Gosok gigi :2xsehari

Cuci rambut :.3xseminggu

Potong kuku :.1xseminggu


86

Ganti pakaian :2x/sehari

4. Istirahat danTidur

Tidur Siang : Ya

Frekuensi : 2 jam

Tidur Malam : Ya

Frekuensi : 8 jam

Gangguan tidur : tidak ada

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TTV

TD : 100/80 mmhg

Nadi : 78x/m

Suhu : 36,5 C

RR : 24x/m

2. Pemeriksaan fisik

a) Kepala
87

Warnar ambut : Hitam

Kerontokan : Tidak ada

Benjolan : Tidak ada

Kebersihan : Bersih

b) Muka

Warna muka : Tidak pucat

Cloasmagravidarum : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

c) Mata

Konjungtiva : An-anemis

Sklera : An-ikterik

d) Mulut

Kebersihan : Bersih

Lidah : Bersih

Gigi : tidak

Gusi : Ada perdarahan

e) Telinga

Fungsi : Baik

Kebersihan : Tidak bersih

Pengeluaran : Tidak ada

f) Leher

Pemb kel tiroid : Ada


88

Pemb kel limfe : Ada

Pemb vena jugularis : Ada

g) Abdomen

Bekas Operasi : Tidak ada

h) Ekstremitas Atas

Warna : tidak pucat

Oedema : tidak ada

Kebersihan : bersih

i) Ekstremitas bawah

Warna : tidak pucat

Oedema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Reflek patella : (+/-)

Kebersihan : Bersih

Kaki kanan : Terdapat luka yang bernanah, berbau, dan

berair dibagian telapak

j) Genetalia

Oedema : Tidak ada

Varices : Tidak ada

k) Pemeriksaan Penunjang

Gula darah/GDS : 389 / mgdl


89

2. INTERPRETASI DATA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny “ I” umur 55 tahun Diabetes Melitus dengan derajat luka I Perawatan luka

dengan madu

b. Masalah

1. Telapak kaki sebelah kanan terdapat luka yang berbau, bernanah dan berair

2. Gula darah tidak stabil

c. Kebutuhan

1. Perawatan luka

2. Pola makan dan istirahat

3. DIAGNOSA POTENSIAL

Dalam kasus ibu yang mengalami luka diabetes melitus dapat diagnosa

potensial amputasi jika tidak ditangani

4. TINDAKAN SEGERA

Pada tahap ini pengkaji menentukan diagnosa berdasarkan hasil dari

pengkajian.

a. Mandiri

1) KIE tentang perawatan luka diabetes melitus

2) Lakukan pemeriksaan gula darah

b. Kaloborasi dengan Dokter

1) Diberikan obat oral Glibenclamide 5mg 2 x 1


90

2) Diberikan obat oral Metformin 500mg 2 x 1

3) Obat Topikal Tribee Salf secukupnya

5. RENCANA

a. Jelaskan keadaan ibu saat ini dengan luka diabetes melitus

b. Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang

c. Jelaskan pada ibu tanda - tanda bahaya luka diabetes melitus

d. Lakukan perawatan luka diabetes melitus dengan madu dan pemberian Tribee

Salf secukupnya di sekitar area luka punggung kaki

e. Berikan obat oral Glibenclamide 5mg 2 x1 sehari dan Metformin 500mg 2x1

sehari

f. Berikan keluarga agar selalu memberi dukungan kepada ibu

g. Anjurkan ibu untuk personal hygne

h. Jelaskan KIE tentang perawatan luka diabetes melitus

i. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang besok

j. Dokumentasi

6. TINDAKAN

a. Menjelaskan keadaan ibu saat ini bahwa masih dengan luka diabetes melitus

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 100/80 mmhg

Nadi : 78x/m
91

Suhu : 36,7 C

RR : 24x/m

GDS : 389 mdgl

b. Menjelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang dan

menghindari makanan yang mengandung gula karena dapat memicu gula darah

naik

c. Menjelaskan tanda – tanda bahaya luka diabetes melitus yaitu berbau,

membusuk dan infeksi.

d. Melakukan perawatan luka dengan cara :

1. Membersihkan luka dengan kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

2. Membersihkan dengan menekan perlahan Pus dan darah

3. Membersihkan kembali dengan kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

4. Mengeringkan menggunakan kasa

5. Lalu oleskan Tribee Salf secukupnya di area sekitar area luka punggung

kaki

6. Lalu mengoleskan madu manuka untuk derajat I dengan luas luka 6 x 4

cm dioleskan sebanyak 8 ml madu,

7. Membalut luka dengan kasa gulung secara memutar dan di ikat.

8. Kegiatan dilakukan 1 hari sekali selama 1 minggu

e. Memberitahu keluarga agar selalu memberikan dukungan kepada ibu


92

f. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygne seperti merawat kaki dan

mandi 2x sehari

g. Menjelaskan KIE tentang perawatan luka diabetes melitus dengan ibu dan

keluarga

h. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang

i. dokumentasi
93

7. EVALUASI

a. Ibu mengetahui dengan kondisinya saat ini

b. Ibu mengerti dengan apa saja yang harus dimakan

c. Ibu mengerti apa saja tanda – tanda bahaya luka diabetes melitus

d. Ibu mau dilakukan perawatan luka diabetes melitus dengan madu

e. Keluarga mau memberikan dukungan kepada ibu

f. Ibu mau menjaga personal hygne

g. Ibu dan keluarga mengerti tentang perawatan luka

h. Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

i. Dokumentasi
94

8. CATATAN PERKEMBANGAN

HARI TANGGAL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN


EVALUASI
Kunjungan 1 22 Agustus 2020 S:
08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah
kanan luka berbau, berair dan bernanah

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 79 x/m
-RR : 24x/m
-S : 36,6 C
- GDS : 389 mgdl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu

P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 79 x/m
95

-RR : 24x/m
- S : 36,6 C
- GDS : 389mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
2. Menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
3. Menjelaskan kepada ibu tentang
tanda – tanda bahaya luka diabetes
seperti berbau, membusuk yang bisa
menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

b. Membersihkan dengan

mkenekan perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan
96

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa

gulung secara memutar dan di

ikat.

EV : ibu mau dilakukan perawatan

luka

5. Memberikan obat oral


Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
EV : ibu mau minum obat
6. Memberitahu keluarga agar selalu
memberikan dukungan kepada ibu
Ev : keluarga mendengar nasehat
dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygne seperti menjaga
kebersihan pada kaki
97

Ev : ibu mau mengerti anjuran bidan


8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan luka
dengan madu
Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang
10. Mencatat semua hasil pemeriksaan
Ev : hasil pemeriksaan telah dicatat

Kunjungan 2 23 Agustus 2020 S:


08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah
kanan luka berbau, bernanah dan berair

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
-S :36,7 C
- GDS : 370 mgdl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu
98

P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
- GDS : 370mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
2. Menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
3. Menjelaskan kepada ibu tentang
tanda – tanda bahaya luka diabetes
seperti berbau, membusuk yang bisa
menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%


99

b. Membersihkan dengan

mkenekan perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa

gulung secara memutar dan di

ikat.

EV : ibu mau dilakukan perawatan

luka

5. Memberikan obat oral


Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
EV : ibu mau minum obat
100

6. Memberitahu keluarga agar selalu


memberikan dukungan kepada ibu
Ev : keluarga mendengar nasehat
dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygne seperti menjaga
kebersihan pada kaki
Ev : ibu mau mengerti anjuran bidan
8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan luka
dengan madu
Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang
10. Mencatat semua hasil pemeriksaan
Ev : hasil pemeriksaan telah dicatat
Kunjungan 3 24 Agustus 2020 S:
08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah
kanan luka berdarah bercampur nanah

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 79 x/m
-RR : 23 x/m
101

-S : 36,7 C
- GDS : 350 mgdl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu

P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 79 x/m
-RR : 23x/m
-S : 36,7 C
- GDS : 350 mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
2. Menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
3. Menjelaskan kepada ibu tentang
tanda – tanda bahaya luka diabetes
102

seperti berbau, membusuk yang bisa


menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

b. Membersihkan dengan

mkenekan perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa

gulung secara memutar dan di

ikat.
103

EV : ibu mau dilakukan perawatan

luka

5. Memberikan obat oral


Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
Ev : ibu mau minum obat
6. Memberitahu keluarga agar selalu
memberikan dukungan kepada ibu
Ev : keluarga mendengar nasehat
dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygne seperti menjaga
kebersihan pada kaki
Ev : ibu mau mengerti anjuran
bidan
8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan
luka dengan madu
Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang

10. Mencatat semua hasil pemeriksaan


Ev : hasil pemeriksaan telah dicatat
Kunjungan 4 25 Agustus 2020 S:
104

08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah


kanan luka luka bernanah dan bau sudah
mulai berkurang

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 110/80 mmhg
-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
- S : 36,7 C
- GDS : 350 mgdl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu
P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 110/80 mmhg
-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
-S : 36,7 C
- GDS : 350 mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
105

2. Menjelaskan kepada ibu untuk


mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
3. Menjelaskan kepada ibu tentang
tanda – tanda bahaya luka diabetes
seperti berbau, membusuk yang bisa
menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

b. Membersihkan dengan

mkenekan perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki


106

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa

gulung secara memutar dan di

ikat.

EV : ibu mau dilakukan


perawatan luka
5. Memberikan obat oral
Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
EV : ibu mau minum obat
6. Memberitahu keluarga agar
selalu memberikan dukungan
kepada ibu
Ev : keluarga mendengar
nasehat dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk
menjaga personal hygne seperti
menjaga kebersihan pada kaki

Ev : ibu mau mengerti anjuran


bidan
8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan
107

luka dengan madu


Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk
dilakukan kunjungan ulang
10. Mencatat semua hasil
pemeriksaan
Ev : hasil pemeriksaan telah
dicatat
Kunjungan 5 26 Agustus 2020 S:
08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah
kanan luka bernanah tapi sudah tidak
berair dan mulai mengering

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 78 x/m
-RR : 24x/m
-S : 36,7 C
- GDS : 346 mgdl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu
108

P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 78 x/m
-RR : 24x/m
- S: 36,7 C
- GDS : 346 mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
2. Menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
3. Menjelaskan kepada ibu tentang
tanda – tanda bahaya luka diabetes
seperti berbau, membusuk yang bisa
menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%


109

b. Membersihkan dengan menekan

perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa

gulung secara memutar dan di

ikat.

EV : ibu mau dilakukan perawatan

luka

5. Memberikan obat oral


Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
EV : ibu mau minum obat
110

6. Memberitahu keluarga agar selalu


memberikan dukungan kepada ibu
Ev : keluarga mendengar nasehat
dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygne seperti menjaga
kebersihan pada kaki
Ev : ibu mau mengerti anjuran
bidan
8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan
luka dengan madu
Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang
10. Mencatat semua hasil pemeriksaan
Ev : hasil pemeriksaan telah dicatat
Kunjungan 6 27 Agustus 2020 S:
08.00 wib -Klien mengatakan kaki telapak sebelah
kanan luka, bernanah tapi sedikit tidak
berair dan mengering

O
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
111

-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
- S: 36, 7 C
- GDS : 346 mgl

A:
-Ny”I” umur 55 tahun Diabetes Melitus
dengan perawatan luka dengan madu

P:
1. Melakukan pemeriksaan kondisi ibu
saat ini
-K/U : baik
-Kes : Composmentis
-TD : 100/80 mmhg
-N: 80 x/m
-RR : 24x/m
- S : 36,7 C
- GDS : 346mgdl
EV : ibu mengetahui kondisi ibu saat
ini
2. Menjelaskan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
seimbang dan menghindari makanan
yang mengandung gula karena dapat
memicu gula darah naik
EV : ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan
112

3. Menjelaskan kepada ibu tentang


tanda – tanda bahaya luka diabetes
seperti berbau, membusuk yang bisa
menyebabkan infeksi
EV: ibu mengerti apa yang
dijelaskan
4. Melakukan perawatan luka
a. Membersihkan luka dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

b. Membersihkan dengan

mkenekan perlahan Pus

c. Membersihkan kembali dengan

kasa yang dibasahi Nacl 0,9%

d. Mengeringkan menggunakan

kasa

e. Lalu oleskan Tribee Salf

secukupnya di area sekitar area

luka punggung kaki

f. Lalu mengoleskan madu

manuka untuk derajat I dengan

luas luka 6 x 4 cm dioleskan

sebanyak 8 ml madu,

g. Membalut luka dengan kasa


113

gulung secara memutar dan di

ikat.

EV : ibu mau dilakukan perawatan

luka

5. Memberikan obat oral


Glibenclamide 5mg 2x1 dan
Metformin 2x1 .
EV : ibu mau minum obat
6. Memberitahu keluarga agar selalu
memberikan dukungan kepada ibu
Ev : keluarga mendengar nasehat
dari bidan
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga
personal hygne seperti menjaga
kebersihan pada kaki
Ev : ibu mau mengerti anjuran bidan
8. Menjelaskan kepada ibu dan
keluarga kie tentang perawatan luka
dengan madu
Ev : keluarga dan ibu mengerti
9. Memberitahu ibu dan keluarga
bahwa besok akan dilakukan
kunjungan ulang
Ev : ibu bersedia untuk dilakukan
kunjungan ulang
10. Mencatat semua hasil pemeriksaan
Ev : hasil pemeriksaan telah dicatat
114

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian subjektif dengan mengumpulkan data dasar merupakan

langkah awal dari manajemen kebidanan yang dilaksanakan dengan

wawancara. Berdasarkan hasil pengumpulan data subjektif dikatahui bahwa

ibu mengatakan sudah lama mengidap penyakit diabetes melitus.

Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan fisik pasien ditemukan masalah.

Data objektif ibu mengatakan sudah 2 bulan yang lalu mengalami luka pada

kaki telapak sebelah kanan dan berbau, bernanah serta berair, sehingga ibu

tidak nyaman dengan keadaanya.

Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh fady, (2015),

luka diabetik adalah luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf,

pembuluh darah dan kemudian terjadinya infeksi yang berupa bernanah,

berbau dan berair.

Berdasarkan hasil pengkajian dan teori yang telah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa secara umum pada pengkajian objektif tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik dimana terdapat kesamaan antara

pengkajian pasien dilahan praktik dan secara teoritis.

2. Interpretasi data

Analisa data ( data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa masalah

dan kebutuhan, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga


115

dapat dirumuskan diagnosa dan masalah spesifik. Berdasarkan hasil asuhan

kebidanan yang dilakukan analisa yang disesuaikan dengan masalah yang

ditemui pada praktik dilapangan adapun masalah yang didapatkan yaittu

telapak kaki kanan perawatan luka dengan madu sebagai upaya mengatasi

luka diabetes melitus yang terjadi pada Ny”I” .

Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang tidak muncul

yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi diagnosa kebidanan. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam praktek kebidanan dan

memenuhi standarnomenklatur kebidanan.Menunjukan bahwa bidan dalam

melakukan tindakan harus, sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan

yang dihadapi, kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan

untuk, mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang sebelumnya

(Subiyatin Aning, 2017 ).

3. Intervensi

Penyusunan perencanaan asuhan kebidanan, penulis melakukan sesuai

dengan diagnosa yang telah diperioritaskan yaitu dengan komponen tujuan,

kriteria dan rencana asuhan kebidanan. Perencanaan dalam konsep teori telah

diuraikan secara lengkap dan jelas sehingga data digunakan sebagai acuan

pada waktu menyusun perencanaan pada pelaksanaan pada ibu menopause

diabetes melitus dengan perawatan luka madu, rencana asuhan kebidanan

yang penulis susun merujuk pada landasan teori yang telah ada dan semua
116

rencana asuhan kebidanan yang ada dalam teori disusun untuk perencanaan

tindakan pelaksanaan perawatan luka diabetes melitus dengan madu.

Penyusunan rencana tindakan disusun berdasarkan masalah dan diagnosa

yang ditegakkan pada pasien, rencana tindakan yang disusun langsung untuk

pasien dan juga untuk keluarga. Rencana tindakan juga disusun untuk

tindakan mandiri bidan dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

4. Implementasi

Pada tahap penatalaksaan tindakan dilakukan disesuaikan dengan masalah

dan kebutuhan pasien. Tindakan yang dilakukan pada asuhan kebidanan ini

meliputi tindakan mandiri dan tindakan bekerja sama dengan bidan di tempat

praktik. Dalam tindakan mandiri tindakan yang dilakukan yaitu melakukan

pengkajian ibu menopause diabetes melitus, melakukan pelaksanaan

perawatan luka dengan madu, memberikan penkes kepada ibu.

Pada penerapan tindakan kebidanan pada pelaksanaan perawatan luka

diabetes melitus pada ibu menopause dilakukan mengacu kepada teori yang

ada sehingga dalam tindakan ini tidak ada kesenjangan yang cukup signifikan.

Selain itu dalam pelaksanaan pada pasien, tindakan yang diberikan juga

dengan mengoptimalkan kemampuan keluarga dalam melakukan upaya

melakukan pelaksanaan perawatan luka yang disesuaikan dengan kemampuan

individu dan keluarga.

5. Evaluasi
117

Pada asuhan kebidanan ini evaluasi dilakukan selama 7 hari dengan 7 kali

evaluasi perkembangan perawatan luka serta pemahaman ibu dan dukungan

keluarga.

Hal ini sesuai dengan dari hasil penelitian dalam jurnal efektifitas

pengobatan madu alami terhadap penyembuhan luka infeksi kaki diabetik.

rencana asuhan yang dilakukan selama 7 hari semua responden memiliki luka

dengan grade 1 dan grade 2 ditandai dengan semua luka merupakan ulkus

suferficial (grade 1) dan 1 responden memiliki kedalaman luka 2cm (grade 2)

dan didapat baik diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak ada reaksi

peradangan dan luka mengering. ( Suryani, dkk 2012 ).

Secara umum evaluasi tindakan pada pelaksanaan ini berjalan dengan

baik dan telah sesuai dengan criteria hasil yang diinginkan, tidak ada

hambatan dalam pelaksanaannya, hal ini tercapai karena adanya keinginan

keluarga untuk, membantu proses pelaksanaan perawatan payudara sehingga

keluarga berperan aktif dengan tindakan yang telah dianjurkan kepada

mereka.
118

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan, pada asuhan kebidanan Ny. I umur 55 tahun

dengan pemberian madu untuk membantu proses penyembuhan luka di Puskesmas

Sukamerindu kota Bengkulu tahun 2020 dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan fisik pasien ditemukan,

Keadaan umum baik, kaki telapak sebelah kanan bernanah, berair, dan berbau.

2. Interprestasi Data Dasar

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan analisa yang

disesuaikan dengan masalah yang ditemui pada praktik dilapangan adapun

masalah yang di dapatkan yaitu asuhan kebidanan pada Ny.I umur 55 tahun

dengan luka diabetes melitus adalah penanganan perawatan luka dengan

madu.

3. Diagnosa Potensial

Masalah yang bisa timbul pada pelaksanaan asuhan kebidanan Ny.I 55

tahun dengan luka diabetes melitus adalah penanganan perawatan luka.

4. Tindakan Segera

Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial dari

Ny.I 55 tahun dengan luka kaki diabetes melitus adalah melakukan tindakan

mandiri dengan perawatan luka dengan madu, sedangkan tindakan kolaborasi


119

dilakukan saat ibu di Puskemas Sukamerindu dan tindakan rujukan tidak

dilakukan.

5. Rencana Tindakan

Penyusunan rencana tindakan disusun berdasarkan masalah dan

diagnosa yang ditegakkan pada pasien, rencana tindakan yang disusun

langsung untuk pasien diseuaikan dengan kebutuhan pasien dan mengacu

kepada tinjauan teoritis yang ada.

6. Penatalaksanaan

Pada tahap penatalaksaan tindakan dilakukan disesuaikan dengan

masalah dan kebutuhan pasien. Tindakan yang dilakukan pada asuhan

kebidanan ini meliputi tindakan mandiri dan dilakukan dengan melakukan

kunjungan rumah pada pasien.

7. Evaluasi

Pada asuhan kebidanan ini evaluasi dilakukan selama 1 hari dengan 7

kali evaluasi perkembangan luka kaki. Secara umum evaluasi tindakan pada

pelaksanaan ini berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan criteria hasil

yang diinginkan.

8. Dokuementasi

Pendokumentasian di buat dalam bentuk asuhan kebidanan varney yang

dilakukan sesuai dengan urutan proses kebidanan 7 langkah varney dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.


120

B. Saran

1. Bagi Pasien

Kepada Pasien dan keluarga diharapkan dapat melakukan perawatan luka

sesuai dengan apa yang telah diajarkan sehingga luka cepat mengering

2. Bagi Profesi Kebidanan

Intitusi Kesehatan dan Profesi Bidan diharapkan lebih meningkatkan

kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada ibu menopause dengan cara

memberikan penyuluhan tentang diabetes melitus dan perawatan luka diabetes

melitus.

3. Kepada Pihak Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu

Kepada Pihak Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu diharapkan dapat

meningkatkan bahan bacaan atau referensi dalam penatalaksanaan kasus

diabetes melitus terutama dalam penatalaksanan sehingga mahasiswa akan

lebih mudah dalam memperdalam ilmu pengetahuan terutama penerapan

asuhan kebidanan pada ibu menopause dengan diabetes melitus.

4. Bagi Puskesmas

Pada Puskesmas diharapkan dapat lebih memperhatikan ibu diabetes

melitus dalam hal penyuluhan maupun perawatan luka agar dapat dicegah

sebelum terjadi.
121

DAFTAR PUSTAKA

Akmal dkk.2016. Ensiklopedi Kesehatan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


Al Anshori, Nuril Huda, Nur Widayati and Anisah Ardiana. ” Pengaruh
Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap kolonisasi Bakteri
Staphycoccus Aureus pada Luka Diabetik Pasien Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember ( The Effect Of
Wound Care Using Honey On Staphylococcus Aureus Bac. “ Pustaka
Kesehatan 2.3 ( 2014 ) : 499-506.
Aqila, Smart. 2010.Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta: A Plus Books.
Artur C, Guyton. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanise Penyakit. Jakarta: EGC
Cecep, Dkk. 2013. Trend Disease. Jakarta : Trans Info Media.
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia (Riskedas) 2018.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu . 2018. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2017. Dinkes Kota Bengkulu
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu . 2019. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2018. Dinkes Kota Bengkulu
Dinkes Kota Bengkulu. 2019. Profil kesehatan provinsi Bengkulu Tahun 2018.
Bengkulu: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Fady Al Faisol. 2015. Madu dan Luka Diabetik. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ima, Dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nurha Medika.
Kemenkes RI.2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kirnanto dan maryana. 2017. Anatomi Fisiogi. Yogyakarta: Pustaka baru.
Kedokteran EGC
Mutaroh akmal Dkk. 2016.Ekslopedi Kesehatan untuk Umum.Yogyakarta:Ar-
Ruzz Media.
122

Notoatmodjo. 2012. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Pratama, Eka Firmansyah, and Erna Rochmawati. ” Dressing Madu Pada
Perawatan Diabetic Foot Ulcers”. Jambura Nurshing Journal 1.2 (2019) :
56 – 64.
Puskemas Sukamerindu Kota Bengkulu. 2019.Data Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu Tahun 2018.
Ritonga, Sukri Herianto, imam Budi putra, and Yesi Ariani. “ Pengaruh Madu
Sebagai Topikal Terapi Terhadap Tingkat Kenyamanan Klien dengan
Luka Kaki Diabetik”. Jurnal Kesehatan Ilmiah ( Indonesia health Scientific
Journal ) 1.1 ( 2016) : 1 – 6
Subayatin aning.2017. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sudarti dan Evi. 2016. Metedologi Penelitian. Jakarata : KDT
Suryani, M. & Supriyono, M. (2012). Efektivitas Pengobatan Madu Alami
Terhadap penyembuhan Luka Infeksi Kaki diabetik ( Ikd )( Studi Kasus di
Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang). Karya Ilmiah.
Tandra hans. 2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Tarwonto, dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta:Transinfo Media.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
WHO.2012. Diabetes Melintus. Diakses pada tanggal 15 februari 2020.
WHO.2018. Diabetes Melintus. Diakses pada tanggal 12 februari 2020.
Widharto.2007. Kencing Manis (Diabetes). Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
123

Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth.Saudari Klien
di-
Puskesmas Sukamerindu

Dengan hormat

Saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan

Pada Ibu Menopause Diabetes Melitus Dengan Pemberian Madu Untuk

membantu Proses penyembuhan Luka Di Wilayah Puskemas Sukamerindu

Kota Bengkulu Tahun 2020”. Bersama ini saya mohon kesediaan saudari

berpartisipasi dalam penelitiian ini sebagai responden. Kegiatan ini akan dilakukan

selama saudari menjalani perawatan. Segala yang bersifat rahasia akan saya

rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Apabila saudari

menyetujui saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan

yang tersedia.

Atas perhatian dan kesediaan kerja sama saudari sebagai responden dalam

penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Bengkulu, 2020

( Mutmaina Fitriani )
124

Lampiran 4
PERNYATAAN
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian

yang akan dilakukan oleh Mutmaina Fitriani program Studi Kebidanan (DIII)

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu, dengan judul “Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Menopause Diabetes Melitus Dengan Pemberian Madu Untuk

membantu Proses penyembushan Luka Di Wilayah Puskemas Sukamerindu Kota

Bengkulu Tahun 2020”. Kesediaan saya untuk memberi informasi yang sebenar-

benarnya tentang keadaan yang saya rasakan. Demikian persetujuan ini saya buat

dengan sejujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Bengkulu, 2020

Peneliti Responden

(Mutmaina fitriani) (……………………………)

Lampiran 5
125

Anda mungkin juga menyukai