Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH EDUKASI EMPAT PILAR DIABETES MELITUS

TERHADAP SELF EFFICACY PASIEN DIABATES MELITUS


DI RSUD BATARA SIANG PANGKEP
Mirawati
STIKes Panakkukang,
Jln Adhyaksa no 5 Telp : (0411) 444133-449574
Fax : (0411) 4662561-430614 Makassar 90231
E-mail : miraawati673@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang : Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan kerja insulin, Edukasi merupakan cara yang dapat dilakukakan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya sehingga mereka dapat meningkatkan self
efficacy. Self efficacy dibutuhkan untuk keberhasilan dalam penatalaksaan empat pilar diabetes melitus. Tujuan
penelitian : untuk mengetahui pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy Desain dan
metode : penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi experimental pre-post test with control
menggunakan pendekatan two group pre test and post test desain yang dilakukan dengan jumlah sampel 16
responden dengan 8 kontrol dan 8 responden perlakuan.Metode pengumpulan sampel non probality dengan
teknik purposive sampling.teknik analisa uji statistik yang dipilih adalah uji wilcoxon t test.Hasil penelitian :
ada pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy di RSUD Batara Siang Pangkep. Hasil
uji statistik wilcoxon didapatkan pada kelompok perlakuan p = 0.014 (p < 0.05) Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak adanya pengaruh edukasi empat pilar terhadap self efficacy p = 0.317 (p > 0.05). Kesimpulan:
ada pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy di RSUD Batara Siang Pangkep.

Kata kunci : Diabetes melitus, empat pilar, self efficacy

Abstrak

THE INFLUENCE OF FOUR PILLARS EDUCATION RELATED


TO DIABETES MELITUS TOWARD SELF-EFFICACY
AT RSUD BATARA SIANG OF PANGKEP

Introduction : Diabetes mellitus is a metabolic disease, which is characterized by hyperglycemia that accurs
due to insulin disorder. Education is a way to improve the patien’ knowledge related to the disease condition in
order to enhance the self-efficacy. Self-efficacy is needed to succeed the implementation of four pillar in
diabetes mellitus.Objective : to find out the influence of four pillars education related to diabetes mellitus
toward self-efficacy.Research.Design and Method : the research is quasi-experimental quantitative research
that employs the approach of two group pre-test and post-test designs with as many as 16 respondents as the
samples. There were 8 intervention groups and 8 control groups. The sample were selected by using non –
probality and purposive sampling techniques. The statistical analysis was conducted by employing wilxocon T
test.Result : the result shows that the mean value of intervention group was 6.88 reached to 13.63 and control
group was 7.25 improved to 7.88. the test of Wilcoxon on the intervention group obtained the value of p=0.014
or p<(0.05) and control group was p= 0.317 or p>(0.05). therefore, intervention group was expose to the
influence but control group did have any influence.Conclusion and suggestion : the intervention group showed
the influence toward the self-effacacy after being educated about the issue of four pillars related to diabetes
mellitus. In other hand, the control group showed no influence toward self-efficacy before and after the test. It is
suggested to cover more variables and samples in the future studies.
Keywords : diabetes mellitus, four pillars, self-effacacy.
PENDAHULUAN lebih cepat di negara
Penyakit Tidak Menular berpenghasilan rendah dan
(PTM) termasuk Diabetes, saat ini menengah daripada di negara
telah menjadi ancaman serius berpenghasilan tinggi
kesehatan global. Berdasarkan dari (Kementerian Kesehatan Republik
data World Healtah Organization Indonesia, 2018).
(WHO) tahun 2016, 70% dari total Jumlah penderita diabetes
kematian di dunia dan lebih dari di Asia Tenggara mengalami
setengah beban penyakit. 90-95% peningkatan yang pesat dan sangat
dari kasus Diabetes adalah mengkhawatirkan, Lebih kurang 96
Diabetes Tipe 2 yang sebagian juta orang dari populasi Asia
besar dapat dicegah karena Tenggara yang mencapai 670 juta,
disebabkan oleh gaya hidup yang satu dari 14 orang menderita
tidak sehat (World Health diabetes, mayoritas menderita
Organization (WHO) Global diabetes tipe 2, jenis yang
Report, 2016). sebenarnya bisa dicegah dan
Secara global WHO dihindari. Artinya 450 juta
memperkirakan 422 juta orang penderita diabetes di seluruh dunia,
dewasa hidup dengan diabetes pada 20 persennya berasal dari Asia
tahun 2014, dibandingkan dengan Tenggara, kebanyakan dari mereka
108 juta pada tahun 1980. tinggal di Indonesia, Malaysia,
Prevalensi diabetes di dunia Singapura, dan Thailand (Syaaf,
(dengan usia yang distandarisasi) 2019).
telah meningkat hampir dua kali International Diabetes
lipat sejak tahun 1980, meningkat Federation (IDF) Atlas tahun 2017
dari 4,7 % menjadi 8,5% pada melaporkan bahwa epidemik di
populasi orang dewasa. Pada tahun Indonesia masih menunjukkan
2012 Diabetes menyebabkan 1,5 kecenderungan meningkat.
juta kematian Hal ini Indonesia adalah menduduki
mencerminkan peningkatan factor peringkat keenam setelah
risiko terkait seperti kelebihan Tiongkok, India, Amerika Serikat,
berat badan atau obesitas. Selama Brazil dan Meksiko dengan
beberapa decade terakhir, penyandang Diabetes usia 20 – 79
prevalensi diabetes meningkat tahun sekitar 10,3 juta orang.
Sejalan dengan hasil Riskesdas melitus pada tahun 2017 tercatat
(2018) di Indonesia angka sebanyak 153 pasien, dan pada
prevalensi Diabetes meningkat tahun 2018 sebanyak 499 pasien.
cukup signifikan, yaitu 6.9% di Pada tahun 2019 selang bulan
tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun januari sampai bulan oktober
2018, sehingga estimasi jumlah terdapat 375 pasien, sehingga rata-
penderita di Indonesia mencapai rata pasien perbulan di tahun 2019
lebih dari 16 juta orang yang sebanyak 36 pasien. Data tersebut
kemudian beresiko terkena menunjukkan bahwa penyakit
penyakit lain seperti : serangan diabetes melitus di rumah sakit
jantung, Stroke, kebutaan, dan batara siang pamgkep mengalami
gagal ginjal bahkan dapat peningkatan tiap tahunnya (Rekam
menyebabkan kelumpuhan dan Medik RS Batara Siang Pangkep,
kematian. 2019)
Rekapitulasi data dari Dinas Penyandang diabetes
Kesehatan Sulawesi Selatan tahun melitus selama ini tidak mudah
2015 didapatkan Diabetes mellitus untuk mencapai sasaran gula darah
merupakan salah satu penyakit yang diinginkan karena salah satu
tidak menular (PTM) yang penyebabnya adalah kebanyakan
menyebabkan kematian pada pasien sering hanya mengandalkan
urutan ketiga setelah penyakit obat-obatan saja. Padahal banyak
Kardiovaskuler dan Penyakit faktor lain yang dapat
Kronis Degeneratif (PKD) yakni mempengaruhi, dan membantu
sebesar 14,40%. Sementara angka capaian gula darah yang diinginkan
kesakitan Diabetes Melitus adalah itu. Makanan yang dikonsumsi,
11,27% atau sebanyak 17.843 jumlahnya, jenisnya, bagaimana
kasus terdiri dari 13.283 kasus di mengkonsumsinya, aktifitas sehari-
Puskesmas dan 4.520 kasus di hari yang dilakukan, bahkan
Rumah Sakit (Dinas Kesehatan pengetahuan dasar seseorang
Kota Makassar, 2015). Hasil tentang diabetes itu juga sangat
pengambilan data awal di rumah berperan. (Hilir, 2015). Faktor-
sakit Batara Siang Pangkep pada faktor tersebut merupakan
06 November 2019 didapatkan penatalaksanaan empat pilar
jumlah kasus rawat inap diabatas diabetes melitus yang harus
dilaksanakan secara bersamaan. dan jadwal pemberian makanan
Ibarat sebuah pilar dalam sebuah (3J). Tujuan dari kepatuhan diet
bangunan, satu pilar akan adalah untuk mencapai dan
mempengaruhi pilar yang lainnya. mempertahankan kadar glukosa
Empat pilar tersebut adalah : pola darah mendekati normal, sehingga
makan sehat, aktivitas fisik, obat- dapat melakukan pekerjaan sehari-
obatan dan edukasi. Dimana hari, membiasakan diri untuk
keempat pilar tersebut harus makan tepat waktu agar tidak
dilakukan secara beriringan agar terjadi perubahan pada kadar
dapat mengendalikan penyakit glukosa darah, dan meningkatkan
diabetes melitus yang diderita (RS derajat kesehatan secara
St. Elisabeth and Developed, komprehensif melalui gizi yang
2018). optimal. Sikap kepatuhan penderita
Aktivitas fisik merupakan diabetes melitus akan diet sangat
kunci dalam pengelolaan DM dipengaruhi oleh keyakinan diri
terutama sebagai pengontrol gula akan hal yang positif. Penderita
darah dan memperbaiki faktor diabetes melitus harus memiliki
resiko kardiovaskuler seperti keyakinan diri terhadap kondisi
menurunkan hiperinsulinemia, yang dialaminya serta segala terapi
meningkatkan sensitifitas insulin, yang dianjurkan (Rizqah, 2018).
menurunkan lemak tubuh, serta Mengingat sifat diabetes
menurunkan tekanan darah. mellitus yang menahun, tak dapat
Aktivitas fisik sedang yang teratur dipungkiri bahwa edukasi yang
berhubungan dengan penurunan terus menerus dan
angka mortalitas sekitar 45-70% berkesinambungan menjadi sangat
pada populasi DM tipe 2 serta penting (FKUI, 2015). Edukasi
menurunkan kadar HbA1c ke level atau penyuluhan kesehatan
yang bisa mencegah terjadinya diperlukan karena penyakit
komplikasi (Astri Zakiyyah, 2019). diabetes adalah penyakit yang
Dalam rangka menghindari berhubungan dengan gaya hidup.
komplikasi diabetes melitus Pasien yang mempunyai
penderita harus melakukan diet pengetahuan yang cukup tentang
yang merupakan pengaturan pola diabetes, kemudian selanjutnya
makan berdasarkan jumlah, jenis merubah perilakunya akan dapat
mengendalikan kondisi (Buchanan, 2019). Hal ini
penyakitnya (Hiswani, 2018) . berhubungan dengan keyakinan
Penatalaksanaan obat- tentang apa yang dapat
obatan bagi penderita diabetes dilakukannya dengan berbekal
adalah bertujuan untuk keterampilan atau keahlian apapun
mengembalikan konsentrasi yang dimiliknya. Efficacy sendiri
glukosa darah menjadi senormal diartikan sebagai kekuatan yang
mungkin agar penyandang DM dimiliki untuk mencapai suatu hasil
merasa nyaman dan sehat, serta yang diinginkan. Browson et al
mencegah atau memperlambat (2007) dalam Mayanita (2017)
timbulnya komplikasi (FKUI, mengemukakan berbagai upaya
2015). Penelitian Jannah tahun yang dapat dilakukan untuk
2017 di Puskesmas Karang Mekar mendorong penderita DM agar
Banjarmasin menunjukkan bahwa dapat mandiri dalam pengelolaan
semakin lama seseorang menderita makanannya (Smeltzer & Bare
diabetes maka tingkat ,2008 dalam (Malayanita, 2017).
kepatuhannya makin rendah. Hal Menurut Feist.,J & Feist G (2010)
ini disebabkan penderita akan Efikasi diri bisa menjadi tinggi atau
merasa bosan atau jenuh untuk rendah tergantung dengan
berobat dalam jangka waktu yang lingkungan sehingga seseorang
lama. Maka berdasarkan penelitian dengan tingkat efikasi diri tinggi
Pertiwi tahun 2015 di Surakarta akan termotivasi untuk mencapai
menunjukkan semakin tinggi tujuan namun sebaliknya bila
efikasi diri maka semakin tinggi seseorang memiliki efikasi diri
pula kepatuhan minum obat (Mida rendah maka dapat membuat putus
Ridayanti, 2018). asa, menyerah dan gagal. Efikasi
Menurut Bandura (1994) diri secara tidak langsung dapat
Self efficacy didefinsikan sebagai mempengaruhi seseorang dalam
suatu pertimbangan pendapat berfikir, merasa, bertindak dan
seseorang mengenai memotivasi diri sendiri (Suryani
kemampuannya untuk mengatur Djaelan, 2018).
dan melakukan serangkaian Hasil wawancara awal
tindakan yang diperlakukan untuk didapatkan, 4 klien penderita
mencapai tujuan yang dimaksud diabetes mengatakan kurang
pengetahuan tentang efek dari mengetahui pengaruh edukasi
penyakitnya, dan sering lupa untuk empat pilar diabetes melitus
meminum obat dan 5 klien terhadap self efficacy di RSUD
penderita diabetes mengatakan Batara Siang Pangkep.
sering melanggar diit, tidak
mengetahui pengelolaan makanan Metode Penelitian
yang benar dan aktivitas sehari- Desain dalam penelitian ini
hari. Seringkali penderita diabetes adalah desain Quasi-Eksperimen
merasa sudah mengatur makan dengan pendekatan two group-pre
dengan ketat, membatasi aktivitas test and post test design. Studi
dan rutin minum obat setiap hari Quasi-eksperimental adalah suatu
tetapi penyakitnya tidak kunjung metode penelitian yang
sembuh. menggunakan 2 kelompok
Penderita diabetes sering penelitian dimana salah satu
merasa telah mengikuti program kelompok mendapatkan perlakuan
kesehatan yang dianjurkan namun atau intervensi sedangkan
belum mendapatkan hasil yang kelompok yang lain tidak
maksimal terkait dengan mendapatkan perlakukan, yang
penyakitnya. Ini bisa saja terjadi bertujuan untuk mengetahui
akibat kurangnya pengetahuan dan perbedaan dan meminimalkan
pemahaman klien dalam resiko kesalahan dalam penelitian
penetalaksanaan Diabetes mellitus (Shadish et al., 2002 dalam Grove
yang terpisah-pisah artinya tidak et al., 2015). Penelitian ini
secara bersamaan antara keempat menggunakan Quasi-eksperimen
pilar tersebut. Seharusnya empat karena terdapat beberapa faktor
pilar tersebut dilaksanakan secara lain yang dapat mempengaruhi
bersamaan sehingga dapat hasil penelitian yang tidak dapat di
meningkatkan kemampuan dan kontrol sepenuhnya oleh peneliti.
keyakinan dirinya terhadap Intervensi atau perlakukan yang
penyakitnya agar dapat lebih diberikan dalam kelompok
terkontrol dan bahkan mengurangi intervensi adalah dengan
terjadinya komplikasi. memberikan pendidikan Edukasi
Sehingganya berdasarkan latar empat pilar dan sedangkan pada
belakang diatas maka peneliti ingin
kelompok control tidak diberikan program komputer berupa analisis
pendidikan Edukasi. univariat untuk data karakteristik
responden seperti : umur, pekerjaan,
Hasil Penelitian dan pendidikan sedangkan analisis
Penelitian ini berjudul bivariat menggunakan uji t dependent
Pengaruh Edukasi Empat Pilar untuk mengidentifiksi pengaruh dan
Diabetes Melitus dengan Self membuktikan hipotesis terkait
efficacy Pasien DM yang pemberian edukasi empat pilar
dilaksanakan pada tanggal 21 diabetes melitus terhadap self efficacy
Januari 2020 sampai 23 Januari dengan uji t independent untuk
2020 di RSUD. Batara Siang. Jenis menganalisa apakah ada perbedaan
penelitian ini quasi experimental pada kelompok kontrol dan kelompok
pre-post test with control group intervensi terhadap peningkatan self
yang dilakukan untuk mengetahui efficacy di RSUD. Batara Siang
pengaruh edukasi empat pilar Pangkep.
diabetes melitus terhadap self 1. Karateristik responden
efficacy Subjek Penelitian ini Tabel 5.1 Karakteristik demografi
berjumlah 8 responden kontrol dan pasien penyakit Diabetes mellitus
8 responden intervensi. di RSUD Batara Siang Pangkep
Pengumpulan data dilakukan
pertama-tama dengan membagikan ( Kelompok Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
kuesioner kemudian diberikan n (n=8) (n=8)

materi pendidikan kesehatan Umur


(tahun)
dengan menggunakan media leaflet Mean,±SD =46.38 ± 8,733 42.67 ± 4,274

pada kelompok responden Min-Max 32-55 39-51


Tingkat
intervensi, kemudian kuesioner Pendidikan 1 0(0%)
2 ( 25,0 % )
dibagikan kembali pada kelompok SD 60(0%) 2 ( 25,0 % )
SMP 3 ( 37,5 % )
responden yang sama. Data diolah SMA )6 ( 75,0 % ) 1 ( 12,5 % )
0(0%)
menggunakan program SPSS D3 2 ( 25,0 % )
0(0%)
S1
dengan uji statistik dengan derajat
Pekerjaan
kemaknaan (α) 0,05. IRT
7 ( 87,5 % ) 2 ( 25,0 % )
Data dan hasil pengukuran Wiraswasta
1 ( 6,3 % ) 2 ( 25,0 % )
Pegawai
yang sudah diperoleh kemudian diolah Petani
0(0%) 3 ( 37,5 % )
0 ( 0 %) 1 ( 12,5 % )
dan dianalisis dengan menggunakan
Tabel 5.1 menunjukkan rata- responden (25,0 %) wiraswasta, 3
rata umur responden kelompok responden (37,5%) pegawai, 1
intervensi adalah 46,38 ± 8,733 responden (12,5 %) petani.
(32 – 55) sedangkan pada Tabel 5.2 Status kesehatan
kelompok kontrol 42,67 ± 4,274 pasien penyakit Diabetes melitus
(39-51). Berdasarkan tingkat di RSUD. Batara Siang Pangkep
pendidikan pada kelompok Kelompok perlakuan kelompok kontrol

perlakuan terdapat 2 responden Vari Min- Min-


Mean±SD Mean±SD
abel Max Max
(25.0 %) dengan tingkat
BB
59,13±17,108 42-96 65.88±10.480 50-80
pendidikan SD, 0 responden (0 (cm)
TB
%) dengan tingkat pendidikan 159,63±4,719 155-170 160,38±6,116 148-170
(kg)
SMP dan 6 responden (75.0 %) Uji t dependent

dengan tingkat pendidikan SMA, , Tabel 5.2 menunjukkan


0 responden (0 %) dengan tingkat rata-rata berat badan responden
pendidikan D3, 0 responden (0 %) kelompok perlakuan adalah
dengan tingkat pendidikan S1 dan 59,13±17,108 (42-96) sedangkan
pada kelompok kontrol terdapat 0 pada kelompok kontrol
responden (0 %) dengan tingkat 65.88±10.480 (50-80) Rata-rata
pendidikan SD, 2 responden (25.0 pre dan post berat badan
%) dengan tingkat pendidikan responden kelompok perlakuan
SMP,3 responden (37,5.0 %) adalah 159,63±4,719 (155-170).
dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan pada kelompok kontrol
1 responden (12,5%) dengan 160,38±6,116 (148-170).
tingkat pendidikan D3, 2 Tabel 5.3 Rerata frekuensi
responden (25,0 %) dengan edukasi empat pilar pada pasien
tingkat pendidikan S1 dengan. pasien di ruang perawatan
Berdasarkan pekerjaan pada RSUD batara siang pangkep
kelompok perlakuan terdapat 7
responden (87,5 %) IRT, 1 Edukasi empat pilar DM
responden (6,3 %) wiraswasta, 0 Kelompok Kelompok

responden (0 %) pegawai, 0 Statistik kontrol Perlakuan

responden (0 %) petani, dan pada Pre- Post- Pre- Post-


Test Test Test Test
kelompok kontro terdapat 2
Mean 7,25 7,88 6,88 13,63
responden (25,0 %) IRT, 2
Standar Tabel 5.4 menunjukkan
1,832 1,808 1,808 2,722
Devisiasi
rata-rata hasil self efficacy pada
Min-
5-10 6-10 5-11 7-15 kelompok perlakuan sebelum
Max
diberikan perlakuan yaitu 20,13 ±
Uji t dependent
Tabel 5.3 menunjukkan 9,094 (7-34) dan sesudah

rata-rata hasil edukasi empat pilar diberikan perlakuan yaitu 42,13 ±

diabetes melitus pada kelompok 2,800 (38-47), Sedangkan rata-

perlakuan sebelum diberikan rata hasil self efficacy pada

perlakuan yaitu 6,88 ± 1,808 (5- kelompok kontrol sebelum

11) dan sesudah diberikan diberikan perlakuan yaitu 16,25 ±

perlakuan yaitu 13,63 ± 2,722 (7- 2,550 (13-20), dan setelah

15). Sedangkan rata-rata hasil diberikan edukasi kemudian yaitu

edukasi empat pilar diabetes 16,50 ± 2,828 (13-20).

melitus pada kelompok kontrol


sebelum diberikan perlakuan 2. Analisis Bivariat

yaitu 7,25 ± 1,832 (5-10) dan Analisa bivariat digunakan

setelah diberikan perlakuan yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel

7,88 ± 1,808 (6-10). independen (edukasi empat pilar)


terhadap variabel dependen (self
efficacy). apakah variabel tersebut
Tabel 5.4 Rerata frekuensi self
efficacy pada pasien di ruang mempunyai pengaruh yang signifikan.
Dalam analisis ini uji statistik yang
perawatan RSUD. Batara Siang
Pangkep digunakan Uji t sample berpasangan
atau paired-sampel t test, menguji
Self efficacy
perbedaan antara dua pengamatan. Uji
Kelompok Kelompok
Statistik kontrol Perlakuan
ini dilakukan pada Subjek yang diuji

Pre- Post- Pre- untuk situasi sebelum dan sesudah


Post-Test
Test Test Test proses, atau subjek
Mean 16,25 16,50 20,13 42,13 yang berpasangan ataupun serupa.
Standar Karena sampel 16 orang dibagi
2,550 2,828 9,094 2,800
Devisiasi
menjadi 2 kelompok yaitu 8 orang
Min-Max 13-20 13-20 7-34 38-47
mendapatkan perlakuan sedangkan
Uji t dependent
kelompok yang lain 8 orang tidak
mendapatkan perlakukan, jika
hasilnya menunjukkan data tidak diberikan edukasi empat pilar dm
berdistribusi normal (p ≤ 0,05) maka sebesar 13,63 dengan nilai minimal 7
dianalisis menggunakan uji dan maximal 15. Sedangkan
nonparametric Wilcoxon Sign Rank kelompok kontrol pre-test dan post-
Test untuk mengidentifikasi perbedaan test didapatkan (p = 0,317) atau (p ≤
rata-rata sebelum dan sesudah 0,05) berarti tidak terdapat
dilakukan intervensi (Jenita, 2016). perbedaan pre-test dan post-test
dengan rata-rata nilai pre-test
sebesar 7,25 dengan nilai minimal 5
Tabel 5.5 Hasil uji Wilcoxon test dan maximal 10. Dan post-test
kelompok perlakuan dan kelompok sebesar 7,88 dengan nilai minimal 6
di RSUD. batara siang pangkep dan maximal 10.
Kelompok Kelompok A. Pembahasan
kontrol Perlakuan Dari hasil pengolahan data dan
Statistik
Pre- Post- Pre- Post- analisis data, maka dalam pembahasan
Test Test Test Test
ini akan diarahkan sesuai dengan
Mean 7,25 7,88 6,88 13,63
tujuan penelitian yaitu mengetahui
Standar
1,832 1,808 1,808 2,722 Pengaruh edukasi empat pilar diabetes
Devisiasi
Min- melitus Terhadap self efficacy di
5-10 6-10 5-11 7-15
Max RSUD. Batara Siang Pangkep.
Nilai ρ 0,317 0,014 1. Pengetahuan empat pilar
*Uji t dependent *uji wilcoxon diabetes melitus.
Berdasarkan tabel 5.11 diatas uji Berdasarkan hasil penelitian
statistik dengan Wilcoxon T-Test bahwa tingkat pengetahuan
pada kelompok intervensi pre-test sebelum diberikan edukasi empat
dan post-test didapatkan (p = 0,014) pilar diabetes melitus (Pre Test)
atau (p ≤ 0,05) berarti terdapat Pada kelompok perlakuan
perbedaan signifikan edukasi empat didapatkan rata-rata nilai sebesar
pilar DM sebelum dan sesudah yaitu 6,88 dengan nilai minimal 5
diberikan edukasi empat pilar dm dan maximal 11. Sedangkan untuk
dengan rata-rata nilai sebelum kelompok Kontrol rata-rata nilai
dilakukan edukasi empat pilar dm sebesar 7,25 dengan nilai minimal
sebesar 6,88 dengan nilai minimal 5 5 dan maximal 10. Hasil penelitian
dan maksimal 11. Dan sesudah ini menunjukkan nilai awal
sebelum membandingkan dengan Penerapan teori
nilai setelah diberikannya edukasi pengetahuan empat pilar diabetes
empat pilar, sehingga hasil melitus menurut (Ningsih, 2018)
penelitian ini sebagai acuan untuk Edukasi merupakan cara yang
menuntukan adakah pengaruh dapat dilakukakan untuk
edukasi empat pilar diabetes meningkatkan pengetahuan pasien
melitus terhadap self efficacy. tentang kondisi penyakitnya.
Pada kelompok perlakuan Memberikan edukasi mengenai
nilai rata-ratanya lebih rendah penatalaksanaan empat pilar
dibandingkan pada kelompok diabetes melitus kepada pasien
kontrol, ada beberapa faktor yang dapat memberikan tambahan
dapat pempengaruhi seperti pengetahuan pasien tersebut
misalnya tingkat pendidikan karena sehingga mereka dapat
pada kelompok kontrol ada meningkatkan self efficacy. Self
beberapa yang tingkat efficacy dibutuhkan untuk
pendidikannya D3 dan S1 keberhasilan dalam penatalaksaan
sedangkan pada kelompok empat pilar diabetes melitus.
perlakuan pendidikan yang Menurut Sutanegoro dan
tertinggi yaitu SMA. Suastika(1993) dalam Gultom
Sejalan dengan penelitian (2012) Mengatakan bahwa
yang dilakuakan oleh (Ariska pendidikan merupakan dasar utama
Yuyun1, 2019) Dapat disimpulkan untuk keberhasilan pengobatan,
bahwa ada hubungan yang sehingga dengan pendidikan yang
signifikan antara pengetahuan (p = baik akan menjadikan kemampuan
0,000), kebiasaan diet (konsumsi dalam memahami dan mengetahui
makanan bergula, berlemak dan sesuatu menjadi meningkat atau
berserat) (p = 0,000) dan aktivitas sebaliknya.
fisik (p = 0,000). Berbeda dengan 2. Self efficacy Pasien Diabetes
Pengetahuan tentang pengelolaan Mellitus
DM tidak berpengaruh signifikan Berdasarkan hasil penelitian
terhadap keberhasilan pengelolaan bahwa tingkat self efficacy sebelum
DM tipe 2 (P = 0.26) (Utomo, diberikan edukasi empat pilar
2011) diabetes melitus (Pre Test) Pada
kelompok Intervensi didapatkan
rata-rata nilai sebesar yaitu 20,13 kemampuannya untuk
dengan nilai minimal 7 dan merencanakan dan melaksanakan
maximal 34. sedangkan untuk tindakan yang mengarah pada
kelompok Kontrol rata-rata nilai pencapaian tujuan tertentu,
sebesar 16,25 dengan nilai minimal menggunakan istilah self-efficacy
13 dan maximal 20. Hasil mengacu pada keyakinan (beliefs)
penelitian ini menunjukkan nilai tentang kemampuan seseorang
awal sabelum membandingkan untuk mengorganisasikan dan
dengan nilai setelah diberikan melaksanakan tindakan untuk
edukasi empat pilar, sehingga hasil pencapaian hasil. Dengan kata lain,
penelitian ini sebagai acuan untuk self efficacy adalah keyakinan
menuntukan adakah pengaruh penilaian diri berkenaan dengan
edukasi empat pilar diabetes kompetensi seseorang untuk sukses
melitus terhadap self efficacy dari dalam tugas-tugasnya. Menurut
nilai awal untuk mengetahui Hatmanti (2017) efikasi diri
adakah pengaruh edukasi empat seseorang itu dipengaruhi oleh
pilar terhadap self efficacy. Pada beberapa faktor yang bisa
kelompok kontrol nilai rata-ratanya menyebabkan efikasi diri itu
lebih rendah dibandingkan pada meningkat, menurun, diperoleh
kelompok perlakuan. Ada beberapa atau diubah, faktor yang bisa
faktor yang dapat pempengaruhi mempengaruhi diantaranya
seperti misalnya dukungan pengalaman masa lalu seseorang
keluarga, umur, dan motivasi. lalu seseorang, pembelajaran dari
Sejalan dengan penelitian pengalaman orang lain dan kondisi
yang dilakukan oleh (Sukmayanti, emosional seseorang. Menurut (Wu
2014) Efikasi diri pada pasien et al., 2010) efikasi diri mendorong
Diabetes Melitus tipe 2 pada 57 proses kontrol diri untuk
responden didapatkan bahwa mempertahankan prilaku yang
sebagian besar efikasi diri pada dibutuhkan dalam mengelolah
pasien Diabetes Melitus tipe 2 baik perawatan diri pada pasien. Efikasi
sebanyak 35 responden (61,40%) diri pada pasien diabetes melitus
Penerapan teori menurut tipe 2 berfokus pada keyakinan
Bandura self efficacy sebagai pasien untuk mampu melakukan
judgement seseorang atas prilaku yang dapat mendukung
perbaikan penyakitnya dan berarti tidak terdapat perbedaan
meningkatkan manajemen tingkat self efficacy antara sebelum
perawatan dirinya seperti dan sesudah tes adanya
diet,latihan fisik, medikasi kontrol peningkatan self efficacy dengan
gula darah dan prawatan diabetes nilai mean pre test sebesar 7,25
melitus secara umum. Dampak dan post test 7,88.
fisikologis yang sering muncul Penelitian ini sesuai dengan
pada pasien dengan penyaki kronis teori dari Ningsih (2018) yang
termasuk diabetes melitus dapat mengatakan bahwa memberikan
menimbulkan masalah pada efikasi edukasi mengenai penatalaksanaan
diri pasien. empat pilar diabetes melitus kepada
3. Pengaruh edukasi empat pilar pasien dapat memberikan tambahan
diabetes melitus terhadap self pengetahuan pasien tersebut
efficacy di RSUD. Batara Siang sehingga mereka dapat
Pangkep meningkatkan self efficacy. Self
Berdasarkan hasil uji statistik efficacy dibutuhkan untuk
dengan Wilcoxon T-Test pada keberhasilan dalam penatalaksaan
kelompok perlakuan pre test dan empat pilar diabetes melitus
post test didapatkan p = 0.014 atau Sejalan dengan penelitian
p < 0.05 yang dimana hipotesis yang dilakukan oleh Pramesti dkk
diterima, berarti terdapat perbedaan (2018) yang menyatakan ada
signifikan self efficacy sebelum dan pengaruh diabetes self management
sesudah diberikan edukasi empat education terhadap tingkat
pilar diabetes melitus terjadi pengetahuan dan self efficacy pada
peningkatan dilihat nilai mean pada diabetes melitus tipe 2 (Pramesti,
kelompok Intervensi sebesar 6,88 Adiputra, & Novitasari, 2018).
menjadi 13,63 dengan hasil Begitupun dengan Hasil Penelitian
penelitian ini menunjukkan bahwa yang dilakukan oleh Hati (2014)
adanya pengaruh terhadap self menunjukan adanya efek edukasi
efficacy sesudah diberikan edukasi terpadu untuk meningkatkan efikasi
empat pilar diabetes melitus. diri pada pasien DM tipe 2, dengan
Sedangkan pada kelompok kontrol hasil uji independent t test yaitu p <
hasil menujukkan p = 0.317 yang 0,05 dan t= 7,539. Perbandingan
dimana Hipotesis tidak diterima, efikasi diri sebelum dan sesudah
perlakuan menggunakan analisa yaitu 20,13. Sedangkan untuk
data paired t-test dengan p<0,05 kelompok Kontrol rata-rata nilai
dan t= -6,659 dan antara post test sebesar 16,25. Pengaruh edukasi
dengan follow up dengan p < 0,05 empat pilar diabetes melitus
dengan t = 5,217. Efikasi diri terhadap self efficacy pada
pasien setelah dilakukan edukasi kelompok perlakuan p = 0.014 atau
diabetes terpadu menunjukkan p < 0.05 yang dimana hipotesis
peningkatan (Hati, 2014). diterima, berarti terdapat perbedaan
Perubahan self efficacy pada signifikan self efficacy sebelum dan
responden terjadi karena adanya sesudah diberikan edukasi empat
pemberian pendidikan pada pilar diabetes melitus, dilihat nilai
kelompok perlakuan, dan tidak ada mean pada kelompok Intervensi
purubahan pada kelompok kontrol 6,88 menjadi 13,63 dengan hasil
karena tidak diberikan pendidikan menunjukkan bawa adanya
kesehatan. Perubahan yang kecil pengaruh terhadap self efficacy
pada kelompok kontrol dapat sesudah diberikan edukasi empat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti pilar diabetes melitus. Sedangkan
jenis kelamin,umur dan pada kelompok kontrol hasil
pemahaman tentang empat pilar menujukkan p = 0.317 yang dimana
diabetes melitus sehingga self Hipotesis tidak diterima, berarti
efficacy bisa meningkat. tidak terdapat perbedaan tingkat self
efficacy pada kelompok Kontrol
Kesimpulan dengan nilai mean pre test sebesar
1. Pengetahuan empat pilar diabetes 7,25 dan post test 7,88. Hasil
melitus sebelum di berikan edukasi penelitian ini menujukkan tidak
empat pilar diabetes melitus adanya pengaruh edukasi empat
didapatkan hasil nilai rata-rata pada pilar terhadap self efficacy
kelompok perlakuan sebesar 6,88
Sedangkan untuk kelompok kontrol Saran
sebesar 7,25. 1. Bagi pendidikan
2. Self efficacy sebelum diberikan Diharapkan bagi Institusi lebih
edukasi empat pilar diabetes melitus menjadi acuan bahwa edukasi
Pada kelompok Intervensi empat pilar diabetes melitus
didapatkan rata-rata nilai sebesar
dapat meningkatkan self r.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=
efficacy.
10&issue=4&article=173
2. Bagi Peneliti
Astri Zakiyyah, P. N. (2019, Januari).
Diharapkan penelitian ini dapat
Jurnal kesehatan Masyarakat, 7.
dijadikan sebagai data dasar,
Dipetik Desember 13, 2019, dari
bahan perbandingan dengan
http://ejournal3.undip.ac.id/index.p
informasi untuk melakukan
hp./jkm.
penelitian lebih lanjut mengenai
Buchanan, J. (2019, July 4). Dipetik
pengaruh edukasi empat pilar
Oktober 5, 2019, dari Positive
diabetes melitus dapat
Psychology.com:
meningkatkan self efficacy.
https://translate.googleusercontent.
3. Bagi Masyarakat
com/translate_c?depth=1&hl=id&p
Diharapkan masyarakat lebih
rev=search&rurl=translate.google.c
meningkatkan self efficacy
om&sl=en&sp=nmt4&u=https://po
karena dapat mempengaruhi
sitivepsychology.com/bandura-
perasaan, cara berpikir,
self-
motivasi dan tingkahlaku sosial
efficacy/&xid=17259,15700019,15
seseorang.
700186,15700191,15700256,15700
259,15700262,15700265,15700271
Daftar Pustaka
Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2015).
Ariska Yuyun1, R. A. (2019). Four Pillars
Profil Kesehatan Kota Makassar.
Control of Blood Glucose Levels
Makassar.
on the Pateints with Diabetes FKUI. (2015). Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu. Dalam P. S.
Mellitus Type 2 in Ponre Village
Sidartawan Soegondo, Panduan
Bulukumba District. Indian
penatalaksanaan Diabetes melitus
Journal of Public Health Research bagi Dokter dan Edukator (hal. 47
- 149). Jakarta: Balai Penerbit
& Developmen. Diambil kembali
FKUI..
dari
Hilir, I. (2015, juni 20). Inilah 4 Pilar
https://www.indianjournals.com/ijo Penting Pengelolaan Diabetes
Melitus. hal. 2.
Hiswani, S. B. (2018). Penyuluhan dikendalikan. Hari DM sedunia,
Kesehatan Pada Penderita Diabates hal. 02.
Melitus. 209-215. Sukmayanti, I. G. (2014). Efikasi Diri
Kementerian Kesehatan Republik
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
Indonesia. (2018). Riset Kesehatan
2. Diambil kembali dari
dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan http://poltekkes-
Kesehatan.
denpasar.ac.id/files/JURNAL%20
kementerin kesehatan republik indonesia.
GEMA%20KEPERAWATAN/DE
(2018). hari diabetes Sedunia.
jakarta: kementerian kesehatan SEMBER%202014/ARTIKEL%20
republik indonesia.
I%20Gusti%20Ketut%20GedeNgu
Malayanita, R. (2017). Self Efficacy
rah%20dkk,.pdf
Pasien Diabetes Melitusdalam
Pengelolaan Makan Di Uptd Suryani Djaelan, S. A. (2018). Hubungan
Puskesmaskecamatan Self Efficacy dengan Kepatuhan
Sananwetankota Blitar. jurnal ners Minum Obat dan Pola Diet Pada
dan kebinanan volume 4, 2. Penderita DM tipe 2 di ruang
Millah, F. (2016). google. Diambil Rawat Inap RS.Baptis Kota Batu.
kembali dari www.google.com: 2-3. Dipetik Desember 4, 2019,
https://www.google.com/url?sa=t& dari
source=web&rct=j&url=https://dsp https://www.academia.edu/401677
ace.uii.ac.id/bitstream/handle/1234 92/Hubungan_Selfefficacy_dengan
56789/1940/05.2 _kepatuhan_minum_obat_dan_pol
Ningsih, B. W. (2018). Hubungan Self a_diet_pada_penderita_diabetes_ti
pe_2
efficacy terhadap kepatuhan diit
Syaaf, S. (2019, 01 27). Dipetik Oktober
pada penderita DM. 216.
27, 2019, dari South China
Rekam Medik RS Batara Siang Pangkep. Morning Post:
(2019). https://beritagar.id/artikel/gaya-
RS St. Elisabeth and Developed. (2018, hidup/lonjakan-jumlah-penderita-
November 14). Dm tidak dapat diabetes-di-asia-tenggara.
disembuhkan tapi dapat
Utomo, A. Y. (2011). Hubungan Antara 4

Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus

Dengan Keberhasilan Pengelolaan

Diabetes Melitus Tipe 2. Diambil

kembali dari

http://eprints.undip.ac.id/32797/

World Health Organization (WHO) Global


Report. (2016). WHO.

Anda mungkin juga menyukai