Abstrak
Latar Belakang : Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan kerja insulin, Edukasi merupakan cara yang dapat dilakukakan untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang kondisi penyakitnya sehingga mereka dapat meningkatkan self
efficacy. Self efficacy dibutuhkan untuk keberhasilan dalam penatalaksaan empat pilar diabetes melitus. Tujuan
penelitian : untuk mengetahui pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy Desain dan
metode : penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi experimental pre-post test with control
menggunakan pendekatan two group pre test and post test desain yang dilakukan dengan jumlah sampel 16
responden dengan 8 kontrol dan 8 responden perlakuan.Metode pengumpulan sampel non probality dengan
teknik purposive sampling.teknik analisa uji statistik yang dipilih adalah uji wilcoxon t test.Hasil penelitian :
ada pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy di RSUD Batara Siang Pangkep. Hasil
uji statistik wilcoxon didapatkan pada kelompok perlakuan p = 0.014 (p < 0.05) Sedangkan pada kelompok
kontrol tidak adanya pengaruh edukasi empat pilar terhadap self efficacy p = 0.317 (p > 0.05). Kesimpulan:
ada pengaruh edukasi empat pilar diabetes melitus terhadap self efficacy di RSUD Batara Siang Pangkep.
Abstrak
Introduction : Diabetes mellitus is a metabolic disease, which is characterized by hyperglycemia that accurs
due to insulin disorder. Education is a way to improve the patien’ knowledge related to the disease condition in
order to enhance the self-efficacy. Self-efficacy is needed to succeed the implementation of four pillar in
diabetes mellitus.Objective : to find out the influence of four pillars education related to diabetes mellitus
toward self-efficacy.Research.Design and Method : the research is quasi-experimental quantitative research
that employs the approach of two group pre-test and post-test designs with as many as 16 respondents as the
samples. There were 8 intervention groups and 8 control groups. The sample were selected by using non –
probality and purposive sampling techniques. The statistical analysis was conducted by employing wilxocon T
test.Result : the result shows that the mean value of intervention group was 6.88 reached to 13.63 and control
group was 7.25 improved to 7.88. the test of Wilcoxon on the intervention group obtained the value of p=0.014
or p<(0.05) and control group was p= 0.317 or p>(0.05). therefore, intervention group was expose to the
influence but control group did have any influence.Conclusion and suggestion : the intervention group showed
the influence toward the self-effacacy after being educated about the issue of four pillars related to diabetes
mellitus. In other hand, the control group showed no influence toward self-efficacy before and after the test. It is
suggested to cover more variables and samples in the future studies.
Keywords : diabetes mellitus, four pillars, self-effacacy.
PENDAHULUAN lebih cepat di negara
Penyakit Tidak Menular berpenghasilan rendah dan
(PTM) termasuk Diabetes, saat ini menengah daripada di negara
telah menjadi ancaman serius berpenghasilan tinggi
kesehatan global. Berdasarkan dari (Kementerian Kesehatan Republik
data World Healtah Organization Indonesia, 2018).
(WHO) tahun 2016, 70% dari total Jumlah penderita diabetes
kematian di dunia dan lebih dari di Asia Tenggara mengalami
setengah beban penyakit. 90-95% peningkatan yang pesat dan sangat
dari kasus Diabetes adalah mengkhawatirkan, Lebih kurang 96
Diabetes Tipe 2 yang sebagian juta orang dari populasi Asia
besar dapat dicegah karena Tenggara yang mencapai 670 juta,
disebabkan oleh gaya hidup yang satu dari 14 orang menderita
tidak sehat (World Health diabetes, mayoritas menderita
Organization (WHO) Global diabetes tipe 2, jenis yang
Report, 2016). sebenarnya bisa dicegah dan
Secara global WHO dihindari. Artinya 450 juta
memperkirakan 422 juta orang penderita diabetes di seluruh dunia,
dewasa hidup dengan diabetes pada 20 persennya berasal dari Asia
tahun 2014, dibandingkan dengan Tenggara, kebanyakan dari mereka
108 juta pada tahun 1980. tinggal di Indonesia, Malaysia,
Prevalensi diabetes di dunia Singapura, dan Thailand (Syaaf,
(dengan usia yang distandarisasi) 2019).
telah meningkat hampir dua kali International Diabetes
lipat sejak tahun 1980, meningkat Federation (IDF) Atlas tahun 2017
dari 4,7 % menjadi 8,5% pada melaporkan bahwa epidemik di
populasi orang dewasa. Pada tahun Indonesia masih menunjukkan
2012 Diabetes menyebabkan 1,5 kecenderungan meningkat.
juta kematian Hal ini Indonesia adalah menduduki
mencerminkan peningkatan factor peringkat keenam setelah
risiko terkait seperti kelebihan Tiongkok, India, Amerika Serikat,
berat badan atau obesitas. Selama Brazil dan Meksiko dengan
beberapa decade terakhir, penyandang Diabetes usia 20 – 79
prevalensi diabetes meningkat tahun sekitar 10,3 juta orang.
Sejalan dengan hasil Riskesdas melitus pada tahun 2017 tercatat
(2018) di Indonesia angka sebanyak 153 pasien, dan pada
prevalensi Diabetes meningkat tahun 2018 sebanyak 499 pasien.
cukup signifikan, yaitu 6.9% di Pada tahun 2019 selang bulan
tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun januari sampai bulan oktober
2018, sehingga estimasi jumlah terdapat 375 pasien, sehingga rata-
penderita di Indonesia mencapai rata pasien perbulan di tahun 2019
lebih dari 16 juta orang yang sebanyak 36 pasien. Data tersebut
kemudian beresiko terkena menunjukkan bahwa penyakit
penyakit lain seperti : serangan diabetes melitus di rumah sakit
jantung, Stroke, kebutaan, dan batara siang pamgkep mengalami
gagal ginjal bahkan dapat peningkatan tiap tahunnya (Rekam
menyebabkan kelumpuhan dan Medik RS Batara Siang Pangkep,
kematian. 2019)
Rekapitulasi data dari Dinas Penyandang diabetes
Kesehatan Sulawesi Selatan tahun melitus selama ini tidak mudah
2015 didapatkan Diabetes mellitus untuk mencapai sasaran gula darah
merupakan salah satu penyakit yang diinginkan karena salah satu
tidak menular (PTM) yang penyebabnya adalah kebanyakan
menyebabkan kematian pada pasien sering hanya mengandalkan
urutan ketiga setelah penyakit obat-obatan saja. Padahal banyak
Kardiovaskuler dan Penyakit faktor lain yang dapat
Kronis Degeneratif (PKD) yakni mempengaruhi, dan membantu
sebesar 14,40%. Sementara angka capaian gula darah yang diinginkan
kesakitan Diabetes Melitus adalah itu. Makanan yang dikonsumsi,
11,27% atau sebanyak 17.843 jumlahnya, jenisnya, bagaimana
kasus terdiri dari 13.283 kasus di mengkonsumsinya, aktifitas sehari-
Puskesmas dan 4.520 kasus di hari yang dilakukan, bahkan
Rumah Sakit (Dinas Kesehatan pengetahuan dasar seseorang
Kota Makassar, 2015). Hasil tentang diabetes itu juga sangat
pengambilan data awal di rumah berperan. (Hilir, 2015). Faktor-
sakit Batara Siang Pangkep pada faktor tersebut merupakan
06 November 2019 didapatkan penatalaksanaan empat pilar
jumlah kasus rawat inap diabatas diabetes melitus yang harus
dilaksanakan secara bersamaan. dan jadwal pemberian makanan
Ibarat sebuah pilar dalam sebuah (3J). Tujuan dari kepatuhan diet
bangunan, satu pilar akan adalah untuk mencapai dan
mempengaruhi pilar yang lainnya. mempertahankan kadar glukosa
Empat pilar tersebut adalah : pola darah mendekati normal, sehingga
makan sehat, aktivitas fisik, obat- dapat melakukan pekerjaan sehari-
obatan dan edukasi. Dimana hari, membiasakan diri untuk
keempat pilar tersebut harus makan tepat waktu agar tidak
dilakukan secara beriringan agar terjadi perubahan pada kadar
dapat mengendalikan penyakit glukosa darah, dan meningkatkan
diabetes melitus yang diderita (RS derajat kesehatan secara
St. Elisabeth and Developed, komprehensif melalui gizi yang
2018). optimal. Sikap kepatuhan penderita
Aktivitas fisik merupakan diabetes melitus akan diet sangat
kunci dalam pengelolaan DM dipengaruhi oleh keyakinan diri
terutama sebagai pengontrol gula akan hal yang positif. Penderita
darah dan memperbaiki faktor diabetes melitus harus memiliki
resiko kardiovaskuler seperti keyakinan diri terhadap kondisi
menurunkan hiperinsulinemia, yang dialaminya serta segala terapi
meningkatkan sensitifitas insulin, yang dianjurkan (Rizqah, 2018).
menurunkan lemak tubuh, serta Mengingat sifat diabetes
menurunkan tekanan darah. mellitus yang menahun, tak dapat
Aktivitas fisik sedang yang teratur dipungkiri bahwa edukasi yang
berhubungan dengan penurunan terus menerus dan
angka mortalitas sekitar 45-70% berkesinambungan menjadi sangat
pada populasi DM tipe 2 serta penting (FKUI, 2015). Edukasi
menurunkan kadar HbA1c ke level atau penyuluhan kesehatan
yang bisa mencegah terjadinya diperlukan karena penyakit
komplikasi (Astri Zakiyyah, 2019). diabetes adalah penyakit yang
Dalam rangka menghindari berhubungan dengan gaya hidup.
komplikasi diabetes melitus Pasien yang mempunyai
penderita harus melakukan diet pengetahuan yang cukup tentang
yang merupakan pengaturan pola diabetes, kemudian selanjutnya
makan berdasarkan jumlah, jenis merubah perilakunya akan dapat
mengendalikan kondisi (Buchanan, 2019). Hal ini
penyakitnya (Hiswani, 2018) . berhubungan dengan keyakinan
Penatalaksanaan obat- tentang apa yang dapat
obatan bagi penderita diabetes dilakukannya dengan berbekal
adalah bertujuan untuk keterampilan atau keahlian apapun
mengembalikan konsentrasi yang dimiliknya. Efficacy sendiri
glukosa darah menjadi senormal diartikan sebagai kekuatan yang
mungkin agar penyandang DM dimiliki untuk mencapai suatu hasil
merasa nyaman dan sehat, serta yang diinginkan. Browson et al
mencegah atau memperlambat (2007) dalam Mayanita (2017)
timbulnya komplikasi (FKUI, mengemukakan berbagai upaya
2015). Penelitian Jannah tahun yang dapat dilakukan untuk
2017 di Puskesmas Karang Mekar mendorong penderita DM agar
Banjarmasin menunjukkan bahwa dapat mandiri dalam pengelolaan
semakin lama seseorang menderita makanannya (Smeltzer & Bare
diabetes maka tingkat ,2008 dalam (Malayanita, 2017).
kepatuhannya makin rendah. Hal Menurut Feist.,J & Feist G (2010)
ini disebabkan penderita akan Efikasi diri bisa menjadi tinggi atau
merasa bosan atau jenuh untuk rendah tergantung dengan
berobat dalam jangka waktu yang lingkungan sehingga seseorang
lama. Maka berdasarkan penelitian dengan tingkat efikasi diri tinggi
Pertiwi tahun 2015 di Surakarta akan termotivasi untuk mencapai
menunjukkan semakin tinggi tujuan namun sebaliknya bila
efikasi diri maka semakin tinggi seseorang memiliki efikasi diri
pula kepatuhan minum obat (Mida rendah maka dapat membuat putus
Ridayanti, 2018). asa, menyerah dan gagal. Efikasi
Menurut Bandura (1994) diri secara tidak langsung dapat
Self efficacy didefinsikan sebagai mempengaruhi seseorang dalam
suatu pertimbangan pendapat berfikir, merasa, bertindak dan
seseorang mengenai memotivasi diri sendiri (Suryani
kemampuannya untuk mengatur Djaelan, 2018).
dan melakukan serangkaian Hasil wawancara awal
tindakan yang diperlakukan untuk didapatkan, 4 klien penderita
mencapai tujuan yang dimaksud diabetes mengatakan kurang
pengetahuan tentang efek dari mengetahui pengaruh edukasi
penyakitnya, dan sering lupa untuk empat pilar diabetes melitus
meminum obat dan 5 klien terhadap self efficacy di RSUD
penderita diabetes mengatakan Batara Siang Pangkep.
sering melanggar diit, tidak
mengetahui pengelolaan makanan Metode Penelitian
yang benar dan aktivitas sehari- Desain dalam penelitian ini
hari. Seringkali penderita diabetes adalah desain Quasi-Eksperimen
merasa sudah mengatur makan dengan pendekatan two group-pre
dengan ketat, membatasi aktivitas test and post test design. Studi
dan rutin minum obat setiap hari Quasi-eksperimental adalah suatu
tetapi penyakitnya tidak kunjung metode penelitian yang
sembuh. menggunakan 2 kelompok
Penderita diabetes sering penelitian dimana salah satu
merasa telah mengikuti program kelompok mendapatkan perlakuan
kesehatan yang dianjurkan namun atau intervensi sedangkan
belum mendapatkan hasil yang kelompok yang lain tidak
maksimal terkait dengan mendapatkan perlakukan, yang
penyakitnya. Ini bisa saja terjadi bertujuan untuk mengetahui
akibat kurangnya pengetahuan dan perbedaan dan meminimalkan
pemahaman klien dalam resiko kesalahan dalam penelitian
penetalaksanaan Diabetes mellitus (Shadish et al., 2002 dalam Grove
yang terpisah-pisah artinya tidak et al., 2015). Penelitian ini
secara bersamaan antara keempat menggunakan Quasi-eksperimen
pilar tersebut. Seharusnya empat karena terdapat beberapa faktor
pilar tersebut dilaksanakan secara lain yang dapat mempengaruhi
bersamaan sehingga dapat hasil penelitian yang tidak dapat di
meningkatkan kemampuan dan kontrol sepenuhnya oleh peneliti.
keyakinan dirinya terhadap Intervensi atau perlakukan yang
penyakitnya agar dapat lebih diberikan dalam kelompok
terkontrol dan bahkan mengurangi intervensi adalah dengan
terjadinya komplikasi. memberikan pendidikan Edukasi
Sehingganya berdasarkan latar empat pilar dan sedangkan pada
belakang diatas maka peneliti ingin
kelompok control tidak diberikan program komputer berupa analisis
pendidikan Edukasi. univariat untuk data karakteristik
responden seperti : umur, pekerjaan,
Hasil Penelitian dan pendidikan sedangkan analisis
Penelitian ini berjudul bivariat menggunakan uji t dependent
Pengaruh Edukasi Empat Pilar untuk mengidentifiksi pengaruh dan
Diabetes Melitus dengan Self membuktikan hipotesis terkait
efficacy Pasien DM yang pemberian edukasi empat pilar
dilaksanakan pada tanggal 21 diabetes melitus terhadap self efficacy
Januari 2020 sampai 23 Januari dengan uji t independent untuk
2020 di RSUD. Batara Siang. Jenis menganalisa apakah ada perbedaan
penelitian ini quasi experimental pada kelompok kontrol dan kelompok
pre-post test with control group intervensi terhadap peningkatan self
yang dilakukan untuk mengetahui efficacy di RSUD. Batara Siang
pengaruh edukasi empat pilar Pangkep.
diabetes melitus terhadap self 1. Karateristik responden
efficacy Subjek Penelitian ini Tabel 5.1 Karakteristik demografi
berjumlah 8 responden kontrol dan pasien penyakit Diabetes mellitus
8 responden intervensi. di RSUD Batara Siang Pangkep
Pengumpulan data dilakukan
pertama-tama dengan membagikan ( Kelompok Kelompok
Variabel Perlakuan Kontrol
kuesioner kemudian diberikan n (n=8) (n=8)
kembali dari
http://eprints.undip.ac.id/32797/