PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO,2013 penyakit Diabetes melitus (DM) atau yang biasa disebut oleh
masyarakat umum yang dikenal dengan kencing manis adalah penyakit yang berlangsung
lama yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dari nilai normal
(hiperglikemia) dimana insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak mencukupi untuk
sejumlah 425 juta jiwa di dunia. Pasifik barat berada pada wilayah dengan prevalensi
terbesar sekitar 159 juta dan Afrika wilayah terendah dengan jumlah 16 juta jiwa.
Pada tahun 2019 penderita Diabetes meningkat menjadi 463 juta orang penderita
dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta jiwa dengan
peningkatan 51%. Pasifik barat berada pada wilayah tertinggi penderita diabetes melitus
dengan jumlah 163 juta jiwa dan Afrika wilayah terendah dengan jumlah 19 juta jiwa
Menurut (Hu, 2011) bahwa Negara Indonesia berada pada peringat ke 4 penderita
Diabetes Melitus (DM) tertinggi setelah India,China, dan USA. Berdasarkan data dari
IDF (2015) di wilayah pasifik barat dimana Indonesia berada pada peringkat ke-2
penderita Diabetes Melitus setelah China yang berada pada wilayah tertinggi. Pada tahun
2000 penderita Diabetes Melitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa. Prevalensi Diabetes
Melitus di Indonesia di tahun 2014 sebesar 5,81%, dan menurut WHO (2015)
diperkirakan penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3
jumlah Penduduk umur 15 tahun keatas 2,0% dan untuk semua umur adalah 1,5% dimana
umur dengan prevalensi tertinggi adalah umur 55-64 dengan prevalensi 6,3%, kemudian
umur 65-74 dengan 6,0% dan umur 45-54 dengan prevalensi 3,9%. (KEMENTERIAN
berdasarkan data dari IDF pada tahun 2017-2045 peningkatan terjadinya diabetes melitus
diperkirakan 48% dan pada tahun 2019-2045 diperkirakan 51%. Sedangkan menurut
RISKESDAS pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6,9 % meningkat pada
diabetes melitus merupakan kasus diabetes melitus tipe 2. Peningkatan kejadian diabetes
melitus disebabkan oleh beberapa faktor risiko penyebab terjadinya DM tipe 2, seperti
lingkar perut atau obesitas sentral), jenis kelamin, kurang beraktifitas, dan diet tidak
sehat, riwayat bayi lahir kurang dari 2500 gram (BBLR) dan dislipidemia, (Perkumpulan
Menurut IDF (2017), penderita diabetes melitus sebesar 90% adalah penderita
jenis kelamin, pola makan yang tidak sehata, pdan pernah melahirkan bayi kurang dari
Beberapa teori mengungkapkan bahwa faktor genetik adalah salah satu penyebab
terjadinya penyakit diabetes mellitus. Selain faktor genetik, umur, indeks massa tubuh,
dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. Beberapa penelitian
yang meneliti tentang penyakit diabetes mellitus ini adalah; Penelitian menurut (Rahalus
et al., 2017) tersebut menunjukan bahawa ada hubungan yang signifikan antara riwayat
diabetes mellitus dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Sebesar 15% resiko menderita
diabetes melitus jika salah satu orang tuanya menderita diabetes melitus, dan jika kedua
orang tua menderita diabetes melitus maka resiko untuk menderita penyakit diabetes
hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes melitus. Dimana
Indeks massa tubuh normal memiliki risiko 2,07 kali lipat mengalami diabtes melitus
dibanding dengan mereka yang bertubuh kurus (memiliki IMT kurang). Demikian juga
dengan responden yang memiliki IMT lebih (gemuk), memiliki risiko 3,07 kali lipat
berlebih atau obesitas merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
diabetes melitus tipe 2, dan kelompok usia lanjut atau > 45 tahun merupakan faktor risiko
diabetes melitus, dimana besar risiko 5,71 kali dibandingkan usia dewasa (26-45 tahun).
Diperkirakan 3,7% menderita diabetes melitus Pada usia 20-44 tahun, dan usia 45-64
tahun meningkat menjadi 13,7%, sedangkan pada kelompok usia 65 tahun atau lebih,
mencapai 26,9%.
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, riwayar keluarga dan indeks
masa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes melitus di Puskesmas Batua Kota Makassar.