Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO,2013 penyakit Diabetes melitus (DM) atau yang biasa disebut oleh

masyarakat umum yang dikenal dengan kencing manis adalah penyakit yang berlangsung

lama yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dari nilai normal

(hiperglikemia) dimana insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak mencukupi untuk

menyeimbangi kadar gula dalam tubuh (Allorerung et al., 2016)

Menurut (Internasional Diabetes Federasion, 2017) prevalensi Diabetes Melitus

sejumlah 425 juta jiwa di dunia. Pasifik barat berada pada wilayah dengan prevalensi

terbesar sekitar 159 juta dan Afrika wilayah terendah dengan jumlah 16 juta jiwa.

Pada tahun 2019 penderita Diabetes meningkat menjadi 463 juta orang penderita

dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 700 juta jiwa dengan

peningkatan 51%. Pasifik barat berada pada wilayah tertinggi penderita diabetes melitus

dengan jumlah 163 juta jiwa dan Afrika wilayah terendah dengan jumlah 19 juta jiwa

(Internasional Diabetes Federasion, 2019)

Menurut (Hu, 2011) bahwa Negara Indonesia berada pada peringat ke 4 penderita

Diabetes Melitus (DM) tertinggi setelah India,China, dan USA. Berdasarkan data dari

IDF (2015) di wilayah pasifik barat dimana Indonesia berada pada peringkat ke-2

penderita Diabetes Melitus setelah China yang berada pada wilayah tertinggi. Pada tahun

2000 penderita Diabetes Melitus di Indonesia adalah 8,4 juta jiwa. Prevalensi Diabetes

Melitus di Indonesia di tahun 2014 sebesar 5,81%, dan menurut WHO (2015)

diperkirakan penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3

juta jiwa. (Fathurohman & Fadhilah, 2016)


Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2018 prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia

jumlah Penduduk umur 15 tahun keatas 2,0% dan untuk semua umur adalah 1,5% dimana

umur dengan prevalensi tertinggi adalah umur 55-64 dengan prevalensi 6,3%, kemudian

umur 65-74 dengan 6,0% dan umur 45-54 dengan prevalensi 3,9%. (KEMENTERIAN

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, 2018)

Berdasarkan uraian latar belakang teresebut, terjadi peningkatan jumlah penderita

diabetes mellitus setiap tahunnya. Jumah peningkatan rata-rata setiap tahunya

berdasarkan data dari IDF pada tahun 2017-2045 peningkatan terjadinya diabetes melitus

diperkirakan 48% dan pada tahun 2019-2045 diperkirakan 51%. Sedangkan menurut

RISKESDAS pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6,9 % meningkat pada

tahun 2018 sebesar 8,5%.

Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2017), sebanyak 90% kasus

diabetes melitus merupakan kasus diabetes melitus tipe 2. Peningkatan kejadian diabetes

melitus disebabkan oleh beberapa faktor risiko penyebab terjadinya DM tipe 2, seperti

faktor keturunan/riwayat keluarga, usia, obesitas (berdasarkan IMT maupun berdasarkan

lingkar perut atau obesitas sentral), jenis kelamin, kurang beraktifitas, dan diet tidak

sehat, riwayat bayi lahir kurang dari 2500 gram (BBLR) dan dislipidemia, (Perkumpulan

Endrokinologi Indonesia, 2015) dalam (Ni Wayan et al., 2019)

Menurut IDF (2017), penderita diabetes melitus sebesar 90% adalah penderita

diabetes melitus tipe 2 dimana. Menurut (Perkumpulan Endrokinologi Inonesia,2015)

peningkatatan kejadian penyakit diabetes melitus ini disebabkan beberapa faktor


penyebab terjadinya diabetes melitus tipe 2 antara lain karna faktor keturunan atau

riwayat keluarga, umur, obesitas (berdasarkan perhitungan IMT), kurangnya beraktifitas,

jenis kelamin, pola makan yang tidak sehata, pdan pernah melahirkan bayi kurang dari

2500 gram. (Ni Wayan et al., 2019)

Beberapa teori mengungkapkan bahwa faktor genetik adalah salah satu penyebab

terjadinya penyakit diabetes mellitus. Selain faktor genetik, umur, indeks massa tubuh,

dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus. Beberapa penelitian

yang meneliti tentang penyakit diabetes mellitus ini adalah; Penelitian menurut (Rahalus

et al., 2017) tersebut menunjukan bahawa ada hubungan yang signifikan antara riwayat

diabetes mellitus dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Sebesar 15% resiko menderita

diabetes melitus jika salah satu orang tuanya menderita diabetes melitus, dan jika kedua

orang tua menderita diabetes melitus maka resiko untuk menderita penyakit diabetes

melitus sebesar 75%.

Penelitian menurut (Luthansa & Pramono, 2017) menunjukan bahwa Terdapat

hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes melitus. Dimana

Indeks massa tubuh normal memiliki risiko 2,07 kali lipat mengalami diabtes melitus

dibanding dengan mereka yang bertubuh kurus (memiliki IMT kurang). Demikian juga

dengan responden yang memiliki IMT lebih (gemuk), memiliki risiko 3,07 kali lipat

menderita DM dibandingkan dengan responden yang bertubuh kurus. Berat badan

berlebih atau obesitas merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

diabetes melitus tipe 2, dan kelompok usia lanjut atau > 45 tahun merupakan faktor risiko

diabetes melitus, dimana besar risiko 5,71 kali dibandingkan usia dewasa (26-45 tahun).

Di Amerika Serikat, peningkatan diabetes melitus terjadi seiring betambahnya usia.

Diperkirakan 3,7% menderita diabetes melitus Pada usia 20-44 tahun, dan usia 45-64
tahun meningkat menjadi 13,7%, sedangkan pada kelompok usia 65 tahun atau lebih,

mencapai 26,9%.

Berdasarkan konsep tersebut maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, riwayar keluarga dan indeks

masa tubuh (IMT) dengan kejadian diabetes melitus di Puskesmas Batua Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai