Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus atau disingkat (DM) adalah gangguan kesehatan

yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi insulin. Keluhan khas DM

adalah poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak

dapat dijelaskan. Keluhan tidak khas DM adalah lemah, kesemutan, gatal,

mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita

(Vegan, 2018).

Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh

dunia. Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung,

dan gagal ginjal. Organisasi International Diabetes Federation (IDF)

memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di

dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka

prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama.

Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun

2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki - laki. Prevalensi

diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur penduduk

menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka

dipredikasi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700

juta di tahun 2045 (Infodatin, 2020).

1
2

DM dapat menimbulkan komplikasi hampir pada seluruh sistem

tubuh manusia, mulai dari kulit sampai pada jantung. Bentuk-bentuk

komplikasi tersebut yaitu komplikasi pada sistem kardiovaskuler seperti

hipertensi, infark miokard dan insufiensi koroner, komplikasi pada mata

seperti retinopati diabetika dan katarak, komplikasi pada saraf seperti neropati

diabetika, komplikasi pada paru-paru seperti TBC, komplikasi pada ginjal

seperti pielonefritis dan glomeruloskelrosis, komplikasi pada hati seperti

sirosis hepatitis dan komplikasi pada kulit seperti gangren, ulkus dan furunkel

(Vegan, 2018).

Diabetes Melitus menjadi ancaman serius bagi kesehatan global

yang tidak memandang status sosial ekonomi maupun batas-batas nasional.

Orang yang hidup dengan diabetes berisiko mengalami sejumlah komplikasi

serius dan mengancam jiwa, yang mengarah pada peningkatan kebutuhan

akan perawatan medis, penurunan kualitas hidup, dan tekanan yang tidak

semestinya pada keluarga. Diabetes dan komplikasinya, jika tidak dikelola

dengan baik, dapat menyebabkan sering masuk rumah sakit dan kematian dini

(International Diabetes Federation, 2019).

Berdasarkan data WHO tahun 2021 diabetes melitus merupakan

salah satu dari 10 penyebab utama yang menyumbang lebih dari 80%

kematian secara global, bersamaan dengan penyakit Noncommunicable

diseases (NCDs) lainnya. Bersadarkan Atlas Diabetes edisi kesembilan

International Diabetes Federation (IDF), prevalensi DM dan Impaired

Glucose Tolerance (IGT) dengan estimasi dari 211 negara diperkirakan untuk
3

Tahun 2019 dan 2045 terdapat 463 juta penderita DM dengan 90% menderita

DM (International Diabetes Federation, 2019). Namun, berdasarkan Global

Report World Health Organization (WHO) 2020, secara global terdapat 8,5%

dari 422 juta populasi orang dewasa di seluruh dunia yang diperkirakan

menderita DM.

International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2020 melaporkan

bahwa epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan

meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah

Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah

penyandang Diabetes sekitar 10,3 juta.

Sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari negara

berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah penderita

DM yang terjadi secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit DM

merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam

pelayanan kesehatan di masyarakat, terutama DM dengan komplikasi yang

merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (WHO, 2020).

Prevalensi pasien pengidap diabetes di Indonesia mencapai 6,2

persen, yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang menderita diabetes per

tahun 2020. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Diabetes Melitus

(DM) diatas prevalensi nasional diantaranya Aceh, Sumatera Barat, Riau,

Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Papua Barat (Kemenkes RI, 2020)


4

Berdasarkan data Riskesdas (2018) Prevalensi penderita diabetes

melitus dengan status tertinggi berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah

pada tingkat pendidikan rendah 28,5%, pendidikan menengah 28,3% dan

pendidikan tinggi 27,4%. Pengaruh globalisasi di segala bidang,

perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada

perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, seperti

perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan riwayat

keturunan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi

terhadap terjadinya penyakit Diabetes

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa Negara

berkembang saat ini menjadi pusat perhatian. Peningkatan pendapatan

perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar

menyebabkan meningkatnya angka kejadianpenyakit degeneratif, salah

satunya adalah penyakit diabetes melitus. Diabetes mellitus merupakan salah

satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dandapat

menurunkan sumber daya manusia (Decroli, 2019).

Data Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020, dari 10 besar penyakit

tidak menular di wilayah Aceh, Penyakit Diabetes menempati urutan ke–2

setelah Hipertensi dengan jumlah kasus 121.160 orang, sedangkan yang

mendapat pelayanan sesuai standar sebanyak 75.518 atau sebesar 62%. Di

Provinsi Aceh ada 7 Kabupaten/Kota yang mendapat pelayanan kesehatan

sesuai standar yaitu Kabupaten Simeuleu, Kabupaten Aceh Barat Daya,

Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, Kota Banda Aceh, Kota
5

Sabang dan Aceh Tengah. Sementara Kabupaten Bireuen (82%) berada pada

urutan ke-14 setelah Kabupaten Aceh Selatan (84%) (Dinkes Aceh, 2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen tahun 2020

jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 12.690 kasus. Berdasarkan hasil

rekapan laporan bulanan PTM Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen Tahun

2020 angka kasus Diabetes Melitus paling banyak terjadi di Puskesmas Kota

Juang dengan jumlah kasus 1.034 kasus, kemudian untuk urutan kedua paling

banyak terjadi kasus Diabetes Melitus yaitu di Puskesmas Juli dengan jumlah

kasus 985 kasus dan selanjutkan Puskesmas Simpang Mamplam dengan

jumlah Diabetes Melitus sebanyak 535 kasus (Laporan Bulanan PTM Dinkes

Bireuen, 2020).

Pencatatan dan pelaporan posbindu PTM Puskesmas Juli Tahun

2020 tercatat yang mengalami Diabetes Melitus sebanyak 985 kasus dan pada

Tahun 2021 sebanyak 992 kasus dan pada Tahun 2022 dari bulan Januari

sampai April sebanyak sebanyak 420 kasus (Puskesmas Juli, 2022).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2019)

dengan judul faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus di

RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar.

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional

study menggunakan data sekunder. Sampel berjumlah 306 pasien yang dipilih

dari populasi secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 306 pasien terdapat 187 (61,1%) yang terkena Diabetes Mellitus.

Berdasarkan hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan antara jenis


6

kelamin (o=0,027), tingkat pendidikan (p=0,003) dan aktivitas fisik (p=0,000)

dengan kejadian Diabetes Mellitus di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan

RS Universitas Hasanuddin Makassar.

Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Wahyuni (2020) dengan

judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penyakit Diabetes Mellitus

daerah perkotaan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 4,5% penduduk

daerah perkotaan di Indonesia mengalami Diabetes Mellitus dan 95,5% yeng

tidak mengalami Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh

bahwa umur, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas, konsumsi lemak, merokok,

konsumsi alkohol dan konsumsi kafein berhubungan dengan penyakit

Diabetes Mellitus (p ≤ 0,005). Sedangkan pendidikan, aktivitas fisik, dan

konsumsi buah dan sayur tidak berhubungan dengan penyakit Diabetes

Mellitus.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada 8 pasien Diabetes

Melitus yang berobat di Puskesmas Juli dengan melakukan wawancara

singkat dimana 6 dari pasien yang di wawancarai memiliki riwayat keluarga

yang menderita Diabetes Melitus dan memiliki perilaku kurang baik dimana

sering kali mengonsumsi makanan manis serta kurangnya pengetahuan pasien

mengenai manfaat dan pentingnya mematuhi pengobatan penyakit diabetes

dan mengatur pola makan dan gaya hidup sehat dalam mencegah timbulnya

komplikasi penyakit Diabetes Melitus.


7

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti analisis faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Puskesmas Juli Kabupaten

Bireuen Tahun 2022.

1.2. Perumusan Masalah

Penyakit DM merupakan penyakit tidak menular yang berdurasi

dalam jangka waktu yang panjang dan mengakibatkan kebutaan, penyakit

jantung, stroke, gagal ginjal, amputasi kaki dan akan membuat produktivitas

kerja penderita akan sangat terganggu bahkan tidak mampu beraktivitas sama

sekali. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti Faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian diabetes melitus di Puskesmas Juli Kabupaten

Bireuen Tahun 2022”.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes

melitus di Puskesmas Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti /Mahasiswa

Dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah dan dapat

meningkatkan kecerdasan dan wawasan peneliti sendiri khususnya tentang

kejadian Diabetes Melitus sebagai bahan masukan dan informasi.


8

2. Bagi Fakultas

Sebagai bahan bacaan pada perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh

mahasiswa khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat dan referensi bagi

penulis lain yang meneliti tentang hal ini.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi untuk mengikuti langkah-langkah kebijakan

seperti memberikan penyuluhan/informasi yang terkait dengan Diabetes

Melitus dalam rangkai meningkatkan kesehatan masyarakat dan perhatian

dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga menurunkan

prevelensi Diabetes Melitus di puskesmas tersebut.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

informasi bagi masyarakat tentang pencegahan yang tepat dalam

mencegah terjadinya Diabetes Melitus di masyarakat, sehingga bisa

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian-penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai