Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan

pada sekresi insulin dan kerja insulin (Smeltzer et al, 2013; Kowalak,

2011). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit ditandai dengan kadar

glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari

bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali

normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari

sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110 mg/DL darah. Kadar gula

darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/DL pada 2 jam setelah

makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung

karbohidrat (Irianto, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, Diabetes

tidak hanya menyebabkan kematian prematur diseluruh dunia, penyakit ini

juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal

ginjal. Organization International Diabetes Federation (IDF)

memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun

di dunia menderita diabetes mellitus pada tahun 2019 atau setara dengan

angka pravelensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama.

Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan pravelensi diabetes

1
2

ditahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki.

Pravelensi diabetes diperkirakan sering meningkat penambahan umur

penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun.

Angka diprediksi terus meningkatkan hingga mencapai 578 juta ditahun

2030 dan 700 juta ditahun 2045. Negara di wilayah Arab-Afrika Utara,

dan Pasifik Barat menempati peringkat pertama dari ke-2 dengan

pravelensi diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun tertinggi di antara 7

regional di dunia, yaitu sebesar 12,2% dan 11,4%. Wilayah Asia Tenggara

dimana Indonesia berada, menempati peringkat ke-3 dengan pravelensi

sebesar 11,3%. IDF juga memproyeksi jumlah penderita diabetes pada

penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa negara di dunia yang telah

mengindetifikasi 10 negara dengan jumlah penderita tertinggi. Cina, India,

dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas dengan jumlah

penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta. Indonesia berada di peringkat ke-

7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar

10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara pada

daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia

terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara. Menurut World

Health Organization (WHO) ada sekitar 422 juta orang di seluruh dunia

mengidap diabetes, sebagaian besar tinggal di negara berpenghasilan

rendah dan menengah, dan 1,6 juta kematian secara langsung dikaitkan

dengan diabetes setiap tahun. Baik jumlah kasus maupun prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.


3

Menurut Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI, 2018) dari

hasil riskesdas memperlihatkan prevalensi diabetes mellitus pada tahun

2018 berdasarkan diagnosis dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili.

Selain itu, penderita diabetes mellitus di Indonesia lebih banyak berjenis

kelamin perempuan (1,8%) dari pada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk

daerah domisili lebih banyak penderita diabetes mellitus yang berada di

perkotaan (1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%). Pada tahun

2019 sebanyak 2.687.994 orang telah diberikan pelayanan kesehatan

sesuai dengan standar. Target capaian pelayanan kesehatan penderita

diabetes mellitus ditetapkan berdasarkan prevalensi diabetes mellitus yang

telah ditetapkan oleh Pusdatin Kementrian Kesehatan / BPS (Kemenkes

RI, 2019). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

penduduk di perkotaan mendapatkan di antara responden yang diperiksa

gula darahnya 5,6% menderita diabetes mellitus. Dari yang terdeteksi

tersebut hanya 26,3% yang telah terdiagnosa sebelumnya dan 73,7% tidak

terdiagnosis sebelumnya. Sedangkan pada Riskesdas tahun 2013 dari 6,9%

penderita diabetes mellitus yang di dapatkan 30,4% yang telah

terdiagnosis sebelumnya dan 69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang melakukan

pengumpulan data penderita diabetes mellitus pada penduduk berumur ≤

15 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi

diabetes mellitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur ≤

15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan


4

prevalensi diabetes mellitus pada penduduk ≥ 15 tahun pada hasil

Kementrian Kesehatan RI 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes

mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada

tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan

bahwa baru sekitar 225 penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya

diabetes (Riskesdas,2018).

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 mengatakan pravelensi diabetes

mellitus di Bangka Belitung tahun 2018 yaitu 1,83% atau sekitar 12,5 ribu

jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung, 2018). Menurut Dinas

Kesehatan Bangka Belitung tahun 2018, penderita diabetes mellitus

sebanyak 34.994 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan

sebanyak 32.932 orang. Pada tahun 2019 jumlah penderita diabetes

mellitus sebanyak 25.998 orang dan yang mendapatkan pelayanan

kesehatan sebanyak 25.605 orang atau 98,5%. Menurut hasil data rumah

sakit provinsi pada data survei di RSUD Ir Soekarno-Hatta dari tahun

2013 sampai dengan tahun 2018 sebesar 693 jumlah kasus pasien

terdiagnosa diabetes mellitus dan pada tahun 2019 sampai 2020 sebesar

954 jumlah kasus yang terdiagnosa diabetes mellitus. Pada usia muda ada

13 kasus pasien yang terdiagnosa diabetes mellitus.

Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang pada tahun 2018 jumlah

penderita diabetes mellitus sebanyak 6.829 orang atau 74,8%. Tahun 2019

jumlah penderita diabetes mellitus turun menjadi 4.855 orang atau 97,4%
5

dan di tahun 2020 naik lagi menjadi 4.898 orang atau 96,5% (Dinas

Kesehatan Kota Pangkalpinang, 2020).

Berdasarkan survei kasus di rumah sakit Bakti Timah

Pangkalpinang, di tahun 2018 jumlah kasus pasien terdiagnosa diabetes

mellitus sebanyak 181 pasien dan pada usia muda ada 15 kasus, ditahun

2019 ada sedikit penurunan sebanyak 132 pasien yang terdiagnosa

diabetes mellitus dan untuk usia muda ada 4 kasus dan di tahun 2020 ada

peningkatan yang sangat signifikan dengan jumlah pasien 333 pasien yang

terdiagnosis dan ada 6 kasus pada usia muda.

Salah satu dari faktor penyebab terkena penyakit diabetes mellitus,

yaitu faktor genetik, faktor makanan, faktor pendidikan, faktor ekonomi.

Hal ini yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti “ Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Meningkatnya Penyakit Diabetes Mellitus

Tipe 2 Pada Usia Muda Di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

Tahun 2021”.

Berdasarkan hasil penelitian Diah Pradnya Paramita dan A.A

Wiradewi Lestari tahun 2019 dengan judul “Pengaruh Riwayat Keluarga

Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Dewasa Muda Keturunan Pertama

Dari Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Denpasar Selatan”

menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok kasus berusia 31-40 tahun

(29,3%) sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak berusia 20-30

tahun (31%). Patogenesis DM tipe 2 melibatkan interaksi faktor genetik

dan lingkungan.8Mutasi genetik dari sel beta pankreas yang dibawa dari
6

orang tua yang menderita DM tipe 2 berpengaruh terhadap gangguan

fungsi sel beta pankreas dalam memproduksi insulin, serta berdampak

pada terganggunya kinerja insulin dalam meregulasi glukosa darah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, jumlah penderita

diabetes mellitus dari tahun 2018 sampai 2020 terjadi peningkatan yang

sangat banyak pada umur ≥ 15 tahun ada 2,50% jiwa yang terdiagnosis

diabetes mellitus. Hal tersebut butuh perhatian penting bagi pasien untuk

menghindari beberapa faktor pemicunya diabetes mellitus di usia mudanya

dan terkhususnya pada tenaga kesehatan. Dengan adanya faktor-faktor

yang berhubungan dengan meningkatnya diabetes mellitus tipe 2 pada usia

muda di rumah sakit Bakti Timah tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

meningkatnya diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit

Bakti Timah tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan lingkungan dengan meningkatnya

diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit Bakti Timah

tahun 2021.
7

b. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan meningkatnya

diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit Bakti Timah

tahun 2021.

c. Untuk mengetahui hubungan genetik dengan meningkatnya

diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit Bakti Timah

tahun 2021.

d. Untuk mengetahui hubungan makanan dengan meningkatnya

diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit Bakti Timah

tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu penerapan ilmu keperawatan

yang telah didapat selama pendidikan terutama tentang metode

penelitian dan upaya untuk mencari masalah apa yang ada di

masyarakat. Terkhususnya tentang peningkatan diabetes mellitus pada

usia muda di rumah sakit Bakti Timah tahun 2021.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam

penelitian selanjutnya, terutama dalam hal mengatasi peningkatan

diabetes mellitus tipe 2 pada usia muda di rumah sakit Bakti Timah

tahun 2021 serta diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya.
8

3. Bagi Institusi Kesehatan

Penelitian ini salah satu masukan dalam hal pemberian edukasi

dan pencegahan agar tidak terjadi peningkatan diabetes mellitus tipe 2

pada usia muda, karena diusia yang masih muda pasien bisa lebih

mengatur pola makan, pola hidup pasien dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai