PENDAHULUAN
semua diabetes dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Menurut
seluruh dunia pada tahun 2019, mewakili tingkat prevalensi 9,3% dari
semua orang penduduk dengan umur yang sama. Berdasarkan jenis kelamin,
orang berusia 65-79 tahun. Angka yang diprediksi terus meningkat menjadi
578 juta pada tahun 2030 dan 700 juta pada tahun 2045. Negara-negara di
1
diabetes pada populasi berusia 20 hingga 79 tahun di beberapa negara di
dunia, yang mengidentifikasi 10 negara dengan total 116,4 juta, 77 juta dan
yaitu H. 10,3 juta pasien per tahun pada tahun 2017 dan diperkirakan
meningkat menjadi 16,7 juta pasien per tahun pada tahun 2045 (Puspitasari,
2013 menjadi 2,4% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Menurut Dinas
1000 penduduk pada tahun 2019, dan pada tahun 2021 akan ada 4043 kasus
kelebihan energi dapat menjadi faktor risiko awal terjadinya DM. Semakin
Jadwal dan jenis makanan yang diterima seseorang. pola makan yang tidak
kadar gula darah dalam batas normal akibat hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi). Tinjauan tentang pola makan pasien diabetes tipe 2 sangat berperan
2
penting dalam upaya menormalkan kadar gula darah pada diabetes mellitus
simptom atau tanda dan gejala dari penyakit. Gejala klinis tersebut, pada
malam hari juga dialami oleh penderita penyakit diabetes melitus, hal ini
sering terbangun atau sulit terlelap ketika tidur. Gangguan ini menyebabkan
dialami penderita.
pada penderita diabetes ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pola
Pola makan yang baik harus dipahami oleh penderita Diabetes Mellitus
jadwal bagi penderita Diabetes Mellitus yang biasanya adalah 6 kali makan
3
per hari yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan
(Amir, 2015).
tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
dengan pengendalian kadar glukosa darah. Makanan utama dan snack lebih
penting dari sumber karbohidrat tersebut. Hal ini karena jumlah karbohidrat
yang dikonsumsi pada makanan utama dan snack mempengaruhi kadar gula
darah dan sekresi insulin. Hal ini juga sejalan dengan Susanti et al. (2018)
tentang hubungan pola makan dengan kadar glukosa darah pada penderita
diabetes melitus bahwa ada hubungan pola makan dengan kadar glukosa
diet untuk mengontrol kadar gula darah agar kadar gula darahnya tetap
terkendali.
Selain pola makan, kualitas tidur juga menjadi faktor risiko diabetes
Apnea). Dalam penelitian ini, tingkat keparahan OSA setiap orang dinilai
4
menggunakan ukuran yang dikenal sebagai indeks apnea-hypopnea (AHI),
yaitu berapa kali seseorang berhenti bernapas per jam. Selama masa studi
dari tahun 1994 hingga 2010, sekitar 11,7% peserta OSA cenderung
pada posisi kedua paling banyak yaitu dibawah naungan Puskesmas Kota
Tengah pada tahun 2019 dengan jumlah 823 pasien. Dari jumlah tersebut
2020 sebanyak 262 pasien. Berdasarkan hasil wawancara yang diwakili oleh
pola tidur yang baik maupun yang tidak baik hal ini terjadi karena gangguan
fisiologis pada pasien diabetes berupa sering BAK pada malam hari serta
perasaan tidak nyaman pada saat penderita akan tidur malam. Begitupun
makan baik maupun yang buruk dimana hal ini terjadi karena pola makan
tentang “Gambaran Kualitas Tidur Dan Pola Makan Pada Pasien Diabetes
5
2. Terjadi Peningkatan sebanyak 463 jiwa di seluruh dunia pada tahun 2019
penderita terbanyak.
baik dan pada kualitas tidur didapatkan kualitas tidurnya kurang baik
karena sering mengalami susah untuk tidur kembali, merasa haus dan
Gorontalo”
Tidur Dan Pola Makan Pada Diabetes Melitus Di Puskesmas Kota Tengah
Kota Gorontalo.
6
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam ilmu
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi
kebijakan.
3. Bagi Peneliti
7
BAB II
LANDASAN TEORI
jangka panjang dapat terjadi pada berbagai organ, seperti mata. , ginjal,
penyakit kronis yang terjadi saat tubuh tidak dapat memproduksi atau
kadar gula darah. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas
yang berperan dalam penyerapan glukosa dari aliran darah ke dalam sel-sel
Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak
berbagai sistem tubuh, termasuk gagal ginjal, kerusakan retina yang dapat
kadar glukosa darah puasa>126 mg/dL dan pada sewaktu >2000 mg/dL.
8
Banyak orang mengira bahwa penyakit diabetes melitus merupakan
insulin dengan baik, sel-sel tubuh tidak mau menerima glukosa yang
satu penyebab diabetes melitus yaitu pola dan gaya hidup yang tidak sehat.
lain. Namun jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
orang dari segala usia tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak.Pasien
kadar gula darahnya (IDF, 2019). DM jenis ini sering disebut dengan
9
dan Glutamic Acid Decarboxylase Antibodies (GADA). 90% anak-anak
mempengaruhi kurang lebih 85% pasien DM. Kondisi ini ditandai dengan
jenis ini lebih sering terjadi setelah usia 40 tahun. Namun, bisa juga terjadi
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan
C. Etiologi
10
Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan oleh resistensi insulin gangguan
1. Pola Makan
Pola makan atau yang biasaa dikenal dengan sebutan food pattern adalah
2. Kualitas Tidur
sehingga orang tersebut tidak merasa lelah , bersemangat, tidak lesu, tidak
tidak merah, mata tidak sakit, perhatian fokus, tidak sakit kepala, tidak
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah istilah umum yang mencakup semua gerakan yang
11
dilakukan selama bekerja, bermain, pekerjaan rumah tangga, bepergian,
4. Stress
Penderita diabetes juga akan mengalami stres sendiri. Stres dan diabetes
penduduk perkotaan, tekanan hidup dan gaya hidup yang tidak sehat
pemicu stres (Nugroho & Purwanti, 2016). Stres dapat berdampak total
5. Obesitas (Kegemukan)
IMT > 23, maka akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah
6. Hipertensi
penyimpanan garam dan air yang belum tepat, atau peningkatan tekanan
12
7. Riwayat Keluarga dengan Diabetes Mellitus
dengan gen resesif ini yang dapat mengidap diabetes melitus (Fatimah,
2015).
8. Dislipidemi
rendahnya HDL (<35 mg/dl) yang sering ditemukan pada pasien diabetes
(Fatimah, 2015)
9. Usia
kejadian diabetes melitus tipe 2 akan meningkat 2 sampai 6 kali lipat pada
seseorang yang memiliki orang tua atau kerabat dengan riwayat penyakit
13
seseorang dapat mengganggu metabolisme gula darah, sehingga sulit
E. Patofisiologi
tertentu. Glukosa dibuat di hati dan berasal dari makanan yang Anda
adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta di pankreas yang mengatur
otot, hati, dan lemak, yang memiliki efek ganda, yaitu merangsang
14
Resistensi insulin, atau berkurangnya kapasitas insulin,
F. Manifestasi Klinis
dan gejala yang khas terjadi meliputi poliuria, polidipsi dan polifagi
(Aziza,2016).
1. Poliuri
2. Polidipsi
(polidipsia).
15
3. Polifagi
Penurunan penglihatan, impotensi pada pria dan gatal pada vulva pada
wanita.
G. Pencegahan
tingkatan meliputi :
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan sekunder
16
3. Pencegahan tersier
H. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus meliputi lima hal yaitu (1) diet ; (2) latihan; (3)
1. Edukasi
2. Diabetes dan gaya hidup sangat erat hubungannya, terutama pada DM tipe
17
pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat
Terapi gizi dan diet merupakan salah satu kunci fundamental dalam
tipe 2 adalah diet seimbang dan kebutuhan kalori dan nutrisi individual.
Penatalaksanaan gizi dan pola makan tersebut memiliki tujuan, yaitu (a)
dalam kisaran normal serta mencegah kenaikan kadar glukosa darah dan
4. Latihan Jasmani
Latihan jasmani atau latihan fisik merupakan salah satu pilar yang harus
insulin. Hal ini berdampak pada peningkatan kontrol gula darah. Latihan
jasmani ini dapat dilakukan dengan berjalan kaki, berenang, atau aktifitas
fisik yang tidak terlalu berat. Pelaksanaan aktifitas jasmani ini dapat
18
5. Intervensi Farmakologis
dan inkretin mimetic (Yusra, 2017). Terapi farmakologis lain yang dapat
Menurut (PERKENI, 2019) insulin dibagi menjadi lima jenis yaitu (a)
insulin kerja cepat (rapid acting insulin); (b) insulin kerja pendek (short
acting insulin); (d) insulin kerja panjang (long acting insulin); (e) insulin
I. Komplikasi
pembulu darah jantung, pembulu darah tepi, dan pembulu darah otak).
rentan infeksi, dan kaki diabetic. Komplikasi tersering dan paling penting
19
adalah neuropatik perifer yang berupa hilangnya sensasi distal dan
Pola makan adalah cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis
makanan yang dimakan untuk menjaga kesehatan dan status gizi serta
pola makan yang tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J (Jadwal, Jumlah
2018).
1. Jenis makanan
20
Hal utama dalam mengelola penyakit diabetes mellitus selalu
karbohidrat kompleks seperti roti, nasi, atau kentang, zat-zat ini dipecah
menjadi satu rantai glukosa dan kemudian diserap ke dalam aliran darah.
Kadar gula memang meningkat, tetapi dalam jangka waktu yang relatif
seperti selai, jeli, sirup, soda, dan es krim. Kadar gula darah naik dengan
cepat saat Anda mengonsumsi makanan ini. Oleh karena itu, penderita
sederhana, seperti gula pasir, gula aren, sirup, selai, jelly, selai buah
21
ringan dan minuman beralkohol, es krim, kue manis, dodol dan tarcis.
(Almatsier, 2006).
yang dikonsumsi. Bagi yang memiliki berat badan yang ideal, makan
bagi mereka yang kelebihan berat badan, jumlah makanan sehat sebaiknya
3. Frekuensi makan
mulai dari mulut hingga usus halus (Oetoro, 2018). Frekuensi makan
dalam sehari terdiri dari tiga kali makan utama yaitu sarapan, makan siang
dan makan malam. Rencana makan harian dibagi menjadi makan besok
sejalan dengan waktu pengosongan lambung yaitu 3-4 jam, jadi jadwal
22
makan yang baik masuk dalam rentang waktu tersebut agar perut tidak
dengan 6 kategori:
c. Biasa (3x/minggu)
e. Jarang (<1x/minggu)
f. Tidak pernah
1. Faktor ekonomi
2. Faktor budaya
23
3. Pendidikan
4. Lingkungan
5. Kebiasaan makanan
dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis makanan yang
dimakan.
bahwa tidur memberi waktu pada sistem tubuh untuk memperbaiki dan
tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur seperti durasi tidur, latensi
tidur, serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur seseorang dikatakan
24
baik jika tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur seperti tidak
merasa segar saat bangun di pagi hari, mengantuk berlebihan di siang hari,
area gelap di sekitar mata, kepala terasa berat, rasa letih yang berlebihan
lanjut usia memiliki tidur malam yang baik ketika dia tidur cukup, yaitu 6
jam/ Hari, tidur maksimal 30 menit, frekuensi terbangun malam hari tidak
terlalu sering dan juga dapat diukur dari aspek subyektif seperti kedalaman
kedalam dua kategori yaitu tidur dengan gerakan bola mata cepat (Ranid
1. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.
Hal tersebebut berarti tidur REM ini bersifat nyenyak sekali, namun
fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat aktif. Tidur REM
pernapasan tidak teratur sehingga lebih cepat, serta suhu dan metabolisme
meningkat.
25
2. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam pola tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan dengan orang yang sabra dan
metabolisme turun dan gerakan bola mata lambat. Tidur NREM memiliki
1) Tahap 1
menjadi tidur. Pada tahap I ini dengan seseorang merasa kabur dan
rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup, kedua bola
dengan mudah.
2) Tahap 2
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II
26
3) Tahap 3
Pada tahap III keadaan fisil lemah lunglai karena tonus otot lenyap
menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit
untuk dibangunkan.
4) Tahap 4
keadaan rileks, jarang bergerak karena keaadaan fisik yang sudah lemah
jantung dan pernapasan menurun sekitasr 20-30 %. Pada tahap ini dapat
tubuh.
5) Tahap 5
Tahap V Pada tahap V ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap
27
a) Kemampuan memberikan keputusanatau pertimbangan menurun.
pusing
tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Faktor yang
1. Fisik
Kondisi fisik seseorang sangat erat kaitannya dengan kualitas tidur yang
seperti batuk, kram kaki, pegal-pegal pada tubuh dan perut kembung
mereka untuk pergi ke toilet merupakan hal yang mengganggu tidur lansia
28
2. Psikososial
3. Lingkungan
seseorang. Kondisi seperti adanya suara bising dan aktifitas orang lain
disekitar dapat menganggu tidur, terutama pada lansia. Suhu ruangan yang
dkk, 2015).
4. Gaya Hidup
Gaya hidup tentu memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas tidur
seseorang. Terutama pada lansia, tidur siang yang pendek dan diikuti
dengan latihan fisik sedang pada sore hari dapat memberikan kualitas tidur
29
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok, serta minum kopi
sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur normal (Wahyuni dkk, 2015).
5. Penyakit
Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari
padakeadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga
oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut (Ibrahim, 2013). Selain
itu, lansia dengan stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis,
Menurut Anggara & Annisa (2019), gangguan tidur pada lansia, yaitu:
1. Insomnia
2. Hipersomnia
kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau
30
Hipersomnia pada kondisi tertentu dapat digunakan sebagai mekanisme
malam hari dan terbangun lebih awal dapat memberikan perasaan tidak
segar saat pagi hari dan kepuasa tidur yang berkurang (Wahyuni &
pergi ke tempat tidur lebih awal dibandingkan dengan orang dewasa muda
(Voinescu & Tatar, 2015). Tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk
31
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
32
Garut setengah responden
tidak teratur.
4. Nurmujaa Hubungan Penelitian ini menggunakan Penelitian ini dilakukan - Penelitian ini
hida Tingkat desain cross sectional. pada pasien diabetes menggunakan desain
(2022) Pengetahu Responden penelitian ini mellitus yang sedang cross-sectional.
an Terkait adalah penderita diabetes melakukan rawat jalan
Pola mellitus rawat jalan. Data pada poli penyakit
Makan diambil dengan dalam I dan II di
Dan menggunakan “Kuesioner Rumah Sakit Umum
Aktivitas Penelitian Pola Makan Daerah Kota Mataram,
Fisik (Pengetahuan) dan pengambilan data
Dengan kuesioner penelitian dilakukakan pada bulan
Status Aktifitas Fisik Hubungan mei 2021. Kuesioner
Kadar Tingkat Pengetahuan penelitian ini berbentuk
Gula Terkait Pola Makan Dan lembar kuesioner,
Darah Aktivitas Fisik Dengan dengan jumlah
Pada Status Kadar Gula Darah responden yang
Pasien (Pengetahuan), sementara mengikuti penelitian ini
Diabetes data status kadar gula darah sebanyak 50 orang.
Melitus di ambil menggunakan data
rekam medis.
5. Abdul Gambaran Penelitian ini menggunakan Berdasarkan hasil - Penelitian ini
Mukti Kualitas rancangan metodepengumpulan data yang menggunakan
(2022) Tidur pada kuantitatif dengantelah dilakukan oleh rancangan metode
Diabetes menggunakandesain peneliti melalui kuantitatif dengan
Melitus pendekatan quasypenyebaran kuesioner menggunakan desain
yang eksperiment. Lokasipada 59 responden di pendekatan quasy
dilakukan penelitian di puskesmas puskesmas lapang eksperiment.
pada lapang dengan 59 sampel “Pengaruh Latihan - Analisa data yang
latihan dengan tehnik pengambilan Fisik Terhadap Kualitas digunakan yaitu
fisik di sampel wilcoxson signed Tidur Pada Pasien univariat dan bivariat
wilayah ranks test. InstrumentDiabetes Melitus Di dengan menggunakan
kerja di penelitian yang digunakan Wilayah Kerja uji stastistik wilcoxson
Puskesmas yaitu kuesioner tentang Puskesmas Lapang” Signed Ranks Test.
Lapang kualitas tidur. Analisa data - Lokasi penelitian di
yang digunakan yaitu Puskesmas Lapang
univariat dan bivarita dengan 59 sampel
dengan menggunakan uji dengan teknik
statistic wilcoxsonsigned pengambilan sampel
ranks test. wilcoxson Signed
Ranks Test
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Relevan
33
2.3 Kerangka Berpikir
Respon fisiologis
Pola makan yang sudah
Pola makan yang
menjadi kebiasaan
dimasa lalu tepat
Gangguan Tidur
-rendah gula
-rendah
Pola makan yang karbohidrat Kualitas Tidur
tidak tepat -tinggi serat dan
protein
1. Insomnia
1. Jumlah kadar kalori 2. Hipersomnia
yang berlebihan
2. Jenis makanan yang
tinggi gula
Sumber: American Diabetes Association tahun 2020, IDF tahun 2019, ADA tahun
2020, Decroli tahun 2019, Rusyadi tahun 2017, Damayanti tahun 2018, Fatima
tahun2015, Damayanti tahun 2018, PERKENI tahun 2019, Soelistijo tahun 2019,
Mansjoer et al tahun 2018.
34
BAB III
DESAIN KAJIAN
Gorontalo
independen. Desain ini dipilih karena tidak akan ada dilakukan intervensi
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
(Sugiyono, 2017)
35
(Sugiyono, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu kualitas
36
memberikan kuisoner < 10
berbagai
macam
jumlah,
jadwal dan
jenis makanan
yang
didapatkan
seseorang.
3.5.1 Populasi
3.5.2 Sampel
2017). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yaitu lansia
37
a. Kriteria inklusi
kota tengah
b. Kriteria eksklusi
sebagai berikut.
38
yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga
2. Kuesioner pada Kualitas Tidur (The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI),
Pertanyaan 4 skor >7=0, 6-7=1, 5-6=2, <5=3, Jumlah jam tidur pulas/
tahun 2015
39
1) Jumlah, sesuaikan jumlah asupan makanan dengan berat badan
diabetes.
berlebihan. Dan yang kedua adalah jenis selingan (di antara waktu
1. Kueisioner
umur, dan alamat), namun begitu peneliti tetap memberikan arahan dan
40
2. Dokumentasi
Data dokumentasi atau data laporan yang sudah tersedia dalam penelitian
ini adalah sumber data diperoleh dari bagian pengelola program kesehatan
1. Editting
2. Coding
dan juga mempercepat pada saat entry data (setiadi, 2013). Data yang
41
memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Pada penelitian ini,
data yang diberikan kode yaitu data demografi : Jenis kemalin : Laki-laki
3. Entry
computer (setiadi,2013).
4. Cleaning
5. Processing
Setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
entry dapat dianalisis. Peneliti memasukan data dari setiap responden yang
telah diberi kode kedalam program computer untuk diolah (setiadi, 2013).
42
adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggunakan dan
meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik
penelitian ini, yaitu kualitas tidur dan pola makan pada pasien diabetes
melitus.
1. Prinsip manfaat
responden.
apapun.
43
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus berhati-hati dalam
ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap
full disclosure)
c) Infomed consent
44
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality).
45
BAB IV
Letak Puskesmas berada tepat ditengah perkotaan sehingga sangat ideal dalam
Indonesia
berisikan cita – cita yang ingin diwujudkan, Visi diarahkan agar dapat
dan lingkungannya
46
Pelayanan kesehatan dasar pada Puskesmas ini meliputi; Pelayanan kesehatan
ibu dan bayi, Pelayanan kesehatan anak pra sekolah usia sekolah dan remaja,
orang, dan Tenaga non kesehatan berjumlah 4 orang. Sarana dan Prasarana dari
Apotik
1. Jenis Kelamin
47
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden terdiri dari
perempuan.
2. Usia
usia berdasarkan WHO, usia 45-54 sebanyak 47 responden (42,7%), usia 55-
3. Keturunan diabetes
48
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden Berdasarkan
Tengah
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas Tidur pada Pasien diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Kota Tengah
No kualitas tidur N %
1 baik 83 75,4
2 buruk 27 24,5
Total 110 100
Sumber: Data Primer, 2023
Tengah
49
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Makan pada Pasien diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Kota Tengah
No Pola Makan N %
1 Baik 97 88,1
2 Buruk 13 11,8
Total 110 100
Sumber: Data Primer, 2022
4.2 Pembahasan
Kualitas tidur yang baik pada pasien diabetes berhubungan dengan tingkat
HbA1c, dimana HbA1c memiliki korelasi linier negatif dengan jumlah segmen
tidur dan durasi tidur. Dengan kata lain, pasien yang membagi tidurnya menjadi
lebih dari satu segmen selama 24 jam memiliki HbA1c yang lebih
rendah. Demikian pula, semakin lama pasien tidur dalam 24 jam, semakin baik
menunjukkan bahwa durasi tidur berhubungan dengan risiko diabetes atau kontrol
glikemik yang lebih buruk pada penderita diabetes, berdasarkan hasil penelitian
segmen tidur. sehingga partisipan yang membagi waktu tidurnya memiliki kontrol
glikemik yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki tidur malam
monofasik tanpa gangguan. Efek pada kontrol glikemik ini tidak bergantung pada
50
durasi atau kualitas tidur. Sehingga peserta dengan pola tidur monofasik
kualitas tidur buruk dikarenakan sering ke kamar kecil pada malam hari serta
tidak dapat tidur dalam waktu setengah jam, serta sering terbangun dimalam hari.
Beberapa responden juga mengatakan bahwa tidak tertidur pulas pada malam hari
Terdapat beberapa faktor gangguan tidur yang dapat mempengaruhi kualitas tidur
pada penderita Diabetes Mellitus yaitu, faktor fisik, psiksosial, dan lingkungan.
Faktor fisik yang menyebabkan gangguan tidur pada penderita Diabetes Mellitus
meliputi nokturia, sering merasa haus, sering merasa lapar, gatal-gatal pada kulit,
kesemutan dan kram pada kaki, nyeri dan ketidaknyamanan fisik. Nokturia adalah
berkemih pada malam hari yang mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini
yang paling umum pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau pada
orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat. Setelah
kembali tidur.
Jika kadar gula darah sampai diatas 160 – 180mg/dl, maka glukosa akan
sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering
51
berkemih dalam jumlah yang banyak. Akibatnya penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga penderita banyak minum. Dengan kondisi yang seperti ini
penderita sering terbangun untuk minum.18 Sejumlah besar kalori hilang kedalam
air kemih, penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa
Sehingga banyak makan. Hal ini dapat mengganggu tidur penderita pada malam
Gatal-gatal pada kulit merupakan salah satu gejala klinis penyakit diabetes
mellitus. Hal ini membuat penderita DM tidak nyaman untuk tidur dan dapat
menyebabkan terbangun dari tidur. Bila gula tidak dikontrol atau tidak diobati,
gejala kronis ini akan timbul dan ini akan menyebabkan penderita merasa tidak
nyaman dan susah untuk tidur. Keluhan nyeri pada ekstremitas merupakan
menahun apalagi dengan kendali glukosa yang tidak baik. Sensasi yang dirasakan
dapat bermacam-macam seperti rasa terbakar, tertusuk. Hal ini ini menyebabkan
kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari. (Zelta Pratiwi
Gustimigo. 2015)
metabolisme terganggu bila kurang tidur minimal tiga hari dan dapat dihubungkan
dengan kuantitas dan kualitas tidur. Kurang tidur dapat menyebabkan seseorang
merasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari dan kurang berenergi serta
52
mengeluh sering berkemih, merasa haus, merasa lapar, rasa gatal-gatal pada kulit,
dan keluhan fisik lainnya seperti mual, pusing dan lain-lain. Gejala klinis tersebut,
pada malam hari juga dialami oleh penderita penyakit diabetes mellitus, hal ini
kurang tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau
penyembuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh ginting tahun 2021, Hubungan sebab akibat
antara kualitas tidur dan diabetes melitus memang belum bisa dipastikan. Namun,
para ahli yakin bahwa tidur jangka pendek dan kualitas tidur yang buruk akan
memicu perubahan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang
yang sehat atau yang menderita diabetes untuk menjaga pola tidurnya. Bukan
hanya durasinya saja yang perlu diperhatikan, tapi kualitas tidur juga perlu
diperhatikan.
Kualitas tidur adalah dimana suatu keadaan dimana tidur yang dijalani
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta
aspek subjektif seperti tidur dalam dan istirahat. Kualitas tidur seseorang
dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak
dibedakan menjadi tanda fisik dan tanda psikologis (Khasanah & Hidayati, 2012).
53
Perubahan hormonal yang terjadi terkait dengan gangguan tidur dapat
saraf simpatis. Aktivitas HPA dan sistem saraf simpatis dapat merangsang
tipe 2 (Taub & Redeker, 2008). Perubahan respon tubuh yang terjadi akibat
sel tidak dapat menggunakan hormon secara efisien (Smith, 2010). Kualitas tidur
yang buruk bagi pasien DM adalah sering berkemih pada malam hari, makan
berlebihan sebelum waktu tidur, stress dan kecemasan yang berlebihan serta
peningkatan suhu tubuh dapat menggangu pola tidur di malam hari, sehingga
kenyamanan dalam beristirahat, jika kualitas tidur buruk bagi pasien DM adalah
sering berkemih pada malam hari, makan berlebihan sebelum waktu tidur, stress
dan kecemasan yang berlebihan serta peningkatan suhu tubuh dapat menggangu
Sehingga dengan kurang nya tidur juga akan berpengaruh terhadap perubahan
hormon leptin dan ghrelin. Hormon leptin bertanggung jawab terhadap rasa
kenyang, kurangnya waktu untuk tidur akan menurunkan kadar hormon leptin,
54
4.2.2. Pola Makan pasien diabetes diabetes di Puskesmas Kota tengah
besar responden memiliki pola makan baik yaitu sebanyak 97 responden (88,1%)
Dari hasil telaah kusioner didapatkan pola makan buruk diakibatkan karena
responden sering mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang banyak pada saat
makanan tersebut berupa nasi. Selain itu terdapat juga responden yang memilki
kebiasaan konsumsi cemilan atau janjanan hal ini menurut responden sudah
menjadi kebiasaan sejak dulu, item kuisioner juga memperlihatkan pasien yang
memiliki pola makan buruk karena sering mengkonsumsi soft drink, roti dan
pasta.
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut Soegondo (2011) bahwa DM
berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga
dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah. Faktor risiko yang dapat
diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm
pada wanita dan ≥90 cm pada lakilaki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
55
Sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi adalah nasi, dimana nasi
utama, yaitu sebagai penyedia energi bagi tubuh. Jika mengkonsumsi karbohidrat
dalam jumlah yang berlebih maka akan menyebabkan asupan energi meningkat
dan mengakibatkan diabetes. Selain itu mereka juga sering mengkonsumsi dari
jenis makanan jajanan seperti kolak pisang, bubur kacang hijau, gorengan.
Dimana kacang dan pisang merupakan salah satu sumber karbohidrat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustika (2018)
62,1%
kontrol kadar gula darah dibandingkan dengan pasien yang asupan karbohidratnya
sesuai kebutuhan, dan hasil uji pearson chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna jumlah asupan karbohidrat dengan kontrol kadar gula
darah. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan
lebih penting daripada sumber karbohidrat tersebut. Hal ini disebabkan jumlah
kadar gula darah dan sekresi insulin. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
meningkatkan sensitivitas insulin pada individu sehat dan penurunan kadar gula
56
Secara teori, tidak terkontrolnya kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 yang
insulin, seperti yang diungkapkan oleh Edgren, bahwa pada pasien DM tipe 2,
jumlah insulin bisa normal atau lebih, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
Pola makan baik dilihat dari bahan makanan pada penelitian ini adalah
responden yang memiliki pola makan berupa sayuran yang kaya akan serat, hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Mardhiyah Idris tahun 2018 dimana Adanya
hubungan konsumsi sayuran dengan kontrol kadar gula darah pada pasien DM
tipe 2 dapat dijelaskan bahwa dengan konsumsi serat sesuai kebutuhan dapat
makan, disamping itu serat juga mengandung kalori rendah sehingga dapat
Selain serat dari sayuran, pola makan baik pada peneltian ini terlihat dari
konsumsi buah dimana pada buah memiliki indeks glikemik yang relatif rendah
dijelaskan bahwa pada pasien yang mengkonsumsi buah dalam jumlah yang
kurang akan cenderung memiliki intake energi yang melebihi kebutuhan karena
pasien DM cenderung merasa lapar akibat selsel yang kekurangan gula. Hal ini
57
didukung oleh Gropper, bahwa gel dapat memperlambat gerak peristaltik zat gizi
(gula darah) dari dinding usus halus menuju daerah penyerapan sehingga terjadi
(Susanto, 2013).
yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa yang banyak terdapat pada kacang-
kacangan, serat (sayur dan buah), pati, dan umbi-umbian. Oleh karena itu,
secara drastis. Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap, seperti gula (baik
gula pasir, gula merah maupun sirup), produk padi-padian (roti, pasta) justru akan
lebih lama dan tidak cepat menaikkan kadar gula darah dalam tubuh. Karbohidrat
sehingga tidak mudah menaikkan kadar gula darah dan lebih bisa menyediakan
energi yang bisa dipakai secara bertingkat sepanjang hari (Susanto, 2013).
58
b. Konsumsi Protein Hewani dan Nabati
Pola makan pasien diabetes meliputi Makanan yang bersumber dari protein
dibagi menjadi dua, yaitu sumber protein nabati dan sumber protein hewani.
Protein nabati adalah protein yang didapatkan dari sumber-sumber nabati. Sumber
protein nabati yang baik dianjurkan untuk dikonsumsi adalah dari kacang-
seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lainlain), kacang hijau, kacang tanah, kacang
konsumsi protein juga dapat mengurangi atau menunda rasa lapar sehingga dapat
lemak dapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian paha dan sayap tanpa
kulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta putih telur (Susanto, 2013)
c. Konsumsi Serat
Pada penelitian ini didapatkan pola makan yang baik seperti Konsumsi
serat, terutama serat larut air pada sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat ini dapat
pembuluh darah sehingga kadarnya dalam darah tidak berlebihan. Selain itu, serat
59
Serat banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk sayur dibedakan menjadi dua
yaitu oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung,
terung, kembang kol, kol, lobak dan labu air. Sementara itu yang termasuk sayur
golongan B diantaranya buncis, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun
papaya, labu siam, katuk, pare, nangka muda, jagung muda, genjer, kacang kapri,
jantung pisang, daun beluntas, bayam, kacang panjang dan wortel. Untuk buah-
buahan seperti mangga, sawo manila, rambutan, duku, durian, semangka dan
mentah.
kesadaran dari penderita diabetes tentang jenis makanan serta jumlah yang
dianjurkan bagi penderita diabetes, kadar glukosa darah sangat dipengaruhi oleh
jenis makanan yang dikonsumsi oleh peneritas diabetes, pola makan baik pada
penelitian ini terliha dari jenis makanan dimana makanan yang dikonsum berupa
sayur serta sumber serat dari buah, sedangkan konsumsi karbohidrat merupakan
sumber energi dari nasi dikonsumsi dalam batas yang seimbang dengan sayur
serta buah, sedangkan pada pola makan buruk pada penelitian ini terlihat dari pola
makan yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu, seperti mengkonsumsi makanan
yang mengandung gula yang berasal dari soft drink serta beberapa makanan
cemilan. Selain makanan yang mengandung gula didapatkan juga pola makan
buruk dilihat dari banyaknya konsumsi karbohidrat yang bersumber dari nasi yang
60
4.3 Keterbatasan Penelitian
variabel atau faktor yang tidak teliti yaitu budaya makan, pekerjaan dan ekonomi
keluarga yang dapat melatarbelakangi pola makan serta kualitas tidur pasien
diabetes.
61
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
diabetes berupa sosialisasi serta kontrol pola makan dan kualitas tidur pada
Diharapkan pada pasien diabetes dapat memperhatikan diit yang benar sesuai
dengan anjuran diit dibetes serta menignkatkan kualitas tidur untuk menjaga
dalam penelitian ini yaitu budaya makan, pekerjaan dan ekonomi keluarga.
62
DAFTAR PUSTAKA
Decroli, E. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakulltas Kedokteran Universitas Andalas.
Kurnia. J, Mulyadi, Julia V.R. 2017. Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar
Glukosa Darah
Mahendra, dkk. (2016). Care yourself diabetes mellitus. Jakarta : Penebar Plus
63
Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, J. T. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 23.
Nugroho, A.S. & Purwanti, S.O. (2016). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. Jurnal S1 Keperawatan FIK
UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura.
Oetoro, S., Parengkuan, E., Parengkuan, J. 2013. Smart Eating:1000 Jurus makan
pintar & hidup bugar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Diabetes Melitus
In: PUSDATIN, editor. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2014.
64
Sugiyono. 2017. MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Susanti., Bistara, D.N. 2018. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah
pada Penderita Diabetes Melitus. Kesehatan Vokasional, [e-journal] 3(1):
pp.29-34.
Tentero, et al. 2016. Hubungan diabetes melitus dengan kualitas tidur. Jurnal E-
Biomedik, 4(2).
65
Lampiran 1
Master tabel
2. S.B 54 L
3. R.S 48 L
4. D.K 64 P
5. A.B 65 P
6. S.M 50 P
7. N.A 47 P
8. E.P 50 P
9. N.O 43 L
10. S.T 48 P
11. K.T 65 L
12. L.A 47 L
13. A.D 55 L
14. A.H 50 P
15. T.U 55 P
16. R.A 49 L
17. F.A 55 P
18. M.Y 65 P
19. N.E 54 P
20. N.S 49 P
21. C.P 54 P
22. L.S 50 P
66
23. Y.S 47 P
24. B.A 47 P
25. S.M 60 P
26. S.P 46 L
27. M.A 65 P
28. N.M 54 P
29. P.U 65 P
30. K.C 65 P
31. H.B 67 P
32. M.A 52 P
33. H.H 68 L
34. C.M 47 P
35. A.A 51 L
36. N.S 62 P
37. N.H 60 L
38. K.M 65 P
39. S.M 50 P
40. Y.N 49 P
41. P.S 50 L
42. M.P 65 P
43. I.L 52 L
44. R.Y 45 L
45. C.P 48 P
46. Z.H 52 L
67
47. Y.K 49 P
48. L.H 46 P
49. M.K 67 L
50. D.A 65 P
51. F.K 61 L
52. M.S 68 P
53. R.L 45 P
54. N.A 65 P
55. H.N 56 P
56. A.T 62 P
57. H.S 69 L
58. N.H 48 P
59. Z.H 53 P
60. S.Y 67 P
61. A.R 60 P
62. A.A 56 P
63. A.M 46 P
64. C.M 50 P
65. K.I 65 L
66. K.M 56 P
67. Z.P 65 P
68. R.I 68 L
69. S.U 50 P
70. V.S 56 P
68
71. P.M 46 P
72. S.H 66 L
73. Y.B 65 P
74. R.K 59 L
75. L.K 69 P
76 F.S 65 P
77. N.K 65 P
78. S.A 60 P
79. M.A 65 P
80. Z.H 57 L
81. Y.A 67 L
82. A.M 62 P
83. R.A 48 L
84. N.P 67 P
85. P.M 50 P
86. I.S 65 L
87. K.A 67 P
88. A.Y 67 P
89. R.W 55 P
90. F.M 68 P
91. F.P 51 L
92. S.D 58 L
93. N.A 47 P
94. M.L 49 P
69
95. J.A 55 L
96. B.W 60 L
97. E.H 49 P
98. A.R 54 L
99. M.A 58 P
100. Y.H 65 L
101. S.C 56 P
102. A.P 66 L
103. E.H 65 P
104. S.C 60 P
105. I.H 63 P
106. A.M 60 P
107. J.M 67 P
108. W.S 60 P
109. S.I 45 P
110. Y.I 47 P
Keterangan usia:
70
Lampiran 2
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Bersedia menjadi responden dari peneliti yang bernama Ni wayan nadia Puspasari,
mahasiswa Universitas Negri Gorontalo Jurusa Keperawatan, yang akan melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Kualitas Tidur Dan Pola Makan Pada Pasien
Diabetes Melitus”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negative terhadap saya,
sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan tanpa ada paksaan dari
siapapun.
Gorontalo, 2023
Yang menyatakan
Responden
71
Lampiran 3
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Tekanan darah:
72
G.Merasa terlalu panas
73
7.Dalam sebulan ini Tidak pernah sekali 2 kali 3 atau lebih
berapa sering kamu
mengalami masalah
dalam mengemudi,
makan, ataupun
aktivitas sosial
8.Dalam sebulan ini berapa Tidak pernah sekali 2 kali 3 atau lebih
banyak masalah yang
membuat anda tidak
antusias untuk
menyelesaikannya
9.Dalam sebulan ini Sangat baik Baik Buruk Sangat
bagaimana kualitas Buruk
tidurmu secara
keseluruhan
74
Lampiran 4
Jawaban
No PERTANYAAN
Ya Tidak
Apakah dahulu anda secara teratu rmakan 3 kali
1
sehari ?
Apakah dahulu anda Makan pagi pada pukul 07.00-
2
08.00?
Apakah dahulu anda makan siang pada pukul
3
13.00-14.00?
Apakah dahulu anda makan malam pada pukul
4
19.00
5 Adakah dahulu makanan pokok selain nasi ?
Apakah dahulu setiap hariyang anda maka nterdiri
6 dari nasi (makanan pokok), lauk pauk, sayuran,buah
buahan serta susu?
Apakah dahulu lauk pauk di rumah mengandung
7
protein (contoh:tempe,daging atau telur)?
Apakah dahulu setiap hari anda makan buah-
8
buahan ?
Apakah dahulu anda menyukai sayuran sebagai
9
makanan sehari-hari?
Apakah dahulu anda akan makansebanyak-
10
banyaknya saat anda merasa lapar?
67
Apakah dahulu anda sering makan-makanan ringan
11
Sebagai camilan atau jajanan?
Apakah dahulu anda mempunyai kebiasaan tidur
12
setelah merasa kenyang?
Apakah dahulu anda gemar mengkonsums imakan
13
Cepat saji ( contoh :mieinstan, hamburger, dll )
Apakah dahulu anda gemar mengkonsumsi soft
14
drink atau minuman bersoda?
Apakah dahulu anda lebih mengutamakan porsi
15
nasi dibandingkan porsi lauk pauk dan sayur sayuran ?
Apakah dahulu anda selalu mengkonsumsi makan
16
manis setiap hari ?
Apakah dahulu anda mengkonsumsi minuman
17
beralkohol ?
Apakah dahulu anda sering mengkonsumsi buah-
18
buahaan yang tinggi kandungan karbohidratnya seperti
pisang, sirsak, nangka, mangga dan durian ?
Apakah dahulu anda sering mengkonsumsi makan yang
19
tinggi kandungan karbohidratnya seperti mie,
roti, dan pasta ?
Apakah dahulu anda makan malam pukul 21.00
20
malam atau lebih ?
68
Lampiran 5
Dokumentasi
69
Lampiran Administratif
70
71
72
73