PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala upaya
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk
mencapai
derajat
kesehatan
yang
lebih
tinggi
yang
obesitas
meningkat
dan
kegiatan
fisik
kurang.
Diabetes
mellitus
dibandingkan
dengan
penderita
non
1.3.2.2 Mengukur kadar SGPT pada penderita diabetes melitus tipe II berdasarkan
1.3.2.3
Nama
Judul
pengarang,
tahun
Dardiri, 2009
Keterangan
Metabolisme
glukosa
penderita
sirosis bersama
hati
denga
berkembangnya
Peterson
Krssak
KF., Contribution
M., net
glycogenolysis
penurunan
ana
produksi
gluconeogenesis
to
production
3
untuk
dibandingkan
glucose
in
cirrhosis
Yosef Purwoko, Profil lipid kadar Kadar LDL pasien lanjut usia
2010
Erna
2003
dabetes mandiri
Mirani, Hubungan profil Terdapat hubungan yang signifikan
lipid
penyakit
jantung
koroner
pada
penderita diabetes
melitus
yang
dirawat di bangsal
penyakit
RSUD
Kariadi
dalam
Dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit dengan kadar gula darah yang
disebabkan oleh tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang
merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau-pulau langerhans pankreas.
Sekresi insulin akan meningkat dan menggerakan glukosa kedalam sel-sel otot,
hati serta lemak. Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek seperti
menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen),
meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa dan
mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari protein
makanan) ke dalam sel (Smeltzer dan Bare, 2002).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
2.1.2.1 DM tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependen Diabetes Melitus).
DM tipe I adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau
kekebalan tubuh penderita dan mengakibatkan kelainan pada sel pankreas
sehingga terjadi reaksi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta. Penderita
diabetes tipe I dikenal sebagai diabetes yang tergantung pada insulin. Tipe ini
berkembang jika sel-sel beta pankreas memproduksi insulin terlalu sedikit atau
bahkan tidak memproduksi sama sekali. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia
40 tahun bahkan termaksud pada usia anak-anak (Iman, 2010).
Diabetes tipe IV adalah diabetes yang timbul pada saat kehamilan, yang
diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan mengeluarkan hormon
insulin yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan.
Resiko terjadinya anomali kongenital berkaitan lansung dengan derajat
hiperglikemia pada saat diagnosis ditegakkan (Schaffer, 2000).
2.1.2.5 Diabetes tipe lain
Tipe diabetes lain berkaitan dengan keadaan sindrom tertentu, yaitu penyakit
pankreas, penyakit hormonal, keadaan yang disebabkan obat maupun bahan
kimia, kelainan reseptor insulin, sindrom genetik tertentu, serosis hepatik
(Soegondo, 1995).
2.1.3 Gejala Diabetes Melitus Tipe II
2.1.3.1 Gejala prediabetes
Kelelahan yang berlebihan, keletihan dan mengantuk setelah makan
2.1.3.2 Gejala diabetes
Sering buang air kecil terutama pada malam hari, sering haus dan lapar, cepat
lemas dan cepat lelah, berat badan menurun drastis, kesemutan pada jari tangan
dan kaki, gatal-gatal, penglihatan kabur atau berubah, gairah seks menurun, luka
sukar sembuh (Sudharmono, 2009).
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Diabetes Melitus Tipe II
Faktor-faktor penyebab diabetes meliputi (American Diabetes Association,
2004)
1. Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang penting pada diabetes melitus yang
dapat mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan sel ransang sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan
individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah
integritas dan fungsi sel beta pankreas (Price dan Wilson, 2002)
2. Usia
DM tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi
setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat pada usia lanjut yang
mengalami gangguan toleransi glukosa mencapai 50-92% (Medicastore, 2007,
Rochman dalam Sudoyo, 2006). Sekitar 6% individu berusia 45-64 tahun dan
11% individu diatas usia 65 tahun menderita DM tipe II (Ignativietis, dan
Workman, 2006).
Goldberg dan Coon dalam Rochman (2006) menyatakan bahwa umur sangat
erat kaitannyadengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin
meningkat usia maka prevalensi diabetes dalam gangguan toleransi glukosa
semakin tinggi. Proses menua yang berlansung setelah usia 30 tahun
mengakibatkan perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai
dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan pada khirnya pada tingkat
organ yang dapat mempengaruhi fungsi hemostasis. Komponen tubuh yang dapat
mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon
insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf dan
hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko peningkatan diabetes lebih cepat. Para
ilmuwan dari University of Glasgow, Skotlandia mengungkap hal itu setelah
mengamati 51.920 laki-laki dan 43.137 perempuan.
Seluruhnya merupakan
pengidap diabetes tipe II dan umumnya memiliki indeks massa tubuh (IMT)
diatas batas kegemukan atau overweight. Laki-laki terkena diabetes padaIMT
rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan perempuan baru mengalaminya pada IMT 33,69
kg/m2. Perbedaan resiko ini dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh. Pada lakilaki, penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas
sentral yang lebih beresiko memicu gangguan metabolisme (Pramodiarja, 2011).
4. Berat badan
Obesitas merupakan berat badan yang berlebihan minimal 20% dari BB ideal
atau indeks masa tubuh yang lebih dari 25 Kg/m2. Soegondo (2007) bahwa
obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa
darah berkurang, selain itu respon insulin pada sel di seluruh tubuh termkasud di
otot berkurang jumlahnya dan kurang sensitif.
5. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II (Soegondo, 2007).
Lebih lanjut Stevenson dan Lobman dalam Kriska (2007) menyatakan
mekanisme aktifitas fisik dapat mencegah atau menghambat perkembengan tipe II
yaitu penurunan resistensi insulin, peningkatan toleransi glukosa, penurunan
lemak adipose dan pengurangan lemak sentral perubahan jaringan otot (Kriska
2007). Semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang dikonsumsi
dalam darah juga akan semakin tinggi.
6. Pola makan
Penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, merupakan faktor eksternal yang dapat mengubah integritas dan
fungsi sel beta individu yang rentan (Prince & Wilson, 2002). Individu yang
obesitas harus melakukan diet untuk mengurangi pemasukan kalori sampai berat
badannya turun pada batas ideal. Penurunan kalori yang moderat (500-1000
kkal/hari) akan menghasilkan penurunan berat badan yang perlahan tapi progresif
(0,5-1 Kg/Minggu). Penurunan berat badan 2,5 sampai 7 Kg akan memperbaiki
kadar glukosa darah (American Diabetes Association; 2006; Prince & Wilson,
2002; Sukarji dalam Soegondo, 2007).
7. Stres
Respon stres dapat menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf simpatis
yang diikuti oleh sekresi simpetis-medular, dan bila menetap maka sistem
hipotalamus-pituitari akan diaktifkan dan akan mensekresika corticotropin
relasingfactor
yang
menstimulasi
pituitari
anterior
memproduksi
Keturunan
Usia
Jenis kelamin
Obesitas
Aktivitas fisik
Pola makan
Diabetes
Stress
Melitus Tipe II
Gula darah
meningkat
Disfungsi
hati
SGPT
Diabetes
Mellitus Tipe
2.9 Hipotesis
II
2.9.1
Kadar SGPT
2.9.2
2.9.3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang linkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu ilmu kimia klinik.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobongan.
Waktu
Penelitian ini akan dilakukakan pada bulan Januari 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM tipe II rawat jalan dan
3.2.2
3.4 Variabel
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, dan lama
3.4.2
yang
diukur
dengan
menggunakan
alat
fotometer
dan
pemeriksaannya dilakukan dengan metode IFCC dengan nilai normal lakilaki < 41 U/l dan perempuan <34 U/l dihitung skala interval.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat penelitian
3.6.2
3.7.2
3.7.3