Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES MILLITUS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN DIABETES

MILLITUS TIPE 2 DI RUANG MEDICAL BEDAH RS MIKA CIBUBUR


BAB I

PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan masyarakat kenderung mengarah gaya hidup yang tidak sehat sehingga
menyebabkan banyak orang yg terkena penyakit yang diakibatkan gaya hidup yang tidak
sehat tesebut di mana penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan kualitas hidup seseorang
salah satu penyakit tersebut adalah diabetis mellitus. Menurut (Famiyah, 2016:1) penyebab
kematian semua umur telah mengalami pergeseran dari penyakit menular menjadi Penyakit
Tidak Menular (PTM), yaitu salah satu PTM adalah Diabetes Mellitus (DM). Menurut
(Syamsiah, 2017:4-6) kebanyakan orang menyebut diabetes mellitus dengan kencing manis
atau penyakit gula. Diabetes miletus merupakan penyakit yang ditandai dengna tingginya
kadar gula darah dalam urine akibat terganggunya metabolisme karena produksi dan fungsi
hormon insulin tidak berjalan dengan seharusnya. Seseorang termasuk kategori pre-diabetes
apabila kadar gula darah sudah diatas batas normal, namun belum mencapai batas dikatakan
diabetes miletus. Kadar gula puasa pada penderita pre-diabetes sekitar 100-125 mg/dl
sedangkan normalnya < 100 mg/dl.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, prevalensi global penyakit
diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%.
Penyakit DM akan menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Sekitar 1,6 juta
kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. WHO memproyeksikan diabetes akan
menjadi penyebab kematian nomor enam di dunia pada tahun 2030.
Prevalensi diabetes mellitus (DM) terus meningkat dan salah satu penyebabnya
yaitu kematian dan disabilitas di dunia (WHO, 2018). Diabetes mellitus adalah
merupakan penyakit metabolik, yang ditandai dengan adanya hiperglikemia, sebagai
akibat dari defek sekresi dan kerja insulin atau keduanya (Pavithra dkk., 2018). DM
terbagi menjadi 2 kategori: DM tipe 1 (DMT1) karena kerusakan sel β pankreas, sehingga
menyebabkan defisiensi sekresi insulin absolut, dan terjadi 5-10% pada pasien DM. DM
tipe 2 (DMT2) merupakan gabungan antara resistensi kerja insulin dan kompensasi
respon sekresi insulin yang tidak adekuat. DMT2 sering dikaitkan dengan sindrom
metabolik, dan terjadi 90-95% pada pasien DM (Ahmed, Ewadh, & Jeddoa, 2020).

Dari data Kemenkes RI tahun 2016, menyatakan penyandang diabetes di Indonesia


mencapai 10 juta jiwa. Diperkirakan mencapai 16,2 juta jiwa di tahun 2040 mendatang.
Estimasi ini berdasarkan data Internastional Diabetes Federation (IDF) jika Indonesia tidak
melakukan intervensi (Kemenkes RI, 2016).
Angka penderita diabetes yang didapatkan di Asia Tenggara adalah Singgapur 12.8%,
Thailand 8%, Malaysia 16,6%, dan Idonesia 6,2% (IDF 2015). Kalau pada 2015 berada di
nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah pasien diabetes terbanyak di dunia, pada tahun
2040 diperkirakan di Indonesia akan naik ke nomor enam terbanyak, Pada saat ini,
dilaporkan bahwa di kota-kota besar seperti di Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10%
penduduk mengindap diabetes.
Insiden diabetes melitus di RS Mitra Keluarga Cibubur terjadi peningkatan dalam 2
tahun terakhir, Tahun 2019 sebanyak 2,401 kasus, tahun 2020 sebanyak 1.822 kasus, tahun
2021 sampai bulan November 2.352 kasus. Tetapi prevalensi ratenya semakin menurun ini
menunjukkan bahwa jumlah kasus diabetes mellitus lama pertahun semakin menurun, tetapi
di tahun 2021sampai Noveber ada peningkatan kasus diabetes miletus sebesar 2.353 kasus
dengan demikian berarti penderita diabetes melitus semakin banyak sehingga kualitas hidup
pasien terutama untuk pola makan di jaga dan olah raga penting, tingkat penyembuhan
diabetes melitus masih rendah. Fenomena yang terjadi diRumah sakit ditemukan dari 10
keluarga dan pasien penderita diabetes melitus melalui melalui pembagian kuesioner
WHOQOL-BREF di RS Mitra Keluarga Cibubur didapatkan hasil ………………
DM dapat menyebabkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular.
Komplikasinya mikrovaskuler antara lain retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan,
nephropati sebagai triger penyakit ginjal, impoten dan neuropati menyebabkan UKD.
Komplikasi makrovaskulernya meliputi penyakit kardiovaskular misalnya penyakit
jantung iskemik, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer. Diabetes melitus dapat
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskuler
antara lain yaitu retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan, nephropati sebagai triger
penyakit ginjal, impoten dan neuropati menyebabkan UKD. Komplikasi makrovaskuler
antara lain yaitu penyakit kardiovaskular misalnya penyakit jantung iskemik, stroke dan
penyakit pembuluh darah perifer (Rosyid dkk., 2018).

Penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan


etiologinya, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe
lainnya (Anik, 2014). Diabetes yang paling banyak dijumpai di masyarakat adalah
diabetes mellitus tipe 2 atau sering disebut juga dengan diabetes tidak tergantung dengan
insulin. Diabetes tipe ini paling banyak muncul pada usia dewasa dan disebabkan karena
kurangnya produksi insulin atau tidak efektifnya penggunaan insulin oleh tubuh. Sekitar
90% sampai dengan 95% dari kejadian diabetes diseluruh dunia adalah DM tipe 2.

Menurut (Ratnawati, 2016:31-32) kualitas hidup penderita DM tipe 2 diukur dengan


kuesioner Diabetes Quality of Life (DQOL) merupakan suatu kuisioner untuk pengukuran
kualitas hidup yang spesifik pada penyakit DM. DQOL terdiri dari 4 domain yaitu dampak,
khawatiran terhadap penyakit DM, khawatiran terhadap sosial dan pekerjaan (Ratnawati,
2016:31-32). Menurut (Faridah, 2016:2) pasien dengan diabetes mellitus memiliki kualitas
hidup yang rendah dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit kronis. Adanya
penyakit penyerta yaitu hipertensi, jantung dan ginjal juga dapat mempengaruhi pada kualitas
hidup pasien diabetes mellitus.
Penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi usia harapan hidup pasien DM
terutama pada DM tipe 2 dan secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap peningkatan
angka kematian (Rahman, 2016:5). Penurunan kualitas hidup pada pasien DM dengan ulkus
diabetikum bisa dikarenakan sifat penyakit yang kronik sehingga dapat berdampak pada
pengobatan dan terapi yang sedang dijalani pada pasien (Roifah, 2015:4).
menemukan gambaran pasien diabetes melitus tipe 2 dalam melakukan manajemen diabetes
meliputi 66,9% pasien mencuci kaki secara teratur, 44% pasien mengikuti pengobatan dengan baik,
38,5% pasien tidak mengikuti diet sesuai rekomendasi dan 44% pasien tidak melakukan olahraga
secara teratur minimal selama 30 menit (Kurnia et al., 2017).
Berdasarkan data dan fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui adakah hubungan
lama menderita diabetes mellitus dengan kualitas hidup pada pasien dm tipe 2 di Rs Mitra
Keluarga Cibubur.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dan masih tingginya angka kejadian DM di Indonesia maka
perlu dilakukan upaya penanganan sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas hidup
penderita DM. Salah satunya dengan meningkatkan dukungan keluarga. Apakah ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita DM di Rs Mitra
Keluarga Cibubur

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan lama menderita dm dengan
kualitas hidup pada pasien dm tipe 2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluarga dan pasien mengenai penyakit dm di RS Mitra
Keluarga Cibubur
b. Mengetahui dukungan keluarga pasien penderita dm di RS Mitra Keluarga Cibubur
c. Mengetahui gambaran mengenai kualitas hidup penderita dm di RS Mitra Keluarga
Cibubur
d. Menganalisi hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup penderita dm di RS
Mitra Keluarga Cibubur
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis
a. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian dan
menentukan permasalahan di masyarakat tersebut.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil peneltian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan perbandingan, dapat
digunakan dimasa yang akan datang dan dokumentasi di STIKes Mitra Keluarga
khususnya bagi mahasiswa keperawatan.
2. Praktis
a. Bagi RS Mitra Keluarga Cibubur
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengembangkan pengobatan
secara non farmakologis dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus di lingkungan kerjanya.
b. Bagi Responden
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi responden tentang hubungan
lama menderita DM dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 dan bagaimana
usaha peningkatan kualitas hidup para penderita DM khususnya tipe 2.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus
1. Pengertian

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun merupa gangguan metabolik yang
ditandain dengan kadar gula darah melebihi batas normal. Penyebab kenaikan kadar gula
tersebut menjadi landasan pengelompokan jenis Diabetes Melitus.

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis serius karna pankreas tidak menghasilkan insulin
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insuli yang dihasilkannya. Diabetes
masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu empat penyakit tidak menural
(PTM) prioritas yang menjadi target tidak lanjut oleh para pemimpin dunia (WHO Global
Report, 2016).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolisme kronis yang mengakibatkan tubuh tidak
mampu memproduksi hormon insulin atau tubuh dikatakan tidak mampu menggunakan insulin
secara efektif sehingga akan terjadinya peningkatan kadar gula di dalam darah yang biasa disebut
dengan hiperglikemia (Novita Fajeriani dkk, 2019).

2 Etiologi
Faktor resiko penyebab terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2 menurut (WHO, 2011) :
1) Usia :
Dm tipe 2 akan terjadi setelah usia 40 tahun. Penuaan itu sendiri dapat meningkatkan
resiko untuk intolerasi glukosa dan diabetes. Diabetes terjadi 20% pada pria dan
wanita yang lebih tua usia dari pada 85 tahun dibandingkan dengan hanya 5%pada
pria dan 3,8% pada wanita yang lebih muda dari usia 60 tahun.
2) Obesitas :
Obesitas sangat tinggi pada DM tipe 2 dan riwayat keluarga bahkan berat badan juga
pemicu dengan peningkatan resiko untuk diabetes. Peningkatan jumlah lemak visceral
(lemak yang berbahaya) mempunyai kolerasi positif dengan hiperinsulin dan
berkorelasi negative dengan sensitivitas insulin
3) Kurangnya latihan fisik :
Menunjukan bahwa aktifitas fisik secara teratur meningkatkan sensitivitas insulin dan
meningkatkan toleransi glukosa. Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang
makin tinggi kemampuan fisik dan produktivitas kerjanya. Kebugaran jasmasi dapat
menggambarkan kondisi fisik seseorang untuk mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Setelah berolahraga selama 10 menit,
glukosa darah akan meningkat sampai 15 kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa.
Setelah berolahraga selama 60 menit, kebutuhan glukosa darah dapat meningkat
sampai 35 kali.
4) Obat-obatan dan Hormone :
Obat yang mengganggu metabolism glukosa telah disusun diantara obat yang biasa
digunakan antara lain : fenitoin, diuretic, kortisteroid, dapat menyebabkan intoleransi
glukose dan pada individu yang rentan.
5) Riwayat kehamilan :
Wanita dengan riwayat DM gestasional atau bayi lahir besar berat badan melebihi 4kg
beresiko untuk DM.
6) Stres Berat atau Berkepanjangan :
Stres fisik atau trauma behubungan dengan intolerasi glukosa yang disebabkan oleh
efek hormonal pada metabolism glukosa sekresi insulin.
7) Merokok :
Perokok berada pada resiko yang lebih tinggi untuk DM tipe 2 dan komplikasinya.
8) Faktor Genetik :
Seseorang yang memiliki keluarga atau orang tua dengan menderita diabetes
mellitus maka dua sampai enam kali lipat akan beresiko terkena diabetes mellitus
juga.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gelaja Diabetes Mellitus menurut Kemenkes (2019) adalah:
1. Meningkatnya Frekuensi Buang Air Kecil
Pada penderita Diabetes Mellitus sel di dalam tubuh dimana tidak dapat menyerap
glukosa. Maka dari itu ginjal mencoba untuk mengeluarkan glukosa sebanyak
mungkin yang mengakibatkan penderita akan lebih sering BAK dengan frekuensi
lebih dari 5 liter air kencing setiap harinya. Pada malam hari penderita juga akan
terbangun beberapa kali untuk BAK, hal itu menandakan bahwa ginjal berusaha
menyingkirkan semua glukosa ekstra di dalam darah.
2. Rasa Haus Berlebihan
Seringnya buang air kecil dapat mengakibatkan air di dalam tubuh akan hilang hal
tersebut akan menyebabkan penderita akan merasakan haus dan membutuhkan
banyak air. Rasa haus yang berlebihan menandakan tubuh mencoba mengisi
kembali cairan yang hilang serta tubuh mencoba mengelola gula darah tinggi.

3. Berat Badan Turun Drastis


Penurunan berat badan dapat disebabkan adanya kadar gula darah yang terlalu
tinggi. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel yang
digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber
alternatif bahan bakar.
4. Kelaparan
Ketika kadar gula di darah merosot tubuh akan mengira belum diberikan makan
dan lebih menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.
5. Luka Sulit Sembuh
Tanda dari diabetes yang selanjutnya adalah luka atau infeksi yang susah sembuh
dengan cepat. Hal ini terjadi karena pembuluh darah mengalami kerusakan akibat
glukosa dalam jumlah yang berlebihan mengelilingi pembuluh darah dan arteri.
6. Pandangan Kabur
Penglihatan yang kabur merupakan akibat langsung dari kadar gula di darah yang
tinggi. Membiarkan gula darah dalam waktu yang lama akan menyebabkan
kerusakan permanen, bahkan mungkin akan terjadi kebutaan. Hiperglikemia dan
mikro-aneurisma yang terjadi selama bertahun-tahun akan mengakibatkan
pembuluh darah di retina menjadi lemah.
7. Kesemutan / Mati
Rasa Kesemutan dan mati rasa pada tangan serta kaki, bersamaan dengan rasa
sakit yang membakar dan membengkak merupakan tanda bahwa saraf sedang
dirusak oleh diabetes.
4. Patofisiologi
Terdapat 2 problem yang berbungan menggunakan insulin pada DM tipe II yakni resistensi
insulin serta gangguan sekresi pada insulin. Insulin yang normal akan terikat menggunakan
reseptor khususnya di permukaan sel. dampak terikat insulin di reseptor tersebut akan
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. pada DM tipe II
retensi insulin disertai menggunakan penurunan reaksi intra sel. Insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif ini menjadi awalan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. gejala awal yang dialami pasien bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, polyuria, polydipsia, iritabilitas, luka yang lama tidak sembuh, pandangan kabur
atau infeksi vagina (apabila kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit diabetes
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah diseluruh tubuh yang biasa dianggap dengan
angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan kronis serta terbagi menjadi 2 yakni makrovaskular
(gangguan pada pembuluh darah besar) disebut makroangiopati serta mikrovaskular (pada
pembuluh darah halus) dianggap mikroangiopati (Saesfao, 2020).
5. Klasifikas DM
Menurut (Safira K, 2019) klasifikasi DM ada 3 jenis yaitu :
1) DM Tipe 1 (Insulin Dependent)
Penderita Dm tipe 1, atau bisa disebutkan pula dengan diabetes ketergantungan
insulin, seringkali sudah mengalami gejala-jejala sejak dari kecil. Jenis ini ialah
sebuah kondisi aoutoimun sebab tubuh penderita menyerang organ pancreas sendiri
menggunakan antibody. Akibatnya, pancreas yang rusak tersebut tidak
memproduksi insulin. terdapat beberapa factor yang mengakibatkan seorang
menderita diabetes tipe 1 serta salah satunya adalah factor keturunan. Selain itu
kegagalan sel-sel di pada pankreas yang normalnya menghasilkan hormone insulin
juga adalah keliru satu penyebab seorang diabetes jenis ini. Sejumlah resiko medis
berkaitkan dengan diabetes tipe 1 dan sebagian besar bermula berasal kerusakan
pada pembuluh darah mungil dimata (retinopati diabetik), syaraf, (neuropati
diabetik) dan ginjal (nefropatik diabetik). Diabetes tipe 1 bisa menaikkan resiko
terjadinya penyakit jantung dan stroke. Penderita diabetes tipe 1 disarankan untuk
melakukan perubahan gaya hidup, termaksud pemeriksaan gula secara teratur,
pengaturan pola dan menu kuliner, berolahraga setiap hari. Pendarita DM tipe 1
dapat berumur panjang asalkan panderita bisa mengkontrol kadar glukosa,
menerapkan perubahan gaya hayati. yang beresiko menderita diabetes tipe 1 ialah
mereka riwayat keluarga yang menderita diabetes terutama diabetes tipe 1.

2) Diabetes Tipe 2 (Insulin Requirement)


Diabetes tipe 2 ialah jenis yg paling umum . biasanya masalah diabetes pada orang
dewas ialah diabetes tipe 2. tidak sama dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 ini
tidak ketergantungan pada insulin, diabetes tipe 2 ini menupakan diabetes yang
lebih jinak, namun diabetes tipe 2 ini yang komplikasi kesehatan yang kronis
terutama di pembuluh darah kecil di pada tubuhyang menutrisi ginjal, syaraf, dan
mata.Diabetes tipe 2 ini pula menaikkan resiko gangguan jantung serta stroke.
Obesitas sering kali sebagai factor penyebab mengapa seseorang mengidap diabetes
tipe 2 di tandai dengan kelebihan berat badan yg banyak melebihi 20% berat badan
ideal. Selain itu diabetes jenis ini, orang-orang dengan obesitas pula rentan akan
masalah kesehatan lainnya. pada penderita obesitas mengalami kekebalan insulin,
sehingga organ pankreas mereka harus bekerja jauh lebih keras gunanya untuk
menghasilkan insulin, tapi masih saja jumlah tidak cukup untuk menjaga gula
supaya tetap berada pada kadar normal di dalam darah. Biaa nya yang beresiko
diabetes tipe 2 merupakan orang-orang yang kelebihan berat badan atau menderita
obesitas, memiliki toleransi glukose yang rendah (atau seringkali disebut dengan
pra-diabetes). Gaya hidup yang buruk , seperti jarang berolahraga, riwayat berasal
keluarga, dan factor usia juga bisa menaikkan resiko seseorang terserang diabetes
jenis ini.
3) Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional seringkali dikenal diabetes yang dipicu oleh kehamilan,
dikarenakan kehamilan di tingkat tertentu, dapat mengakibatkan kekebalan insulin.
sering kali masalah diabetes gestasional saat usia kehamilan dengan trimester akhir
setinggi.
6. Penatalaksanaan DM
Empat komponen penatalaksanaan pada penderita diabetes mellitus yaitu :
1. Diet
Pengendalian berat badan dan diet adalah dasar dari penatalaksaan diabetes
mellitus.
a. Mempertahankan selalu berat badan.
b. Memenuhi kebutuhan energi, yaitu vitamin dan mineral pada tubuh.
c. Menurunkan kadar lemak di dalam darah.
d. Mengupayakan kadar glukosa di darah mendekati nilai normal.
2. Latihan / Olahraga
dampak latihan/olahraga sangat penting yakni bisa menurunkan kadar glukosa darah
dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular. Olahraga secara rutin dapat
memperbaiki sirkulasi darah serta tonus otot. Latihan/olahraga juga akan mengubah
kadar lemak di darah yaitu menaikkan kadar HDL, kolesterol serta menurunkan
kadar kolesterol total serta trigliserida. Selain itu dampak lain dari latihan/olahraga
bagi penderita diabetes ialah mampu menurunkan berat badan, menurunkan rasa
stress serta menjaga kesegaran atau kebugaran tubuh.
3. Terapi
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 insulin sangat diperlukan menjadi terapi
jangka panjang yang bertujuan untuk mengendalikan kadar glukosa di darah Jika
diet serta obat hipoglikemia oral tidak mampu mengontrolnya. Penyuntikan insulin
biasa dilakukan dua kali perhari bahkan umumnya kenaikan kadar glukosa darah
setelah makan dan pada saat malam hari.
4. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus ialah penyakit kronis yang memerlukan sikap penanganan mandiri
seumur hidup. Pasien harus belajar keterampilan untuk merawat dirinya sendiri
menghindari kenaikan serta penurunan kadar glukosa darah yang mendadak. Selain
itu pasien juga wajib mempunyai perilaku preventive pada menjaga gaya hidup buat
menghindari komplikasi jangka panjang yang mungkin akan disebabkan dari
penyakit diabetes mellitus (Titik Suryaningsih, 2018).
7. Komplikasi DM
menurut (Waspadji, 2011) penyakit DM pada jangka pajang bisa menyebabkan komplikasi
berupa makrovaskuler, mikrovaskuler, neuropati serta rentan terjadinya infeksi,
Komplikassi ini terjadi setelah lebih dari 5 samapai 10 tahun sesudah terdiagnosis DM.
Gangguan makrovaskuler mencakup penyakit arteri coroner, penyakit serebrovaskuler yaitu
: stroke, penyakit vaskuler perifer (oklusi arteri perifer). Mikrovaskuler pada antaranya
terjadinya gangguan pada mata (seperti retiopati diabetic, katarak, glaukoma), dan
neuropati (penyakit ginjal, sampai dengan gagal ginjal). pada pasien diabetes juga dapat
mengalami neuropati yang dapat menyerang seluruh tipe saraf perifer (sensorimotor),
otonom serta spinal. problem lain yaitu munculnya kaki diabetic. Hal ini terjadi sebab
perubahan mikrooangiopati, makroangiopati dan neuropati mengakibatkan perubahan pada
ekstremitas bawah. Komplikasinya bisa terjadi gangguan peredaran, terjadi infeksi,
ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi syaraf sensorik. semua ini menunjang
terjadinya syok atau tidak terkontrolnya infeksi ysng skhirnya menjadi ganggren. Kontrol
DM yang jelek mengakibatkan penderita wajib menjalani amputasi.
B. Kualitas Hidup
1. Pengertian
Kualitas hidup ialah persepsi individu terhadap posisi mereka pada kehidupan dan
konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup serta dalam hubungannya
menggunakan tujuan hidup individu, harapan, standart, perhatian dan fokus hidupnya
(WHO, 2012).
WHOQoL Group (Power, 2003) kualitas hidup merupakan persepsi individu
dilihat dari posisi kehidupan individu dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana
individu hidup memiliki tujuan yaitu harapan, standarisasi dan rasa kekhawatiran. Hal ini
berpengaruh pada kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat kepuasan, hubungan sosial
dan hubungan dengan lingkungan.
WHOQoL group (pada Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas hidup
menjadi persepsi individu berasal posisi individu dalam kehidupan dalam konteks sistem
budaya serta nilai dimana individu hidup serta pada kaitannya dengan tujuan, harapan,
standar dan kekhawatiran. Kualitas hidup ialah konsep yang luas mulai terpengaruh
dengan cara yang kompleks menggunakan kesehatan fisik individu, keadaan psikologis,
keyakinan eksklusif, hubungan sosial serta hubungan individu menggunakan fiturfitur
penting dari lingkungan individu.
Kualitas hidup merupakan suatu bentuk multidimensional, terdapat tiga konsep
kualitas hidup yaitu menunjukan suatu konsep multidimensional, yang berarti bahwa
informasi yang dibutuhkan mempunyai rentang area kehidupan dari penderita itu, seperti
kesejahteraan fisik, kemampuan fungsional, dan kesejahteraan emosi atau sosial, menilai
celah antara keinginan atau harapan dengan sesuai kemampuan untuk melakukan
perubahan dalam diri (Ware dalam Rachmawati, 2013).
2. Dimensi Kualiatas Hidup
Menurut WHOQoL-BREF (Power dalam Lopez & Snyder, 2003) terdapat empat
dimensi mengenai kualitas hidup yang meliputi yaitu :
a. Dimensi Kesehatan Fisik
kesehatan fisik bisa mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas fisik. aktivitas yang dilakukan individu akan menyampaikan
pengalaman-pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke
tahap selanjutnya. Kesehatan fisik meliputi aktivitas sehari-hari yaitu ,
ketergantungan pada obat-obatan, tenaga serta kelelahan, mobilitas, sakit
dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja. Hal ini terkait
menggunakan private self consciousness yaitu mengarahkan tingkah laku
ke sikap covert, dimana individu lain tidak dapat melihat apa yang
dirasakan serta dipikirkan individu secara subjektif.
b. Dimensi Psikologis
terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental mengarah pada
mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan perkembangan sinkron dengan kemampuannya, baik tuntutan asal
pada diri maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis pula terkait dengan
aspek fisik, dimana individu bisa melakukan suatu kegiatan dengan baik
Jika individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis
mencakup bodily image serta appearance, perasaan positif, perasaan
negatif, self esteem, keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori serta
konsentrasi, penampilan serta ilustrasi jasmani. jika dihubungkan
menggunakan private self consciousness adalah individu merasakan
sesuatu apa yang terdapat pada dirinya tanpa terdapat orang lain
mengetahuinya, misalnya memikirkan apa yang kurang dalam dirinya saat
berpenampilan.
c. Dimensi Lingkungan
tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan, ketersediaan
tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan, termasuk di
dalamnya adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan.
3. Faktor-faktor yang Berhungan dengan Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien DM dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu
faktor demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi
dan status pernikahan, kemudian faktor medis yang meliputi dari lama menderita
(Raudatussalamah & Fitri, 2012). Adapun faktor tersebut yaitu :
A. Faktor Demograf
1) Usia
Usia 40 tahun merupakan usia rentan terkena berbagai penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan
kualitas hidup jaringan dan organ tubuh. DM merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang perlu diwaspadai. pada usia diatas 40 tahun produksi insulin
mulai berkurang. Penyakit DM yang biasa terjadi pada usia diatas 40 tahun
adalah kategori DM tipe 2 (Syamsiah, 2017: 23-24).
2) Jenis Kelamin

Penyebab banyaknya angka kejadian DM pada perempuan karena terjadinya


penurunan hormon estrogen akibat menopause. Hormon estrogen dan
progesteron dapat mempengaruhi sel-sel untuk merespon insulin karena
setelah perempuan mengalami menopause perubahan kadar hormon akan
memicu naik turunnya kadar gula darah. Hal inilah yang menyebabkan
kejadian DM lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki. (Utami,
2014:4).
3) Pendidikan
Faktor ekonomi itu berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Orang dengan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien DM karena pendidikan identik dengan kemampuan daya serap
terhadap informasi yang diterima dan kemampuan mengembangkan koping
yang konstruktif dalam menghadapi stressor. tingkat pendidikan pasien
berperan terhadap kemampuan pasien untuk menerima, (Rahman, 2016:4).
4) Sosial Ekonomi

Faktor ekonomi itu berpengaruh besar terhadap kualitas hidup.


Orang dengan ekonomi tinggi akan
merasa senang menjalani hidup dan begitu pula pada kondisi sebaliknya (Syarif,
2012:5).
5) Status Pernikahan
Dukungan pasangan merupakan segala bentuk perilaku yang sikap positif
yang diberikan kepada individu yang sakit atau mengalami masalah
kesehatan, sehingga dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
karena dapat mempercepat pemulihan sakit, meningkatkan kekebalan tubuh,
dapat menurunkan stres dan gangguan psikologis (Utami, 2014:4).

Anda mungkin juga menyukai