PENDAHULUAN
WHO melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia karena
penyakit tidak menular dan Diabetes Melitus berada di peringkat ke 6 sebagai penyebab
kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes, dan 4% meninggal sebelum usia
diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang,
diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun
2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam
kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut akan membengkak
menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Berbagai penelitian
penyandang Diabetes mellitus di Indonesian dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
1
Mengingat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak
baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha
Menurut perkiraan, sekitar 50% penduduk dunia dan indonesia tidak terdiagnosis
menderita DM tipe 2 (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala
atau dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita DM tipe 2 (IDF Diabetes
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global
terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau
2 dekade yang akan datang kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis.
Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes
sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.
Menurut penjelasan di buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Bab Diabetes Mellitus di
Indonesia, dikatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik
sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-
a) Faktor demografi
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan
diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik
adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga
3
a) Pencegahan primer. Semua aktivitas yang digunakan untuk mencegah timbulnya
hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes mellitus atau pada
populasi.
dengan tes penyaringan. Dengan demikian pasien diabetes yang sebelumnya tidak
masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan
individu beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes
pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang tidak menderita diabetes
mellitus tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk masyarakat yang menderita
4
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cidahu
yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELLITUS
2.1. DEFINISI
Karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut
WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan problema anatomic dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relatif dan gangguan fungsi
diabetes mellitus, yang kemudian melakukan revisi konsensus tersebut pada tahun 1998,
2.2. ETIOLOGI
6
b) Resistensi insulin
2.3. EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologik, diabetes sering tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau
terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan
mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan
bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat
karena terjadi perubahan perilaku tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang berubah
secara epidemiologik diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
2.4. KLASIFIKASI
insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
3. DM Tipe lain :
7
Defek genetik kerja insulin
Endokrinopati
Infeksi
2.5. PATOFISIOLOGI
Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pada DM tipe
2 jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat.
insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta pankreas karena
mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. DM tipe I
terjadi lebih sering pada pembawa antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal
ini terdapat disposisi genetik. Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa
IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
8
darah akibat defek sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.
IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa, namun lebih sering didapat
disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering
terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi
insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan
insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas
yang berkurang terhadap insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan
berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak,
dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran
energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan
menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi
insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun
pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang
penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih
penting adalah adanya disposisi genetic yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali,
pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai
gen yang menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor,
penggunaan substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat
terjadi pada usia muda. Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek
9
insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan
protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, diabetes tipe II cenderung menyebabkan
Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang sangat jarang
pada biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel. Bahkan tanpa ada
disposisi genetic, diabetes dapat terjadi pada perjalanan penyakit lain, seperti pancreatitis
dengan kerusakan sel beta atau karena kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus
(pada akromegali), glukokortikoid (pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada
stress), progestogen dan kariomamotropin (pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid dan
glucagon. Infeksi yang berat meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah
resistensi insulin dan ambilan glukosa perifer yang menurun (akibat hormone plasenta
yang memiliki aktivitas anti insulin). Adaptasi ini berlangsung untuk menjamin agar janin
10
Pada Diabetes Melitus Gestasional, selain terjadi perubahan-perubahan fisiologis
hormonal dan metabolic yang normal pada kehamilan, didapatkan keadaan jumlah/fungsi
insulin ibu yang tidak optimal. Serta terjadi juga perubahan kinetika insulin dan resistensi
terhadap efek insulin. Akibatnya adalah komposisi sumber energi dalam plasma ibu
berubah (kadar gula darah tinggi, sementara itu kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membrane plasenta, pada sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energy yang abnormal yang dapat menyebabkan
kelainan yang menyebabkan pelbagai komplikasi pada ibu dan janin. Pada intinya,
Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena proses kehamilan itu sendiri,
Namun juga dapat terjadi karena Diabetes Melitus tipe 1 atau 2 yang baru diketahui pada
saat hamil. Bila Diabetes Melitus terjadi karena proses kehamilan itu sendiri, setelah
melahirkan kadar gula darahnya akan kembali menjadi normal dan dalam beberapa tahun
fisiologik yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut mengarah pada terjadinya
resistensi insulin. Bila sel beta pankreas tidak dapat mengimbangi perubahan tersebut,
maka akan terjadi Diabetes Melitus pada kehamilan. Setelah melahirkan, karena
perubahan fisiologis pada saat hamil telah hilang, maka ibu akan menjadi normal
kembali. Namun sebaliknya, bila ibu sebelumnya sudah menyandang Diabetes Melitus
dan baru diketahui Diabetes Melitus pada saat hamil, maka setelah melahirkan ibu tetap
11
2.6. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan klasik DM berupa: Poliuria, polldipsia, polifagia dan penurunan berat badan
d) Kelemahan tubuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
2.7. DIAGNOSIS
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak
dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis
DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.
Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah
dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis
terpercaya (yang melakukan program pemantau kendali mutu secara teratur). Walaupun
demikian, sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole
12
blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnosis yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik
penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai
resiko DM.
sebagai berikut:
Usia lebih muda, terutama dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >23 kg/m2,
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM
gestasional
DM (> 140/90)
Kolesterol HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
Menderita polycystic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait
Adanya riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) sebelumnya
13
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu aau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT dan GDPT,
sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan
GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah 5-10 tahun kemudian 1/3
kelompok TGT akan berubah menjadi DM, 1/3 lainnya tetap TGT, dan 1/3 lainnya kembali
normal. Adanya TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin. Pada kelompok TGT ini
resiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. TGT sering
Tabel. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dl)
14
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
b. Dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah
diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan dianjurkan untuk diagnosis
DM.
c. Dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). Meskipun TTGO dengan beban 75 g
glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan dengan pemeriksaan glukosa
plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
Langkah diagnostik DM dan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) dapat dilihat pada
gambar berikut :
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid III FK UI, 2006
15
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil sebagai beikut :
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
(7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam, atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200mg/dL (11.1 mmol/L). TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa
Apabila hasil perneriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok TGT atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) tergantung dari
TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
1. 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohirat
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaaan minum air
16
4. Diberikan glukosa 75 gram ( orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap lstirahat dan tidak merokok.
atau
atau
2.8. PENATALAKSANAAN
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik hanya
dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati dengan anti diabetik
oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lanjut usia adalah
tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus, baik cara hidup
pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau
17
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan
keluarganya.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama 2-4
minggu jika tidak terkontrol glukosa darahnya maka diberikan obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM
latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar
glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan,
baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau
suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat,
misalnya ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat
digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan
kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah
18
2.8.1. Edukasi
Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode dimana telah
terbentuk kokoh pola gaya hidup dan perilaku. Pengelolaan mandiri diabetes secara
optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak
sehat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut,
berkenaan dengan:
Menggunakan obat-obat diabetes secara aman, teatur dan pada waktu-waktu yang
spesifik
yang ada
19
2.8.2. Perencanaan Makan
sehingga tidak ada satu cara makan khusus yang dapat mengatasi kelainan ini
individu. Pada saat ini yang dimaksud dengan karbohidrat adalah glukosa, tepung
Penelitian pada orang sehat maupun mereka dengan risiko diabetes mendukung
yang berasal dari padi-padian, buah-buahan, dan susu rendah lemak dalam menu
makanan orang dengan diabetes. Banyak faktor yang berpengaruh pada respons
resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makanan serta
Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2, pemberian makanan yang berasal dari berbagai
bentuk tepung atau sukrosa, baik langsung maupun 6 minggu kemudian ternyata
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah total kalori dari makanan lebih penting
dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
20
sebagai berikut: Karbohidrat: 60-70%, Protein: 10-15%, Lemak: 20-25%.Jumlah
kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan idaman dikalikan
kebutuhan kalori basal (30 kcal/kgBB untuk laki-laki; 25 kcal/kgBB untuk wanita).
Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10-3%); untuk atlet
dan pekerja berat dapat lebih banyak lagi sesuai dengan kalori yang dikeluarkan
dalam kegiatannya), koreksi status gizi (bila gemuk, dikurangi; bila kurus,
ditambah) dan kalori yang dibutuhkan menghadapi stres akut (misalnya infeksi,
dsb.) sesuai dengan kebutuhan. Untuk masa pertumbuhan (anak dan dewasa muda)
dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3
makanan yang baik. Untuk pasien DM yang mengidap pula penyakit lain, pola
bahwa pengaturan makan pasien DM tidak berbeda dengan orang normal, kecuali
kolesterol <300 mg/hari. Diusahakan lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh
21
Diutamakan serat larut (soluble fibre).
mengkonsumsi garam seperti orang sehat, kecuali bila mengalami DM, harus
sebagai bumbu masakan tetap diizin-kan. Pada keadaan kadar glukosa darah
yang baik, adanya pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu
pasien.
akan memperbaiki kendali glukosa dan selain itu dapat pula menurunkan berat
jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah jalan atau bersepeda santai, bermain golf atau
berkebun. Bila hendak mencapai tingkat yang lebih baik dapat dilakukan kegiatan
kebun, atau dengan cara melakukan kegiatan sebelumnya dengan waktu yang lebih
22
2.8.4. Farmakologis
Jika pasien telah menerapkan pengaturan makan dan latihan jasmani yang
penggunaan obat-obat anti diabetes oral sesuai indikasi dan dosis menurut petunjuk
pengendalian DM yang baik. Diabetes mellitus terkendali baik tidak berarti hanya
kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi harus secara menyeluruh kadar
glukosa darah, status gizi, tekanan darah, kadar lipid/ lemak dan A1c.
a. Biguanid
Yang banyak dipakai saat ini adalah metformin. Metformin terdapat dalam
konsentrasi yang tinggi di usus dan hati, tidak dometabolisme, tapi secara cepat
dosis maksimal dapat menurunkan A1c 1-2%. Efek samping yang terjadi adalah
asidosis laktat, dan sebaiknya tidak digunkaan apada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (creatinin >1,3 mg/dl pada perempuan dan >1,5 mg/dl pada laki-laki)
atau pada gangguan fungsi hati dan gagal jantung, serta harus diberikan dengan
pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin dan
23
menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga diduga menghambat
absorbsi glukosa di usus seusai makan. Setelah diberikan peroral, metformin akan
mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi lewat urin dalam
keadaan utuh.
metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20% dan konsentrasi
insulin plasma pada keadaan basal juga turun. Metformin tidak menyebabkan
pengelolaan diabetes dan hanya 50% pasien DM tipe 2 yang kemudian dapat
maksimal.
gemuk dengan kadar glikemia yang sukar dikendalikan. Kombinasi insulin dengan
sulfonilurea lebih baik daripada kombinasi insulin dengan metformin. Peneliti lain
ada yang mendapatkan kombinasi insulin dengan metformin lebih baik daripada
24
Efek samping gastrointestinal sering ditemukan pada pemakaian awal
metformin dan bisa dikurangi dengan memberikan obat dimulai dengan dosis
komponen lain resistensi insulin yaitu lipid, tekanan darah dan plasminogen
dan glitazone. Efektivitas insulin menurunkan kadar glukosa pada orang gemuk
mencegah penambahan berat badan dan memperbaiki profil lipid, maka metformin
dislipidemi dan resistensi insulin berat merupakan pilihan pertama. Bila monoterapi
tidak berhasil, dapat dilakukan kombinasi dengan SU atau obat anti diabetik lain.
b. Glitazone
memiliki efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Obat ini dapat
diberikan secara oral, kimiawi maupun fungsional tidak berhubungan dengan obat
darah puasa hingga 59-80 mg/dl dan A1c 1,4-2,6% dibanding dengan plasebo.
activated receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR
gamma terdapat di dalam jaringan target kerja insulin seperti jaringan adiposa, otot
25
skelet dan hati, sedang reseptor pada organ tersebut merupakan reglukosator
dll) selain itu dapat mempengaruhi ekspresi dan pelepasan mediator resistensi
Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan konsentrasi tertinggi terjadi setelah 1-2
jam dan makanan tidak tidak mempengaruhi farmakokinetik obat ini. Penggunaan
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemi dengan cara stimulasi sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Golongan ini meliputi sulfonilurea dan glinid.
a. Sulfonilurea
Obat ini digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal pengobatan DM dimulai.
Terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan sekresi
insulin.
channel K yang tergantung pada ATP dari sel beta pankreas. Bila sulfonilurea
terikat pada reseptor channel tersebut, maka akan terjadi penutupan. Keadaan ini
26
penyebabkan peningkatan Ca intrasel, ion Ca akan terikat pada Calmodulin dan
Golongan ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan
insulin yang tersmpan. Karena itu hanay bermanfaat pada pasien yang masih dapat
dipilih obat yang masa kerjanya paling singkat. Obat sulfonilurea dengan masa
kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut. Selain pada orang tua,
hipoglikemi juga sering terjadi pada pasien gagal ginjal, gangguan fungsi hati berat
dan pasien dengan asupan makanan yang kurang dan jika digunakan bersama obat
sulfa.
kemungkinan hipoglikemi. Bila kadar glukosa darah sangat tinggi dapat diberikan
sulfonilurea dengan dosis yang lebih besar dengan perhatian khusus bahwa
beberapa hari sudah dapat diperoleh efek klinis yang jelas dan dalam satu minggu
glukosa puasa <200 mg/dl sebaiknya dimulai dengan dosis kecil dan dititrasi
bertahap setelah 1-2 minggu sehingga tercapai kadar GDP 90-130 mg/dl. Bila GDP
>200 mg/dl bisa diberikan dosis awal yang lebih besar. Obat sebaiknya diberikan ½
jam sebelum makan karena diserap dengan baik. Pada obat yang diberikan satu kali
27
setiap hari sebaiknya diberikan saat makan pagi atau saat makan porsi besar.
Kombinasi sulfonilurea dengan insulin lebih baik daripada insulin sendiri dan dosis
b. Glinid
cepat setelah pemberian secara oral dan cepat dikeluarkan melalui metabolisme
dalam hati hingga diberikan 2-3 x/hari. Repaglinid bisa menurunkan kadar glukosa
darah puasa mesk masa paruhnya singkat karena menempel pada reseptor
sulfonilurea. Nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak
Obat ini menghambat enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga
ini bekerja di lumen usus, tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak berpengaruh pada
kadar insulin.
Acarbose merupakan penghambat kuat enzim alfa glukosidase yang terdapat pada
dinding enterosit yang terletak pada bagian proksimal usus halus. Secara klinis akan
28
terjadi hambatan pembentukan monosakarida intraluminal, menghambat dan
insulin plasma. Ebagai monoterapi tidak dapat merangsang sekresi insuli dan tidak
maksimal, obat harus diberikan segera saat makan utama. Monoterapi dengan acarbose
menurunkan rata-rata glukosa postprandial 40-60 mg/dl dan GDP10-20 mg/dl, A1c
sebesar 0,5-1%. Dengan terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin atau insulin,
acarbose bisa menurunkan lebih banyak A1c sebesar 0,3-0,5% dan rata-rata glukosa
a. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta dari pulau langerhans pankreas.
Isulin dibentuk dari proinsulin yang kemudian distimulasi terutama oleh peningkatan
pemasukan asam amino ke dalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein.
bahan energi. Insulin juga menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel ntuk
digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel
29
c. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas sedangkan insulin
eksogen adalah insulin yang disuntikka dan merupakan suatu produk farmasi.
b. Orang dengan DM tipe 2 tertentu mungkin memerlukan insulin bila terapi jenis lain
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau bila mengalami stres fisiologis
c. Orang dengan DM gestasi membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat
e. Pasien DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi
kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan
insulin
f. Pada pasien DM dengan komplikasi akut berupa koma hiperosmolar non ketotik
a. Pada pasien DM tipe 1 terapi insulin dapat diberikan segera setelah diagnosis
ditegakkan. Pada pasien ini terapi yang dianjurkan adalah injeksi harian multipel untuk
mencapai kendali kadar glukosayang baik. Selain itu pemberian bisa juga dilakukan
30
b. Menurut PERKENI 2006 dan Konsensus ADA-EASD tahun 2006, sebagai pegangan,
jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1c>6,5%) dalam jangka
awaktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk memulai terapi
C. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme
kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan
kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan
insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi
pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
31
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan
2.9. KOMPLIKASI
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri tumbuh baik jika
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan
kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes
melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain
Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan
peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang
32
jumlah penduduk meningkat
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya perawatan diabetes
yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik adalah
pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis,
antara lain :
hiperglikemia pada inividu yang beresiko mengidap diabetes mellitus atau pada
populasi.
dapat terjaring.
c. Pencegahan tersier. Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat
33
mencegah kecacatan tubuh
Strategi pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui pendekatan masyarakat
yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum dan pendekatan individu
beresiko tinggi yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes.
a) Pendekatan populasi/masyarakat
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko.
Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah
penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas,
oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap
b. gemuk
c. DM
d. riwayat keluarga DM
g. dislipidemia
34
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah
orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat
luas. Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada
pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer
pun harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-
pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994,
WHO menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke
dalam upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat
35
Pneumonia pada diabetes biasanya disebabkan oleh: streptokokus, stafilokokus, dan
bakteri batang gram negatif. Infeksi jamur pada pernapasan oleh aspergillosis, dan
mucormycosis juga sering terjadi.
Penyandang diabetes lebih rentan terjangkit TBC paru. Pemeriksaan rontgen dada,
memperlihatkan pada 70% penyandang diabetes terdapat lesi paru-paru bawah dan
kavitasi. Pada penyandang diabetes juga sering disertai dengan adanya resistensi obat-
obat Tuberkulosis.
Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami infeksi.
Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki terinfeksi biasanya
melibatkan banyak mikro organisme, yang sering terlibat adalah stafilokokus,
streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.
Angka kejadian periodontitis meningkat pada penyandang diabetes dan sering
mengakibatkan tanggalnya gigi. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik
merupakan hal yang penting untuk mencegah komplikasi rongga mulut.
pada penyandang diabetes, otitis eksterna maligna sering kali tidak terdeteksi sebagai
penyebab infeksi.
2.11.2. Diabetes dengan Nefropati Diabetik
Penatalaksanaan
36
Kendalikan tekanan darah
Diet protein 0,8 gram/kgBB per hari. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang
bertambah berat, diet protein diberikan 0,6 – 0,8 gram/kg BB per hari.
Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II, penghambat ACE, atau
kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap penyekat ACE atau
reseptor angiotensin, dapat diberikan antagonis kalsium non dihidropiridin.
Apabila serum kreatinin >2,0 mg/dL sebaiknya ahli nefrologi ikut dilibatkan
Idealnya bila klirens kreatinin <15 mL/menit sudah merupakan indikasi terapi
pengganti (dialisis, transplantasi).
Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan
merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis.
DE sering menjadi sumber kecemasan penyandang diabetes, tetapi jarang disampaikan
kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat konsultasi.
Pengelolaan DE pada diabetes dapat mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi
(Materi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI, 1999). DE dapat didiagnosis dengan
menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF5 (International Index of Erectile
Function 5).
Upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol glukosa darah senormal mungkin
dan memperbaiki faktor risiko DE lain seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan
hipertensi.
Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien yang berpengaruh mterhadap
timbulnya atau memberatnya DE.
Pengobatan lini pertama ialah terapi psikoseksual dan obat oral antara lain sildenafil dan
vardenafil.
37
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT,
GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung.
Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk
pemeriksaan kehamilannya
Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG,
glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya riwayat
melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram,
dan adanya riwayat preeklamsia. Pada pasien dengan risiko DMG yang jelas perlu segera
dilakukan pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu ≤ 200
mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk
diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu yang lain untuk konfirmasi.
Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai DMG.
Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan memberikan beban 75
gram glukosa setelah berpuasa 8–14 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa
darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah beban.
DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≤ 95 mg/dL,
1 jam setelah beban < 180 mg/dL dan 2 jam setelah beban ≤ 155 mg/dL. Apabila hanya
dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa
darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah ≥ 155 mg/dL, sudah
dapat didiagnosis sebagai DMG.
Hasil pemeriksaan TTGO ini dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya DM pada
ibu nantinya
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli diet dan spesialis anak.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan
dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila keadaan normoglikemia dapat
dipertahankan selama kehamilan sampai persalinan.
Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa ≤ 95 mg/dL dan 2 jam
sesudah makan ≤ 120 mg/dL. Apabila sasaran kadar glukosa darah tidak tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani, langsung diberikan insulin.
38
2.11.5. Diabetes dengan Ibadah Puasa
Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan
mengalami kesulitan untuk berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati
adanya perubahan jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.
Penyandang diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa, oleh
karena itu dianjurkan minum yang cukup. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien
terhadap gejala-gejala hipoglikemia. Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia pada
siang hari, dianjurkan jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh, kurangi
aktivitas fisik pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.
Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal, juga tidak
mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati
terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis
maksimal.
Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan
sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.
Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja
menengah yang diberikan saat berbuka saja.
Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada
penyandang diabetes pengguna insulin. Perlu pemantauan yang lebih ketat disertai
penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa
dihentikan.
Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak
berpuasa dalam bulan Ramadhan.
Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan dan ketaatan berobat para penyandang diabetes. Dengan berpuasa
Ramadhan diharapkan adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih sehat
bagi penyandang diabetes.
39
Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu
terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada penyandang
diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin sasaran kadar glukosa darah puasa <150
mg/dL, PERKENI 2002)
kardiovaskular.
Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien
dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap
perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil lipid
menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL,
wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2
tahun sekali.
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah
peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar
kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.
Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan penggunaan
lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat memperbaiki profil lemak
dalam darah.
Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi
penyandang diabetes yang disertai dislipidemia
Target terapi:
Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk menurunkan
LDL sebesar 30- 40% dari kadar awal
40
Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang gagal
dengan perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis
Semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%.
HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita
Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida ≥ 150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau
HDL ≤ 40 mg/dL (1,15 mmol/L) dapat diberikan niasin atau fibrat
Apabila trigliserida ≥ 400 mg/dL (4,51 mmol/L) perlu segera diturunkan dengan
terapi farmakologis untuk mencegah timbulnya pankreatitis.
Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin
diperlukan untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan peningkatan
risiko timbulnya efek samping.
Niasin merupakan salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa
darah
Indikasi pengobatan : Bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80 mmHg.
Sasaran (target penurunan) tekanan darah: Tekanan darah <130/80 mmHg Bila disertai
proteinuria ≥ 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg
41
Pengelolaan:
Penghambat ACE
Antagonis kalsium
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik
antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bila
gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi farmakologis
Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg,
dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi.
Catatan
42
- Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II receptor blocker)
dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria.
- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa.
- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara
bertahap.
Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan
toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai
Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom
dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi
insulin
Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus
Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi
penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan
yang mempunyai risiko kardiovaskular lain.
Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan primer pada
penyandang diabetes tipe 2 yang merupakan faktor risiko kardiovaskular, termasuk
pasien dengan usia > 40 tahun yang memiliki riwayat keluarga penyakit kardiovaskular
dan kebiasaan merokok, menderita hipertensi, dislipidemia, atau albuminuria
43
Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21 tahun, seiring
dengan peningkatan kejadian sindrom Reye
Terapi kombinasi aspirin dengan antiplatelet lain dapat dipertimbangkan pemberiannya
pada pasien yang memiliki risiko yang sangat tinggi.
Penggunaan obat antiplatelet selain aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengganti
aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau tidak tahan terhadap
penggunaan aspirin. (PERKENI, 2011)
2.12. PROGNOSIS
Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Namun pada pasien diatas
prognosisnya dapat baik apabila pasien bisa memodifikasi (meminimalkan) risiko timbulnya
komplikasi dengan baik. Serangan jantung , stroke, dan kerusakan saraf dapat terjadi.
Beberapa orang dengan diabetes mellitus tipe 2 menjadi tergantung pada hemodialisa akibat
kompilkasi gagal ginjal. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko
komplikasi;
Makan makanan yang sehat / gizi seimbang (rendah lemak, rendah gula), perbanyak
44
Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid
Konsumsi aspirin untuk cegah ateroskelrosis (pada orang dalam kategori prediabetes)
BAB III
Mini proyek ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui data rekam medis
elektronik maupun fisik di Puskesmas, serta kuesioner yang diberikan kepada responden
Mini proyek ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di Puskesmas Cidahu.
Populasi mini proyek adalah masyarakat umum dan penderita diabetes mellitus yang
45
3.4. Subjek Mini proyek
Subjek mini proyek adalah Penderita Diabetes Mellitus yang berkunjung ke poli umum
puskesmas cidahu.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kabupaten : Kuningan
PETA WILAYAH :
Gambar 2.1.1.1.1
Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cidahu
46
LUAS, BATAS DAN WILAYAH ADMINISTRATIF
a. Luas wilayah :
La
kebun Pen Huta Hut Lai
da Perk
N saw Pekar / gan n an Kol n- Juml
Desa ng/ ebun
o ah angan Tegal gon Rak Neg am Lai ah
Hu an
an an yat ara n
ma
7.8 257.
56 28.11 89.29 4 0 7.2 0 5 1
3 Nanggela 53 453
47
6 2 87 307
313
32.54 48.7 5.1 478.
1 40 24.5 8 0 .18 6 0
8 5 5 133
2 Jatimulya 5
463
371.5 1405. 50. 156. 400. 173 3764
Jumlah Kec. 656 63 .18 5.2
45 79 3 25 4 .15 .82
Cidahu 5
b. Batas-Batas
48
2. Sebelah Timur : Kab. Cirebon
Jumlah Desa pada wilayah kerja Puskesmas Cidahu berjumlah 12 desa yang terdiri dari :
Kecamatan Cidahu pada tahun 2014 mempunyai Jumlah penduduk sebanyak 44.179 orang,
terdiri dari 22.832 laki-laki dan 21.347 orang perempuan, dengan jumlah KK sebanyak 12.472
KK. kepadatan penduduk di kecamatan Cidahu 11,74 jiwa/Km2. Jumlah Penduduk menurut
golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini
49
Tabel 2.1.1.2.1.1. Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Kelompok Umur
KELOMPOK UMUR
10- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60-
No DESA / KEL. 0-4 5-9 29 65+
14 19 24 34 39 44 49 54 59 64
Th Th Th
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Cihideunggirang 188 207 215 255 217 180 183 129 90 92 90 80 73 157
2 Cihideung hilir 354 365 448 307 279 282 228 262 269 187 227 261 221 665
3 Nanggela 218 216 233 211 192 170 159 161 141 70 54 49 34 75
6 Datar 75 58 221 158 220 167 171 154 125 168 124 68 52 28
7 Bunder 95 86 85 94 52 46 43 49 31 40 32 38 35 47
8 Cieurih 235 167 138 264 195 302 186 157 154 117 179 112 68 130
50
9 Cibulan 129 144 151 118 100 98 120 110 119 78 77 75 62 144
10 Legok 190 174 160 150 181 171 187 166 152 135 121 191 198 184
12 Jatimulya 111 150 150 175 158 163 149 152 150 151 169 162 98 96
JUMLAH 1973 2050 2355 2176 1970 2008 1806 1689 1514 1319 1265 1193 955 1751
60
N DESA / 10- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- - 65
o. KEL. 0-4 5-9
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 +
Th Th
Th Th Th Th Th Th Th Th Th Th T Th
h
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Cihideungg 16 25 23 26 18 16 14 11 15
1 67 68 62 78 75
irang 1 4 1 3 8 7 7 7 7
Cihideung 31 23 22 18 25 26 27 28 26 26 19 21 13 44
2
hilir 7 2 4 3 3 6 2 0 5 1 0 0 4 9
3 Nanggela 22 20 20 23 17 16 17 14 10 59 56 41 38 76
6 0 0 4 7 8 4 6 7
51
11 20 26 14 13 13 13 16 12 12 11
4 Cidahu 85 67 48
7 0 1 0 4 6 2 5 5 9 2
Kertawinan 10 10 10 10 12 10 10 10
5 84 96 90 47 38 37
gun 7 7 3 7 6 3 2 3
23 13 22 23 18 16 13 14 13
6 Datar 84 78 78 44 30
8 2 4 2 2 6 0 7 3
7 Bunder 74 76 77 87 52 43 52 50 40 48 32 37 37 49
19 15 11 25 13 21 17 26 15 13 19 10
8 Cieurih 43 77
8 7 7 5 3 7 8 5 2 6 8 9
14 15 12 11 10 11 11 11 11 10 11 10 19
9 Cibulan 98
4 1 6 6 0 5 0 4 2 8 0 7 0
16 14 16 14 13 16 17 17 14 13 10 10 20
10 Legok 90
7 9 8 1 1 5 1 1 3 7 8 1 8
11 14 14 14 15 11 10
11 Cikeusik 88 99 77 75 81 38 43
4 9 8 8 1 3 9
12 14 14 15 15 17 14 15 15 14 14 14 14 11
12 Jatimulya
6 4 4 5 5 1 9 0 5 8 0 6 4 3
18 18 20 19 17 19 17 18 14 14 12 10 83 16
JUMLAH
35 97 37 61 19 40 88 25 99 12 34 96 5 07
Bila dilihat dari komposisi umurnya, penduduk laki-laki dan Perempuan di Wilayah
UPTD Puskesmas DTP Cidahu terbanyak pada golongan umur muda ( 10- 14 ). Kelompok umur
tersebut merupakan beban ekonomi bagi kelompok usia produktif. Hal ini akan berpengaruh pada
tingkat pemeliharaan kesehatan masyarakatnya. Semakin banyak tanggungan keluarga semakin
52
besar pula beban yang dipikul oleh masyarakat. Tapi hal ini pengaruhnya tidak sebesar pada
penduduk laki-laki karena laki-laki merupakan tulang punggung keluarga.
Tabel. 2.1.1.2.1.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
UPTD Puskesmas DTP Cidahu
Tahun 2014
53
No KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
UMUR
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI +
(TAHUN) PEREMPUAN
54
Sumber Data : Data Real Bides PKM cdh Tahun 2014
2) Kepadatan Penduduk
Dibahas kepadatan penduduk dan persebarannya serta akibat/dampak dari
kepadatan persebaran tersebut.
Tabel 2.1.1.2.2.1
Luas Wilayah, Jumlah dan Persebaran Penduduk
Di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014
JUMLAH JUMLA
No. DESA/ LUA RATA- KEPADAT
PENDUDUK H
S RATA AN
KEL
WIL RUMAH JIWA/RU PENDUDU
AYA MAH K (KM2)
LAK PERE JML TANGG
H TANGGA
I- MPU A
(KM
LAK AN
2)
I
55
75
3) Sosial Ekonomi
a).Penduduk Tercakup Jaminan Kesehatan Nasional
Tabel 2.1.1.2.3.1
Jumlah Penduduk, Penduduk di Cakup BPJS
Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014
56
Sasaran %
Nama Jml Total Penduduk
No
Puskesmas Penduduk PBI ASKES Mandiri Peserta di cakup
BPJS
Tabel 2.1.1.2.3.2
Jumlah Penduduk Laki-Laki Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014
JUMLAH PENDUDUK
LAKI – LAKI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Cihideunggira
1 271 1233 272 141 17 11 13 2196
ng
57
5 Kertawinangun 63 606 195 122 7 29 23 936
Tabel 2.1.1.2.3.3
Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di UPTD Puskesmas DTP Cidahu Tahun 2014
JUMLAH PENDUDUK
PEREMPUAN
DESA/
NO
KEL PERGURU
PRA SLT SLT DIPL AKADE
SD AN JML
SD P A OMA MI
TINGGI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
58
rang
Cihideung
2 317 527 223 160 30 25 20 1302
hilir
Kertawinan
5 68 557 186 118 5 25 15 909
gun
JUMLAH 1594
4065 7905 2662 1695 113 94 129
5
Tabel 2.1.1.2.3.3
Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Keatas
Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan
Di Wilayah UPTD Puskesmas DTP Cidahu
Tahun 2014
59
YANG KELAMI
DITAMATKAN N JM JM JM JM JM
% % % % %
L L L L L
LAKI- 91 1.9 92
2.7
LAKI 5 6 9
TIDAK/BELUM
PEREMP 12 2.7 14
PERNAH 3.8
UAN 89 6 12
SEKOLAH
231 5,2 399 0,0 411 8,8 54 11. 55 12.
JUMLAH
2 9 4 9 8 8 27 60 50 3
PEREMP 25 5.4 26
SD/MI .44
UAN 28 0 51
60
333 7,6 498 0,1 356 7,6 24 5.3 25 7.2
JUMLAH
(SLTP) 6 4 2 1 8 9 99 4 24 0
LAKI- 29 0.6 31
3,2
LAKI 2 2 7
SEKOLAH
LANJUTAN PEREMP 32 0.7 35 1.8
TINGKAT ATAS UAN 6 0 1 9
(SLTA)
193 4,4 346 0,0 0,5 15 3.3 15 4.2
JUMLAH 247
6 3 1 8 3 50 1 75 2
61
4.2. Laporan Kasus Baru Penderita Diabetes Melitus Tidak Spesifik terhadap Golongan
Umur
Berdasarkan pengumpulan data melalui data rekam medis elektronik maupun fisik
di Puskesmas Cidahu didapatkan jumlah penderita Diabetes Melitus Tidak Spesifik terhadap
Table 4.1. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Januari 2015
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan Januari 2015 adalah umur 20-44 tahun sebanyak 2 orang laki-laki, umur 45-54 tahun
sebanyak 6 orang laki-laki dan 14 orang perempuan, umur 55-59 tahun sebanyak 2 orang laki-
laki dan 3 orang perempuan, umur 60-69 tahun sebanyak 1 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun adalah 1 orang laki-laki dan 2 orang
perempuan. Sehingga jumlah penderita diabetes melitus pada bulan januari 2015 adalah 22
orang.
62
Table 4.2. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Februari 2015
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
Table 4.3. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Maret 2015
63
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan Maret 2015 adalah umur 20-44 tahun sebanyak 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan,
umur 45-54 tahun sebanyak 3 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, umur 55-59 tahun
sebanyak 3 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, umur 60-69 tahun sebanyak 2 orang laki-laki
dan 3 orang perempuan, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun adalah 2 orang laki-laki dan
4 orang perempuan. Sehingga jumlah penderita diabetes melitus pada bulan maret 2015 adalah
21 orang.
Table 4.4. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan April 2015
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan April 2015 adalah umur 45-54 tahun sebanyak 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan,
umur 55-59 tahun sebanyak 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, umur 60-69 tahun
sebanyak 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun
adalah 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Sehingga jumlah penderita diabetes melitus
64
Table 4.5. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Mei 2015
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan mei 2015 tidak ditemukan adanya kasus baru penderita diabetes mellitus tidak spesifik.
Table 4.6. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Juni 2015
65
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan Juni 2015 adalah umur 45-54 tahun sebanyak 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan,
umur 55-59 tahun sebanyak 5 orang laki-laki dan 10 orang perempuan, umur 60-69 tahun
sebanyak 5 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, Sehingga jumlah penderita diabetes melitus
Table 4.7. Jumlah kasus baru penderita penyakit kelainan endokrin, gizi, dan metabolik
menurut golongan umur bulan Juli 2015
Berdasarkan jumlah kasus baru penyakit diabetes melitus menurut golongan umur pada
bulan Januari 2015 adalah umur 45-54 tahun sebanyak 3 orang laki-laki dan 9 orang perempuan,
umur 55-59 tahun sebanyak 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, umur 60-69 tahun
sebanyak 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun
adalah 2 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Sehingga jumlah penderita diabetes melitus
66
BAB V
7.1. Kesimpulan
mellitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi kesehatan sebagai
upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes mellitus,
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cidahu
menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, promosi kesehatan primer
nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara individual (seperti konseling)
7.2. Saran
Jumlah pasien diabetes dalam kurun waktu 25-30 tahun yang akan datang akan
Pencegahan baik perimer, sekunder, ataupun tersier merupakan upaya yang paling tepat
dalam mengantisipasi ledakan jumlah ini dengan melibatkan berbagai pihak, tidak hanya
petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum. Di wilayah sekitar Puskesmas Cidahu
perlu dilakukan promosi kesehatan terutama sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder
• Petugas kesehatan di puskesmas Cidahu perlu lebih banyak melakukan tindakan promotif
di wilayah sekitar Puskesmas Cidahu sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder
dalam masyarakat terhadap penyakit diabetes mellitus upaya untuk menekan jumlah
67
penderita diabetes mellitus yang baru dan pencegahan terjadinya komplikasi diabetes
mellitus dengan melibatkan berbagai pihak, tidak hanya petugas kesehatan melainkan
diabetes mellitus pada saat melakukan upaya promotif, preventif dan kuratif
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2011. Indonesian Doctor’s Compendium. Jakarta : CV Matoari
Citra Media.
3. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2000. Penatalaksanaan Kedaruratan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit FK UI.
4. PERKENI. 2011. Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta.
5. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
6. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen L. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-Hill Companies. 2008.
7. Boon, Nicholas A. Walker, Brian. Davidson’s Principles and Practice of
Medicine. 20th Edition. Elsevier. 2006.
8. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.
69
LAMPIRAN
No. : ………………….
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Lengkap : ……………….…………………………….
Pekerjaan : ……………………………………………..
Tempat / Tanggal Lahir : ………….………………………………….
Alamat : ……………….…….....……………………
………………………………………….......
Nomor Telepon
- Rumah : …….……………………………………….
- Hp : ………….………………………………….
2. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jenis kelamin anda.? 1. Laki-laki 2. Perempuan
Berapa usia anda saat ini? …………...... th
Berapa berat badan anda saat ini? …………….. kg
Berapa tinggi badan anda saat ini? …………….. cm
70
♀ : 1. ≥ 80 cm 2. ≤ 80 cm ♀ …………….. cm
Apakah anda pernah di diagnosis menderita DM atau,
1. Ya 2. Tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan anti DM?
Berapa tekanan darah anda?
1. <140/90 mmHg
2. ≥140/90 mmHg …………….. mmHg
Apakah anda pernah didiagnosis menderita
hiperlipidemia atau sedang mengkonsumsi obat- 1. Ya 2. Tidak
obatan anti kolesterol?
3. PENDIDIKAN & PENGETAHUAN
Apakah pendidikan terakhir anda?
1. Tidak sekolah – tamat SD
2. Tamat SMP – tamat SMA
3. Perguruan tinggi
Menurut anda tahu apa yang dimaksud dengan
Diabetes Mellitus?
1. Glukosa darah yang tinggi
2. Glukosa darah yang rendah
3. Tidak tahu
Menurut anda keadaan mana yang dimaksud dengan
Diabetes Melitus?
1. Glukosa darah sewaktu >200
2. Glukosa darah sewaktu <200
3. Tidak tahu
Menurut anda apakah faktor keturunan berpengaruh
terhadap diabetes melitus?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Manakah hal yang dapat mencegah diabetes melitus?
1. Diet tinggi lemak
2. Diet rendah garam
3. Diet tinggi karbohidrat
4. Tidak tahu
Menurut anda apakah status gizi yang obesitas
71
mempermudah terkena diabetes melitus?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Menurut anda apakah faktor makanan
mempermudah terkena diabetes melitus?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Menurut anda apakah dengan mengkonsumsi glukosa
(glukosa) berlebih mempermudah terkena diabetes
melitus?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman
penglihatan berkurang?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Menurut anda apakah merokok mempermudah
terkena diabetes melitus?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Apa tanda dan gejala Diabetes Melitus yang anda
ketahui?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Berikut ini manakah yang termasuk obat diabetes
melitus?
1. Prednison
2. Metformin
3. HCT
4. Tidak tahu
72
Berapakah pendapatan anda per bulan?
1. 1.000.000,- sampai 2.000.000,-
2. 2.000.000,- sampai 5.000.000,-
3. >5.000.000,-
Berapa persen pengeluaran anda untuk makan tiap
bulan?
1. >50%
2. 40 – 50%
3. <20 – 30%
4. FAKTOR KETURUNAN
Apakah anda memiliki riwayat penyakit DM?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Jika Ya, sudah berapa lama anda menderita DM?
1. > 4 tahun
2. 3 – 4 tahun
3. 1 - 2 tahun
Apakah di keluarga anda ada yang menderita DM?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak tahu
Jika Ya, siapa diantara keluarga anda yang menderita
DM?
1. Kakak / adik / keduanya (kandung)
2. Ayah / kakek / keduanya
3. Ibu / nenek / keduanya
5. MAKANAN
Dalam sehari anda makan berapa kali?
1. 1 - 2 kali
2. 3 kali
3. Lebih dari 3 kali
Berapa banyak porsi nasi yang anda makan dalam 1
kali makan? (1 porsi mangkuk kecil = 250 gr nasi)
1. Kurang dari 1 porsi
73
2. 1 porsi
3. Lebih dari 1 porsi
Apakah anda suka minum minuman yang manis?
1. Ya 2. Tidak
(contoh: teh)
Dalam sehari anda minum teh berapa kali?
1. 1 kali
2. 2 kali
3. Lebih dari 2 kali
Jika minum teh berapa banyak glukosa pasir yang
anda gunakan?
1. ½ - 2 sendok teh
2. 2 ½ – 4 sendok teh
3. Lebih dari 4 sendok teh
Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
1. Ya 2. Tidak
kopi?
Jika Ya, berapa cangkir anda mengkonsumsi kopi?
1. ≤ 3 cangkir
2. ≥ 3 cangkir
Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi
1. Ya 2. Tidak
alkohol?
Jika Ya, berapa botol yang anda konsumsi.?
1. ≤ 1 botol
2. ≥ 1 botol
Apakah anda suka makan camilan? (selain makanan
1. Ya 2. Tidak
pokok)
6. OLAH RAGA
Bila dibandingkan orang yang sebaya dengan saya,
aktivitas saya selama waktu lenggang ?
1. Sangat lebih banyak
2. Lebih banyak
3. Sama banyak
4. Kurang
5. Sangat kurang
74
Selama waktu senggang, apakah anda berkeringat?
1. Sangat sering
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Jarang
5. Tidak pernah
Selama waktu senggang, apakah anda berolahraga?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
Apakah anda berolahraga? 1. Ya 2. Tidak
Jika Ya, Termasuk dalam apakah olahraga tersering
yang anda lakukan?
1. Intensitas rendah (0.76)
2. Intensitas medium (1.76) (di isi oleh peneliti)
3. Intensitas tinggi (2.76)
Berapa jam anda berolahraga dalam seminggu?
1. < 1 jam (0.5)
2. 1-2 jam (1.5)
3. 2-3 jam (2.5)
4. 3-4 jam (3.5) (di isi oleh peneliti)
5. >4 jam (4.5)
Berapa bulan anda berolahraga dalam setahun?
1. < 1 bulan (0.04)
2. 1-3 bulan (0.17)
3. 4-7 bulan (0.42)
4. 7-9 bulan (0.67) (di isi oleh peneliti)
5. >9 bulan (0.92)
Hitung skor olahraga anda?
1. Skor olahraga = > 12
2. Skor olahraga 8-12
3. Skor olahraga 4-8
4. Skor olahraga 0,01-4
5. Skor olahraga = 0 (di isi oleh peneliti)
6. Tidak olahraga = 0
75
7. MEROKOK
Apakah anda merokok? 1. Ya 2. Tidak
Rokok apa yang paling sering anda hisap?
1. Filter
2. Kretek
Apakah anda merasa kecanduan dengan rokok? 1. Ya 2. Tidak
Apakah anda mengetahui akibat buruk dari asap
1. Ya 2. Tidak
rokok bagi perokok?
Berapa banyak anda merokok dalam satu hari?
1. < 10 batang
2. 10-20 batang
3. > 20 batang
Kapan anda mulai merokok?
1. Usia < 20 tahun
2. Usia 20-40 tahun
3. Usia > 40 tahun
Berapa lama anda ingin merokok setelah selesai
makan?
1. Langsung ingin merokok
2. < 1 jam
3. > 1 jam
4. Tidak ingin merokok
Berapa lama anda ingin merokok setelah bangun
tidur?
1. Langsung ingin merokok
2. < 1 jam
3. > 1 jam
4. Tidak ingin merokok
Apakah anda berpikir untuk berhenti merokok akhir-
1. Ya 2. Tidak
akhir ini?
Apakah anda memiliki keluhan gangguan pernapasan
dalam satu tahun terakhir?
(bisa diisi lebih dari satu jawaban)
1. Sering Sesak Nafas
2. Sering Batuk-batuk tanpa sebab
76
3. Sering Nyeri dada
4. Sering cepat lelah ketika beraktivitas dan
berolahraga
5. Tidak memiliki keluhan
77