Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota :

1. Alya Yasmin Adhi (H2A019118)


2. Indria Zulfani Mutiaraning Tyas (H2A019119)
3. Elmathiana Delstiene Henyda Nugroho (H2A019120)
4. Abiyyu Raihan Listianto (H2A019121)
5. Hendra Hartono (H2A019122)

Referensi :
1. Bjørnar Allgot, Delice Gan. Diabetes atlas : second edition. 2003. Hal 15-26
2. Fatimah R. Diabetes Mellitus Tipe 2. J MAJORITY. 5 Februari 2015. 4(5). Halaman 94
3. Jamalul Lail, Nova Suryani. Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. September 2014. Volume 3. Halaman 180-185
4. Susanti, Difran Nobel. Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan Vokasional. Mei 2018. Volume 3, Nomor 1. Halaman 29
5. Soegondo. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FK UI. 2015

Target Pembaca : Artikel ini ditujukan untuk orang remaja dan orang dewasa

Tujuan dan respon pembaca terhadap artikel : Remaja dan orang dewasa bisa mengerti apa itu
diabetes mellitus, macam-macam diabetes mellitus, dan cara pencegahaannya agar terhindar dari
penyakit diabetes mellitus
DIABETES MELITUS
1) Pendahuluan
Diabetes sekarang menjadi sebuah penyakit yang sangat menantang di era saat ini. Diabetes
menduduki peringkat keempat atau kelima penyebab kematian di sebagian besar negara entah itu
negara maju maupun berkembang. Komplikasi diabetes seperti arteri coroner, penyakit
pembuluh darah, stroke, diabetes neuropati, amputasi, gagal ginjal dan kebutaan mengakibatkan
peningkatan cacat, harapan hidup berkurang, dan biaya kesehatan yang luar biasa kepada semua
orang yang menderitanya. Diabetes menjadi salah satu penyakit yang paling menantang di dunia
pada era-21. Sejumlah studi yang menggambarkan epidemiologi selama 20 tahun ini sudah luar
biasa, tapi banyak pemerintah dan perencana kesehatan masyarakat masih tidak sadar potensi
pengaruh kedepannya pada negara mereka sendiri. Selain diabetes, gangguan intoleransi glukosa
juga merupakan masalah utama kesehatan pada masyarakat, keduanya berhubungan karena
dengan kejadian diabetes sendiri dan gangguan intoleransi glukosa dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kardiovaskular.

Diabetes mellitus sekarang dapat ditemukan dihampir setiap populasi di dunia dan bukti
epidemioogis menunjukkan bahwa, tanpa pencegahan dan program kontrol yang efektif, diabetes
memungkinkan berlanjut meningkat secara global. Diabetes dikenali sebagai suatu kelompok
gangguan heterogen dengan elemen umum hiperglikemia dan intoleransi glukosa akibat insulin
defisiensi, gangguan efektivitas aksi insulin, atau keduanya (2).Diabetes mellitus diklasifikasikan
pada dasar etiologi dan klinis presentasi gangguan menjadi empat jenis:

 diabetes tipe 1
 diabetes tipe 2
 diabetes gestasional
 jenis spesifik lainnya

1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan hasil pengancuran autonium selularmediasi pancreatic
islet beta cells menyebabkan kekurangan produksi insulin. Tipe ini merupakan tipe yang
paling sering di jumpai sebagai penyakit kronis di negara maju, dan juga dijumpai di
berbagai usia , presentasi klinis dapat bervariasi berdasarkan usia.
2. Diabetes tipe 2
Ditandai oleh resistensi insulin dan insulin relative defisiensi, salah satunya
mungkin hadir pada saat diabetes menjadi nyata secara klinis. Penyebab terjadinya
kelainan pada penyakit ini masih belum diketahui. Diagnosis diabetes tipe 2 sering terjadi
pada usia 40 tahun keatas, namun onset nya bisa saja 1 dekade lebih awal pada populasi
dengan prevalensi diabetes tinggi. Diabetes ini bisa saja ada walaupun pada penderita
tidak ada gejala-gejala yang berkaitan, diagnose yang dapat mendapatkan diabetes ini
biasanya saat pengecekan urine/darah yang tidak normal pada saat tes glukosa. Diabetes
ini sendiri sering tapi tidak selalu terkait dengan yang Namanya obesitas. Yang mana
obesitas itu sendiri akan menyebabkan resistensi insulin dan membuat kadar gula darah
meningkat. Umumnya juga karena turun-menurun tetapi kerentanan gen utamanya elum
di identifitkasi. Berlawanan dengan tipe 1, penderita diabetes tipe 2 ini tidak bergantung
pada insulin eksogen dan bukan ketosisprone, tetapi mungkin memerlukan insulin
control hiperglikemia jika tidak dapat tercapai dengan diet sendiri atau dengan agen oral
hipoglikemik.
3. Diabetes gestasional
Definisi yang paling banyak diterima dari diabetes mellitus gestasional adalah
“intoleransi karbohidrat terhadap derajat keparahan dengan onset atau pengakuan
pertama selama kehamilan.” Definisi ini berlaku terlepas apakah insulin digunakan untuk
perawatan atau untuk kondisi lebih lanjut setelah kehamilan. Itu tidak mengesampingkan
kemungkina intoleransi glukosa yang tidak dikenali mungkin telah mengantisipasi
kehamilan. Secara umum perbedaan dalam melaporkan prevalensi diabetes gestasional
parallel ditemukan di frekuensi diabetes tipe 2 pada populasi yang berbeda. Meskipun
demikian, penderita diabetes gestasional meningkat sama dengan peningkatan diabetes
tipe 2 di seluruh dunia.
2) Klasifikasi kriteria dan standar laporan

Metode stadarisasi dan pelaporan dalam epimiologi diabetes menampilkan perbandingan


antar studi dan dapat izin mengumpulkan hasil dari investigasi yang berbeda. Kriteria standar
untuk mendeteksi dan melaporkan intoleransi glukosa telah berkembang pesat sejak 1960-an .
pada akhir 1970-an National diabetes data group (NDDG) and world health organization (WHO)
keduanya membuat kriteria baru untuk mendiagnosis diabetes mellitus. Pada tahun 1985, WHO
memodifikasi kriteria untuk lebih konsisten dengan nilai-nilai NDDG. Yang terbaru, America
Diabetes Association (ADA) dan world health organitazion (WHO) telah menghasilakn
rekomendasi baru untuk diagnosis diabetes. Perubahan besar dalam rekomendasi tersebut adalah
penurunan diagnostic konsentrasi fasting plasma glucose menjadi 7,0 mmol/l. untuk tes gula
darah, rekomendasi nilainya yang terbaru adalah 6,1 mmol/l. dalam banyak studi populasi,
individu telah dikategorikan menderita diabetes mellitus berdasarkan nilai glukosa darah yang
diukur setelah puasa semalam. Sementara WHO masih merekomendasikan oral tes toleransi
glukosa sebagai pilihan tunggal terbaik, mereka juga mengatakan “ jika tidak memungkinkan
melakukan tes oral glukosa toleransi, fasting plasma glucose sendiri dapat digunakan dengan
tujuan epidemiological.

3) Perkiraan global diabetes

Beban global diabetes telah di perkirakan beberapa kali,pada tahun 1994, federasi diabetes
internasional direktori berisi tipe 1 dan perkiraan diabetes 2 disediakan oleh negara-negara
anggota. Menggunakan data ini federasi internasional diabetes memperkirakan lebih dari 100
juta orang di seluruh dunia menderita diabetes pada tahun 1994, McCarty et al menggunakan
data dari studi epidemiologi berbasi populasi dan memperkirakan beban global pada 135 juta
pada tahun 1995, dengan jumlah tersebut mencapai 299 juta pada tahun 2005, pada tahun 1997
amos et al memperkirakan beban global diabetes menjadi 124 juta orang, memproyeksikan hal
ini akan meningkat menjadi 221 juta orang pada tahun 2010. Meski menggunakan metodologi
yang berbeda, laporan-laporan diabetes ini telah tiba di angka global yang sangat mirip.
4) Methodlogy

Aspek utama dari penentuan prevalensi adalah

1. Identifikasi studi melalui pencarian literalur terperinci, dan kontak dengan organisasi
anggota IDF
2. Menerapkan tingkat prevalensi distribusi populasi itu ke negara, dan tempat tidak ada
data untuk negara tersedia, untuk negara yang memiliki keadaan dan etnis yang sama
3. Dengan asumsi prevalensi perkotaan : Perdesaan rasio 2 : 1 kecuali negara negara yang di
klasifikasi oleh WHO sebagai ekonomi pasar, atau bekas ekonomi sosialis. Itu proporsi
perkotaan berasal dari perkiraan PBB. Satu satunya pengencualian untuk rasio 2:1 ini
adalah untuk india.
4. Data untuk tingkat diabetes termasuk diabetes tipe 1 dan tipe 2, menyediakan bab
terpisah memperkirakan diabetes tipe 1 untuk anak anak dan remaja

5) Pencegahan Diabetes Melitus


Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:
Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan
faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan multimitra. Pencegahan
premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan prakondisi sehingga
masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-baratan adalah suatu pola makan
yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang
baik bagi kesehatan.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orangorang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi
berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2)
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Oleh karena
sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang
sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit
dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam
pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama pengelolaan DM
meliputi: a. penyuluhan b. perencanaan makanan c. latihan jasmani d. obat berkhasiat
hipoglikemik.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan
kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan,
terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama disiplin ilmu seperti ahli
penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai