PENDAHULUAN
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Sekitar 90% dari semua populasi diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 yang
ditandai dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta
menjadi salah satu proritas dari empat penyakit tidak menular yang menjadi target
tindak lanjut oleh pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat selama peride terakhir (WHO Global Report, 2016). Secara global,
dengan DM di dunia mencapai 422 juta orang. dan lebih dari 80% terjadinya
dibetes meningkat dari 4,7 % menjadi 8,5 % pada populasi orang dewasa (WHO
Diabetes mellitus (DM) dikenal dengan sebutan penyakit gula darah atau
DM didunia pada tahun 2017 menunjukkan bahwa indonesia saat ini menduduki
peringkat ke-6 dunia dengan jumlah penderita diabetes terbesar, yaitu sebanyak
1
10,3 juta jiwa (IDF, 2015). Data milik Kementerian Kesehatan dari Sample
stroke 21,1 % dan penyakit jantung koroner 12,9%. Prevalensi Diabetes mellitus
menunjukkan bahwa prevalensi penyandang diabetes naik menjadi 8,5 % dari 6,9
pada umur ≥15 tahun hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 meningkat menjadi
mellitus dan ulkus diabetikum di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2013
merusak jaringan dalam tubuh jika tidak ditangani dengan tepat dan serius
(Decroli, 2019).
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan salah satu komplikasi kronik dari
diabetes mellitus tipe 2 yang sering ditemui. UKD merupakan salah satu penyebab
utama penderita diabetes dirawat dirumah sakit. Perhatian yang lebih pada kaki
2
penderita diabetes mellitus dan pemeriksaan secara reguler diharapkan akan
mengurangi kejadian komplikasi berupa ulkus diabetik, yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya rawat dan kecacatan. Oleh karena itu perlu peningkatan
banyak makan, dan kurang aktifitas fisik (Decroli, 2019). Ditemukannya beberapa
akan mengalami DM tpe 1 dan DM tipe 2. Gejala lain pada penderita DM tipe
adalah adanya selulitis pada bagian bawah seperti tungkai kaki (Decroli, 2019).
Umumnya selulitis ditemukan pada usia lanjut, sering terjadi pada perempuzn dari
pada laki-laki dengan keluhan lesu, demam, dan rasa nyeri. Selulitis dapat terjadi
pada bagian tubuh manapun, penyakit ini timbul pada lokasi dengan lesi yang
telah ada sebalumnya seperti adanya ulkus pada bagian tungkai kaki yaitu luka
Pola asuhan gizi sangat berperan penting dalam penanganan penyakit ini,
deteksi dini dan pelaksanaan yang tepat tentunya sangat menentukan tingkat
keberhasilan pengobatan dari penyakit ini. Selain itu pengaturan diet yang baik
juga merupakan salah satu upaya untuk dapat mempertahankan status gizi secara
3
optimal terutama pada pasien diabetes mellitus yang mengutamakan konsep
pengaturan diet berdasarkan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal diberikan
makanan. Sehingga intervensi gizi menjadi salah satu yang yang sangat penting
dalam upaya penyembuhan dan dapat meningkatkan taraf hidup pasien. Kasus
asupan yang diberikan berdasarkan syarat diet diabetes mellitus yaitu pemberian
makanan sesuai dengan kebutuhan akan tetapi yang harus diperhatikan adalah
penggunaan gula murni dalam penggunaan sehari- hari, yang bisa diganti dengan
Nutritional Care Process (NCP) pada pasien dengan diagnosis Ulkus Selulitis
2020.
1.3 Tujuan
asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis Ulkus Selulitis Diabetes
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
menerapkan diet baik pada saat dirawat inap maupun diluar rumah sakit guna
asuhan gizi, pelaksanaan asuhan gizi dan diet pada pasien dengan diagnosis Ulkus
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang
dikenal dengan nama penyakit kencing manis. Diabetes mellitus adalah penyakit
yang disebabkan oleh gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau
menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat
gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014). Diabetes mellitus adalah penyakit
Penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala yaitu poliphagia, polidipsia dan
dasar yang sama seperti klasifikasi yang diuat oleh organisasi yang lainnya
(Perkeni, 2015).
6
Klasifikasi Diabetes mellitus berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015)
yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
insulin. Insulin dalam jumlah cukup tapi tidak dapat bekerja secara
Defesiensi insulin dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan
defek genetik fungsi sel beta, kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
2.1.3 Etiologi
glukosa darah pada tubuh dan tubuh berusaha kuat mengeluarkan melalui ginjal.
7
Peningkatan kadar gula darah karena insulin tidak mencukupi mengakibatkan
karbohidrat, potein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal,
tersebut disebabkan karena kerusakan pada sel beta pangkreas karena pengarug
dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penurunan reseptor glukosa pada
2015).
2.2.1 Definisi
adalah gangguan pada sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya. DM tipe
disebabkan oleh perpaduan antara gangguan aksi insulin (resistensi insulin) dan
defisiensi insulin yang terjadi secara relatif sebagai kompensasi sekresi insulin
2.2.2 Epidemiologi
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011 mengumumkan 336 juta
orang di seluruh dunia mengidap DM tipe 2 dan penyakit ini terkait dengan 4,6
juta kematian tiap tahunnya, atau satu kematian setiap tujuh detik. Penyakit ini
8
mengenai 12% populasi dewasa di Amerika Serikat dan lebih dari 25% pada
Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab utama
DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara optimal juga
yang paling umum diderita oleh penduduk di Indonesia. Kombinasi faktor resiko,
dan tidak terjadi kerusakan pada sel beta. Pada kondisi ini terjadi gangguan
Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan pamkreas telah
bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, hati dan sel beta, organ lain seperti :
9
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar
Pada saat diagnosis DM tipe 2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat
berkurang.
2. Liver
meningkat.
10
3. Otot
4. Sel lemak
liver dan otot. Free Fatty Acid juga akan mengganggu sekresi insulin.
5. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding
sel alpha berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa
7. Ginjal
11
8. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Penggunaan darah vena
kriteria diagnosis yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk tujuan
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain bisa seperti lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, serta priritas vulvae pada wanita(Declori, 2019).
12
7. HbA1c ≥ 6,5 %
2.3 Komplikasi
Ulkus kaki diabetik merupakan slah satu komplikasi DM tipe 2. Ukus kaki
UKD. Perhatian yang lebih kaki penderita DM dan pemeriksaan secara reguler
2015).
2.3.2 Ginjal
panyakit ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal diabetes dialami oleh hampir sepertiga
2.3.3 Jantung
penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit pembuluh darah
13
2.4 Pengobatan
dan latihan jasmani (gaya hidup). Terapi farmakologis terdisi atas obat oral dan
bentuk suntikan.
golongan:
Sulfonilurea
Glinid
insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dri 2 macam obat yaitu
prandial.
Metformin
ferifer.
14
Tiazolidindion (TZD)
Obat ini bekerja dengan memperlambat absopsi glukosa dalam usus halus,
Obat ini guna penghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 untuk
Termasuk anti hiper glikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
Insulin
15
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
Krisis hiperglikemia
Kehamilan dengan DM
komplikasi akut DM
16
Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin.
subkutan yang ditandai lesi kemerahan dengan batas tidak jelas dan disertai tanda-
tanda radang. Tempat predileksi tersering yaitu pada bagian bawah seperti pada
bagian bawah seperti tungkai kaki, tetapi dapat mengenai lengan, wajah, dan kulit
kepala. Faktor predisposisi pada selulitis antara lain status gizi, higiene
Selulitis biasanya terjadi akibat adanya luka, trauma, borok dan kondisi
penurunan daya tahan tubuh seperti kakeksia, diabetes mellitus, malnutrisi, dan
Ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah venosa. Umumnya hal ini ditemukan pada orang dewasa
dan usia lanjut, lebih sering pada perempuan, dan disertai dermatitis statis.
2010).
17
dan pencegahan sekunder (pencegahan dan penatalaksanaan ulkus yang sudah
a. Pencegahan Primer
yang masih baik selama mungkin dan tidak berlanjut ketingkat yang lebih
Dengan memberikan alas kaki yang sesuai, berbagai hal terkait ulkus
b. Pencegahan Sekunder
diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh
18
Kontrol neuropati : menggunakan golongan vasolidator seperti
2019).
2.8.1 Tujuan
BBI ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik, dan faktor stress. Makanan
19
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
menggunakan diet DM, yang mana sesuai dengan kebutuhan energi, protein,
lemak dan karbohidrat. Pemberian diet dilakukan dengan porsi 3 kali makan utam
dan 3 kali selingan. Penetapan diet pasien disesuaikan dengan kondisi atau
keadaan pasien dengan kategori bentuk makannya seperti nasi biasa, nasi lunak,
bubur dan makanan cair. Selain itu juga diberikan melalui enteral dan parenteral,
20
BAB III
Tidak ada 0
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Tidak 0
Ya 1
Total Skor
21
3.2 Gambaran Umum Pasien dan Asuhan Gizi
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
Hiperglikemia
a. Riwayat Personal
anak, beragama islam. Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri pada kaki
mendapatkan konseling gizi. Kondisi pasien saat ini, pasien takut makan nasi
dan menganggap nasi membuat glukosa darahnya naik dan mengganti makan
22
sumber karbohidratnya dengan umbi- umbian, tetapi tidak mnegetahui berapa
b. Antropometri
BBA = 60 kg
BB = 56 kg
TB = 151 cm
= 90% - (151-100) x 1 Kg
= 46 Kg
BBI = 46 kg
IMT = BB/TB2
= 56/(1,51)2
c. Biokimia
23
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Elektrolit
1. Fisik
kadang), nafsu makan menurun dan ulkus pada kaki (terasa nyeri).
2. Klinis
pemeriksaan
Tekanan darah 118/70 mmHg 120/80 mmHg Normal
e. Riwayat Gizi
adalah 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur, suka mengkonsumsi
makanan selingan rebus ubi 3 kali sehari dengan porsi 3-4 potong sedang
24
setiap kali makan yaitu berkisar 300 gram per sekali makan. Kebiasaan pasien
pasien makannya tidak bervariasi yang hanya makan nasi dan ikan saja dalam
porsi makannya. Pola makan pasien sering makan pada malam yang mana
frekuensi makannya 2 kali sehari yaitu makan paginya jam 12:00 dan
dan buah yang frekuensinya hanya 1-2 kali sehari. Preskripsi asupan makan
sebelum masuk rumah sakit energi 64 %, protein 30%, lemak 40% dan
karbohidrat 118%.
Diagnosis gizi yang didapat pada kasus pasien Ny. S adalah sebagai berikut:
25
jarang aktifitas fisik.
Pasien tidak mau
makan nasi karena
mengangkap nasi akan
menaikkan glukosa
darahnya dan
mengganti dengan ubi
dengan porsi 300 gram
per sekali makan.
a. Tujuan
hiperglikemia
metabolik
b. Syarat Diet
c. Preskripsi Diet
Frekuensi Makan :
26
Jam Makan : Jam 7:00 makan pagi, jam 10:00 selingan, jam 12:00 makan
siang, jam 16.00 selingan, jam 18.00 makan malam, dan jam 21:00
selingan.
Pemberian oral
Cairan Cukup
d. Perhitungan kebutuhan
Diketahui :
BBI = 48 kg BBI = 90% - (TB-100) x 1 Kg
= 90% - (151-100) x 1 Kg
= 46 Kg
BBI = 46 kg
TB =151 cm
KU (Koreksi umur) = 5%
FA (Faktor aktifitas) = 20%
FA (Faktor stres) = 30%
Perhitungan:
BMR = 25 kkal/BBI
= 25 x 46
=1150 kkal
KU = 5% x 1150 kkal
= 57,5 kkal
FA = 20% x 1150
= 230 kkal
FS = 40% x 1150
= 480 kkal
Energi Total = BMR + FA+ FS - KU
= 1150 + 230 + 480 – 57,5
= 1803 kkal
Protein = 15% x 1803 kkal
= 67,6 gram
Lemak = 20% x 1803 kkal
= 40,06 gram
Karbohidrat = 65% x 1803 kkal
= 293 gram
27
e. Perencanaan Menu
Menu yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, yaitu diet DM 1900
Kkal, dengan bentuk makanan nasi lunak. Pemberian makanan 3x makan pokok
Selingan
10:00 Buah 1 100 50 - - 12
Siang
12:00 Nasi Lunak 2 200 350 8 0,4 80
Protein Hewani 1 50 66 8,5 2 -
Sumber Protein 1 100 75 5 3 7
Nabati
Sayur 1 100 50 3 - 10
Buah 1 100 50 - - 12
Minyak 1 10 90 - 10 -
Selingan
15:00 Buah 1 100 50 - - 12
Sore
18:00 Nasi Lunak 2 200 350 8 0,4 80
Protein hewani 1 50 66 8,5 2 -
Sumber Protein 1 50 75 5 3 7
Nabati
Sayur 1 100 50 3 - 10
Buah 1 100 50 - - 12
Minyak 1 10 90 - 10 -
Selingan
21:00 Sumber 1 100 87,5 2 0.2 20
Karbohidrat
28
f. Edukasi Gizi
1. Tujuan umum :
2. Tujuan Khusus :
anjurkan.
2. Konten/Materi :
1. Media : Brosur
4. Waktu : 15 menit
29
3.5 Monitoring dan Evaluasi
gizi normal
Biokimia Mencapai hasil Jika ada
pemeriksaan
Diatery Memenuhi kebutuhan Setiap hari
50-80%.
3.6 Implementasi
Pelaksanaan asuhan gizi ini dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter yang
menangani kasus, perawat, ahli gizi, keluarga pasien dan pasien itu sendiri.
2. Ahli gizi
30
Memonitoring pasien keruangan dengan menjelaskan prinsip diet yang
benar dan dapat dimengerti tentang makanan yang dianjurkan dan tidak
3. Keluarga
untuk terus memotivasi pasien agar tetap mau mengikuti diet sehingga
BAB IV
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Asuhan gizi yang dilakukan pada Ny. S yang diagnosis Ulkus Selulitis
lakukan selama 4 hari yaitu tanggal 29 Februari 2020 sampai 4 Maret 2020, maka
hari yaitu tanggal 29 Februari 2020 sampai 4 Maret 2020, maka diperoleh hasil
Parameter 29-02-2020
TB 151
BB 56
BB1 48
IMT 24,6 (Normal)
selama 4 hari didapatkan hasil bahwa tidak ada perubahan antropometri pasien.
hari yaitu tanggal 29 Februari 2020 sampai 4 Maret 2020 dapat dilhat hasil
32
GDS Pagi 320 265 260 Pagi Pagi Pagi <200
mg/dl, mg/dl mg/dl 679 553 328
Sore 389 mg/dl, mg/dl mg/dl
mg/dl Sore Siang
515 341
mg/dl, mg/dl
malam
712
mg/dl
Ureum 44 mg/dl 15-39
Kreatinin 1,4 mg/dl 0,6-1,1
pasien tinggi, untuk ureum dan kreatinin dihitung berdasarkan GFR didapat hasil
stage 3. Pada tanggal 29 Februari 2020 keluar hasil laboratorium kimia darah
Perhitungan :
= 4.331,6 / 100,8
= 42,97 (Stage 3)
33
Tabel 4.3 Monitoring Data Kimia Darah
Jenis 2-3-2020 Rujukan
pemeriksaan
Protein Total 5,2 g/dl (Rendah) 6,4-8,4
Albumin 2,5 g/dl (Rendah) 3,5-5,0
Globulin 2,7 g/dl (Rendah) 3,0-3,6
SGOT 13 U/L (Normal) <40
SGPT 9 U/L (Normal) <41
pada tanggal 2 Maret 2020 pemeriksaan protein total, albumin, dan globulin
normal.
34
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil pemeriksaan elektrolit
normal.
hari yaitu tanggal 29 Februari 2020 sampai 4 Maret 2020 dapat dilhat hasil
35
Berdasarkan hasil pengamatan monitoring klinis selama 4 hari intervensi,
persentase keadaan fisik pasien normal tapi pada tanggal 2 Maret 2020 keadaan
pasien sempat demam, akan tetapi sore harinya kondisi pasien normal kembali.
Perencanaan menu:
kali. Pada perencanaan menu pertama diberikan diet Diabetes Mellitus 1900
dengan bentuk makanan yaitu nasi lunak, dengan pemberian 3 kali makanan
utama dan 3 kali selingan. Perencanaan kedua dilakukan perubahan diet menjadi
perencanaan menu ketiga dilakukan perubahan menu lagi dari nasi lunak ke
makanan cair dengan alasan pasien pada saat diberikan nasi pasien mual dan
penambahan buah dengan 300 kalori yang mana bentuk pemberian dietnya makan
kali utama dan 3 kali selingan. Diet ini diberikan sampai akhir intervensi karena
tanggal 29 Februari 2020 sampai 4 Maret 2020 penilaian asupan makan pasien
dilakuakan dengan cara penimbangan sisa makan, dapat dilihat hasil monitoring
36
Tabel 4.8 Hasil Monitoring dan Evaluasi Asupan Makan
Nilai Gizi Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata Kebutuhan
Energi 1210,9 1467,68 1584,08 1790,08 1513 1803
(67,1%) (81,3%) (87,8%) (99,27%) (83,9%)
Protein 54 48,09 53,38 64,38 54,9 67,6
(79,8%) (71,1%) (78%) (95%) (81,3%)
Lemak 21 32,48 37,12 39,97 32,6 40,6
(52,4%) (81%) (91%) (98%) (80%)
Karbohidrat 255,1 225,21 243,2 286,7 252 293
(87%) (76%) (82,9%) (97%) (86,19)
120%
100%
80%
Hari 1
Hari 2
60%
Hari 3
Hari 4
40% kebutuhan
20%
0%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Antropometri
antropometri pasien. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi
yang berhubungan dengan ukuran tubuh sesuai umur dan tingkat gizi seseorang.
37
(Supriasi, 2002). Status gizi pasien pada kasus ini berdasarkan IMT yaitu gizi baik
(normal).
4.2.2 Biokimia
berfungsi untuk mengatur glukosa darah dalam darah untuk kecukupan gula yang
tersedia setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga proses kehidupan
intervensi adalah normal. Hasil pemeriksaan normal disebabkan karena status gizi
pasien kategori gizi baik yang mana asupan selama dilakukan perawatan sesuai
dengan diet pasien dan kondisi pasien terkini, yang bermasalah pada pasien adalah
hasil kimia darahnya yaitu gula darah sewaktu, yang mana setiap harinya
4.2.4 Fisik/Klinis
Hasil pemeriksaan fisik dan klinis yang dilakukan selama empat hari
intervensi kondisi pasien mulai membaik, tapi keadaan ulkus pada kakinya masih
meradang dan akan direncanakan operasi pada malam hari yaitu pada tanggal 4
Maret 2020.
pada awalnya pasien tidak patuh dengan diet yang mana pasien tidak
38
menghabiskan makan yang disajikan, akan tetapi dengan diberikannya edukasi
kepada pasien dan keluarga, asupan makan mulai meningkat. Tetapi pada tanggal
2 Maret 2020 kondisi pasien mual dan muntah jika diberikan nasi lunak sehingga
adanya perubahan diet menjadi makan cair. Setelah perubahan diet diberikan
intervensi dan pada hari ke 4 pasien direncakan akan melakukan operasi pada
hari dari tanggal 29 Februari sampai 4 Maret 2020 yaitu pada hari pertama
persentase asupan pasien E= 67,1%, P=79,8%, L=52,4% dan KH= 87%. Hari
kedua pada tanggal 1 Maret 2020 E= 81,3%, P=71,1 %, L=81% dan KH=76%.
Hari ketiga pada tanggal 2 Maret 2020 asupan E=87,8%, P=78%, L=91% dan
KH= 97% dan untukhari terakhir intervensi pada tanggal 3 Maret 2020 asupan
KH=86,19%.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berdasarkan berat badan per tinggi badan dalam meter dengan kategori 24,6
glukosa darah pasien tinggi, dan meradangnya ulkus selulitis pada kaki
dengan keadaan pasien demam dan merasa nyeri pada kaki. Sedangkan pada
dimana pasien sudah mulai membaik dengan glukosa darah mulai menurun,
asupan makan juga mulai membaik dan direncakan operasi pada kakinya.
karena pada saat kondisi pasien tidak taat pada dietnya ahli gizi langsung
diet sesuai prinsip dan syaratnya dan memberikan diet sesuai dengan
5. Diet yang diberikan pada pasien Ny. S yaitu DM 1900 Kkal denga bentuk
makanan yaitu nasi lunak dan pemindahan diet menjadi makanan cair
40
dengan penambahan ekstrak susu, dengan pemberian makan 3 kali utama
5.2 Saran
Pada asuhan gizi terstandar pada pasien yang diagnosos Ulkus Selulitis
Diabetes Mellitus Tipe 2 Hiperglikemia diharapkan pasien menjalani diet dan pola
makan yang telah dianjurkan oleh ahli gizi, tidak hanya pada saat dirawat dirumah
sakit, tapi juga pada saat dirumah agar asupan dan status gizi pasien tetap
membaik.
41
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
American Diabetes Association (ADA). 2012. Medikal advice for people with
diabetes in emergency situation. American Diabetes Association
Journal.
Decroli, Eva. 2019. Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Hay RJ, Adrians BM. 2010. Bacterial infections, In: Burn T, Breathnach S, Cox
N, Griffiths C, editors. Rook’s Texbook of Dermatology (Eight Edition).
Singapore: Willey-Blackwell Publishing.
Natinal Institute for Diabetes and Digesttive and Kidney Disease (NIDKK). 2014.
Cause of diabetes. NIH Publication.
42
Sularsito SA. 2010. Ulkus Krukis. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
43