Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

Disusun Oleh:

Finka Normalita Putri

021191044

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


2021

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam produksi
insulin dan kerja dari insulin tidak optimal. Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes Melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah (American
Diabetes Association (ADA, 2015).
Diabetes melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative, jenis
diabetes melitus yang paling banyak diderita adalah diabetes Melitus Tipe 2.
Diabetes melitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Kadar gula darah adalah jumlah
kandungan glukosa dalam plasma darah (Dorland, 2010). Kadar gula darah
digunakan untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.
Sejalan dengan perkembangan jaman, pola penyakit di Indonesia mengalami
pergeseran dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi menjadi penyakit degeneratif
yang salah satunya adalah diabetes melitus (Suyono, 2011). Menurut survei yang
dilakukan World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat. Pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penderita DM dan pada tahun 2030
diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta penderita. Sedangkan laporan Dinas
Kesehatan Jawa Tengah tahun 2012, prevalensi diabetes melitus tipe 1 di Jawa
Tengah sebesar 0,06%, dengan prevalensi tertinggi pada Kabupaten Semarang.
Sedangkan untuk diabetes melitus tipe 2 sebesar 0,55% dengan prevalensi tertinggi
pada Kabupaten Magelang (Dinkes, 2012).
Sebagian besar faktor risiko diabetes melitus adalah gaya hidup yang tidak
sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang serta
obesitas. Maka dari itu hal terpenting dari pengendalian diabetes melitus adalah
mengendalikan faktor risiko ( Anani et al., 2012). Kurangnya aktivitas fisik merupakan
faktor risiko indpenden untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan
menyebabkan kematian secara global (WHO, 2013). Menurut WHO (2018), aktivitas
fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
membutuhkan pengeluaran energi.
Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu
penyuluhan atau edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik dan
intervensi farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada
semua jenis tipe DM. Untuk mencapai fokus pengelolaan DM yang optimal maka
perlu adanya keteraturan terhadap empat pilar utama tersebut (PERKENI 2011).
Olahraga merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM bersamaan
dengan diet, obat, dan edukasi. Berolahraga akan membantu memperbaiki
metabolisme glukosa dan lemak karena sel lebih sensitif terhadap insulin, di samping
menurunkan dosis obat suntikan insulin. Olahraga juga dapat menunda kemunculan
DM, membantu pengelolaan DM, dan mengurangi komplikasi DM. SecaraSecara
eksplisit istilah olahraga dibedakan dengan pendidikan dan jasmani. Dalam arti
sempit olahraga diidentikkan dengan gerak badan. Menurut Toho Cholik M dan Rusli
Lutan (2001:27) menyatakan “olahraga ditilik dari asal katanya berasal dari bahasa
jawa yaitu olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas
olahraga diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong,
membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani”.
Pada penelitian-penelitian terdahulu untuk mengukur kadar gula darah
sampel yaitu dengan menerapkan metode kadar gula darah puasa. Namun, tidak
dijelaskan secara rinci penerapan metode tersebut serta penghitungan kadar gula
darah tidak lengkap sehingga pembaca sulit untuk memahami kesimpulan yang telah
diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah menyempurnakan penelitain terdahulu
yang bertujuan umtuk mengetahui hubungan olahraga dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas
yaitu bagaimana pengaruh olahraga terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh olahraga
terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis :
a) Memberikan informasi mengenai hubungan olahraga dengan kadar gula
darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran
b) Sebagai referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan hubungan olahraga dengan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus tipe 2
2. Manfaat Praktis :
a) Meningkatkan kreativitas mahasiswa untuk berfikir kritis serta meningkatkan
kemampuan melalui experiment
b) Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
teori mengenai hubungan olahraga dengan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus tipe 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pustaka
1. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus
terjadi dikarenakan Kurangnya aktivitas insulin pada sel target.(Kerner and Brückel, 2014).
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes mellitus .Diabetes tipe-
2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β pankreas yang menyebabkan tubuh kita
tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh
tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi terganggunya
kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh kita baik
menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang cukup untuk
mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel, 2014)
1) Epidemiologi
Diabetes melitus tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua populasi diabetes. Prevalensi DMT2
pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% pada populasi dewasa.International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2011 mengumumkan 336 juta orang di seluruh dunia mengidap
DMT2 dan penyakit ini terkait dengan 4,6 juta kematian tiap tahunnya, atau satu kematian
setiap tujuh detik. Penyakit ini mengenai 12% populasi dewasa di Amerika Serikat dan lebih
dari 25% pada penduduk usia lebih dari 65 tahun. WorldWorld Health Organization (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. International Diabetes Federation (IDF)
memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun
2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.
2) Patofisiologi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup sehingga
mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah yang menyebabkan terjadinya
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi ke dalam
tubuh. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk
memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya. Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh
menurun yang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau
hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya glukosuria
dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi darah dimana keadaan ini
akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus yaitu polyuria, polydipsia, dan
polyphagia.(Kerner and Brückel, 2014 )
3) Faktor Resiko
a) Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam meningkatnya resiko
diabetes mellitus. Diabetes dapat diturunkan oleh keluarga sebelumnya yang memiliki
riwayat penyakit yang sama. Kelainan pada gen ini dapat mengakibatkan tubuh tidak
dapat memproduksi insulin.(Choi and Shi, 2001)
b) Obesitas
Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa dianggap menjadi salah satu
faktor risiko yang paling penting untuk diabetes mellitus tipe-2. Obesitas menyebabkan
terjadinya peningkatan masa adipose yang dihubungkan dengan resistensi insulin yang
akan mengakibatkan terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa lemak.
(Daousi, 2006)
c) Usia
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi diabetes mellitus meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan
kadar gula darah puasa normal. DiabetesDiabetes mellitus sering muncul pada usia
lanjut pada usia lebih dari 45 tahun dimana sensitifitas insulin berkurang. (Choi and Shi,
2001)
d) Hipertensi (Tekanan darah tinggi)
Hipertensi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk pengembangan
diabetes.Penderita hipertensi memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi terkena diabetes
dibandingkan pasien dengan tekanan darah normal.Hipertensi adalah kondisi umum
yang biasanya berdampingan dengan diabetes mellitus dan memperburuk komplikasi
diabetes mellitus dan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.(Bays, Chapman and
Grandy, 2007)
e) Merokok
Merokok dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam risiko diabetes.Merokok
merupakan faktor risiko independen dan dimodifikasi untuk diabetes.Berhenti merokok
dikaitkan dengan penambahan berat badan dan peningkatan berikunya dalam risiko
diabetes. (Choi and Shi,2001)
f) Ras
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk terserang
diabetes melitus.Peningkatan penderita diabetes di wilawah Asia jauh lebih tinggi
dibanding di benua lainnya.Bahkan diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia.
(Choi and Shi, 2001)
4) Kompliksi Diabetes Melitus
Beberapa komplikasi dari Diabetes Melitus adalah
A. Akut
a. Hipoglikemia yaitu gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar di dalam
darah berada di bawah kadar normal.
b. HiperglikemiaHiperglikemia yaitu istilah medis untuk keadaan dimana
kadar gula dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal,
gula darah berkisar antar 70-100 mg/dl.
c. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner ( cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
d. Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati dan
nefropati.
B. Komplikasi menahun DM.
a. Neuropatik diabetikum merupakan kerusakan syaraf di kaki yang
meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk amputasi.
b. Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama kebutaan,
terjadi akibat kerusakan pembuluh darah.
c. Nefropatik diabetikum merupakan penyakit ginjal dibetes yang
mengkibatkan kegagalan fungsi ginjal.
d. Proteinuria merupakan faktor resiko penurunn faal ginjal.
e. Kelainan koroner.merupakan suatu keadan akibat terjdinya penyempitan,
penyumbatan dan kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot yang di tandai
dengan rasa nyeri.

f. Ulkus/ gangren diabetikum adalah kematian yang di sebabkan oleh


penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adnya
mikroemboli retrombosis akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang
penyertai penderita dibetes sebagai kompliksi menahun dari diabetes itu
sendiri

2. Olahraga
Aktivitas fisik atau olahraga adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen
untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara
global (WHO, 2013). Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung berhubungan
dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil
glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukoma yang tersimpan
dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa
dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar
pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).
1) Jenis-jenis Olahraga
Menurut Rusli dan Sumardianto, 2000: 6, jenis-jenis olahraga di bagi
menjadi :
1) Kardiovaskular
Olahraga kardiovaskular merupakan salah satu bentuk olahraga yang memiliki
fungsi untuk meningkatkan pernapasan dan denyut jantung. Pada intinya
olahraga ini memakas jantung bekerja keras dan lebih kuat. Selain itu juga
berfungsi untuk memperbaiki cara kerja jantung dalam memompa darah di
dalam tubuh. Berikut adalah jenis olahraga kardiovaskular atau olahraga yang
membuat jantung sehat :
a) Jalan cepat, jenis olahraga ini merupakan cara alami yang dapat membuat
jantung lebih sehat. Selain itu jalan cepat juga sangat baik untuk membantu
proses menurunkan berat badan karena jalan cepat dapat membantu
mengurangi lemak otot pada area dekat sendi.
b) Senam, selain melakukan jalan cepat Anda juga bisa melakukan berbagai
latihan atau gerakan senam. Segala macam gerakan senam memiliki dampak
positif bagi kesehatan, kebugaran, hingga kecantikan. Senam merupakan salah
satu olahraga untuk kesehatan jantung dan menjaga stamina dalam tubuh.
c) Berenang, olahraga air ini memang sangat dikenal sekali dengan manfaatnya
untuk meningkatkan kesehatan jantung.
2) Shapping (Olahraga Pembentukan)
Jenis olahraga selanjutnya adalah olahraga pembentukan atau yang sering
disebut dengan shapping ini merupakan olahraga untuk membakar timbunan
lemak dari dalam tubuh yang dapat engurangi resiko obesitas. Adapun jenis
olahraga shapping adalah sebagai berikut :
a) Latihan beban, latihan ini berfungsi untuk meningkatkan massa otot.
b) Push up, olahraga dengan gerakan menahan tubuh atau badan dengan hanya
menggunakan tangan yang berfungsi untuk memperkuat lengan dan stamina
agar tetap kuat.
c) Sit Up, olahraga ini berfungsi sebagai cara membentuk otot perut yang sering
menjadi solusi bagi mereka yang memiliki perut buncit.
3) Strethcing
Strethcing gerakan yang dilakukan ketika sebelum melakukan olahraga yang
berat Berikut ini adalah gerakan strething dan manfaatnya:
a) Peregangan, jenis gerakan dalam olahraga strethcing ini memiliki manfaat
untuk membuat otot menjadi tetap elastisitas atau fleksibel ketika pada saat
melakukan olahraga yang berat.
b) Selain itu peregangan juga bermanfaat untuk mencegah timbulnya cidera.
c) Manfaat terakhir gerakan strethcing adalah dapat membuat tubuh menjadi
lebih kuat dimana dapat meningkatkan kekuatan sampai dengan 20%.
2) Aktivitas Fisik saat Terkena Diabetes Melitus
Menurut (Deni Ariyadi, 2009) Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik secara
teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30menit), merupakan salah satu
pilar dalam perawatan diabetes tipe II. Latihan fisik dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan
umur dan status kesegaran fisik. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
kepasar, menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan. Batasi atau jangan
terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton
televisi.Modifikasi senam sederhana dapat diberikan penderita DM misalnya :
a) Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudian di paha
b) Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan belakang kepala
c) Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh,leher, dan paha
d) Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di depan badan.
3) Jenis Olahraga untuk Mencegah Diabetes Melitus dan pengelolaan pada
Penderita Diabetes Mellitus
Menurut (Deni Ariyadi, 2009) jenis olahraga yang baik untuk pengidap diabetes
mellitus adalah olahraga yang memperbaiki kesegaran jasmani. Oleh karena itu,
harus dipilih jenis olahraga yang memperbaiki semua komponen kesegaran
jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh
(fleksbilitas), keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan kecepatan. Agar
memenuhi, latihan olahraga sebaiknya bersifat kontinyu (continous), ritmis
(rhythmical), interval, progresif, dan latihan ketahanan (enducance).
a. Latihan kontinue
Latihan harus berkesinambungan, terus-menerus tanpa berhenti. Selain
frekuensi,intensitas olahraga diabetes juga perlu dipantau. Olahraga dikatakan
bermanfaat bagi penderita diabetes ketika dilakukan dengan cara yang tepat dan
tidak dipaksakan. Intensitas dalam berolahraga bagi penderita diabetes melitus
dihitung menggunakan denyut jantung permenit. Ketika denyut jantung sudah
meningkat sebanyak 50% hingga 70% maka penderita diabetes dinyatakan cukup
dalam melakukan olahraga. Contoh: jogging selama 30 menit tanpa istirahat.
b. Latihan ritmis
Dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.
Contoh: jalan kaki, berenang.
c. Latihan interval
Olahraga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Seberapa
sering seorang penderita diabetes melitus diperbolehkan berolahraga dalam
waktu satu minggu. Penderita diabetes melitus wajib berolahraga secara rutin
dan berkelanjutan. Khusus untuk penderita diabetes melitus yang memiliki
masalah kelebihan berat badan memang disarankan untuk berolahraga setiap
hari,karena berolahraga setiap hari dapat membantu menurunkan berat badan.
Contoh: jalan cepat kemudian lambat.
d. Latihan progresif
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit kelatihan yang lebih
berat secara bertahap. Umumnya,penderita diabetes melitus hanya disarankan
berolahraga selama 20 menit hingga 60 menit saja. Jika lebih dari durasi
tersebut,ditakutkan penderita diabetes justru berpotensi mengalami
hipoglikemia.
e. Latihan daya tahan
Untuk memperbaiki sistem kardiovaskuler, sebelum mengikuti program
latihan/olahraga harus dilakukan pemeriksaan kardiovaskular terlebih dahulu.
Lama dalam melakukan olahraga untuk diabetes melitus juga harus diperhatikan.
karena terlalu lama berolahraga justru tidak baik
bagi kesehatan penderita diabetes melitus. Kadar gula darah adalah jumlah kandungan
glukosa dalam plasma darah (Dorland, 2010). Kadar gula darah digunakan untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk penentuan diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk
tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler
dengan glukometer (PERKENI, 2011).
Pada diabetes melitus tipe 2 olahraga berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah.
Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 adalah kurangnya respon terhadap insulin
(resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Permeabilitas
membran terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki
sifat seperti insulin. Maka dari itu, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi
insulin berkurang. Aktivitas fisik berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan
penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2 (Ilyas, 2011).
Manfaat besar dari beraktivitas fisik atau berolahraga pada diabetes melitus antara lain
menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi
terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan tekanan darah (Ilyas, 2011).
Aktivitas fisik atau olahraga yang dianjurkan untuk para penderita diabetes melitus tipe 2
adalah aktivitas fisik secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit dan
sesuai dengan CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progresive, endurance training). Dan
diusahakan mencapai 75-85% denyut nadi maksimal(Waspadji, 2011).

Anda mungkin juga menyukai