PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan asupan serat, asupan karbohidrat dan
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan asupan serat pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
b. Mendeskripsikan asupan kabohidrat pasien diabetes melitus tipe
2rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
c. Mendeskripsikan aktifitas fisik pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
d. Mendeskripsikan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
e. Menganalisis hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah
pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St
Elisabeth Purwokerto
f. Menganalisis hubunganasupan karbohidrat dengan kadar glukosa
darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit
Umum St Elisabeth Purwokerto
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada responden akan pentingnya pola makan dan
aktivitas fisik sehingga dapat mengendalika glukosa darah.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadikan acuan sebagai pembuatan
kebijakan untuk perlu adanya penyuluhan kepada pasien dan keluarga
tentang pengendalian glukosa darah.
3. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi penelitian di Institusi
pendidikan kesehatan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Serta
dapat menjadi salah satu rujukan berbasis bukti dalam memberikan
perkuliahan.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian yang akan datang, diharapkan peneliti dapat
meneliti dengan metode yang lebih akurat serta dapat menambah
jumlah sampel experience, supaya hasil penelitiannya lebih maksimal.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
4. Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup
sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)bersamaan dengan
intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral
dan/atau suntikan (PERKENI, 2015).
a. Edukasi
Pengelolaan mandiri DM secara optimal membutuhkan
partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat.
Tim kesehatanharus mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku tersebut, yangberlangsung seumur hidup. Keberhasilan
dalam mencapai perubahanperilaku, membutuhkan edukasi,
pengembangan keterampilan (skill),dan upaya peningkatan
motivasi.
b. Terapi gizi medis (TGM)
TGM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
DMT2 secara komprehensif.The American Diabetes Association
(ADA) 2009 menyatakan bahwa penyandang prediabetes atau
diabetes harus mendapatkan terapi gizi medis secara individual
untuk mencapai tujuan perawatan.Prinsip pengaturan makan pada
penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untukmasyarakat umum, yaitu makanan yang seimbangdan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizimasing-masing individu.
Penyandang DM perludiberikan penekanan mengenai
pentingnyaketeraturan jadwal makan, jenis dan jumlahkandungan
kalori, terutama pada mereka yangmenggunakan obat yang
meningkatkan sekresiinsulin atau terapi insulin itu sendiri.
c. Aktifitas fisik
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DMT2 apabila tidak disertaiadanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari danlatihan jasmani dilakukan secara
secara teratursebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-
13
2) Protein
Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu
sumber protein nabati dan sumber protein hewani. Protein
nabati adalahprotein yang didapatkan dari sumber-sumber
nabati. Sumberprotein nabati yang baik dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah darikacang-kacangan, di antaranya adalah
kacang kedelai (termasukproduk olahannya, seperti tempe,
tahu, susu kedelai dan lain-lain),kacang hijau, kacang tanah,
kacang merah dan kacangpolong (Susanto, 2013).
Protein berperan membangun dan memperbaiki sel-
sel yang sudah rusak, konsumsi protein juga dapat mengurangi
atau menundarasa lapar sehingga dapat menghindarkan pasien
diabetes darikebiasaan makan yang berlebihan yang memicu
timbulnyakegemukan. Makanan yang berprotein tinggi dan
rendah lemakdapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian
paha dan sayaptanpa kulit, daging merah bagian paha dan kaki,
serta putih telur(Susanto, 2013).
3) Lemak
Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk
memenuhi kebutuhan energi. Selain itu konsumsi lemak juga
dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E dan Kserta
menambah lezatnya makanan (Dewi A, 2013).
Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung
lemak tidak jenuh, baik tunggal maupun rangkap dan hindari
konsumsi lemakjenuh. Asupan lemak berlebih merupakan salah
satu penyebabterjadinya resistensi insulin dan kelebihan berat
badan. Olehkarena itu, hindari pula makanan yang digoreng
atau banyakmengggunakan minyak. Lemak tidak jenuh
tunggal(monounsaturated) yaitu lemak yang banyak terdapat
18
B. Kerangka Teori
Pasien DM
Terapi
Kadar Glukosa
Darah
C. KERANGKA KONSEP
Obat
Insulin
ASUPAN SERAT
ASUPAN KADAR
KARBOHIDRAT GLUKOSA
DARAH
AKTIFITAS FISIK
D. HIPOTESIS
1. Ada hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah pasien diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto
2. Ada hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth
Purwokerto
3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto
21
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian bidang gizi klinik yang
menjelaskan hubunganasupan serat dan asupan karbohidrat serta
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum St
Elisabeth Purwokerto
3. Waktu Penelitian
a. Pembuatan proposal : November 2016 – Januari 2017
b. Pengambilan data : Juni – Juli 2017
c. Pengolahan data : Juli – Agustus 2017
d. Penyusunan laporan KTI : Juli – Agustus 2017
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di
Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto yang terdiagnosis
Diabetes Melitus tipe 2. Populasi pasien DM T2 pada pada saat
penelitian adalah sebanyak 77 pasien.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian yaitu seluruh pasien Diabetes Melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian yang
dapat mewakili sebagai sampel penelitian dan memenuhi syarat
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Kriteria inklusi untuk sampel
penelitian ini adalah:
1) Terdiagnosis DM tipe 2
2) Bersedia menjadi subyek penelitian
3) Rutin konsumsi obat
4) Usia 30-65 tahun
5) Tidak ada komplikasi akut
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena
berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Tidak sedang hamil
2) Tidak mengkonsumsi alkohol
3) Tidak terdapat luka gangren
4) Tidak menggunakan insulin
c. Besar Sampel
Besar sampel minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini:
23
𝑍𝛼 +𝑍𝛽 𝑆
n1 = n2 = 2 [ (𝑋1−𝑋2) ]2
(Sopiyudin 2011)
Keterangan
n = besar sampel
Zα = kesalahan tipe I ditetapkan 10% hipotesis satu arah
sehingga Zα = 1,645
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% sehingga Zβ
0,842
S = standar deviasi gabungan yang didapatkan adalah sebesar
14
X1-X2 = selisih minimal yang dianggap bermakna ditetapkan
sebesar 9,5
Dengan perhitungan tersebut, diperoleh sampel sebesar 27 orang
ditambah 10% not respons menjadi 30 orang.
E. Definisi Operasional
F. Pengolahan Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Editing dilakukan dengan mengkoreksi kelengkapan data yang
diperlukan dan kesesuaian antara jawaban dengan pertanyaan yang
diajukan.
b. Skoring
1) Asupan Serat
Skoring asupan serat diolah dengan tahapan sebagai berikut:
a) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
b) Menjumlah asupan serat 2 x 24 jam.
c) Menghitung rerata asupan serat 24 jam.
Menurut Perkeni (2002) tingkat asupan serat dikategorikan
menjadi:
Kurang : asupan serat < 25 gram per hari
Cukup : asupan serat >25 gram per hari
2) Asupan Karbohidrat
Skoring asupan karbohidrat d diolah dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
b) Menjumlah asupan karbohidrat 2 x 24 jam.
c) Menghitung rerata asupan karbohidrat 24 jam.
Menurut Perkeni (2011) tingkat asupan karbohidrat
dikategorikan menjadi:
Cukup : < 65% kebutuhan energi sehari
28
c. Koding
Koding dilakukan untuk memberikan kode dan mengklasifikasikan
data, meliputi:
1) Asupan Serat
0 = kurang
1 = baik
2) Asupan Karbohidrat
0 = cukup
1 = tinggi
3) Aktivitas Fisik
0 = ringan
1 = berat
d. Entry
Proses memasukkan data dalam suatu program komputer
e. Tabulasi
Data-data yang telah diberi kode selanjutnya dijumlah,
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.Proses
tabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
silang sesuai dengan klasifikasi. Data yang ditabulasikan adalah
identitas sampel, asupan serat, asupan karbohidrat, aktifitas fisik
dan kadar glukosa darah.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari semua variabel yang diteliti. Data numerik yaitu data asupan serat,
asupan karbohidrat, aktifitas fisik dalam bentuk rerata, nilai maksimum,
30
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel untuk melihat
hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas yaitu
hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah, hubungan
antara asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah, hubungan antara
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah.
Hubungan antar variabel menggunakan uji chi-quaredengan derajat
kepercayaan 95%. Pengambilan keputusan dilihat berdasarkan nilai p
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antar variabel.
b. Jika p ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antar variabel.
Untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel digunakan
Contingency Coefficient (koefisien kontingensi) atau C. Koefisien
kontingensi sangat erat hubungannya dengan Chi-square. Data yang telah
dihitung dengan Chi-square maka nilai koefisien kontingensi dapat dengan
mudah diketahui. Untuk menghitung koefisien kontingensi terlebih dahulu
menghitung nilai Chi-square. Koefisien kontingensi mempunyai interval
nilai antara -1 dan 1 (-1≤ C ≤ 1). Menurut Hasan (2005) koefisien
kontingensi (koefisien korelasi bersyarat) dirumuskan :
𝑥2
C=
𝑥 2 +𝑛
Keterangan :
C= Koefisien kontingensi