Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada


seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif (PERKENI, 2011).
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita
Diabetes Melitus pada tahun 2015 telah mencapai 415 juta orang. Jika
tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 642 juta pada tahun 2040 (IDF, 2011).Data Riskesdas
(2013) menunjukkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia pada tahun
2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007.Prevalensi
diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen
(2013).Prevalensi pasien rawat jalan di poli penyakit dalam RSU St.
Elisabeth Purwokerto yang didiagnosis diabetes melitus pada tahun 2016
adalah sebanyak 2,23% (Rekam Medik RSU St.Elisabeth
Purwokerto,2016).
Penelitian pendahuluan yang dilakukan di poli penyakit dalam
Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto diketahui bahwa 7 dari 10
pasien yang didiagnosis DM tipe 2 memiliki pengendalian glukosa darah
yang buruk.Salah satu hal yang terpenting bagi pasien DM adalah
pengendalian kadar gula darah, oleh karena itu pasien perlu
memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar
gula darah. Pengendalian kadar gula darah pada penderita DM
berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi
mempunyai kaitan dengan penyakit DM. Hal ini disebabkan karena
penyakit DM merupakan gangguan kronis metabolisme zat-zat gizi
6

makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak dengan ciri-ciri tingginya


konsentrasi gula dalam darah walaupun perut dalam keadaan kosong,
serta sangat tinggi risikonya terhadap arteriosklerosis atau penebalan
dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan
fungsi syaraf (Qurratuaeni, 2009).
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe2 di Indonesia
2011 dalam penatalaksanaandan pengelolaan DM dititik beratkanpada 4
pilar penatalaksanaan DM. Pilar penatalaksanaan DMyaitu: edukasi, terapi
gizi medis,latihan fisik dan intervensi farmakologi.
Konsumsi karbohidrat pada pasien DM menurut penelitian Fitri
dan Wiranani (2014) dikatakan lebih, yaitu lebih dari 65% dari kebutuhan
energi. Anjuran konsumsi karbohidrat sebesar 45 – 65 % dari total energi
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jumlah konsumsi karbohidrat dari
makanan utama dan selingan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa
darah. Menurut penelitian Wirawani (2014), menunjukkan bahwa
konsumsi karbohidrat berhubungan positif dengan kadar glukosa darah
puasapasien DM rawat jalan di Poli Gizi Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Bintanah dan Handarsari (2012),
diketahui bahwa rata-rata konsumsi serat pasien DM adalah sebanyak 7,98
gram sedangkan konsumsi serat sebanyak 25 gram per hari dianjurkan
bagi pasien Diabetes Mellitus di IndonesiaKonsumsi serat memberikan
efek yang positif terhadap kadar glukosa darah pada Diabetes Mellitus
Tipe 2. Serat makanan memperlambat proses pengosongan lambung dan
penyerapan glukosa oleh usus halus.
Aktivitas fisik juga merupakan faktorrisiko mayor dalam memicu
terjadinya DM selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi
lebih.Latihan fisik yang teratur dapatmeningkatkan kualitas pembuluh
darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasukmeningkatkan
kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa(Bintanah dan
Handarsari, 2012).
7

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti hubungan


asupan serat, karbohidrat dan aktivitas fisik pasien diabetes melitus tipe 2
rawat jalan di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan asupan serat, karbohidrat dan aktifitas fisik


dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus rawat jalan di Rumah
Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan asupan serat, asupan karbohidrat dan
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan asupan serat pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
b. Mendeskripsikan asupan kabohidrat pasien diabetes melitus tipe
2rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
c. Mendeskripsikan aktifitas fisik pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
d. Mendeskripsikan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
e. Menganalisis hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah
pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St
Elisabeth Purwokerto
f. Menganalisis hubunganasupan karbohidrat dengan kadar glukosa
darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit
Umum St Elisabeth Purwokerto
8

g. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah


pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St
Elisabeth Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada responden akan pentingnya pola makan dan
aktivitas fisik sehingga dapat mengendalika glukosa darah.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadikan acuan sebagai pembuatan
kebijakan untuk perlu adanya penyuluhan kepada pasien dan keluarga
tentang pengendalian glukosa darah.
3. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi penelitian di Institusi
pendidikan kesehatan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Serta
dapat menjadi salah satu rujukan berbasis bukti dalam memberikan
perkuliahan.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian yang akan datang, diharapkan peneliti dapat
meneliti dengan metode yang lebih akurat serta dapat menambah
jumlah sampel experience, supaya hasil penelitiannya lebih maksimal.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Diabetes Melitus


DM merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik.Karakteristik hiperglikemia DM terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
Menurut WHO (2007), Diabetes Melitus (DM) didefinisikan
sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai
dengangangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibatdari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat
disebabkanoleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjarpankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuhterhadap insulin (Depkes, 2008).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Secara garis besar, DM dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a. Diabetes melitus tipe 1 (DMT1)
Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis diabetes yang
bergantung pada insulin, sehingga dikenal juga dengan istilah
insulin-dependent diabetes melitus (IDDM). Penyebab DMT1
adalah terjadinya kerusakan sel-sel beta di dalam kelenjar pankreas
yang bertugas menghasilkan hormon insulin. Kerusakan tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan sekresi hormon insulin
(defisiensi insulin).
b. Diabetes melitus tipe 2 (DMT2)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan gangguan metabolisme
glukosa yang dapat oleh dua faktor, yaitu tidak adekuat sekresi
10

insulin secara kuantitatif (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya


jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). Berdasarkan
beberapa studi epidemiologi, DMT2 merupakan tipe diabetes yang
paling sering dijumpai yaitu sekitar 90% sampai 95% dari seluruh
kasus DM. Berbeda dengan DMT1, DMT2 merupakan jenis
diabetes yang tidak bergantung pada insulin, sehingga dikenal juga
dengan istilah non-insulin-dependent diabetes melitus (NIDDM).
c. Diabetes melitus tipe lain
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
munculnya DM tipe lain, seperti kelainan pada fungsi sel beta dan
kerja insulin akibat gangguan genetik, penyakit pada kelenjar
eksokrin pankreas, obat atau zat kimia, infeksi, kelainan imunologi
(jarang), dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM.
d. Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan jenis DM yang
terjadi saat hamil. Pada masa kehamilan terjadi perubahan yang
mengakibatkan melambatnya reabsorpsi makanan,
sehinggamenimbulkan keadaan hiperglikemik yang cukup lama.
Menjelangaterm kebutuhan insulin meningkat hingga tiga kali
lipatdibandingkan keadaan normal, yang disebut sebagai
tekanandiabetonik dalam kehamilan. Keadaan ini menyebabkan
terjadinyaresistensi insulin secara fisiologik. DM gestasional
terjadi ketikatubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh
insulin saatselama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak
dihantarkan kejaringan untuk dirubah menjadi energi, sehingga
glukosa meningkat dalam darah yang disebut dengan hiperglikemi
(Prawirohardjo,2007).
11

3. Gejala dan tanda-tanda awal


Adanya penyakit Diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidakdisadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu
mendapat perhatian adalah :
Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam
waktu relatif singkat harusmenimbulkan kecurigaan. Hal ini
disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masukke dalam
sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga.Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitusel lemak dan otot. Akibatnya
pasien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyakkencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan sangat mengganggu pasien, terutama pada
waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh pasien karena
banyaknya cairan yang keluarmelalui kencing. Keadaan ini
justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa hausialah
udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa hausitu pasien minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah
dimetabolisme menjadi glukosadalam darah tidak seluruhnya
dapat dimanfaatkan, pasien selalu merasa lapar.
12

4. Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup
sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik)bersamaan dengan
intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral
dan/atau suntikan (PERKENI, 2015).
a. Edukasi
Pengelolaan mandiri DM secara optimal membutuhkan
partisipasi aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat.
Tim kesehatanharus mendampingi pasien dalam perubahan
perilaku tersebut, yangberlangsung seumur hidup. Keberhasilan
dalam mencapai perubahanperilaku, membutuhkan edukasi,
pengembangan keterampilan (skill),dan upaya peningkatan
motivasi.
b. Terapi gizi medis (TGM)
TGM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
DMT2 secara komprehensif.The American Diabetes Association
(ADA) 2009 menyatakan bahwa penyandang prediabetes atau
diabetes harus mendapatkan terapi gizi medis secara individual
untuk mencapai tujuan perawatan.Prinsip pengaturan makan pada
penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untukmasyarakat umum, yaitu makanan yang seimbangdan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizimasing-masing individu.
Penyandang DM perludiberikan penekanan mengenai
pentingnyaketeraturan jadwal makan, jenis dan jumlahkandungan
kalori, terutama pada mereka yangmenggunakan obat yang
meningkatkan sekresiinsulin atau terapi insulin itu sendiri.
c. Aktifitas fisik
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DMT2 apabila tidak disertaiadanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari danlatihan jasmani dilakukan secara
secara teratursebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-
13

45menit, dengan total 150 menit perminggu. Jedaantar latihan tidak


lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaanglukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabilakadar
glukosa darah <100 mg/dL pasien harusmengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda
latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-
haribukan termasuk dalam latihan jasmanimeskipun dianjurkan
untuk selalu aktif setiap hari.Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaranjuga dapat menurunkan berat badan danmemperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akanmemperbaiki kendali glukosa
darah. Latihanjasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmaniyang
bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal) seperti: jalancepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang.Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Pasien DM tanpa kontraindikasi (osteoartritis, hipertensi
yang tidakterkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan
jugamelakukan resistance training (latihan beban) 2-3
kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter.Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Intensitaslatihan jasmani pada penyandang DM yang relatifsehat
bisa ditingkatkan, sedangkan padapenyandang DM yang disertai
komplikasi intesitaslatihan perlu dikurangi dan disesuaikan
denganmasing-masing individu.
d. Terapi farmakologis
Pada DM tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai
terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah,
jika diet dan obathipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Disamping itu,sebagian pasien DM tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet dan obat kadang
membutuhkan insulinsecara temporer selama mengalami sakit,
14

infeksi, kehamilanpembedahan atau beberapa kejadian stres


lainnya.
5. Prinsip diet DM
Prinsip diet DM adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan tepat jenis
(Tjokroprawiro, 2012) :
a. Tepat jadwal
Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai
dengan intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu
tiga kalimakanan utama dan tiga kali makanan selingan. Pasien
DMhendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang
tetapsehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya
makanandalam tubuh. Makanan selingan berupa snack penting
untukmencegah terjadinya hipoglikemia (menurunnya kadar gula
darah).Jadwal makan terbagi menjadi enam bagian makan (3 kali
makanbesar dan 3 kali makan selingan).
b. Tepat jumlah
Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk DM adalah
memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah
makan(kalori) yang dianjurkan bagi pasien DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan
adalahmakan dalam porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara
makanseperti ini adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang
hari,sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak berat, terutama
organpankreas. Cara makan yang berlebihan (banyak)
tidakmenguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan
yangberlebihan merangsang pankreas bekerja lebih keras. Pasien
DM,diusahakan mengonsumsi asupan energi yaitu kalori basal 25-
30kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan untuk aktivitas
dankeadaan khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi total,
lemak20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa
15

darikebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari


(PERKENI, 2015).
c. Tepat jenis
Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang
beragam, dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa
dalam darahketika mengonsumsinya atau mengombinasikannya
dalampembuatan menu sehari-hari (Susanto, 2013).
1) Karbohidrat
Ada dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah
karbohidrat yangmempunyai ikatan kimiawi hanya satu dan
mudah diserap kedalam aliran darah sehingga dapat langsung
menaikkan kadargula darah. Sumber karbohidrat sederhana
antara lain es krim,jeli, selai, sirup, minuman ringan dan
permen (Susanto, 2013).
Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang sulit
dicerna oleh usus. Penyerapan karbohidrat kompleks ini relatif
pelan,memberikan rasa kenyang lebih lama dan tidak cepat
menaikkankadar gula darah dalam tubuh. Karbohidrat
kompleks diubahmenjadi glukosa lebih lama daripada
karbohidrat sederhanasehingga tidak mudah menaikkan kadar
gula darah dan lebih bisamenyediakan energi yang bisa dipakai
secara bertingkatsepanjang hari (Susanto, 2013).
Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi
glukosa banyak terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur
dan buah), pati, danumbi-umbian. Oleh karena itu,
penyerapannya lebih lambatsehingga mencegah peningkatan
kadar gula darah secara drastis. Sebaliknya, karbohidrat yang
mudah diserap, seperti gula (baikgula pasir, gula merah
maupun sirup), produk padi-padian (roti,pasta) justru akan
mempercepat peningkatan gula darah (Susanto,2013).
16

Pola diet yang mencakup karbohidrat dari buah-


buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan susu rendah
lemak dianjurkan dalam terapi gizi pasien diabetes. Mengatur
jumlah karbohidrat, berupa total kalori, pertukaran jenis
karbohidrat atau estimasi berbasis pengalaman, tetap menjadi
strategi utama dalam mencapai kontrol glikemia.
Makanan yang mengandung sukrosa dapat
menggantikan karbohidrat lain dalam pengaturan diet. Apabila
sukrosa ditambahkan ke dalam diet maka haruslah disesuaikan
dengan jumlah insulin yang akan digunakan atau penggunaan
obat anti diabetik lainnya.
Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi pasien
diabetes adalah memilih bahan makanan yang mengandung
senyawa karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks dapat
melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar tidak terjadi
lonjakan kadar gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.
Di dalam tubuh, karbohidrat kompleks, misalnya nasi
atau roti yang berserat, harus diurai terlebih dahulu menjadi
rantai tunggal sebelum diserap ke dalam aliran darah.
Sedangkan karbohidrat sederhana, misalnya gula pasir, sirup,
permen, es krim, jeli atau minuman ringan bergula, akan
langsung masuk ke dalam aliran darah, sehingga kadar gula
darah meningkat dengan cepat.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat berserat
yang terdapat dalam sayuran, kacang-kacangan, dan buah yang
tidak terlalu maniskarena lebih lambat diserap oleh tubuh.
Buah yang disarankan adalah pepaya, apel, semangka, salak,
kedondong, dan sebagainya. Sedangkan buah yang terlalu
manis, misalnya durian, anggur, rambutan, nanas, jeruk manis,
sawo, dan nangka, sebaiknya dihindarkan.
17

2) Protein
Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu
sumber protein nabati dan sumber protein hewani. Protein
nabati adalahprotein yang didapatkan dari sumber-sumber
nabati. Sumberprotein nabati yang baik dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah darikacang-kacangan, di antaranya adalah
kacang kedelai (termasukproduk olahannya, seperti tempe,
tahu, susu kedelai dan lain-lain),kacang hijau, kacang tanah,
kacang merah dan kacangpolong (Susanto, 2013).
Protein berperan membangun dan memperbaiki sel-
sel yang sudah rusak, konsumsi protein juga dapat mengurangi
atau menundarasa lapar sehingga dapat menghindarkan pasien
diabetes darikebiasaan makan yang berlebihan yang memicu
timbulnyakegemukan. Makanan yang berprotein tinggi dan
rendah lemakdapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian
paha dan sayaptanpa kulit, daging merah bagian paha dan kaki,
serta putih telur(Susanto, 2013).
3) Lemak
Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk
memenuhi kebutuhan energi. Selain itu konsumsi lemak juga
dapat membantu penyerapan vitamin A, D, E dan Kserta
menambah lezatnya makanan (Dewi A, 2013).
Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung
lemak tidak jenuh, baik tunggal maupun rangkap dan hindari
konsumsi lemakjenuh. Asupan lemak berlebih merupakan salah
satu penyebabterjadinya resistensi insulin dan kelebihan berat
badan. Olehkarena itu, hindari pula makanan yang digoreng
atau banyakmengggunakan minyak. Lemak tidak jenuh
tunggal(monounsaturated) yaitu lemak yang banyak terdapat
18

padaminyak zaitun, buah avokad dan kacang-kacangan. Lemak


inisangat baik untuk pasien DM karena dapat
meningkatkanHDL dan menghalangi oksidasi LDL. Lemak
tidak jenuh ganda(polyunsaturated) banyak terdapat pada telur,
lemak ikan salemdan tuna (Dewi A, 2013).
4) Serat
Konsumsi serat, terutama serat larut air pada sayur-
sayuran dan buah-buahan. Serat ini dapat menghambat
lewatnya glukosamelalui dinding saluran pencernaan menuju
pembuluh darahsehingga kadarnya dalam darah tidak
berlebihan. Selain itu, seratdapat membantu memperlambat
penyerapan glukosa dalam darahdan memperlambat pelepasan
glukosa dalam darah. American Diabetes Association
merekomendasikan kecukupan serat bagipasien DM adalah 20-
35 gram per hari, sedangkan diIndonesia asupan serat yang
dianjurannya sekitar 25 g/hari.
Serat banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk
sayur dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan A
dangolongan B. Sayur golongan A bebas dikonsumsi yaitu
oyong,lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi,
tauge,kangkung, terung, kembang kol, kol, lobak dan labu
air.Sementara itu yang termasuk sayur golongan B
diantaranyabuncis, daun melinjo, daun pakis, daun singkong,
daun papaya,labu siam, katuk, pare, nangka muda, jagung
muda, genjer,kacang kapri, jantung pisang, daun beluntas,
bayam, kacangpanjang dan wortel. Untuk buah-buahan seperti
mangga, sawomanila, rambutan, duku, durian, semangka dan
nanas termasukjenis buah-buahan yang kandungan HA diatas
10gr/100gr bahanmentah.
19

B. Kerangka Teori

Pasien DM

Terapi

Terapi Terapi Non


Farmakologis Farmakologis

Diet Edukasi Aktifitas Fisik

Pola Makan (asupan


karbohidrat,
serat,protein, lemak)

Kadar Glukosa
Darah

Sumber: Amtiria, 2016


20

C. KERANGKA KONSEP

Obat
Insulin
ASUPAN SERAT

ASUPAN KADAR
KARBOHIDRAT GLUKOSA
DARAH

AKTIFITAS FISIK

D. HIPOTESIS

1. Ada hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah pasien diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto
2. Ada hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth
Purwokerto
3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes
melitus tipe 2 rawat jalan Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto
21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian bidang gizi klinik yang
menjelaskan hubunganasupan serat dan asupan karbohidrat serta
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St Elisabeth Purwokerto
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum St
Elisabeth Purwokerto
3. Waktu Penelitian
a. Pembuatan proposal : November 2016 – Januari 2017
b. Pengambilan data : Juni – Juli 2017
c. Pengolahan data : Juli – Agustus 2017
d. Penyusunan laporan KTI : Juli – Agustus 2017

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yaitu
menjelaskan hubungan antara variabel dependent yaitu kadar glukosa
darah dan variabel independent yaitu asupan serat, asupan karbohidrat, dan
aktifitas fisik.
Rancangan penelitian menggunakan pendekatan crosssectional
(belah lintang) karena semua variabel dependent dan variabel
independentdikumpulkan dalam waktu bersamaan
22

C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di
Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto yang terdiagnosis
Diabetes Melitus tipe 2. Populasi pasien DM T2 pada pada saat
penelitian adalah sebanyak 77 pasien.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian yaitu seluruh pasien Diabetes Melitus tipe
2 rawat jalan di Rumah Sakit Umum St. Elisabeth Purwokerto yang
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian yang
dapat mewakili sebagai sampel penelitian dan memenuhi syarat
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Kriteria inklusi untuk sampel
penelitian ini adalah:
1) Terdiagnosis DM tipe 2
2) Bersedia menjadi subyek penelitian
3) Rutin konsumsi obat
4) Usia 30-65 tahun
5) Tidak ada komplikasi akut
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena
berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Tidak sedang hamil
2) Tidak mengkonsumsi alkohol
3) Tidak terdapat luka gangren
4) Tidak menggunakan insulin
c. Besar Sampel
Besar sampel minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini:
23

𝑍𝛼 +𝑍𝛽 𝑆
n1 = n2 = 2 [ (𝑋1−𝑋2) ]2

(Sopiyudin 2011)

Keterangan

n = besar sampel
Zα = kesalahan tipe I ditetapkan 10% hipotesis satu arah
sehingga Zα = 1,645
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% sehingga Zβ
0,842
S = standar deviasi gabungan yang didapatkan adalah sebesar
14
X1-X2 = selisih minimal yang dianggap bermakna ditetapkan
sebesar 9,5
Dengan perhitungan tersebut, diperoleh sampel sebesar 27 orang
ditambah 10% not respons menjadi 30 orang.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder.
a. Data primer
1) Data asupan serat
2) Data asupan karbohidrat
3) Data aktivitas fisik
4) Data kadar glukosa darah.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi
1) Data identitas sampel: nama, umur, jenis kelamin
24

2) Gambaran umum lokasi penelitian Rumah Sakit Umum St.


Elisabeth Purwokerto.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
langsung kepada sampel
1) Data Identitas
Data identitas sampel diperoleh dengan cara
wawancara identitas sampel yang meliputi nama, umur,
jenis kelamin pada saat pasien datang ke poli gizi.
2) Asupan Serat dan Asupan Karbohidrat
Data asupan serat diperoleh dengan cara
wawancara yaitu dengan menanyakan asupan yang
dikonsumsi dengan menggunakan formulir Food Recall 2 x
24 jam, kemudian dianalisis kandungan seratnyalalu
dihitung rerataasupan serat per hari, bandingkan dengan
kebutuhan sehari.
3) Asupan Karbohidrat
Data asupan karbohidrat diperoleh dengan cara
wawancara yaitu dengan menanyakan asupan yang
dikonsumsi dengan menggunakan formulir Food Recall 2 x
24 jam, kemudian dianalisis kandungan karbohidratnya lalu
dihitung rerata asupan karbohidrat per hari, bandingkan
dengan kebutuhan sehari.
4) Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik diperoleh dengan cara
wawancara yaitu dengan menanyakan aktifitas sehari-hari
selama 1 x 24 jam dengan menggunakan form aktivitas
fisik, kemudian dihitung energi yang dilakukan untuk setiap
25

aktivitas dalam satu jam dan dikonversikan menjadi jumlah


energi yang dikeluarkan.
5) Kadar Glukosa Darah
Data kadar glukosa darah puasa diperoleh dari data
pemeriksaan hasil laboratorium terbaru yang dilakukan oleh
petugas laboratorium dengan menggunakan metode GOD-
PAP.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan mencatat berdasarkan data
dari arsip yang sudah ada di RSU St. Elisabeth purwokerto.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Asupan Asupan makan dan Food Recall Kurang: < Ordinal
Serat minum pasien DM 2x24 jam 25 gram per
tipe 2 yang hari
mengandung serat Cukup: > 25
yang diukur gram per
menggunakan food hari
recall 2x24 jam
dan diambil
reratanya
2. Asupan Asupan makan dan Food Recall Cukup: < Ordinal
Karbohidrat minum pasien DM 2x24 jam 65% dari
tipe 2 yang kebutuhan
mengandung energi
26

karbohidrat yang Tinggi: >


diukur 65% dari
menggunakan food kebutuhan
recall 2x24 jam energi
dan diambil
reratanya
3. Aktivitas Besar energi Formulir Aktivitas Ordinal
Fisik pasien DM tipe 2 Aktivitas ringan jika
yang dikeluarkan Fisik 1x24 < 30%
selama 1 x 24 jam jam AMB
yang kemudian Aktivitas
dibandingkan berat jika >
dengan Angka 30% AMB
Metabolisme
Basal, dihitung
dalam satuan
kalori
4. Glukosa Konsentrasi gula Rekam Normal Jika Ordinal
Darah dalam darah medik pasien < 200 mg/dl
pasien DM tipe 2 Tidak
yang normal jika
dikategorikan > 200 mg/dl
dengan glukosa
darah normal dan
tidak normal
5. Kepatuhan Mengkonsumsi Wawancara -
minum obat obat-obatan yang
diresepkan dokter
pada waktu dan
dosis yang tepat
27

F. Pengolahan Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Editing dilakukan dengan mengkoreksi kelengkapan data yang
diperlukan dan kesesuaian antara jawaban dengan pertanyaan yang
diajukan.
b. Skoring
1) Asupan Serat
Skoring asupan serat diolah dengan tahapan sebagai berikut:
a) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
b) Menjumlah asupan serat 2 x 24 jam.
c) Menghitung rerata asupan serat 24 jam.
Menurut Perkeni (2002) tingkat asupan serat dikategorikan
menjadi:
Kurang : asupan serat < 25 gram per hari
Cukup : asupan serat >25 gram per hari
2) Asupan Karbohidrat
Skoring asupan karbohidrat d diolah dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
b) Menjumlah asupan karbohidrat 2 x 24 jam.
c) Menghitung rerata asupan karbohidrat 24 jam.
Menurut Perkeni (2011) tingkat asupan karbohidrat
dikategorikan menjadi:
Cukup : < 65% kebutuhan energi sehari
28

Tinggi : > 65% kebutuhan energi sehari


3) Aktifitas Fisik
Skoring aktivitas fisik diolah dengan tahapan sebagai berikut:
a) Menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB) dari masing-
masing sampel yaitu dengan mengkalikan BBI dengan 25
kkal untuk wanita dan 30 kkal untuk pria
b) Menaksir energi yang dikeluarkan untuk melakukan
aktivitas fisik berdasarkan tabel kebutuhan energi untuk
berbagai aktivitas
c) Menghitung total energi yang dikeluarkan untuk melakukan
aktivitas fisik dengan cara mengalikan jumlah energi yang
dikeluarkan dengan Berat Badan dan lama waktu melakukan
aktivitas fisik
d) Membadingkan kalori aktivitas dengan AMB dengan
perhitungan:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑠𝑖𝑘
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑠𝑖𝑘
= 𝑥 100%
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐴𝑀𝐵
Menurut Arisman (2004) aktivitas fisik dibagi menjadi:
Aktivitas ringan jika < 30% AMB
Aktivitas berat jika > 30% AMB
4) Kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah diperoleh dari hasil laboratorium
dengan metode GOD-PAP. Metode GOD-PAP adalah
pemeriksaan kadar gula darah vena dengan reagen human
nomor katalog 10260 dan dibaca pada photometer 4010 yang
dinilai normalnya 80 – 110 mg%.
Menurut PERKENI (2011) kadar tes laboratorium darah untuk
diagnosis diabetes dibagi menjadi:
Tidak normal jika > 200 mg/dl
Normal jika < 200 mg/dl
29

c. Koding
Koding dilakukan untuk memberikan kode dan mengklasifikasikan
data, meliputi:
1) Asupan Serat
0 = kurang
1 = baik
2) Asupan Karbohidrat
0 = cukup
1 = tinggi
3) Aktivitas Fisik
0 = ringan
1 = berat
d. Entry
Proses memasukkan data dalam suatu program komputer
e. Tabulasi
Data-data yang telah diberi kode selanjutnya dijumlah,
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.Proses
tabulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel
silang sesuai dengan klasifikasi. Data yang ditabulasikan adalah
identitas sampel, asupan serat, asupan karbohidrat, aktifitas fisik
dan kadar glukosa darah.
G. Analisis Data

Mendeskripsikan hasil penelitian. Data yang telah terkumpul dari


pemeriksaandisusun dalam tabulasi dengan presentase yang dikelompokkan
berdasarkankuesioner.

1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari semua variabel yang diteliti. Data numerik yaitu data asupan serat,
asupan karbohidrat, aktifitas fisik dalam bentuk rerata, nilai maksimum,
30

dannilai minimumsedangkan data kadar glukosa darah


dalambentukproporsi dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel untuk melihat
hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas yaitu
hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah, hubungan
antara asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah, hubungan antara
aktifitas fisik dengan kadar glukosa darah.
Hubungan antar variabel menggunakan uji chi-quaredengan derajat
kepercayaan 95%. Pengambilan keputusan dilihat berdasarkan nilai p
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antar variabel.
b. Jika p ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
hubungan antar variabel.
Untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel digunakan
Contingency Coefficient (koefisien kontingensi) atau C. Koefisien
kontingensi sangat erat hubungannya dengan Chi-square. Data yang telah
dihitung dengan Chi-square maka nilai koefisien kontingensi dapat dengan
mudah diketahui. Untuk menghitung koefisien kontingensi terlebih dahulu
menghitung nilai Chi-square. Koefisien kontingensi mempunyai interval
nilai antara -1 dan 1 (-1≤ C ≤ 1). Menurut Hasan (2005) koefisien
kontingensi (koefisien korelasi bersyarat) dirumuskan :

𝑥2
C=
𝑥 2 +𝑛

Keterangan :

C= Koefisien kontingensi

X2 = Nilai Chi Square kuadrat


31

n = Jumlah keseluruhan sampel

Untuk mengetahui keeratan hubungan atau korelasi antar variabel


tersebut, berikut nilai-nilai dari C sebagai patokan :

a. C = 0 : tidak ada korelasi.


b. 0 < C ≤ 0,20 : korelasi sangat rendah atau lemah sekali.
c. 0,20 < C ≤ 0,40 : korelasi rendah atau lemah tapi pasti.
d. 0,40 < C ≤ 0,70 : korelasi yang cukup berarti.
e. 0,70 < C ≤ 0,90 : korelasi yang tinggi, kuat.
f. 0,90 < C ≤ 1,00 : korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat
diandalkan.

C=1 : korelasi sempurna

Anda mungkin juga menyukai