Anda di halaman 1dari 32

Laporan Studi Kasus Seminar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.RT DENGAN


DIABETES MELITUS DI RUANG BEDAH KELAS III
RSUD TOTO KABILA

Oleh :
Kelompok 7-8-9

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALOT.A
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadarglukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (smelzeldan Bare,2015). Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolic dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresiurin, kerja insulin, ataukedua – duanya ( ADA,2017)Data World Health
Organization (2015) telahmencatat Indonesia denganpopulasi 230 juta jiwa, menduduki
kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes terbesar setelah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi diabetes
mencapai14,7% di perkotaandan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi penduduk berumur di atas
20 tahunpada 2010 mencapai 148jutajiwa, diperkirakanada 21,8 juta warga kota dan 10,7 juta
warga desa menderita diabetes. Menurut American Diabetes Asociation (ADA,2015), DM dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1, DM tipe 2, Dm gestasional.
Beberapatipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling banyak ditemukan
yaitu lebih dari 90-95%. Dimana factor pencetus dari DM tipe 2 yakni berupa obesitas,
mengosumsi makanan instan, terlalu banyak makan karbohidrat, merokok dan stres, kerusakan
pada sel pran kreas dan kelainan hormonal. Menurut International Diabetes Federation (IDF),
pada tahun 2015 terdapat415 juta (8,8%) penderita DM di seluruh dunia dan diprediksi kanang
kater sebutakan terus bertambah menjadi 642 juta (10,4%) penderita DM tahun 2040. Sedangkan
jumlah estimasi penyandang DM di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta yang menempatkan
Indonesia dalamurutan ke-7 tertinggi didunia bersama China, India, Amerika Serikat, Brazil,
Rusia, dan Meksiko(IDF, 2015). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2017, prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter
sebesar 2,5 % .DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara,
diSumatra Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetes tipe II. Selain
itu prevalensinasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak1,5% dimana
berada diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia.Peran perawat terhadap penyakit Diabetes
Melitus adalah memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya
kuratif yaitu memberikan pengobatan kepada pasien berdasarkan pementauan diatas, penulis
tertarik membahas Asuhan Keperarawatan padaNy. RT Diabetes Melitus Diruangan Bedah
Kelas III Lantai II RSUD Toto Kabila BoneBolango.
1. Tujuan
1. Tujuan Umum

Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih mendalam tentang proses
pelaksanaan asuhan keperawatan system endokrin dengan diabetes mellitus.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cara pengkajian menganalisis data dan merumuskan diagnose
keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
b. Untuk mengetahui cara menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes
Mellitus
c. Untuk mengetahui cara melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan Diabetes
Mellitus
d. Untuk mengetahui cara mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes
Mellitus
2. Lingkup Bahasan
a. Apa pengertian dari Diabetes Mellitus ?
b. Apa etiologi dari Diabetes Mellitus ?
c. Apa tanda dan gejala Diabetes Mellitus ?
d. Bagaimana patofisiologi Diabetes Mellitus ?
e. Apa klasifikasi Diabetes Mellitus ?
f. Apa saja komplikasi yang muncul pada pasien dengan Diabetes Mellitus ?
g. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari pada pasien dengan Diabetes Mellitus ?
BAB II

Tinjauan Teoritis
1. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah penyakitkronikprogresif yang ditandai dengan ketidakmampuan


tubuhuntuk melakukan metabolism karbohidrat, lemakdan protein, mengarah pada hiperglikemia
(kadarglukosadarahtinggi). Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peranpenting dalam
perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa darah hanya satu
komponen dari proses patologis dan manifestasiklinis yang berhubungandengan DM. Proses
patologisdan factor resiko lain adalah penting dan terka dang merupakan factor independen.
Diabetes mellitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang dengan DM dapat
mengambilcara – cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian tersebut (Black,
2014, p. 631).

DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau pengobatan. Defek genetic
pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM. Beberapa hormone epinefrin merupakan
antagonis atau menghambat insulin. Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini
(sepertiakromegali, sindromcushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM.
selainituobat – obatantertentu (glukokortikoiddantriazid) mungkinmenyababkan DM (Black,
2014, p. 632)

DM ialah Keadaan hiperglikemia(kelebihan kadar gula darah) kronik disertai berbagai


kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Nugroho, 2011, p. 258).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 188).

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan protein, mengarah pada
hiperglikemia(kadar glukosa darah tinggi). Diabetes Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula
tinggi’, baik oleh pasien maupun penyedia layanan kesehatan (Black, 2014, p. 631).
2.Etiolog

a. Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes Mellitus onset anak – anak,
ditandai dengan destruksi sel beta pancreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut. DM tipe 1
diturunkan sebagai heterogen, sifat multigenik.Kembar identic memiliki resiko 25-50% mewarisi
penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6% resiko dan anak cucu memiliki 5% resiko.
Meskipun pengaruh keturunan kuat, 90% orang dengan DM tipe 1 tidak memiliki tingkat relative
tingkat pertama dengan DM (Black, 2014, p. 632).

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta penkreas yang
disebabkan oleh :

1. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe 1
2. Faktor imunologi (autoimun)
3. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulakn estruksi sel beta(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188).

b.Diabetes Mellitus tipe 2

DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes Mellitus Onset Dewasa, adalah
gangguan yang melibatkan, baik genetic dan faktor lingkungan.DM tipe 2 adalah tipe DM paling
umum mengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya terdiagnosis setelah
usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnic serta populasi ras
tertentu (Black, 2014, p. 631).

DM tipe 2 disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu :

<140 mg/dl = Normal

140-<200 mg/dl = Toleransi glukosa terganggu

≥200 mg/dl = diabetes(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 188)..

c.Diabetes gestasional
DM gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan
intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada
2-5% perempuan hamil namun menghilang ketika hamilnya berakhir (Black, 2014, p. 632).

3.Tanda dan gejala

Manifestasi utama dari DM sebagai berikut :

a. Poliuria

Air tidak di serap kembali oleh tubulus ginjal sekunder untuk aktifitas osmotik
glukosa,mengarah kepada kehilangan air,glukosa dan elektrolit.Kekurangan insulin untuk
mengangkut glukosa melalui membran dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum
plasma meningkat.

b. Polidipsi

Dehidrasi sekunder terhadap poliuria menyebabkan haus. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktifasi menyebabkan orang haus terus dan ingin selalu
minum.

c. Polifagi

Kelaparan sekunder terhadap ketabolisme jaringan menyebabkan rasa lapar. Karena glukosa
tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun
(Black, 2014, p. 639).

4.Manifestasi lain dari DM sebagai berikut :

1. Penurunan berat badan

Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan air,glukosadan trigliserid,kehilangan


kronis sekunder terhadap penurunan massa otot karena asam amino di alihkan untuk membentuk
glukosa dan keton.

2.Pandangan kabur berulang

Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata terhadap cairan hiperosmolar.

3.Pruritus,inveksi kulit,vaginitis

Infeksi jamur dan bakteri pada kulit terlihat lebih umum,hasil penelitian masa bertentangan.

4.Ketonuria
Ketika glukosa tidak dapat di gunakan untuk energi oleh sel tergantung insulin, asam lemak di
gunakan untuk energi,asam lemak di pecahkan menjadi keton dalam darah dan di ekskresikan
oleh ginjal. Pada DM tipe 2,insulin cukup untuk menekan berlebihan penggunaan asam lemak
tapi tidak cukup untuk penggunaan glukosa.

5.Lemah dan letih

Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,kehilangan kalium dan katabolisme
protein berkontribusi terhadap kelemahan.

6.Sering asimtomatik

Tubuh dapat beradaptasi terhadap peningkatan pelan-pelan kadar glukosa darah sampai tingkat
lebih besar di bandingkan peningkatan yang cepat (Black, 2014, p. 639).

6.Patofisiologi(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 193)

1. Diabetes Mellitus tipe 1

DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai predis posisi
genetic.Kadang mereka yang memiliki indikasi resiko penanda gen (DR3 dan DR4 HLA), DM
terjadi <1%.Lingkungan telah lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1 insiden meningkat, baik
pada musim semi maupun gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemic berbagai
penyakit virus.Autoimun aktif langsung menyerang sel beta pancreas dan prosuknya. ICA dan
antibody insulin secara progresif menurunkan keefektifan kadar sirkulasi insulin (Black, 2014, p.
634). Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan molekul insulin endogen
sehingga menimbulkan onset mendadak. Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit akut
atau stress dimana meningkatkan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari kerusakan massa sel
beta. Ketika penyakit akut atau stress terobati klien dapat kembali pada status terkompensasi
dengan durasi yang berbeda – beda dimana pancreas kembali mengatur produksi sejumlah
insulin secara adekuat. Status kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon, secara khas
bertahan untuk tiga sampai 12 bulan proses berakhir ketika massa sel beta yang berkurang tidak
dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan kehidupan. Klien menjadi bergantung
kepada pemberian insulin eksogem (diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan hidup (Black,
2014, p. 634).

2.Diabetes Mellitus tipe 2

Pathogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan dari DM tipe 1 .Respon terbatas sel beta
terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar
secara kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika
merespon peningkatan glukosa lebih lanjut. Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat kembali
dengan menormalkan kadar glukosa. Rasio proisulin(prekurso insulin) terhadap insuli tersekresi
juga meningkat (Black, 2014, p. 634).

Proses patofisiologi ke 2 dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap aktivitas insulin


biologis, baik di hati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut sebagai resistansi insulin.
Orang dengan DM tipe 2 memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa darah
tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan
ambilan glukosa.Mekanisme penyebab resistansi insulin perifer tidak jelas; namun, ini tampak
terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada permukaan sel (Black, 2014, p. 634).

Insulin adalah hormon pembangun (anabolic). Tanpa insulin, tiga masalah metabolic mayor
terjadi :

1) penurunan pemanfaatan glukosa,

2) peningkatan mobilisasi lemak, dan

3) peningkatan pemanfaatan protein (Black, 2014, p. 634).

7. Klasifikasi

DM di klasifikasikan sebagai salah satu dari empat status klinis berbeda meliputi: tipe 1,
tipe 2,gestasionalatau tipe DM spesifik lainnya. DM tipe 1 merupakan hasil destruksi autoimun
sel beta,mengarah kepada defisiensi insulin absolut. DM tipe 2 adalah akibat dari efek sekresi
insulin,umumnya berhubungan dengan obesitas. DM gastional adalah DM yang di diagnosis
selama hamil. DM tipe lain mungkin sebagai akibat dari efek genetik fungsi sel beta, penyakit
pankreas (misal kistik fibrosis) atau penyakit yang di induksi oleh obat-obatan. DM gestasional
merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau
ditemukan pertama kali selama kehamilan.DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan hamil
namun menghilang ketika hamilnya berakhir (Black, 2014, pp. 631-632).

8. Komplikasi

Komplikasi akut diabetes mellitus

1. Hiperglikemia

Hiperglikemia akibat saat glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel karena kurangnya insulin.
Tanpa tersedianya KH untuk bahan bakar sel, hati mengubah simpanan glikogennya kembali ke
glukosa ( glikogenolisis) dan meningkatkan biosintesis glukosa (gluconeogenesis). Sayangnya
namun, respon ini memperberat situasi dengan meningkatnya kadar glukosa darah bahkan lebih
tinggi
2. Ketoasidosis

Asidosis metabolic berkembang dari pengaruh asam akibat keton asetaoasetat dan
hidrokisibutirat beta.Konsisi ini disebut ketoasidosis diabetic.Asidosis berat mungkin
menyebabkan klien diabetes kehilangan kesadaran disebut koma diabetic.Ketoasidosis diabetic
selalu dinyatakan sebuah kegawatdaruratan medis dan memerlukan perhatian medis segera

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia (juga dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi hipoglikemi) adalah ciri umum dari
DM tipe 1 dan juga dijumpai di dalam klien DM tipe 2 yang diobati insulin atau obat
oral.Kurang hati – hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering menyebabkan
hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau pemberian insulin dapat menyenankan
hipoglikemia (Black, 2014, pp. 667-668).

 Jenis-Jenis Kebutuhan Dasar Yang Terkait


1. Kebutuhan Aman Dan Nyaman
Definisi
Kenymanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan atau ketentranaman suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan.
Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan.
Aman adalah Keadaan bebas dari cedera fisik dan fisikologis pemenuhn kebutuhan
keamanan dilakukan untk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau
petugas lainnya untuk pemenuhan kebutuhan tersebut
2. Kebutuhan Cairan Elektrolit
Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit suatu proses dinamis karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berspon terhadap stresor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit masuk dalam tubuh mlalui makanan, minuman, dan
cairan intravena(Iv) dan didistribusikn kedalam tubuh.
 Jenis-Jenis Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia
1. Gangguan kebutuhan Oksigensi
2. Gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
3. Gangguan kebutuhan Nutrisi
4. Gangguan kebtuhan eliminasi
5. Gangguan kebutuhan Aktivitas
6. Gangguan kebutuhan Istrahat Tidur
7. Gangguan Kebutuhan Istraht Tidur
8. Gangguan Kebutuhan Anam Dan Nyaman
9. Asuhan Keperawatan Pada pasien Mejelang dan Akhir Kebutuhan
 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia

secaraumumterdapatbeberapafaktor yang mempengaruhikebutuhandasarmanusiaituseperti:


Penyakit, hubungankeluarga, konsepdiri, tahapperkembangandanstrukturkeluarga,
sebagaimanusiaakanberusahamemenuhikebutuhan demi konsepdiri yang tinggi,
dantahapperkembanganyaitudaribayibarulahirsampaidengankitatutupusiakebutuhantetapakanber
kembangsesuaidenganberjalannyaumur.

 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota keluarganya memiliki riwayat
diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai terdeteksi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe
2 adalah tipe DM paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih umum
diantara dewasa tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang
menerapkan untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama
kehamilan (Black, 2014, pp. 632-63).

b. Status kesehatan saat ini


 Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. (Bararah, 2013, p. 39)

 Alasan Masuk Rumah Sakit

Penderita dengan diabetes millitus mengalami kehausan yang sangat berlebihan, badan lemas
dan penurunan berat badan sekitar 10% sampai 20%. (Bararah, 2013, p. 39)

 Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan
oleh penderita untuk mengatasinya. (Bararah, 2013, p. 39)

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu


 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat – obatan yang biasa digunakan
oleh penderita. (Bararah, 2013, p. 40)

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau
penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi,
jantung. (Bararah, 2013, p. 40)

e. Riwayat Pengobatan

Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan terapi injeksi insulin eksogen
harian untuk kontrol kadar gula darah. Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya
menggunakan OAD(Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid, meglitinid, inkretin,
amylonomimetik, dll (Black, 2014, p. 642).

f. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
 Kesadaran

Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan komposmentis dan mengalami


hipoglikemi akibat reaksi pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien mengeluh
gemetaran, gelisah, takikardia(60-100 x per menit), tremor, dan pucat (Bararah, 2013, p. 40).

 Tanda – tanda vital

Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi, suhu, turgor kulit, dan
frekuensi pernafasan. (Bararah, 2013, p. 40).

g. Body System
 Sistem pernapasan

Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas

Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya massa, lesi atau bengkak.

Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas tambahan (abnormal : weheezing,
ronchi, pleural friction rub ) (Bararah, 2013, p. 40).

 Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak

Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi perifer melemah atau berkurang.

Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar, kardiomegali.

Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal
(Bararah, 2013, p. 40)

 Sistem Persyarafan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflex lambat, kacau
mental, disorientasi. (Bararah, 2013, p. 41).

Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf sering
dirasakan seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat pasien
terjaga waktu malam atau berhenti melakukan tugas harian (Black, 2014, p. 680).

 Sitem Perkemihan

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat proses miksi (Bararah, 2013,
p. 41).

 Sistem Pencernaan

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen. (Bararah, 2013, p. 41).

Neuropati aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin dysphagia, nyeri perut, mual,
muntah, penyerapan terganggu, hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan inkontinensia
alvi (Black, 2014, p. 681).

 Sistem integumen

Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk, memperhatikan jumlah rambut,
distribusi dan teksturnya.

Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas, meraba tekstur rambut (Bararah,
2013, p. 40).

 Sistem muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri
(Bararah, 2013, p. 41).
 Sistem endokrin

Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya mengakibatkan produksi insulin
yang tidak adekuat yang menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi progresif kurang efisien yang
menyababkan DM tipe2 (Black, 2014, p. 634)

 Sistem reproduksi

Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi (Bararah, 2013, p. 38).

 Sistem penglihatan

Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada pasien diabetes mellitus (Black,
2014, p. 677).

 Sistem imun

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi, infeksi sangat sulit untuk
pengobatan. Area terinfeksi sembuh secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody ke tempat luka. Infeksi
meningkatkan kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis (Black, 2014, p.
677)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen penedera fisik

2. Nausea b/d distensi lambung

3. Gangguan integritas Kulit b/d neuropai feriver

C. Intervensi / Rencana Keperawatan


No Standar Diagnosis Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Intevensi Utama : Menejemen Nyeri


keperawatan, Tingkat Nyeri  Observasi
a. Definisi menurun, dengan kriteria - Identifikasi lokasi,karakteristik,
Pengalaman sensorik hasil : durasi.frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
atau emosional yang  Menuntaskan aktifitas - Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan meningkat - Identifikasi respon nyeri non verbal
kerusakan jaringan  Keluhan nyeri menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
actual atau fungsional,  Sikap protektif menurun memperingan nyeri
dengan onset mendadak  Meringis menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
atau lambat dan  Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
berintensitas ringan  Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
hingga berat (Normal 80-100x/menit) respon nyeri
berlangsung kurang dari  Pola napas membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3 bulan.  Tekanan darah membaik hidup
b. Penyebab (Normal 120/80 mmHg) - Monitor keberhasilan terafi komplementer
 Agen pencedera yang sudah diberikan
fisiologis (mis. - Monitor efek samping penggunaan analgetik
Inflamasi, iskemia,  Terapeutik
meoplasma) - Berikan teknik non fermakologis untuk
 Agen pencedera mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnotis,
kimiawi (mis. akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
Terbakar, bahan pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
kimia iritan) terbimbing, kompres hangat/dingin,terapi
 Agen pencedera fisik bermain)
(mis. Abses, - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
amputasi, terbakar, nyeri(mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
terpotong, kebisingan)
mengangkat berat, - Fasilitasi istrahat dan tidur
prosedur operasi, - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
trauma, latihan fisik pemilihan strategi meredakan nyeri
berlebihan)  Edukasi
c. Gejala dan Tanda - Jelaskan penyebab, peiode dan pemicu nyeri
Mayor - Jelaskan strateg meredakan nyeri
Subjektif : - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Mengeluh - Anjurkan menggunakan analgetik secara
nyeri tepat
Objektif : - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
 Tampak mengurangi rasa nyeri
meringis  Kolaborasi
 Bersikap - Pemberian analgetik, jika perlu
protektif (mis.
Waspada, posisi
menghindar
nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi
nadi meningkat
 Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
 Tekanan
darah meningkat
 Pola napas
berubah
 Nafsu makan
berubah
 Proses
berpikir
terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada
diri sendiri
 Diaphoresis
e. Kondisi Klinis Terkait
 Kondisi
pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner
akut
 Glaucoma

2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan asuhan Perawatan Luka


Kulit/Jaringan
keperawatan Integritas kulit
Definisi:
1. Observasi
Kerusakan kulit(dermis dan jaringan meningkat,
 Monitor karakteristikluka
atauepidermis)atau
dengan criteria hasil : (misalnyadrainase, warna, ukuran, bau)
jaringan(membrane
 Monitor tanda-tandainfeksi
mukosa kornea, 1.Kerusakanjaringanmenurun
2. Terapeutik
fasia,otot,tendon, tulang,
2.Kerusakan lapisan kulit  BersihkandengancairanNaClataupem
karilago,kapsul sendi atau
ligament. menurun bersihnontoksik, sesuaikebutuhan
Gejala dan tanda mayor  Bersihkanjaringannekrotik
3.Nekrosismenurun
Subjektif: -  Berikansalep yang sesuaikekulit/lesi,
Objektif: jikaperlu
1. Kerusakan jarinagan  Pasangbalutansesuaijenisluka
atau lapisan kulit  Pertahankantekniksteriilsaatmelakuka
Minor: nperawatanluka
Subjektif:  Gantibalutansesuaijumlaheksudatdan
Objektif: drainase
1. Nyeri  Jadwalkanperubahanposisisetiap 2
2. Perdarahan jam atausesuaikondisipasien
3. Kem  Berikansumplemen vitamin dan
erahan mineral (mis. vitamin A, vitamin C, zinc,
4. Hem asam amino), sesuaiaindikasi
atoma 3. Edukasi
 Jelaskantandadangejalainfeksi
 Anjurkanmengonsumsimakanantingg
ikaloridan protein
 Ajarkanprosedurperawatanlukasecara
mandiri
4. Kolaborasi
 Kolaborasiprosedurdebriment (mis.
Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik),
jikaperlu

3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mutah


Definisi
keperawatan, Tingkat Nausea Tindakan
Peasaan tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorok menurun, dengan criteria hasil Observasi
atau lambung yang dapat
13. Identifikasi
mengakibatkan muntah
Tanda dang Gajala Mayor 1. Nafsu maka meningatkat karakteristik
Subjek:
2. Keluhan mual menurun muntah(mis. Warna,
1. Mengeluh mual
2. Merasa ingin 3. Perasaan ingin muntah konsistensi, adanya
muntah
menurun darah,waktu,frekuensi,
3. Tidak berminat
makan 4. Perasaan asam dimulut dan durasi)
Objektif: -
menurun 14. Periksa volume
Minor 5. Sensasi panas menurun muntah
Subjektif:
6. Sensasi dingin menurun 15. Identifikasi riwayat
1. Merasa asam d
mulut 7. Frekuansi menelan diet (mis. Makanan
2. Sensasi panas atau
menurun yang disuka, tidak
dingin
3. Sering memelan 8. Diaforesis menurun disukai, dan budaya)
Objektif:
9. Jumlah salifa menurun 16. Identifikasi factor
1. Salifa meningkat
2. Pucat 10. Pucat membaik penyabab muntah
3. Diaforesis
11. Takikardia membaik (mis. Pengobatan dan
4. Takikardia
5. Pupil dilatasi 12. Dilatasi pupil membaik prosedur
17. Identofikasi kerusakan
esophagus dan faring
posterior jika muntah
terlalu lama
18. Monitor efek
manajemen monitoe
secara menyeluruh
19. Monitor kesimbangan
cairan elektrolit
Terapeutik
1. Control factor lingkungan, penyebab
muntah(mis. Bau tak sedap, suara, dan
stimulasi visual yang tidak menyenangkan
2. Kurang atau hilangkan keadaan penyebap
muntah (mis. Kecemasan, ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat muntah(mis.
Membantu membukuk atau menundukan
kepala
7. Berikan kenyamanan selam muntah (mis.
Kompres dingin didahi atau sediakan
pakaian kering dan bersih
8. Berikan cairan yang tidak menganduung
karbonasi minimal 30menit setelah muntah
Edikasi
1. Anjurkan membawa kantong plastikuntuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Ajarkan penggunaan teknik untuk
mengelolah muntah
mis.biofeedback,hypnosis,relaksasi, terapi
music, akupresur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemik.jika perlu
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat


maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).

E. EVALUASI

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.

BAB III

LAPORAN KASUS
Tanggal Pendataan : 27-Januari-2021

Tanggal Masuk Rs : 25-Januari-2021

No. Reg : 15015

Rungan/Rs : Bedah/ RSUD Too Kabila

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

PENGKAJIAN

A.IDENTITAS PASIEN

a.Nama : Ny.RT

b.Jenis Kelamin : Permpuan

c.Umur : 44 Tahun

d.Agama : Islam

e.Status Perkawinan : Menikah

f.Pekerjaan : IRT

g.Pendidikan Terakhir : SD

h.Alamat : Tilongkabila

i.No.RM : 00015015

j.Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

B.RIWAYAT KEPERAWATAN

1.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

a.Keluhan Utama : Nyeri nyeri pada kaki kiri bagian telapak kaki.

b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 27- Januari
2021.
P: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul saat
beraktivitas tidak beraktivitas namun klien
mengupayakn dengan tidak banyak bergerak,

Q: Pasien merasa nyeri hilang timbul

R: nyeri pada kaki kiri bagian telapak kaki.

S: Klien mengatakan skala 4(1-10).

T: durasi 1-5 menit

klien juga mengatakan mual serta muntah, klien


mengatakan tidak nafsu makan. Klien masuk Rumah sakit
pada tanggal 25 januari 2021

c.Riwayar penyakit masalalu: pasien tidak memiliki riwayat penyakit pada masa anak-anak, juga
tidak memiliki alergi. Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

2. Riwayat kesehatan keluarga

3. Pengkajian pola fungsi Gordon


a. Persepsi tentang kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan tidak pernah merokok juga tidak pernah mengonsumsi
alcohol, pasien juga tidak melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, pasien merasa
terganggu dengan adanya nyeri, Pasien juga merasakan nyeri yang hilang timbul
ketika beraktivitas maupun tidak beraktifitas. Sekarang pasien berkeingian besar
untuk bias sembuh dan segera pulang kerumah
b. Pola aktivitas latihan

1.Rutinitas mandi

-Sebelum sakit pasien mengatakan sering mandi 2x sehari, memakai sabun,


menggosok gigi, memakai sampo
- Setelah sakit pasien jarang mandi 1x sehari
2. Kebersihan sehari-hari
- Sebelum sakit pasien jarang ganti pakaian setelah mandi
- Setelah sakit pasien jarang menggati pakaian
3. Aktifitas sehari-hari
- Sebelum sakit pasien sering melakukan aktifitas secara rutin
- Setelah sakit pasien sulit melakukan aktifitas dan hanya sering berbaring dan
duduk aktifitasnya dibantu dengan keluarga
4. Kemampyan perawatan diri

Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi √

Berpakaian √
Mobilisasi √
Ambulasi √
Makan/minum √
Ket:

0: Mandiri

1: Dibantu sebagian

2: Perlu dibantu orang lain

3: Perlu dibantu orang lain dengan alat

4: Tidak bias mandiri

c.Pola istrahat dan tidur


- Sebelum sakit
Frekuensi tidur:
- Malam: 7Jam (21.00-07.00)
- Siang: 3jam (13.00-16.00)
Setelah sakit
Frekuensi tidur
- Malam: 5jam(23.00-05.00)
- Siang 2jam (13.00-15.00)

d.Pola Nutrisi metabolic

- Sebelum sakit pasien makan nasi,ikan dan sayur lalu minum air dan sering
dihabiskan
- Frekuensi makan dan minum:
- makan 3x/hari
- Minum 7gelas/hari
- Setelah sakit pasien makan nasi ikan dan sayur lalu minum air putih porsi makan
dihabiskan sebagian
- Frekuensi makan dan minum
- Makan 2x/hari
- Minum 4gelas/hari

Pola eliminasi

- Sebelum sakit
- BAB: Frekuensi 3x/hari
- Bau: khas feses
- Warna : coklat
- Konsistensi: Lunak
- BAK: Frekuensi 4x/hari
- Bau: Khas Amoniak
- Warna: Kuning pucat
- Saat sakit
- BAB: Frekuensi 1x/hari
- Bau: khas feses
- Warna : hitam
- Konsistensi: padat
- BAK: Frekuensi 4x/hari
- Bau: Khas Amoniak
- Warna: Kuning pucat
e.Pola Kognitif dan Parceptual

Kualitas nyeri sedang durasi1-5menit dan skala 4(1-10) dan untuk meredakan nyeri pasien
mengonsumsi obat pereda nyeri, pasien tidak menggunakan alat bantu dan mampu untuk
membaca dan juga berbicara

f.Kemampuan konsep diri

Pasien menganggap dirinya orang biasa dan sebagai ibu rumah tangga

g.Pola koping

Pasien masuk RS karena penyakit yang diderita pasien.merasa camas terhadap kondisinya
sekarang, pasien berharap agar dirinya cepat sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasanya.
Pasien juga mampu mengambil keputuhan sendiri

h.Pola seksual reproduksi

Pasien tidak ingin membahas pola seksual dan reproduksinya

i.Pola hubungan peran

Pasien berperan sebagaiibu rumah tangga dalam keluaraganya dan pasien selalu menceritakan
masalahnya kepada suamin, anak-anak dan keluarganya

j.Pola nilai dan keprcayaan

Pasien menganut agama islam, selama pasien dirawat diRs pasien mengalami hambatan dalam
beribada.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kedaan umum

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Kondisi Klien secara umum : KU Lemah

3. Tanda-tanda vital : TD 150/90mmHg

N 100x/menit

R 20x/manit

SB 27,2̊c
4. Pertumbuhan fisik : TB 159cm
BB sebelum sakit 50kg
BB setelah sakit 50kg
Postur tubuh kurus
5. Keadaan Kuli : warna kuli: Putih
Tekstur Elastis
Kelainan kulit, Pasien tidak memiliki masalah pada
kulit

2. Pemerikasaan cefalokaudal
a. Kepala
 Bentuk kepala simetris, keadaan kulit kepala baik, bersih, tidak ada ketombe,
pertumbuhan rambut merata, warna rambut hitam, tidak terdapat lesi dan nyeri
tekan
 Bentul mata kiri dan kana simertis, kebersihan mata(+) Penglihatan
normal, Pupil berkontraksi ketida ada cahaya, sclera normal konjungtiva
anemis, Bulu mata tersitribusi merata, lapang pandang normal, tidak terpat nyeri
tekan
 Bentuk telinga kiri dan kanan simetris, tidak terdapat seruman,Fungsi
pendengaran normal tidak terdapat lesi dannyeri tekan
 Fingsi penciuman normal tidak ada polip
 Kebersihan mulut normal
b. Leher
Bentuk simetris, warna kuli merata, tidak terdapat lesi,tidak terdapat
pembengkakan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Dada
Inspeksi: Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada kelainan kulit, tidak
ada lesi, ekspansi paru normal
Auskultasi: Vokal permitus nomal, bunyi napas normal
Perkusi: Jenis pernapasan eupnea
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
d. Abdmen
Inspeksi: Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit merata
Auskultasi: Bising usus 5x/menit
Palpasi; Tidak ada nyeri tekan
e. Genitalia,anus dan rectum
Inspeksi: Warna urin kuning pucat pasien tidak mengguanakan kateter
Palpasi: tidak ada distensi urin
f. Eksremitas:
1. Atas: Semua anggota tubuh bagian atas Ny.Rt
sempurnah, tidak ada kelainan, kekuatan otot 5
2. Bawah: Terdapat luka dikaki kiri padaa Ny.Rt
kekuatan otot 5.

D. PEMERISAAN PENUNJANG

a. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hemoglobin 11.0 g/dl 11-17
Leukosit 18.4 10 4.0-10.0
Erirosit 4.01 10 4.00-6.20
Hematokrit 32.4 % 35.0-55.0
trombosit 42.6 10 150-400
E. Terapi yang diberikan

No Hari/Tanggal Nama Obat Dosis Cara Manfaat


pemberian
1. Senin,25 Jan NaCl 20tpm IV
21
2. Ranitidin 3x1 IV
3 Ketorolac 3% 3x1 IV
4 Cafoperzone 3x1
5 Metronidazole 3x1 1V
6. Nofo rapit 3x8 IV
7 Sansulin 1x10

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengeluh nyeri 1. Pasien tampak pucat
pada kaki dibagian 2. Kondisi klien lemah
telapak kaki kiri 3. TD 150/90mmHg
2. Klien mengeluh muntah 4. N 100x/menit
3. Klien mengeluh mual 5. Klien tampak meringis
4. Klian mengeluh nafsu 6. Membran mukosa pucat
makan berkurang 7. P: nyeri hilang timbul saat
5. Klien mengeluh merasa beraktivitas tidak beraktivitas
lemah namun klien mengupayakn
6. Klian mengatakan pada dengan tidak banyak bergerak,
sat makan tidak 8. Q: nyeri hilang timbul
dihabiskan 9. R: nyeri pada kaki kiri bagian
7. Klien merasa nyeri hilang telapak kaki.
timbul dengan durasi 1-5 10. S: skala 4(1-10).
menit Dengan skla 4 11. T: durasi 1-5 menit
8. KLien mengeluh merasa 12. Konjungtiva anemis
tidak nyaman 13. Frekuensi munta 5x dalam
sehari
14. Porsi makan tidak dihabiskan
15. Kemerahan diarea luka
terdapat luka dibagian kaki kiri

ANALISA DATA

No Data Ds Dan Do Etiologi Masalah/Dignosa


1 DS: Trauma jarngan Nyeri Akut
1. Klien mengeluh nyeri pada telapak ↓
kaki sebelah kiri Kerusakan sel
P: nyeri hilang timbul saat beraktivitas ↓
tidak beraktivitas namun klien Pelepasan
mengupayakn dengan tidak banyak mediator( Histamin)
bergerak, ↓
Q: nyeri hilang timbul Merangsang reseptor
R: nyeri pada kaki kiri bagian telapak nyeri
kaki. ↓
S: skala 4(1-10). Digantarkan serabut
T: durasi 1-5 menit tepe A dan serabut Tipe
DO: C
Klien temapak meringis ↓
TTV: TD 100/90 Medula spinalis
N.100x/menit ↓
System aktivitas
reticular

Hipotalamus dan
system limbic

Otak

Persepsi nyeri

Nyeri akut

2. DS Tekanan intrakarnial Nausea


Klien meneluh mual muntah meningkat berhubungan
Mengeluh nafsu makan berkurang ↓ dengan distensi
Klien mengeluh pada saat makan tidak Merangsang reseptor lamnbung
pernah habis intracranial
DO ↓
KU lemah Merangasang pusat
Frekuensi muntah 5x sehari muntah
Porsimakan tidak dihabiskan ↓
Membran mukosa pucat Kontraksi duodenum
dan atrium lambung

Tekanan inta abdomen
meningkat

Peristaltic retogreid

Lambung penuh
difragma naik

Tekanan intratorak
meningkat

Spingter esophagus
membuka

Muntah

nausea
3. DS Antibodi merusak Gangguan integritas
Klien merasa tidak nyaman jaringan kulit
DO: ↓
Klien tampak meringis Terjadi peradangan/
Kemerahan disekitar daerah luka Inflamasi
Terdapat lukan dibagian kaki kiri ↓
Perubahan fungsi
karakter kulur

Ganggua integritas
kulit
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


Nyeri akut berhubungan dengan pencedera Setelah Manajemen nyeri
fisiologis dilakukan Tindakan
DS: tindakan Observasi
Klien mengeluh nyeri pada telapak kaki keperawata Identifikasi lokasi, kerakteristik
sebelah kiri n 2x24jam frekuensi, kualitas intensitas
P: nyeri hilang timbul saat beraktivitas tidak diharapkan nyeri
beraktivitas namun klien mengupayakn dengan tingkat Terapeutik
tidak banyak bergerak, nyeri Berikan teknik nonfermakologi
Q: nyeri hilang timbul menurun untuk mengurangi rasa nyeri
R: nyeri pada kaki kiri bagian telapak kaki. Edukasi
S: skala 4(1-10). Jelaskan periode pemicu nyeri
T: durasi 1-5 menit Kolaborasi
DO: Kolaborasi pemberian anlgetik
Klien temapakmeringis
TTV: TD 100/90
N.100x/menit

Nausea B/d Distensi lambung Setelah Manajemen Muntah


DS dilakukan Tindakan
Klien meneluh mual muntah tindakan Observasi
Mengeluh nafsu makan berkurang keperawata O: Mengidentifikasi
Klien mengeluh pada saat makan tidak pernah n 2x24jam karakteristik muntah
habis diharapkan T: Berikan dukunagnfisik saat
DO tingkat muntah
KU lemah Muntah E: - Anjurkan memoerbanyak
Frekuensi muntah 5x sehari menurun istrahat
Porsimakan tidak dihabiskan g. Ajarkan
Membran mukosa pucat penggunaan
teknik
farmakologi
untuk
mengeloah
muntah
Kolaborasi
Kolborasi pemberian antiemetik
Gangguan integritas kulit/jaringan b/d Setelah Perubahan integritas kulit
Neuropati feriper dilakukan Tidakan
DS tindakan O: Identifikasi penyebab
Klien merasa tidak nyaman keperawata gangguan integritas kulit
DO: n 2x24jam T: Ubah podidi tiap 2jam jika
Klien tampak meringis diharapkan tirah baring
h. Kemerahan disekitar Kerusakan E. Anjurkan minum air yang
daerah luka jaringan cukup
i. Terdapat lukan dibagian menurun
kaki kiri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi


1 Rabu/27 08.00 Mengidentifikasi lokasi S. P: nyeri hilang timbul saat
Jan/2021 kerakteristik,lokasi, beraktivitas tidak beraktivitas namun
durasi,frekuensi klien mengupayakn dengan tidak
,kualitas intensitas banyak bergerak,
P: nyeri hilang timbul Q: nyeri hilang timbul
saat beraktivitas tidak R: nyeri pada kaki kiri bagian telapak
beraktivitas namun kaki.
klien mengupayakn S: skala 4(1-10).
dengan tidak banyak T: durasi 1-5 menit
bergerak, O: - Klien masi meringis
Q: nyeri hilang timbul j. Skala nyeri 4(1-
R: nyeri pada kaki kiri 10)
bagian telapak kaki. k. TTV: TD 100/90
S: skala 4(1-10). l. N.100x/menit
T: durasi 1-5 menit A: Malah belum teratasi
08.05 Memberikanteknik P: lanjutkan intervensi
nonfarmakologi untuk
08.10 mengurangi nyeri yaitu
teknik naps dalam
Meberikan penjelasan
edukasi pada pasien
tentang penyebab dan
pemicu nyeri
08.20 Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Rabu 27 an 08.25 Mengidentifikasikan S. - Klien mengelu mual dan muntah
2021 karakteristek muntah - Klien mengelun nafsunmakan
08.35 Memberikan dukungan berkurang
fesik saat muntah: - Mengeluh setiap makan tidak
membantu pasien dihabiskan
membungkuk saat O: - KU lemah-
muntah -Frekuensi muntah 5x sehari
08.45 Menganjurkan pasien - Porsi makan tidak dihabiskan
memperbanyak istirahat - Membran mukosa pucat
08.50 Memberikan teknik A: Masalah belum teratasi
nonfarmakologi untuk P: Lanjutkan intervensi
mengelolah muntah
08.55 Berkolaborasi
pemberian antiemetik
3 Rabu/27 jan 09.00 Mengidentifikasi S: - Klien masih mengeluh tidak
2021 penyebab terjadinya nyaman
gangguan integritas O: - Klien tempak meringis kemerahan
09.15 kulit didaerah luka
Mengubah posisi m.
setiap2jam apabila kiti
09.20 pasien tirah baring A: Masalah belum teratasi
Menganjurkan pasien P: Lanjutkan intervensi
untuk minum air yang
cukup

1 Kamis/ 28 jan 13.00 Mengidetifikasi skala S. Klien mengatakan nyeri hilang


2021 nyeri timbul
13.05 Memberikan tekni
nonfarmakologi O: - skala 4(1-10).
Untuk mengurangi n. Klien masi
13.10 nyeri meringis
Memberikan o. Skala nyeri 4(1-
penjelaskan edukasi 10)
pada pasien tentang p. TTV: TD 100/90
13.20 penyebab pemicu nyeri q. N.100x/menit
Berkolaborasi A: Malah belum teratasi
pemberian anagetik P: lanjutkan intervensi

2 Kamis 28 jan 13.25 Memberikan dukungan S. - Klien masih mengeluh mual dan
2021 fesik saat muntah: muntah
membantu pasien - Klien mengelun nafsunmakan
membungkuk saat berkurang
muntah - Mengeluh setiap makan tidak
13.40 Menganjurkan pasien dihabiskan
memperbanyak istirahat O: - KU lemah-
Memberikan teknik -Frekuensi muntah 5x sehari
nonfarmakologi untuk - Porsi makan tidak dihabiskan
mengelolah muntah - Membran mukosa pucat
13.55 Berkolaborasi A: Masalah belum teratasi
pemberian antiemetik P: Lanjutkan intervensi
3 Kamis 28 jan 14.00 Mengubah posisi setiap S: - Klien masih mengeluh tidak
2021 2jam apabila pasien nyaman
tirah baring O: - Klien tempak meringis kemerahan
14.15 Menganjurkan pasien didaerah luka
untuk minum air yang r. Terdapat luka ditelapakak kaki
cukup kiti
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Daftar Pustaka
Corwin,EJ.2009.Buku Saku Patofisiologi,3 Edisi Refisi. Jakarata: EGC
Yuliana Elin,Andrajat Retnosari, 2009, ISO Farmakoterafi, Jakarta: ISFI
Price dan Wilson(2008), Patofisiologi konsep klinis Prose-prose
penyakit
Santosa,Budi 2008. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2005-
2006 Jakarta: Prima Medika
SDKI SLKI SIKI EDISI I PPNI

Anda mungkin juga menyukai