Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL

“Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Malaria Yang Ada Di Gorontalo”

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KOMUNITAS

DOSEN PENGAJAR : IBU RISTA ARIANI, S. Kep, Ns., M. Kep

OLEH : KELOMPOK 3 ( KELAS


1II C DIII KEPERAWATAN )

MERVIANTI IBRAHIM (751440119076)

NOVITA ANGRAENI (751440119080)

NURUL FAUZIAH AHMAD (751440119082)

RIFKY ADEMULYA POU (751440119086)

YULIANTI PUTERI (751440119098)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALO

T.A 2021/2022

MALARIA
A. PENGERTIAN

Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit
protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk
Anopheles spesies betina yang bertindak sebagai vektor malaria. Nyamuk ini terutama
menggigit manusia pada malam hari mulai senja sampai fajar Pada manusia dikenal ada
4 genus Plasmodium yaitu, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia
yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di
daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama
lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MALARIA

Faktor geografis di Indonesia sangat menguntungkan terjadinya transmisi malaria,


seperti:

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan faktor yang berpengaruh pada perkembangbiakan dan


kemampuan hidup vektor malaria, lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap nyamuk
Anopheles antara lain:
a. Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum


berkisar antara 20-300C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek
masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin
panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies,
pada suhu 26,70 C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium
falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium
malariae dan Plasmodium ovale.

b. Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak


berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling
rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih
tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya


epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan,
jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Curah hujan yang tidak teratur akan
menyebabkan terbentuknya tempat perindukan nyamuk dan hujan yang diselingi
panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
Bila curah hujan yang normal pada suatu waktu maka permukaan air akan
meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi penularan malaria dan apabila
curah hujan tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau saluran air sehingga
larva akan terbawa arus air.
d. Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah, hal ini
berkaitan dengan menurunya suhu rata-rata. Nyamuk malaria tidak bisa hidup pada
ketinggian lebih dari 2.500 meter diatas permukaan laut. Karena ketinggian disuatu
daerah berhubungan dengan temperatur, kelembaban dan tekanan udara.

e. Angin

Hembusan angin dapat membawa (mendukung) jarak terbang nyamuk dari tempat
perindukannya ke daerah pemukiman penduduk. Sebaliknya hembusan dan arah
angin dapat juga menghambat jarak terbang nyamuk malaria apabila arah angin
berlawanan. Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat
terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah yang ikut menentukan dan
menyebabkan kontak antara nyamuk dengan manusia.

f. Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan jentik (larva) nyamuk malaria


berbeda- beda. Ada Anopheles yang menyukai tempat terbuka (kena sinar matahari
langsung), misalnya An. hyrcanus spp dan An. pinctutatus spp dan ada pula yang
menyukai tempat teduh An. Sundaicus sedangkan yang dapat hidup baik di tempat
teduh maupun kena sinar matahari adalah An. Barbirostis.

g. Arus air

Ada nyamuk malaria yang menyukai air tenang (tergenang) seperti Anopheles
Letifer dan ada juga nyamuk yang menyukai air mengalir lambat seperti Anopheles
barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau mengalir lambat serta
ada pula yang menyukai air yang berarus deras seperti Anopheles Minimus.
h. Kawat kasa

Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya


kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana
nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Penggunaan kasa pada ventilasi dapat
mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.
i. Keadaan dinding

Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan


penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang
disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat nyamuk
hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding rumah yang
terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk masuknya
nyamuk.
j. Langit-langit rumah

Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang
terbuat dari kayu, asbes, maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-
langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk
lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara
penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah
yang ada langit-langitnya

2. Lingkungan Biologi

Lingkugan biologi yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang


berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya tumbuhan bakau,
lumut, ganggang ditepi rawa yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk
malaria karena menghalangi sinar matahari langsung sehingga tempat perindukan
nyamuk menjadi teduh dan juga melindungi serangan dari mahluk hidup lainnya.
Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala timah (panchax spp),
gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mengurangi populasi nyamuk di suatu daerah.
Begitu pula dengan keberadaan hewan peliharaan disekitar rumah seperti sapi, kerbau
dan babi dapat mempengaruhi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, sebab nyamuk
akan banyak menggigit hewan tersebut.
3. Lingkungan Sosial Budaya

Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti: kebiasaan


keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik
akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang
bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria
seperti penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada
rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan (aktivitas) manusia seperti
pembukaan hutan, pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan,
perkebunan dan pembangunan pemukiman penduduk mengakibatkan perubahan
lingkungan yang mendukung terjadinya transmisi malaria. Selain itu, perpindahan
penduduk dan pariwisata juga menyokong terjadinya transmisi malaria dari satu daerah
ke daerah lain.

C. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PROGRAM KEMITRAAN


UNTUK MENGATASI MASALAH KESEHATAN MALARIA
1) Dinas Kesehatan
2) Puskesmas
3) Petugas Kesehatan
4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
5) Kecamatan bekerja sama dengan Kepala Desa
6) Masyarakat di Desa/Kelurahan setempat
7) Mahasiswa D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo

D. PROPOSAL KEMITRAAN
“BERSAMA MASYARAKAT MENUJU GORONTALO BEBAS MALARIA”

1. LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah malaria
diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk
karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Malaria
merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara
tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi,
sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran
penyakit tersebut. Pembukaan lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim
di daerah tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih menghadapi risiko
penyakit malaria. Sekitar 80% kabupaten /kota/ di indonesia, menurut Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, saat ini masih termasuk dalam kategori endemis malaria, Malaria
menyerang penduduk, terutama yang berdomisili di daerah terpencil dengan kondisi
lingkungan yang kurang baik, transportasi dan komunikasi yang sulit di capai dan akses
pelayanan kesehatan yang terbatas. Jumlah kasus klinis yang di laporkan pada tahun 2009
adalah sebanyak 1.143.024 orang dengan jumlah kasus positif berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, adalah 199.577 orang (Kemenkes, 2010 ). Jumlah tersebut mungkin lebih
kecil dari kasus sebenarnya karena tidak semua kasus di laporkan akibat hambatan
transportasi dan komunikasi dari endemis desa tepencil.
Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita,
ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ditemui 15 juta penderita
malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga pemerintah
memprioritaskan penangulangan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan (Depkes.
RI, 2007). Sedangkan data WHO menyebutkan tahun 2008 terdapat 544.470 kasus Malaria
di Indonesia, dimana di tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis dan tahun 2010
meningkat lagi menjadi 1.800.000 kasus bahkan di beberapa wilayah di dapatkan prevalensi
ibu hamil dengan malaria, sehingga bayi yang dilahirkan memiliki resiko berat badan lahir
rendah 2 kali lebih besar di banding ibu hamil tanpa malaria.
Provinsi Gorontalo termasuk provinsi yang memiliki angka kejadian malarianya cukup
tinggi. Malaria di Provinsi Gorontalo menduduki peringkat ke-4 dari 10 penyakit lainnya
yang menonjol. Kabupaten Gorontalo adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo
yang endemis malaria. Data tiga tahun terakhir menunjukan kejadian malaria di Kabupaten
Gorontalo mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011.

2. TUJUAN

Tujuan dari program ini adalah untuk mencegah terjadinya penularan kasus malaria di
Gorontalo.

3. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM KEMITRAAN

- Dinas Kesehatan, bertugas untuk membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama
dengan fasilitas layanan lainnya (Pemerintah dan Swasta) untuk meningkatkan akses
layanan yang bermutu bagi setiap pasien malaria.
- Puskesmas, dalam hal ini sebagai seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular
- Petugas Kesehatan, bertugas memantau pasien malaria dengan memastikan bahwa
dilakukan penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana malaria dan harus
melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan dan hasil pengobatannya kepada
Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku
- Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, bertugas dalam
pengendalian vektor malaria yang optimal dan sebagai penyediaan sumber dana
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai, juga bertanggung jawab menyediakan
sarana prasana dan obat-obatan dalam upaya pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit malaria.
- Kecamatan bekerja sama dengan Kepala Desa, bertugas untuk pendistribusian
kelambu yang dilakukan secara rutin yaitu 2 tahun sekali, kemudian kegiatan
penyemprotan dinding rumah yang dilakukan rutin 1 tahun sekali.
- Masyarakat di Desa/Kelurahan setempat, bertugas untuk menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan obat nyamuk bakar, menggunakan kelambu, menggunakan obat
semprot nyamuk, melakukan gotong royong untuk membersihkan selokan dan
mengeringkan air yang tergenang.
- Mahasiswa D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo, dalam hal ini
bertindak sebagai penyuluh kesehatan mengenai penyakit Malaria.

4. SUMBER PEMBIAYAAN KEGIATAN

Sumber pembiayaan kegiatan Pasal 19 BAB XXI Pembiayaan :

- Pembiayaan upaya penanggulangan malaria wajib di biayai dalam APBD masing-


masing kabupaten demi kesinambungan untuk pencapaian tujuan penanggulangan
malaria
- Pemerintah daerah dapat menggali sumber-sumber pembiayaan lainnya yang sah dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Kemudian sesuai isi pada Pasal 12 BAB VI Penanggulangan Penyakit Malaria Berbasis
Masyarakat yaitu :

- Penyakit malaria di tingkat Desa/Kelurahan menggunakan sumber-sumber


pembiayaan yang dimiliki oleh Desa/Kelurahan dan Masyarakat secara efektif dan
efisien berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. BENTUK ATAU RENCANA KEGIATAN

1) Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus


diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.
Materi utama penyuluhan adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko
terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria,
pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.

2) Pengelolaan Lingkungan (Source Reduction)

Pengelolaan lingkungan mencakup kegiatan modifikasi dan manipulasi lingkungan


atau interaksinya dengan manusia, yang bertujuan untuk mencegah, membatasi
perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak nyamuk dengan manusia.
Modifikasi lingkungan merupakan suatu upaya pengelolaan lingkungan yaitu
meliputi perubahan fisik bersifat permanen terhadap air dan tanaman, yang bertujuan
untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor tanpa mengganggu
kualitas lingkungan bagi kehidupan manusia. Kegiatan ini dapat berupa pembuatan
drainase dan penimbunan genangan tempat perindukan, perubahan sanitasi, pengaturan
permukaan air waduk , pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa.
3) Pemberantasan Vektor
Upaya pemberantasan vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa,
melalui kegiatan penyemprotan rumah dan pemasangan kelambu berinsektisida.
Pemberantasan jentik dilakukan dengan cara membunuh jentik nyamuk melalui kegiatan
larvaciding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk.
4) Modifikasi Perilaku
Berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai senja sampai subuh di saat
nyamuk anopheles umumnya menggigit.
5) Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap plasmodium sp)
Untuk mengurangi risiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa
obat-obat antimalaria yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin,
meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis
kumulatif maksimal untuk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa
adalah 100 gram basa.

6) Pencarian Penderita Malaria

Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria
dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis (mikroskopis atau
Rapid Diagnosis Test) dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan
kunjungan kasus malaria.

7) Diagnosa Dini

 Gejala klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang
keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan bermalam1-4
minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat
tranfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa: Demam
(pengukuran dengan thermometer ≥ 37,50C), Anemia, Pembesaran limpa (splenomegali)
atau hati (hepatomegali)

 Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan mikroskopis dan Tes Diagnostik Cepat


(RDT, Rapid Diagnostic Test)

 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum pasien meliputi


pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa
juga dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks, EKG dan pemeriksaan
lainnya.

8) Penanganan Akibat Lanjut Dari Komplikasi Malaria


- Pemberian obat malaria sedini mungkin
- Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal,
pemasangan ventilator pada gagal nafas.
- Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk mencegah
memburuknya fungsi organ vital.
9) Rehabilitasi Mental/Psikologis

Pemulihan kondisi penderita malaria, memberikan dukungan moril kepada penderita


dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan rujukan pada
penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.

Anda mungkin juga menyukai