T.A 2021/2022
MALARIA
A. PENGERTIAN
Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit
protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk
Anopheles spesies betina yang bertindak sebagai vektor malaria. Nyamuk ini terutama
menggigit manusia pada malam hari mulai senja sampai fajar Pada manusia dikenal ada
4 genus Plasmodium yaitu, Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia
yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di
daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama
lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
1. Lingkungan Fisik
b. Kelembaban
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah, hal ini
berkaitan dengan menurunya suhu rata-rata. Nyamuk malaria tidak bisa hidup pada
ketinggian lebih dari 2.500 meter diatas permukaan laut. Karena ketinggian disuatu
daerah berhubungan dengan temperatur, kelembaban dan tekanan udara.
e. Angin
Hembusan angin dapat membawa (mendukung) jarak terbang nyamuk dari tempat
perindukannya ke daerah pemukiman penduduk. Sebaliknya hembusan dan arah
angin dapat juga menghambat jarak terbang nyamuk malaria apabila arah angin
berlawanan. Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat
terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah yang ikut menentukan dan
menyebabkan kontak antara nyamuk dengan manusia.
f. Sinar matahari
g. Arus air
Ada nyamuk malaria yang menyukai air tenang (tergenang) seperti Anopheles
Letifer dan ada juga nyamuk yang menyukai air mengalir lambat seperti Anopheles
barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau mengalir lambat serta
ada pula yang menyukai air yang berarus deras seperti Anopheles Minimus.
h. Kawat kasa
Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang
terbuat dari kayu, asbes, maupun anyaman bambu halus. Jika tidak ada langit-
langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk
lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara
penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah
yang ada langit-langitnya
2. Lingkungan Biologi
D. PROPOSAL KEMITRAAN
“BERSAMA MASYARAKAT MENUJU GORONTALO BEBAS MALARIA”
1. LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah malaria
diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk
karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Malaria
merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara
tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi,
sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran
penyakit tersebut. Pembukaan lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim
di daerah tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih menghadapi risiko
penyakit malaria. Sekitar 80% kabupaten /kota/ di indonesia, menurut Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, saat ini masih termasuk dalam kategori endemis malaria, Malaria
menyerang penduduk, terutama yang berdomisili di daerah terpencil dengan kondisi
lingkungan yang kurang baik, transportasi dan komunikasi yang sulit di capai dan akses
pelayanan kesehatan yang terbatas. Jumlah kasus klinis yang di laporkan pada tahun 2009
adalah sebanyak 1.143.024 orang dengan jumlah kasus positif berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, adalah 199.577 orang (Kemenkes, 2010 ). Jumlah tersebut mungkin lebih
kecil dari kasus sebenarnya karena tidak semua kasus di laporkan akibat hambatan
transportasi dan komunikasi dari endemis desa tepencil.
Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, anak balita,
ibu melahirkan dan produktivitas sumber daya manusia. Saat ditemui 15 juta penderita
malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap tahun, sehingga pemerintah
memprioritaskan penangulangan penyakit menular dan penyehatan Lingkungan (Depkes.
RI, 2007). Sedangkan data WHO menyebutkan tahun 2008 terdapat 544.470 kasus Malaria
di Indonesia, dimana di tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis dan tahun 2010
meningkat lagi menjadi 1.800.000 kasus bahkan di beberapa wilayah di dapatkan prevalensi
ibu hamil dengan malaria, sehingga bayi yang dilahirkan memiliki resiko berat badan lahir
rendah 2 kali lebih besar di banding ibu hamil tanpa malaria.
Provinsi Gorontalo termasuk provinsi yang memiliki angka kejadian malarianya cukup
tinggi. Malaria di Provinsi Gorontalo menduduki peringkat ke-4 dari 10 penyakit lainnya
yang menonjol. Kabupaten Gorontalo adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo
yang endemis malaria. Data tiga tahun terakhir menunjukan kejadian malaria di Kabupaten
Gorontalo mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2011.
2. TUJUAN
Tujuan dari program ini adalah untuk mencegah terjadinya penularan kasus malaria di
Gorontalo.
- Dinas Kesehatan, bertugas untuk membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama
dengan fasilitas layanan lainnya (Pemerintah dan Swasta) untuk meningkatkan akses
layanan yang bermutu bagi setiap pasien malaria.
- Puskesmas, dalam hal ini sebagai seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular
- Petugas Kesehatan, bertugas memantau pasien malaria dengan memastikan bahwa
dilakukan penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana malaria dan harus
melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan dan hasil pengobatannya kepada
Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku
- Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, bertugas dalam
pengendalian vektor malaria yang optimal dan sebagai penyediaan sumber dana
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai, juga bertanggung jawab menyediakan
sarana prasana dan obat-obatan dalam upaya pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit malaria.
- Kecamatan bekerja sama dengan Kepala Desa, bertugas untuk pendistribusian
kelambu yang dilakukan secara rutin yaitu 2 tahun sekali, kemudian kegiatan
penyemprotan dinding rumah yang dilakukan rutin 1 tahun sekali.
- Masyarakat di Desa/Kelurahan setempat, bertugas untuk menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan obat nyamuk bakar, menggunakan kelambu, menggunakan obat
semprot nyamuk, melakukan gotong royong untuk membersihkan selokan dan
mengeringkan air yang tergenang.
- Mahasiswa D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Gorontalo, dalam hal ini
bertindak sebagai penyuluh kesehatan mengenai penyakit Malaria.
Kemudian sesuai isi pada Pasal 12 BAB VI Penanggulangan Penyakit Malaria Berbasis
Masyarakat yaitu :
1) Penyuluhan Kesehatan
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria
dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis (mikroskopis atau
Rapid Diagnosis Test) dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan
kunjungan kasus malaria.
7) Diagnosa Dini
Gejala klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang
keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan bermalam1-4
minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria,
riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat
tranfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa: Demam
(pengukuran dengan thermometer ≥ 37,50C), Anemia, Pembesaran limpa (splenomegali)
atau hati (hepatomegali)
Pemeriksaan penunjang