DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK 1
Puja puji syukur hanyalah milik Allah SWT Rabb semesta alam, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada umat-Nya. Serta shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah Laporan dan kasus manajemen terpadu bayi muda usia 0-2 bulan ini
penulis harapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca agar dapat mengetahui
lebih banyak lagi tentang pemberian imunisasi. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas
bantuan kepada pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa saran yang membangun demi kesempurnaan makalh ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola
pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkaSSSSSSn oleh trauma,
alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2005). Pneumonia adalah salah
satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk dan disertai dengan
sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsulidasi (Nurarif, 2015). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto
rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA
semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia), disebut “Pneumonia”
saja (Christian, 2016). Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah
kesehatan di dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan
negara-negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara-
Negara Eropa lainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pneumonia ?
2. Apa Saja Etiologi Pneumonia ?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Klasifikasi Klinis Penyakit Pneumonia ?
4. Bagaimana Klasifikasi Klinis Pneumonia Pada Balita ?
5. Bagaimana Diagnosis Pneumonia ?
6. Apa Saja Faktor Resiko Pneumonia ?
7. Bagaimana Contoh Kasus MTBM Pada Bayi Umur 2 Bulan ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Pneumonia
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Etiologi Pneumonia
3. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Klasifikasi Klinis Penyakit
Pneumonia
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Klasifikasi Klinis Pneumonia Pada Balita
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Diagnosis Pneumonia
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Resiko Pneumonia
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Contoh Kasus MTBM Pada Bayi Umur 2 Bulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pneumonia
Definisi lain menyebutkan bahwa pada pneumonia terjadi peradangan pada salah
satu atau kedua organ paru yang disebabkan oleh infeksi (Ostapchuk dalam Machmud, 2006:
7). Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak jarang
yang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996: 37). Penyakit ini umumnya terjadi pada
anak-anak dengan ciri-ciri adanya demam, batuk disertai napas cepat (takipnea) atau napas
sesak. Definisi kasus tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya diperkenalkan oleh
WHO pada tahun 1989. Selain itu, gambaran klinis lain dari pneumonia ditunjukkan dengan
adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) (Wahab, 2000: 884). Pneumonia pada
anak juga sering kali bersamaan dengan terjadinya infeksi akut pada bronkus atau disebut
dengan bronkopneumonia (Depkes, 2004: 4).
B. Etiologi Pneumonia
Etiologi pneumonia dibedakan berdasarkan agen penyebab infeksi, baik itu bakteri,
virus, maupun parasit. Pada umumnya terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus
(Streptococcus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini menyebabkan
pneumonia hampir pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di negara-negara
berkembang (Machmud, 2006: 13). Bakteri-bakteri lain seperti Staphylococcus, Pneumococcus,
dan Haemophylus influenzae, serta virus dan jamur juga sering menyebabkan pneumonia
(Prabu, 1996: 37). Salah satu penelitian yang dilakukan Prof. Dr. dr. Cissy B Kartasasmita
SpA(K), MSc pada sejumlah 2000 anak di Bandung tahun 2000 ditemukan adanya 30% positif
pneumonia berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan apus tenggorokkan dengan 65% di
antaranya adalah kuman pneumokokus (Medicastore, 2007).
Akan tetapi, dari pandangan yang berbeda didapatkan bahwa gambaran etiologi
pneumonia dapat diketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini terlihat dengan adanya
perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi maupun balita. Ostapchuk menyebutkan
kejadian pneumonia pada bayi neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri Streptococcus
dan Gram negative enteric bacteria (Escherichia coli). Hal ini dijelaskan pula oleh Correa,
bahwa bakteri Streptococcus pneumoniae sering menyerang neonatus berumur 3 minggu
hingga 3 bulan (Machmud, 2006: 13). Sementara itu, pneumonia pada anak-anak usia balita
lebih sering disebabkan oleh virus, salah satunya oleh Respiratory syncytial virus (Ostapchuk
dalam Machmud, 2006: 13).
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri-ciri demam, batuk,
pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing),
serta sianosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest
indrawing) terjadi karena gerakan paru yang mengurang atau decreased lung compliance akibat
infeksi pneumonia yang berat (Depkes RI, 1993: 24). Pada usia di bawah 3 bulan, kejadian
pneumonia diikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis, laryngitis dan
pharyngitis (Gotz dalam Machmud, 2006: 17).
Kriteria napas cepat berdasarkan frekuensi pernapasan dibedakan menurut umur anak.
Untuk umur kurang dari 2 bulan, dikatakan napas cepat jika frekuensi napas 60 kali per menit
atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan sampai <12 bulan jika
≥50 kali per menit, dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika ≥40 kali per menit (Depkes RI,
2007: 12). Peningkatan frekuensi napas terjadi pada penderita pneumonia sebagai akibat dari
reaksi fisiologis terhadap keadaan hipoksia (kekurangan oksigen) atau dapat pula terjadi pada
anak yang gelisah/takut (Depkes RI, 1993: 24).
E. Diagnosis Pneumonia
Pada dasarnya, diagnosis etiologi pneumonia pada bayi dan balita sulit ditegakkan oleh
karena dahak sukar diperoleh. Sulitnya penegakan diagnostik penyakit pneumonia juga dapat
disebabkan karena adanya defek anatomi kongenital, kurangnya fungsi imunitas karena obat
atau penyakit serta karena adanya penyakit yang bersifat genetis dan mempengaruhi
perkembangan tubuh (Correa dalam Machmud, 2006: 20). Oleh karena itu, pemeriksaan
imunologi juga dirasa belum dapat menentukan adanya bakteri sebagai penyebab terjadinya
pneumonia (Depkes RI, 2004: 6).
Prosedur yang diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal adalah dengan biakan
aspirat paru dan pemeriksaan spesimen darah. Akan tetapi, pada kenyataannya hal ini sulit
dilakukan mengingat prosedurnya yang bersifat invasive serta dinilai berbahaya dan
bertentangan dengan kode etik, khususnya jika dilakukan untuk kepentingan penelitian. Oleh
karena itu, pada umumnya diagnosis etiologi pneumonia pada bayi dan balita masih dapat
dilihat dari gejala- gejala klinis sederhana tanpa penentuan dari data laboratorium maupun
radiologis (Kanra dalam Machmud, 2006: 21). Pemeriksaan laboratorium untuk melihat adanya
organisme penyebab hanya dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit dan
memiliki riwayat komplikasi (Ostapchuk dalam Machmud, 2006: 20).
Faktor-faktor risiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain umur, jenis
kelamin, gizi kurang, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang memadai, defisiensi vitamin
A, status imunisasi, polusi udara, kepadatan rumah tangga, ventilasi rumah, dan pemberian
makanan yang terlalu dini (Depkes RI, 2004: 7). Selain itu, dari sebuah hasil penelitian
diketahui faktor-faktor risiko lain yang dapat meningkatkan insidens pneumonia yaitu perilaku
ibu dalam pengobatan, lamanya waktu anak berada di dapur, riwayat ke Posyandu dalam 3
bulan terakhir, serta pendapatan rumah tangga (Sutrisna, 1993: 36).
KASUS
Ny. E datang ke puskesmas membawa anak bernama Tuti Umur 2 Bulan dengan
keluhan demam disertai batuk pilek. Dari hasil pemeriksaan di peroleh data Respirasi rate
50 x/menit, nafas cepat, bunyi napas wheezing, Suhu Tubuh 38ºC, BB : 4,9 kg dan
panjang badan 54 cm. ibu mengatakan saat ini anaknya belum mendapatkan imunisasi.
PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN
BALITA SAKIT UMUR 0-2 bulan
Tanyakan apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut.
Tidak ada tanda bahaya DEMAM BUKAN Berikan dosis pertama Paracetamol
umum MALARIA jika demam tinggi ( >38ºC )
ATAU Obati penyebab lain dari demam
Tidak ada kaku kuduk Jika demam tiap hari selama > 7
hari, RUJUK untuk pemeriksaan
lanjutan
Nasihati kapan kembali segera
Kunjungan ulang 2 hari jika tetap
demam
SANMOL DROPS
3 – 4x dalam sehari untuk menurunkan demam.
BERAT BADAN
SIRUP per 0.6 ml
4 – < 6 kg 0.6 ml
PARACETAMOL
Setiap 6 jam sampai demam hilang
UMUR atau BERAT BADAN SIRUP 120 mg/ 5 ml
2 Bulan - < 6 bulan 2,5 ml
( 4 - < 7 kg ) (1/2 sdk takar )
Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. Bandingkan jawaban ibu dengan
ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT.
TANYAKAN :
Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali menyusui
USIA ANJURAN
Umur 1 minggu sampai 6 Berikan ASI sesuai keinginan bayi. Lihat tanda-tanda
bulan kelaparan, seperti mulai rewel, menghisap jari, atau
menggerak-gerakan bibir.
Berikan ASI siang dan malam, sesuai keinginan bayi,
sedikitnya 8 kali dalam 24 jam. Menyusui dengan
sering, menyebabkan produksi ASI lebih banyak.
Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.
ASI lah yang bayi perlukan
KUNJUNGAN ULANG
Nasihati ibu untuk datan kembali sesuai waktu yang paling awal untuk permasalahan
anaknya
C. Kunjungan berikutnya untuk Anak Sehat : Nasihati ibu kapan harus membawa anaknya
kembali untuk imunisasi dan Vit A berikutnya sesuai JADWAL YANG DITETAPKAN
Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan
anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
PNEUMONIA
Sesudah 3 hari :
Tanyakan :
Apakah napsu lebih lambat ?
Apakah ada tarikan dinding dada ke dalam ?
Apakah nafsu makan anak membaik ?
Periksa :
Tanda bahaya umum
Lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernapas
Tindakan :
Jika ada tanda bahaya umum atau stridor atau tarikan dinding dada ke dalam
beri 1 dosis antibiotic pra rujukan, Selanjutnya RUJUK SEGERA
Jika napas melambat dan nafsu membaik, lanjutkan pemberian antibiotic hingga
seluruhnya 5 hari
Jika frekuensi napas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan perbaikan atau
lebih buruk, RUJUK SEGERA
Periksa :
Lakukan penilaian untuk demam
Cari penyebab lain dari demam
Tindakan :
Jika ada tanda bahaya umum dan kaku kuduk, perlakuan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN
DEMAM
Jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan
Jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu kembali dalam 2 hari jika tetap demam. Pastikan
anak mendapat tambahan cairan dan mau makan
Jika anak tetap demam .>7/hari, RUJUK untuk pemeriksaan lanjutan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola pernapasan. Gangguan
pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma, alergi, maupun infeksi.
Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2005). Pneumonia adalah salah satu penyakit
infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsulidasi (Nurarif, 2015).
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini kami harapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami MTBM pneumonia pada bayi usia 0 – 2 bulan. Dan
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui hal hal apa saja yang perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126560-S-5738-Faktor-faktor%20yang-
Literatur.pdf