Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K


DENGAN PNEUMONIA

HALENA RIHI
30190121109

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena ialah
yang telah membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Atas tuntunannya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada
An.K dengan Pneumonia.
Pembuatan tugas laporan kasus ini, untuk memenuhi salah satu syarat dalam
penyelesaian tugas profesi ners di mata ajar Keperawatan Anak. Penyusunan laporan
kasus ini, banyak pihak yang telah membantu dalam memberikan dorongan dan
bimbingan secara langsung maupun tidak langsung. Saya mengucapkan terima kasih
khusunya kepada :
1. Ns. Elisabeth Ari Setyarini S.Kep.,M.Kes. AlFO selaku ketua STIKes Santo
Borromeus Padalarang.
2. Ns. Ferdinan S, M.Kep selaku kepala program studi SI keperawatan dan Pofesi
STIKes Santo Borromeus Padalarang.
3. Ns. Tina Shinta, M.Kep., Sp. Kep. An. Selaku dosen pengampuh Mata Kuliah
Keperawatan Anak.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan saya menyadari bahwa di dalam
pembuatan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran bagi yang membaca.

Bandung, 02 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
C. Metode Penulisan ........................................................................ 3
D. Sistematika Penulisan ................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis.................................................................... 5
B. Konsep Dasar Keperawatan......................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.................................................................................... 29
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 54
C. Rencana Keperawatan ................................................................. 55
D. Implementasi Keperawatan ......................................................... 59
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 61
BAB IV PEMBAHASAN
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 69
B. Saran............................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit infeksi terbesar penyebab kematian
pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia merupakan penyebab dari 15%
kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015.
Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak
terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara (Kemenkes RI, 2016). Di
Indonesia sendiri pneumonia termasuk penyakit yang menyebabkan kematian
pada anak. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan kejadian pneumonia menjadi
63,45% dibandingkan pada tahun sebelumnya dimana kejadian pneumonia
hanya berkisar antara 20%-30%. (Kemenkes RI, 2016).
Kebiasaan anggota keluarga merokok di dalam rumah merupakan
masalah yang mengkhawatirkan di Indonesia. Keberadaan anggota keluarga
yang merokok di dalam rumah juga menjadi faktor penyebab terjadinya
masalah kesehatan di dalam keluarga seperti gangguan pernafasan dan dapat
meningkatkan serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang orang
tuannya merokok lebih rentan terkena penyakit pernafasan seperti flu, asma,
pneumonia dan penyakit saluran pernafasan lainnya (Wardani, Winarsih &
Sukini, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya & Bahar
(2014) menunjukkan bahwa balita yang memiliki keluarga dengan kebiasaan
merokok mempunyai peluang mengalami Pneumonia sebanyak 1,269 kali
dibanding balita yang tidak memiliki keluarga dengan kebiasaan merokok.
Insiden kejadian pneumonia paling sering terjadi pada anak usia kurang
dari5 tahun dan orang dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun, pada anak usia
di bawah 5 tahun khususnya di negara berkembang, pneumonia diperkirakan
menjadi pembunuh lebih dari 2 juta anak-anak setiap tahunnya (Kusnugroho
& Pardede, 2013). Menurut (WHO, 2015) pneumonia adalah salah satu
penyakit pernafasan yang banyak menyerang anak-anak dan menjadi
penyebab kematian terbesar pada anak-anak di dunia, hal ini dibuktikan masih

1
tinggiya angka kematian anak-anak dengan pneumonia diseluruh dunia yang
mencapai 920.136 anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2015. Indonesia
adalah salah satu negara berkembang yang memiliki angka kejadian
pneumonia yang cukup tinggi.
Tingginya angka kejadian anak yang menderita Pneumonia,
menunjukkan pentingnya pemberian rencana keperawatan yang tepat untuk
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pneumonia. Adapun intervensi
yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menangani masalah gangguan
pertukaran gas pada anak dengan pneumonia yaitu meliputi pengkajian yang
berfokus pada pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda gangguan
pertukaran gas yang berupa dhiaporesis, dispnea, sakit kepala saat bangun,
hiperkapnea,hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah, somnolen,
takikardia, pH darah arteri abnormal(Dwi Riski Maharani Tri P, 2017),
kemudian intervensi yang dapat dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital,
monitor respirasi dan status O2, auskultasi suara napas tambahan,
kolaborasikan pemberian oksigen bila perlu.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anak pada An.K dengan
kasus Pneumonia.
Tujuan Khusus:
1. Melakukan pengkajian pada An.K dengan kasus Pneumonia
2. Menentukan diagnosa keperawatan pada An.K dengan kasus Pneumonia
3. Melakukan intervensi keperawatan pada An.K dengan kasus Pneumonia
Melakukan implementasi keperawatan pada An.K dengan kasus
Pneumonia
4. Melakukan evaluasi keperawatan pada An.K dengan kasus Pneumonia
C. Metode Penulisan
Metode penulisan ini adalah deskriptif dalam bentuk laporan kasus yang
berisi asuhan keperawatan pada An.K dengan kasus Pneumonia meliputi

2
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab 1 yang memuat tentang
latar belakang penulis mengambil kasus, tujuan penulisan tentang apa saja
yang akan dicapai penulis dalam membuat laporan, metode penulisan
menjelaskan tentang cara penulis dalam menarasikan laporan ini secara
berstruktur sesuai kerangka. Pada Bab 2, penulis membuat laporan
pendahuluan yang terdiri dari konsep dasar medis pada Pneumonia dan
konsep dasar keperawatan tentang Pneumonia pada kasus yang diambil pada
An.K kemudian pada Bab 3 berisi tinjauan kasus, dimana penulis mulai dari
melakukan pengkajian pada An.K, menentukan diagnosa keperawatan dari
kasus An.K, merencanakan terkait intervensi yang akan dilakukan pada An.K,
melaksanakan implementasi pada An.K dari rencana keperawatan yang telah
dibuat penulis, serta mengevaluasi selama 2 hari atas hasil implementasi yang
telah dilakukan pada An.K. Sedangkan pada Bab 4, penulis akan membahas
mengenai kesamaan dan penyimpangan atau perbedaan antara teori (Bab 2)
dan Kasus (Bab 3) dan mengapa terjadi perbedaan tersebut berdasarkan teori
dan Bab terakhir yaitu bab 5 membahas tentang kesimpulan dari kasus yang
diambil penulis dan saran yang dapat disampaikan oleh penulis setelah
membedah dan mempelajari kasus yang didapat pada An.K dengan kasus
Pneumonia.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Pneumonia
1. Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan agens
infeksius seperti: virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
(Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratori, dan alveoli,serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2014).
Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan
akut yang mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang
disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika orang yang sehat
bernafas.Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli dipenuhi nanah
dan cairan, yang membuat berbafas asupan oksigen yang menyakitkan dan
terbatas.
Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang biasanya
menyebabkan gangguan pertukaran udara. Prognosis biasanya baik untuk
pasien yang memiliki paru-paru normal dan pertahanan tubuh yang mencakup
sebelum mulai terjadinya pneumonia, meskipun demikian pneumonia
merupakan peringkat ke-6 penyebab kematian tersering di Amerika Serikat.
(Robinson & Saputra, 2014).

4
2. Anatomi fisiologi Sistem Pernapasan

Gambar: Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


1) Saluran pernafasan bagian atas:
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
b. Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga
mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region: nasofaring,
orofaring, dan laring ofaring. Fungsi utamanya adalah untuk

5
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan
digestif.
c. Laring
laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dengan trachea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan
terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
2) Saluran pernafasan bagian bawah:

a. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang.
b. Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan
kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris

6
kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia,
yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru
menuju laring.
c. Bronkiolus.
Membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara
jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
d. Alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel–sel fagositosis yang besar yang memakan
benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
e. Alveoulus.
Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat pada
parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari pernapasan, dimana
kedua sisi merupakan tempat pertukaran darah.
f. Paru-paru.
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelombung hawa, alveoli).
3. Etiologi Pneumonia
Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia,
melalui selang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh peruginosa dan enterobacter, dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan

7
penyakit kronis, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang
tidak tepat. Setelah masuk keparu-paru organisme bermultiplikasi
dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahan paru, terjadi
pneumonia.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya (Asih & Effendy, 2014) yaitu:
1. Bakteri
Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolyticus, Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza,
Mycobacterum Tuberkolosis, Bacillus Fre
2. Virus
Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V. Influenza.
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur
HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans,
Blastomyces Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus
Species, Candida Albicans.
5. Aspirasi
Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion,
Benda Asing.
6. Pneumonia Hipostatik.
7. Sindrom Loeffer.
4. Patofisiologi & Patoflow

Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:


1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari peralatan
terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.

8
4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi.
Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan
atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek
batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada
individu yang rentan, pathogen yang masuk kedalam tubuh memperbanyak
diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon
inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping
merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin yang melepaskan oleh
beberapa mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan
membrane alveolokapilar inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan
brokhioventilasi perfusi (Asih & Effendy, 2014).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah
sebagai berikut:
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C –
40,5°C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang
atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan kecepatan tidak biasa.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges yaitu
terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri
dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

9
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat, sering
menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
6. Komplikasi
Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia
menyebabkan hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi pleura,
delirium, superinfeksi dan adhesi. Beberapa kelompok orang yang lebih
beresiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita. Sejumlah
komplikasi pneumonia yang dapat terjadi adalah:
1. Infeksi aliran darah
Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infesi ke organ-organ lain
2. Abses paru atau paru bernanah.
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga
membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.
3. Efusi Pleura.
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.
7. Test Diagnostik yang Menunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia
adalah:
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar, bronchial
dapa juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengindentifikasi
semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnose organisme
khusus.

10
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
6. Spiometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi.
7. Bronkoskop: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

8. Penatalaksanaan Medis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastric dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

11
9. Teori Tumbuh Kembang Pra Sekolah
1. Perkembangan kognitif (Piaget)
a. Tahap pra oprasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan
kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalkan
apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak,
perkembangan anak masih bersifat egosentrik.
b. Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami
perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep
dari perspektif yang berbeda.
c. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul
berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial
lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai
batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
d. Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang
perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,
anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.
2. Perkembangan psikosexual anak (Freud)
a. Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan
perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada
rangsangan autoerotic yaitu meraba- raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki- laki
cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian sebaliknya
anak perempuan senang pada ayahnya
b. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal
perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki- laki. Anak juga akan
mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa di sekitarnya.
3. Perkembangan psikososial anak (Erikson)

12
a. Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah)
dengan perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif
dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan
aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah
maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak.
b. Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase inisiatif
vs rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu
(courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya.
Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan
membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal
yang abstrak dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap
bahwa anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan dan
merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya yang berasal dari
berbagai macam sumber data. Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang
mengalami Pneumonia tidak harus dirawat di rumah sakit. Sebaliknya,
dirawat jika akan atau beresiko mengalami Pneumonia berat. Data yang harus
dikumpulkan untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah:
a. Biodata
1. Identitas pasien
Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin,
agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, rencana terapi
2. Identitas Orang Tua/Penanggung jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,
pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.
3. Identitas Saudara Kandung

13
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.
2. Riwayat Keluhan utama
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
a. Munculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan
(gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi (perubahan emosional,
kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi)
b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi,
timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal
yang meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-
gejala lain yang berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
d. Keluhan pada saat pengkajian.
3. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care
Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil,
riwayat terkena radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat
imunisasi TT, golongan darah ayah dan ibu.
b. Intranatal care
Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan,
komplikasi yang dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.
c. Post Natal
Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir,
anomaly kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat
kecelakaan, riwayat konsumsi obat dan menggunakan zat kimia

14
yang berbahaya, perkembangan anak dibanding saudara-
saudaranya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),
gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3
generasi)
c. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi)
d. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan Fisik: Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi,
jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar
kepala.
2. Perkembangan Tiap Tahap: Usia anak saat berguling, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama kali,
bicara pertama kali, kalimat pertama yang disebutkan dan umur mulai
berpakaian tanpa bantuan.
e. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
2. Pemberian Susu Formula: Alasan pemberian, jumlah pemberian dan
cara pemberian
3. Pola Perubahan nutrisi
f. Riwayat Psikososial
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
2. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan
kebiasaan menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan
anak, ventilasi, letak barang-barang)
g. Riwayat Spiritual

15
1. Support sistem dalam keluarga.
2. Kegiatan keagamaan
h. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan ibu
membawa klien ke RS, apakah dokter menceritakan tentang kondisi
anak, perasaan orang tua saat ini, orang tua selalu berkunjung ke RS,
yang akan tinggal di RS dengan anak.
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
i. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi: Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit
2. Cairan: Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dan cara pemenuhan sebelum sakit serta saat sakit
3. Pola eliminasi: Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat sakit,
frekuensi, konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang diberikan
sebelum sakit serta saat sakit.
4. Pola istirahat tidur: Jam tidur anak saat siang dan malam, pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum sakit dan saat sakit.
5. Olahraga: Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi setelah
keluarga sebelum sakit dan saat sakit.
6. Personal hygiene: Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat mandi),
cuci rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku (Frekuensi dan cara),
gosok gigi (frekuensi dan cara)
7. Aktifitas mobilitas fisik: Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal
harian, penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan pergerakan
tubuh ssebelum sakit dan saat sakit
8. Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan setelah
rekreasi, waktu senggang keluarga dan kegiatan hari libur sebelum
sakit dan saat sakit
j. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: Kesadaran, postur tubuh

16
2. Tanda – tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
3. Ukuran anthropometric: Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala
4. Kepala: Kebersihan, warna rambut, benjolan dan tekstur rambut
5. Muka: Bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan
6. Mata: Penglihatan, konjungtiva, sclera, kelainan mata
7. Hidung: Kebersihan, kelainan
8. Telinga: Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan
9. Mulut: Gigi, gusi, lidah dan bibir
10. Tenggorokan: Warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan
11. Leher: Inspeksi dan palpasi kelenjar tyroid
12. Thorax dan pernapasan: Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
(dada)
13. Jantung: Palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)
14. Abdomen: Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
15. Punggung: Ada/tidak kelainan
16. Genetalia dan anus: Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan
17. Ekstremitas: Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
18. Kulit: Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan
19. Status neurologi : Saraf-saraf kranial dan tanda perangsangan selaput
otak.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di
alaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan phatway,
diagnosa yang mungkin muncul yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

17
tertahan (D.0001)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler (D.0003)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(D.0005)
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
(D.0019)
6. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
8. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif
(D.0034)
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:

No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Bersihan jalan setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif (I.01006)


nafas tidak efektif keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan bersihan jalan nafas 1. Identifikasi kemampuan
dengan sekresi meningkat (L.01001) batuk
tertahan. Kriteria hasil: 2. Monitor adanya retensi
- Batuk efektif sputum
meningkat 3. Monitor tanda dan gejala
- Produksi sputum infeksi saluran nafas
menurun 4. Monitor input dan output
- Mengi menurun cairan (mis. jumlah dan
- Wheezing menurun karakteristik)
- Dispnea menurun Terapeutik

18
- Sianosis menurun 1. Atur posisi semi-fowler atau
- frekuensi nafas fowler
membaik 2. Pasang perlak dan bengkok di
- pola nafas membaik pangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selam 8 detik
3. Anjurkan tarik nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (1.01014)
pertukaran gas keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan pertukaran gas meningkat 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan L.01003 kedalaman dan upaya nafas
perubahan Kriteria hasil: 2. Monitor pola nafas
membrane 1. Dispnea menurun (seperti bradipnea,
alveolus-kapil 2. Bunyi nafas takipnea, hiperventilasi)
tambahan menurun 3. Monitor kemampuan batuk
3. Pusing menurun
efektif
4. Penglihatan kabur
menurun 4. Monitor adanya produksi
5. Nafas cuping sputum
hidung menurun 5. Monitor adanya sumbatan
6. PCO2 dan PO2 jalan nafas
membaik 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
7. Takikardi membaik paru
8. Sianosis membaik 7. Auskultasi bunyi nafas
9. Pola nafas membaik 8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

19
1. Atur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif keperawatan diharapkan (1.01011)
berhubungan pola nafas membaik Observasi:
dengan hambatan L.010004 1. Monitor pola nafas
upaya nafas Kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman, usaha
1. Kapasitas vital nafas)
meningkat 2. Monitor bunyi nafas
2. Tekanan ekspirasi tambahan (misalnya gurgling,
meningkat mengi, wheezing, ronki)
3. Tekanan inspirasi 3. Monitor sputum (jumlah,
meningkat warna, aroma)
4. Dispnea menurun Terapeutik:
5. Penggunaan otot 1. Posisikan semi-fowler atau
bantu nafas menurun fowler
6. Pernafasan cuping 2. Berikan minum hangat
hidung menurun 3. Lakukan fisioterapi dada, jika
7. Frekuensi nafas perlu
membaik 4. Lakukan penghisapan lendir
8. Kedalaman nafas kurang dari 15 detik
membaik
5. Berikan oksigen, jika perlu
9. Ekskursi dada
Edukasi
membaik
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
4. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.08238)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan agen diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi,
pencedera Nyeri menurun karakteristik, durasi,
fisiologis (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas
Kriteria hasil:

20
1. Kemampuan nyeri
menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi sekala nyeri
meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Keluhan nyeri verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Meringis menurun memperberat dan
4. Sikap protektif memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
5. Kesulitan tidur keyakinan tentang nyeri
menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
6. Frekuensi nadi terhadap respon nyeri
menurun 7. Monitor keberhasilan terapi
7. Frekuensi nadi komplementer yang sudah
membaik diberikan
8. Pola nafas membaik 8. Monitor efek samping
9. Tekanan darah penggunaan analgetik
membaik Terapeutik
10. Nafsu makan 1. Berikan teknik
membaik nonfarmakologis untuk
11. Pola tidur membaik
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
dapat memperberat rasa nyeri
(misalkan suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik

21
2.
5 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1.03119)
berhubungan keperawatan di harapkan Observasi
dengan ketidak Status Nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
mampuan (L.03030) 2. Identifikasi alergi dari
menelan Kriteria Hasil: intoleransi makanan
makanan 1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
2. Perasaan cepat 4. Identifikasi kebutuhan kalori
kenyang menurun dan jenis nutrient
3. Frekuensi makan 5. Identifikasi perlunya
membaik penggunaan selang
4. Nafsu makan nasogastik
membaik 6. Monitor asupan makanan
5. Membran mukosa 7. Monitor berat badan
membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygene
sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(misalkan pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

22
7 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan kurang diharapkan tingkat Monitor tanda-tanda ansietas
terpapar informasi ansietas menurun Terapeutik:
(l.09093) 1. Ciptakan suasana terapeutik
kriteria hasil: untuk menumbuhkan
1. Verbalisasi kepercayaan
kebingungan 2. Pahami situasi yang membuat
menurun ansietas
2. Veerbalisasi khawatir 3. Dengarkan dengan penuh
akibat kondisi yang perhatian
dihadapi menurun 4. Diskusikan perencanaan
3. Perilaku gelisah realistis tentang peristiwa yang
menurun akan dating
4. Perilaku tegang Edukasi:
menurun 1. Informasikan secara faktual
5. Konsentrasi membaik mengenai pengobatan dan
6. Pola tidur membaik prognosis
2. Latih Teknik relaksasi
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2013)

7. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan
implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan (Nursalam, 2013).

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


PENDEKATAN TEORI KONSERVASI MYRA ESTRINE LEVINE

24
PENGKAJIAN DAN RENCANA TINDAKAN Jenis kelamin : Perempuan
KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK
Anak ke: tiga dari 3 bersaudara

Tanggal Masuk: 30/07/2022 Jam: 11.30 WIB Agama: Islam


Tanggal Pengkajian: 02/08/2022 Jam: 10.00 WIB Dokter: Sanjaya dan Nur Akbar
Diagnosa Medis: Pneumonia Alamat: Dago-kec.Coblong
Nama Penanggung Jawab: Tn.I
No. Rekam Medis: 00-70-04-xx Hubungan dengan Pasien: Ayah Kandung
Nama pasien: An.K Nomor telepon: 083148490620
Tempat /Tanggal Lahir/Usia: Bandung, 13 Juli Alamat: Dago-kec.Coblong
2014/ 8 tahun

Data Orang tua:

Nama Ayah: Tn.I Nama Ibu: Ny.I


Usia Ayah: 56 tahun Usia Ibu: 54 tahun
Pendidikan: SMA Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Wiraswasta Pekerjaan: IRT
No. Telepon: 083148490620 No. Telepon: 083148490620
Alasan Masuk Rumah Sakit (s.d saat dikaji)
Ny. I mengatakan An.K mulai mengalami demam dengan suhu:39,50C dan batuk yang tidak
berhenti (terus-menerus) yang membuat An.K merasa kesakitan sejak tgl 25/7/2022. Tn.I
memutuskan membawa An.K ke dokter untuk melakukan pemeriksaan karena batuk dan demam
sudah 2 hari, setelah diperiksa An.K didiagnosa ISPA sehingga mendapat pengobatan namun
demam dan batuknya tidak berkunjung akhirnya kedua orangtua An.K memutuskan untuk pergi
memeriksakan An.K ke dokter yang lain pada tgl 27/7/2022 dan An.K dicurigai mengalami
Pneumonia sehingga disarankan dokter untuk membawa An.K harus dibawa ke RS untuk dilakukan
pemeriksaan. Setelah 3 hari An.K tidak juga mengalami perubahan karena demam dan batuknya
tidak kunjung berkurang sehingga Tn.I dan Ny.I memutuskan untuk membawa An.K ke UGD RS.

25
Santo Borromeus, sesampainya di IGD An.K diberikan infus dan dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Di UGD An.K, ke dua telinganya tiba-tiba mengeluarkan cairan yang membuat An.K merasakan
sakit pada kedua telinga yang membuat An.K tidak bisa mendengar dengan jelas. Saat hasil
Radiologi keluar ternyata An.K didiagnosa Pneumonia sesuai hasil pemeriksaan Radiologi. Lalu
An.K dipindahkan ke ruang Irene 2 untuk mendapat tindakan lebih lanjut. Di ruang Irene 2, An.K
mendapat tindakan nebu dan juga pemberian obat tetes telinga.
Riwayat Penyakit: tidak ada
Dikirim oleh: Diantar oleh: Cara masuk RS: Informasi didapat dari:
Orangtua (Tn..I dan Dibawa orangtua ke UGD Dokter klinik.
Ny.I) RS. Santo Borromeus
Keluhan Utama:
Ny.I mengatakan An.K batuk.

Objektif:
Keadaan umum: sakit ringan sakit sedang sakit berat
Kesadaran: AVPU Alert Verbal Pain Unrespon

Tanda-tanda Vital
Suhu 36,5C Nadi: 119x/mnt Pernapasan: 20x/mnt TD: 110/70 mmHg
Nyeri : Tidak adaAda Skala = 4/10

Penilaian Nyeri menggunakan “FLACC SCALE”

Kategori FLACC Scoring


0 Skor 1 Skor 2 Skor
Face (wajah) Tidak ada 0 Meringis sesekali Dahi berkerut, dagu gemetar dan
ekspresi tertentu atau kerutan dahi, rahang dikatupkan berulang-ulang
atau tersenyum muram, tidak
tertarik
Legs (kaki) Posisi normal 0 Gelisah , tegang Menendang-nendang atau kaki
atau relaksasi keatas
Activity Berbaring 0 Mengeliat, maju Menekuk, kaku atau

26
(aktivitas) dengan tenang, mundur, tegang menghentak-hentak
posisi normal,
bergerak dengan
mudah
Cry Tidak ada 0 Merengek atau Menangis terus menerus, menjerit
(tangisan) tangisan (terjaga mengerang, sesekali atau menangis tersedu-sedu,
atau tertidur) mengeluh/ mengeluh terus-menerus
menggerutu
Consolabilit Puas, santai 0 Diyakini dengan Sulit merasakan puas dan
y sentuhan sesekali nyaman
(kemampuan perlu atau diajak
dihibur) berbicara
Total 0 – 3 4 – 7 8 – 10
Score
Imunisasi :
Riwayat kelahiran :
Hepatititis : I  II  III
Usia kehamilan: 39 minggu BBL: 2800 gram
PB: 50 cm DPT : I  II  III
Persalinan : spontan  SC Forcep  VE Polio : I  II  III  IV
BCG :
Menangis : ya tidak, Nilai Apgar :……………… Campak :
Lain-lain : -
Jaundice :ya tidak
Golongan darah ibu: O
Golongan darah ayah: O
Komplikasi persalinan: tidak ada
Riwayat penyakit sebelumnya : tidak ada
Klien pernah mengalami penyakit: - pada umur: -
Riwayat konsumsi obat: Paracetamol.
Riwayat kecelakaan: -
Riwayat operasi: - tahun: -
Riwayat alergi
Jenis alergen: -
Pada usia: -

27
Reaksi alergi: -

28
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Umur Sosial Motorikhalus Motorikkasar Bahasa

2 bulan senyum mengikuti gerak mengangkat kepala 45 mengoceh


dari perut
4 bulan senyum menggenggam membalikan badan mencari sumber suara

6 bulan menggapai mainan memindahkan benda duduk mengeluarkan kata


Dari tangan satu ketangan ma-ma-da-da
lain
9 bulan bermain ciluk ba mengambil benda  berdiri menirukan suara
dengan ibu jari dan
telunjuk
12 bulan minum dengan menjumput benda  berjalan dapat menyebut 2 suku
cangkir dengan 5 jari kata

18 bulan
menggunakan mencoret-coret kertas  naik tangga menyebutkan 3 kata
sendok

2 tahun
melepaskan pakaian membuatgaris  berdiri dgn satu kaki menyebutkan anggota
tubuh
3 tahun
bermain interaktif meniru membuat garis  mengayuh sepeda menyebut nama awal dan
nama akhir
4 tahun

29
memasang kancing menggambar melompat dengan satu menyebutkan nama
5 tahun baju kaki dengan lengkap
memakai baju tanpa meniru gambar menangkap bola menjelaskan dingin, lelah
pengawasan dan lapar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KONSERVASI ENERGI
1. NUTRISI DAN CAIRAN
BB lahir: 2800 gr BB saat ini: 35 kg
BB sebelum sakit: 35 kg
PB/TB saat ini: 110 cm
Lingkar lengan atas: 15 cm
Diet : -
 ASI  Susu formula lain-lain: Nasi
Puasa : ya tidak
Dextrostix…………..mg/dl
Cara minum :  oral  NGT/OGT/Gastrostomi
Jumlah minum : 1200 ml/hari
Frekuensi makan : 3x/hari
Cara makan : disuapi makansendiri

30
Kualitas makanan : kurang cukup baik
Mukosa mulut : lembab kering kotor
Labioschizis Palatoschiziz  LPG schiziz
Lidah : lembab keringkotor
Gigi : bersih kotor karies
Abdomen : supel kembung tegang
Bising usus: 15x/mnt
Mual : ya tidak
Muntah :tidak ya, frekuensi …………x
Turgor :elastis tidak elastis
Edema:  Ada Tidak ada
Pembesaran hati:  Ada Tidak ada
Pembesaran limpa:  Ada Tidak ada
Polifagia:  Ada Tidak ada
Polidipsi:  Ada Tidak ada
Hasil laboratorium :
Hb: 12,2 g/dL
Ht: 35,7%
Asidosis metabolik :ya tidak
Hipoglikemia :ya tidak

31
Lain-lain :………………………………………………………………………………………………….
Dehidrasi: tidak dehidrasi ringan sedang berat
Diuresis:
IWL: 30- usia= 30-8= 22 cc
Intake dan output dalam 24 jam: baik
Antropometri:-
BB/TB:-
BB/U:-
TB/U:-
BMI:-
Kesan:-
Masalah keperawatan: Ansietas
2. TIDUR DAN ISTIRAHAT
Lebih banyak siang hari, tidur siang: dapat tidur siang
Lebih banyak malam hari, tidur malam 1-2 jam
Pengantar tidur :-
Kebiasaan sebelum tidur : minum susu bermain menangis
Tidur dengan bantuan obat : ya tidak
Keadaan setelah bangun tidur : ceria  menangis
Benda kesayangan, jika ada memungkinkan dapat dibawa : handuk

32
Pola tidur: Nyenyak Terbangun di malam hari Tidak bisa tidur
Masalah keperawatan : tidak ada
3. POSISI, GERAKAN TUBUH, AKTIVITAS, NEURO SENSORI
Tingkat kesadaran: composmentis
Aktivitas anak :Hiperaktif Aktif Pasif
Gerakan :Aktif Lemah Terbatas
Paralise :tidak ya
 tangan, kiri / kanan / keduanya
 kaki, kiri / kanan /keduanya
Kontraktur:  Ada, lokasi..................... Tidakada
Kekuatan otot: 5/5/5/5
Gemetar:  Ada Tidak ada
Respon terhadap nyeri :ya tidak
Tangisan :merintih kurang kuat kuat melengking
Kejang :tidak ya, durasi …………..menit
Status neurologis: -
Glasgow Coma Scale: 15
Tanda rangsang meningeal:-
Kaku kuduk:-
Kerning:-

33
Brudzinski I:-
Brudzinski II:-
Nervus kranialis:
Uji saraf cranial:
a) Nervus I (Olfaktori): Klien dapat membedakan bau disekitar klien berupa bau makanan dan bau
minyak kayu putih
b) Nervus II (Optikus):
c) Nervus III (Oculomotor): Klien dapat menggerakan bola mata ke kiri, kanan, atas dan bawah
d) Nervus IV (Trochlear): Klien dapat menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas dan bawah dan reflex
pupil ada
e) Nervus V (Trigeminus): Klien dapat mengunyah makanan dengan baik
f) Nervus VI (Abdusens): Klien dapat menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas dan bawah.
g) Nervus VII (Facialis): Klien dapat mengekspresikan nyeri.
h) Nervus VIII (Vestibulokoklearis): Klien dapat mendengarkan suara di sekitar klien dengan baik
i) Nervus IX (Glosofaringeus): Klien dapat membedakan rasa makanan dari makanan yang dia makan.
j) Nervus X (Vagus): Klien tidak dapat menelan dengan baik pada saat makan
k) Nervus XI (Aksesorius): Klien dapat menggerakkan bahu dengan aktif dan baik
l) Nervus XII (Hipoglosus): Klien dapat menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan
Refleks fisiologis:
Achiles: +
Patella:+

34
Biceps:+
Triceps:+
Refleks patologis: +
Babinski: +
Refleks – refleks :
 Sucking (Mengisap)  Grasping (Menggenggam)  Walking
 Rooting (Mencari)  Tonic Neck (Tonus Otot Leher)  Babinski
 Morro (Memeluk)  Startle (Kaget)  Galan’t (Inkurvasi Badan)
Kepala :
 Normal Hidrosefalus Mikrosefalus
Ubun-ubun :  Datar Cekung Cembung sakit kepala  vertigo
Lingkar kepala: - cm
Mata:
Bentuk: Bulat Warna: Hitam Nistagmus Perdarahan  Strabismus
Pupil: Isokor  An-isokor Dilatasi
Reaksi terhadap cahaya : Ada Tidak ada
Lain- lain …………………………………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada
KONSERVASI INTEGRITAS STRUKTUR
1. PERTUKARAN GAS

35
Napas spontan : ya tidak, apnea ………….mnt
RR : 20x/mnt  teratur  tidak teratur
Sesak : ya tidak takipnea retraksi sianosis  napas cuping hidung  grunting
Suara napas :vesikuler  bronco vesikuler  rales ronkhi  wheezing
Batuk : tidak ya kering
 berlendir, konsistensi setiap kali batuk. Warna kuning.
Oksigen :- /mnt, SpO2 98%
Metode : nasal  head box
Alat bantu napas :
 ETT  CPAP  NCPAP  Ventilator
Hasil analisa gas darah :
Asidosis respiratorik  Alkalosis respiratorik
Lain-lain: ……………………………………………………….
Masalah keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. KARDIO VASKULER
Bentuk dada: simetris
Bunyi jantung : Normal  Murmur Takikardia Bradikardia  Frekuensi ……x/mt
Tekanan darah: 110/70mmHg.
Pengisian kembali kapiler: <3 detik
Sianosis : ya tidak

36
Perdarahan : tidak ya, jumlah …………..ml
Pucat : Tidak  ya
Clubbing finger:  Ada  Tidak ada
Nadi radialis/ brachialis/ femoralis :
Isi :  kuat  lemah
Frekuensi 119x/mnt
Masalah keperawatan: tidak ada
3. SUHU
Suhu tubuh: 36,5C
Suhu kulit : panas hangat dingin
Warna kulit :  kemerahan pucat  ikterus
 cutis mermorata
Lain-lain :……………………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada
4. ELIMINASI
A. Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi 4-6x/hari
Produksi Urin - ml/kgbb/jam
Warna:  Jernih  Keruh
Cara BAK :  Ngompol  di toilet

37
Urin : jernih kuning kemerahan incontinentia urine  retensio urine
Disuria :  ya  tidak
Poliuri:  Ada  Tidak ada
Lain-lain ………………………………………………………………………………………………..
B. Buang Air Besar (BAB)
Anus : Ada lubang  Tidak berlubang
Frekuensi BAB 1x/hari
Konsistensi : Lembek Cair berampas Cair tanpa ampas
Konstipasi : ya tidak
Penggunaan pencahar : ya tidak
Kolostomi / Ilestomi : ya tidak
Haemoroid : ya tidak
Lain-lain ………………………………………………………
Masalah keperawatan : tidak ada
5. MUSKULOSKELETAL
Postur tubuh : normal  tidak normal
Berjalan : normal tidak normal
Kepala dan leher :
Gerakan  normal  tidak normal
Pembesaran kelenjar limfe : ya tidak

38
Ekstremitas (tangan dan kaki)
Panjang kanan & kiri :  sama  tidak sama
Jumlah jari kanan & kiri :  sama  tidak sama
Polidaktili :  ya  tidak
Syndactili :  ya  tidak
Gerakan ektremitas: aktif  simetris asimetris
Lain-lain …………………………………………………………
Tulangbelakang : Lurus Kiposis Skoliosis
Spina bifida : tidak ya, utuh / rupture
Lain-lain ……………………………………………………
Pemeriksaan Resiko Jatuh “HUMPTY DUMPTY”
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR
Usia < 3 tahun 4 2
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis kelamin Laki – laki 2 1
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4 3
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
3
sinkop, pusing, dsb)
Gangguan perilaku / psikiatri 2

39
Diagnosis lainnya 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3 1
Lupa akan adanyaketerbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4 2
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi/
3
perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Pembedahan Dalam 24 jam 3 1
/sedasi/ Dalam 48 jam 2
anesthesi >48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi / anasthesi
1

Penggunaan Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnotis, barbiturat, fenotiazin, anti 1


3
medika mentosa depresan, pencahar, diuretik, narkose
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/ tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty Dumpty 11
Skor asesment risiko jatuh : (Skor minimum 7, skor maksimum 23 )
Skor 7 – 11 : Risiko rendah Skor ≥12 : Risiko tinggi
Lain-lain ……………………………………………………………………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada
6. INTEGUMEN

40
Warna kulit:
Ptekie:  Ada Tidaka da
Memar:  Ada Tidak ada
Perdarahan dari membran mukosa/luka suntikan/ fungsi vena:  Ada Tidak ada
Luka:  Ada Tidak ada
Jenis luka: Terbuka  Tertutup Luka bakar
Penyebab luka:  Tumpul  Tajam
Grade luka:-
Letak luka:--
Jenis perawatan luka:-
Frekuensi perawatan luka:-
7. Kebersihan Perorangan
Rambut : Bersih Kotor Bau
Mata :Sekret Ya Tidak
Telinga: Ada Cairan Yang Keluar Dari Kedua Telinga, Terasa Nyeri Ketika Ditetskan Obat Dan Tidak
Bisa Mendengar Jika Tidak Berbicara Dengan Keras, Jika Nyeri Pasien Akan Memilih Untuk Tidur
Sebentar Bersih Kotor
Hidung :Sekret Ya Tidak
Kulit :  Bersih  Kotor  Utuh  Rash
 Bullae  Pustule  Ptechiae  Lesi

41
 Kering  Nekrosis  Lain-Lain………
 Phlebitis
Genetalia Perempuan :
Vagina : Bersih Kotor
Menstruasi : Ya Tidak
Pemasangan Kateter : Ya Tidak
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
8. PENGOBATAN
Obat-obatan yang diberikan:
Kalfoxine 3x500 mg
Drang mucera 3x5 ml
Tarivid 2x5 tetes
H2o2 3x4 tetes
Nebuliser 2x1 amp Velutine
Infus RL 25 tpm
Hasil pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan laboratorium (30/07/2022)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah lengkap

42
hemoglobin 12,2 g/dL 12,0-15,5
hematokrit 35,7 % 35-47
Eritrosit 4,26 Juta/µL 13,0-17,5
MCV 84 fL 80-96
MCH 29 pg/Ml 28-33
MCHC 34 g/dL 32-36
RDW-CV 12 % 11-16
Lekosit 12,36 103/µL 4,4-11,0
Trombosit H 479 Ribu/µL 150-450
MPV 8,3 fL 6,8-10,6
HFLC 0,6 % 0,0-1,4
Hitung jenis
Hasil Radiologi (30/07/22)
Pemeriksaan: DR-Chest AP Duduk
Kesimpulan:
Gambaran Pneumonia Kanan, tidak tampak efusi pleura dan tidak tampak kardiomegali.
KONSERVASI INTEGRITAS PERSONAL
Persepsi keluarga terhadap kesehatan saat ini:
Tn.I mengatakan merasa cemas dengan kondisi An.K saat ini karena sebelumnya belum pernah
mengalami sakit seperti ini dan Ny.I juga merasa khawatir pada An.K ketika mengeluhkan sakit saat
batuk dan saat ditetes obat telinganya.
Harapan klien/ keluarga terhadap keperawatan dan pengobatan saat ini
Tn.I dan Ny.I berharap bahwa An.K akan segera sembuh sehingga dapat keluar dari RS dan kembali
beraktivitas dan bersekolah seperti biasanya.
KONSERVASI INTEGRITAS SOSIAL

43
1. KELUARGA
Klien, adalah anak yang diharapkan :ya tidak
Dukungan keluarga lain : Ada tidak ada
Tempat tinggal anak :  penitipan anak rumah pengasuh
Anak dirawat oleh : ibu nenek pengasuh
Interaksi orang tua-anak :
Berkunjung : ya tidak
Kontak mata : ya tidak
: ya tidak
Menyentuh
: ya tidak
Berbicara : ya tidak
:………………………………………………..
Menggendong
Ekspresi wajah
Masalah keperawatan: tidak ada

2. LINGKUNGAN YANG ASEPTIK


Adakah anggota keluarga lain yang mempunyai penyakit infeksi saat ini:
tidak ya, siapa…………………penyakit…………………
Adakah penyakit keturunan : tidak ya
 Asthma
 Kencing manis
 Penyakit jantung

44
 Thalasemia
 lain-lain ………
Kebiasaan anak :
 Mencuci tangan :ya tidak
 Sarapan pagi :ya tidak
 Senang jajan :ya tidak
 Membawa bekal makanan dari rumah : ya tidak
 lain-lain ……………………………………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada

1. KEPERCAYAAN / AGAMA
Aturan dalam agama yang mempengaruhi kesehatan dalam hal: tidak ada
 Diet…………………………………………………….
Pengobatan…………………………………………
 Lain-lain ……………………………………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada

Bandung, 02 Agustus 2022

45
Mengetahui Mahasiswa yang melakukan pengkajian

Ttd

(Ns. Tina Shinta, M.Kep., Sp. Kep. An.) (Halena Rihi, S.Kep)
(PPB/ Pembimbing Pendidikan)

46
PENGORGANISASIAN DATA
Data Subyektif Data Obyektif
- Ny.I mengatakan An.K batuk - An.K tampak mengalami
- Ny.I dan Tn.I khawatir dengan An.K karena batukk (Lendir berwarna
belum pernah mengalami penyakit seperti ini kuning dan keluar setiap
sebelumnya kali batuk)
- Ny.I mengatakan An. K merasakan nyeri dan - An.K tampak lemas
meringis saat diteteskan obat tetes telinga. - An.K tampak menahan
- Ny.I mengatakan An.K akan tidur jika nyeri di sakit ketika batuk
telinga - Hasil pemeriksaan
- An.K mengatakan nyeri yangdirasakan dengan radiologi bahwa gambaran
skala 3/10 selama 20-30 detik, hilang timbul, pneumonia kanan.
dirasakan dibagian telinga dalam

ANALISA DATA
Data Senjang Etiologi Masalah
DS: pneumonia Bersihan Jalan
- Ny.I mengatakan An.K batuk Napas Tidak
DO: bakteri melewati pertahanan Efektif
- An.K tampak mengalami tubuh sehingga masuk ke
batukk (Lendir berwarna paru-paru
kuning dan keluar setiap kali Pelepasan histamin,
batuk) prostaglandin dan
- An.K tampak lemas bradikinin
- An.K tampak menahan sakit
ketika batuk peradangan

- Hasil pemeriksaan radiologi


bahwa gambaran pneumonia batuk berlendir

kanan.
sekresi yang tertahan

47
DS: Pneumonia Ansietas
Ny.I dan Tn.I khawatir dengan
An.K karena belum pernah orangtua cemas (khawatir)
mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya krisis situsional

DO:
- Hasil pemeriksaan radiologi
bahwa gambaran pneumonia
kanan.
DS: cairan keluar dari telinga Nyeri Akut
- Ny.I mengatakan An. K
merasakan nyeri dan meringis proses inflamasi
saat diteteskan obat tetes
telinga. Pelepasan mediator
nyeri (histamine,
- Ny.I mengatakan An.K akan prostaglandin, dll)
tidur jika nyeri di telinga
Diterima reseptor nyeri
- An.K mengatakan nyeri
yangdirasakan dengan skala Nyeri akut

3/10 selama 20-30 detik, hilang


timbul, dirasakan dibagian
telinga dalam
DO:
- An.K tampak lemas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas masalah)


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan Ny.I mengatakan An.K batuk, An.K tampak mengalami
batukk (Lendir berwarna kuning dan keluar setiap kali batuk), An.K tampak
lemas, An.K tampak menahan sakit ketika batuk dan hasil pemeriksaan
radiologi bahwa gambaran pneumonia kanan. (D.0001)

48
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situsional dibuktikan dengan Ny.I dan Tn.I
khawatir dengan An.K karena belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya dan hasil pemeriksaan radiologi bahwa gambaran pneumonia
kanan. (D.0080)
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
dibutikan dengan Ny.I mengatakan An. K merasakan nyeri dan meringis saat
diteteskan obat tetes telinga. Ny.I mengatakan An.K akan tidur jika nyeri di
telinga, An.K mengatakan nyeri yangdirasakan dengan skala 3/10 selama 20-30
detik, hilang timbul, dirasakan dibagian telinga dalam, dan An.K tampak lemas.
(D.0077)

49
III. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
DK
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Latihan batuk efektif 1. Mengatahui cara
tidak efektif tindakan keperawatan (I.01006) batuk yang tidak
berhubungan dengan 2x24 jam diharapkan Observasi nyaman saat batuk
sekresi yang tertahan bersihan jalan nafas 1. Identifikasi 2. Mengetahui
dibuktikan dengan Ny.I meningkat (L.01001) kemampuan batuk pengeluaran sekret
mengatakan An.K Kriteria hasil: 2. Monitor adanya retensi yang tuntas atau tidak
batuk, An.K tampak 1. Batuk efektif sputum 3. Melihat adanya
mengalami batukk meningkat 3. Monitor tanda dan tanda dan gejala
(Lendir berwarna 2. Produksi sputum gejala infeksi saluran infeksi pada saluran
kuning dan keluar menurun nafas pernapasan
setiap kali batuk), An.K Terapeutik 4. Membuat posisi
tampak lemas, An.K 4. Atur posisi semi-fowler yang nyaman dan
tampak menahan sakit atau fowler memudahkan posisi
ketika batuk dan hasil Edukasi saat batuk
pemeriksaan radiologi 5. Jelaskan tujuan dan 5. Memberikan
bahwa gambaran prosedur batuk efektif cara batuk yang
pneumonia kanan. Kolaborasi nyaman bagi pasiem
6. Kolaborasi pemberian 6. Untuk
nebulizer

50
mengeluarkan sekret
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Melihat tanda-
dengan krisis situsional tindakan keperawatan Observasi: tanda cemas dari
dibuktikan dengan Ny.I 2x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda-tanda keluarga
dan Tn.I khawatir tingkat ansietas ansietas 2. Menumbuhkan
dengan An.K karena menurun (l.09093) Terapeutik: rasa percaya keluarga
belum pernah kriteria hasil: 2. Ciptakan suasana dengan perawat
mengalami penyakit 1. Verbalisasi terapeutik untuk 3. Memahami
seperti ini sebelumnya kebingungan menumbuhkan keadaan yang dialami
dan hasil pemeriksaan menurun kepercayaan keluarga saat ini yang
radiologi bahwa 2. Veerbalisasi 3. Pahami situasi yang membuat cemas
gambaran pneumonia khawatir akibat membuat ansietas 4. Emberikan
kanan kondisi yang 4. Dengarkan dengan perhatian dengan
dihadapi menurun penuh perhatian mendengarkan
3. Perilaku gelisah Edukasi: keluarga bercerita
menurun 5. Informasikan secara 5. Memberikan
faktual mengenai informasi yang atual
pengobatan dan atau bersifat fakta
prognosis kepada keluarga
tentang pengobatan
maupun prognosis

51
yang akan didapat oleh
klien
3. Nyeri Akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri 1.Membantu
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.08238) menentukan intervensi
agen pencedera 1x24 jam diharapkan Observasi: yang tepat untuk
fisiologis (inflamasi) Tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, mengurangi nyeri.
dibutikan dengan Ny.I (L.08065) menurun karakteristik, durasi, 2.
mengatakan An. K dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas dan nyaman dapat
merasakan nyeri dan menunjukkan: intensitas nyeri membantu dalam
meringis saat 1. 2. Identifikasi skala nyeri mengurangi rasa nyeri.
diteteskan obat tetes menurun 3. Identifikasi respons 3.
telinga. Ny.I 2. nyeri non verbal teknik pengendalian
mengatakan An.K akan Terapeutik: nyeri dapat diajarkan
tidur jika nyeri di 4. Berikan Teknik non agar klien mampu
telinga, An.K farmaologi untuk mengatasi rasa nyeri.
mengatakan nyeri mengurangi rasa nyeri 4. Dapat membantu
yangdirasakan dengan (Teknik menonton dalam menentukan
skala 3/10 selama 20- kartun) intervensi
30 detik, hilang timbul, Edukasi selanjutnya.
dirasakan dibagian 5. Ajarkan Teknik
telinga dalam, dan nonfarmakologis untuk

52
An.K tampak lemas mengurangi rasa nyeri

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari ke-1
NO HARI/ No Jam IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL DK
1. Selasa, 1,2,3 08.00 Mengobservasi KU pasien (pasien tampak sakit sedang, Halena
02-08-2022 terapsang infus ditangan kanan, masih batuk, dan
merasakan nyeri ketika ditetes obat telinga)
1,3 08.05 Memberikan obat kalfoxine3x500 mg secara IV, drang
mucera 3x5 ml secara oral, travid 2x5 tts & H2o2 3x4
ttts melalui telinga, dan memberikan Nebulizer 2x1 amp
velutine
2 08.15
Mendengarkan orangtua An.K bercerita dan
memberikan pengertian bahwa An.K saat ini sedang
ditangani dengan obat-obatan dan tindakan keperawatan
yang dapat membantu proses penyembuhan An.K
1 08.30
Mengajarkan cara melakukan batuk efektif pada An.K
dan kedua orangtua. Caranya:

53
1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas
ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan
dengan kuat dan spontan
4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha”  atau
“hhuf..huf..huf”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
An.K belum dapat melakukan batuk efektif tanpa bantuan
2,3 09.00 perawat dan keluarga juga belum menghafal setiap tahap.
Menemani An.K melakukan terapi bermain yaitu bermain
Uno (membuat dan menyusun Menara yang kokoh dan
tidak akan jatuh), mengeksplore perasaan An.K dan
keluarga serta mengalihkan rasa tidak nyaman dengan
bermain dan menonton kartun kesukaannya film princess
3 10.00 Aurora.
Mengobservasi nyeri ditelinga (Nyeri masih skala 3/10,
An.K masih tampak meringis, batuk masih keras dan
susah mengeluarkan lender. Orangtua An.K juga masih
3 11.30
tampak kebibungan dan khawatir)
Mengantar An.K ke klinik THT untuk diirigasi telinga

54
(An.K merasa lebih baik setelah diirigasi dan telinga
terasa lebih ringan dan bisa mendengar dengan bersuara
lebih kecil daripada sebelumnya.
Hari ke-2
NO HARI/ No Jam IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL DK
1. Rabu, 1,2,3 08.00 Mengobservasi KU pasien (pasien tampak sakit sedang, Halena
03-08-2022 terapsang infus ditangan kanan, masih batuk, dan
merasakan nyeri ketika ditetes obat telinga)
1,3 08.05 Memberikan obat kalfoxine3x500 mg secara IV, drang
mucera 3x5 ml secara oral, travid 2x5 tts & H2o2 3x4
ttts melalui telinga, dan memberikan Nebulizer 2x1 amp
velutine
2 08.15
Mendengarkan orangtua An.K bercerita dan
memberikan pengertian bahwa An.K saat ini mendapat
tindakan yang dipantau dengan baik dan keadaannya
lebih baik dari kemarin karena An.K sudah kurang
mengeluhkan nyeri dan batuk dengan baik tanpa sakit
1 08.30 serta dapat bermain dengn aktif tanpa berfokus pada
sakitnya.
Mengajarkan cara melakukan batuk efektif pada An.K

55
dan kedua orangtua. Caranya:
6. Tarik nafas dalam 4-5 kali
7. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas
ditahan selama 1-2 detik
8. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan
dengan kuat dan spontan
9. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha”  atau
2,3 09.00
“hhuf..huf..huf”
10. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
An.K dapat melakukan batuk efektif tanpa bantuan
perawat dan keluarga sudah menghafal setiap tahap.
Menemani An.K melakukan terapi bermain yaitu bermain
Uno (membuat dan menyusun Menara yang kokoh dan
tidak akan jatuh), mengeksplore perasaan An.K dan
3 12.00 keluarga serta mengalihkan rasa tidak nyaman dengan
bermain dan menonton kartun kesukaannya film princess
Aurora.
Mengobservasi nyeri ditelinga (Nyeri berkurang dengaan
skala 2/10, An.K tidak sering tampak meringis, batuk
dengan nyaman sambil mengeluarkan lendir. Orangtua
An.K juga tidak terlalu khawatir seperti sebelumya)

56
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari 1 (Pertama)
NO HARI/TANGGA DK SOAP PARAF
JAM
1 Selasa, 1 S: Ny.I mengatakan An.K masih Halena
02-08-2022 batuk,
13.00 WIB O:
An.K tampak masih batuk (Lendir
berwarna kuning dan keluar setiap
kali batuk), An.K masih tampak
lemas, dan An.K tampak menahan
sakit ketika batuk
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2. Selasa, 2 S: Halena
02-08-2022 Ny.I dan Tn.I mengatakan masih
13.00 WIB merasa khawatir dengan keadaan
An.K
O:
Keluarga masih menunjukkan
perasaan cemas dengan selalu
bertanya keadaan anaknya setiap
kali di observasi TTV
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
3. Selasa, 3 S: Ny.I mengatakan An.K masih Halena
02-08-2022 merasakan nyeri dan meringis saat
13.0 IB diteteskan obat tetes telinga, Ny.I

57
mengatakan An.K akan tidur jika
nyeri di telinga, dan An.K
mengatakan nyeri yang dirasakan
masih skala 3/10 selama 20-30
detik, hilang timbul, dirasakan
dibagian telinga dalam.
O:
An.K tampak lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

58
Hari 2 (Kedua)
NO HARI/TANGGA DK SOAP PARAF
JAM
1 Rabu, 1 S: Ny.I mengatakan An.K masih Halena
03-08-2022 batuk namun jarang dan tidak lagi
13.00 WIB berlendir setiap kali batuk (lender
berkurang)
O:
An.K tampak masih batuk (Lendir
berwarna kuning namun lender
berkurang), An.K tidak tampak
lemas.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2. Rabu, 2 S: Halena
03-08-2022 Ny.I dan Tn.I mengatakan tidak
13.00 WIB merasa khawatir dengan keadaan
An.K
O:
Keluarga tidak menunjukkan
perasaan cemas dengan selalu
bertanya keadaan anaknya setiap
kali di observasi TTV
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
3. Rabu, 3 S: Ny.I mengatakan An.K tidak Halena
03-08-2022 merasakan nyeri dan meringis saat
13.0 IB diteteskan obat tetes telinga, Ny.I

59
mengatakan An.K bermain dan
mengobrol setelah ditetes telinga,
dan An.K mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah skala 1/10 selama
20-30 detik, hilang timbul,
dirasakan dibagian telinga dalam.
O:
An.K tidak tampak lemas
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

60
BAB IV
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (shaleh, 2013). Jadi pneumonia adalah penyakit
infeksi saluran nafas bawah akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) dengan gejala
batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak infiltrate pada foto rongten.
Pada An.K dengan diagnosa pneumonia ditemukan bahwa tanda dan gejala
hanya sebagian yang sesuai dengan teori. Adapun gejala pada An.K yaitu demam
diawal masuk RS dan batuk sedangkan meningitis, anoreksia, muntah, diare, dan
nyeri abdomen tidak dialami oleh An.K. Sehingga diagnose keperawatan yang dapat
diambil untuk mengatasi masalah yang dialami An.K yaitu bersihan jalan napas tidak
efekttif, ansietas yang dialami orangtua dan nyeri akut dengan skala 3 pada telinga
yang sakit. Diagnose yang diangkat pada An.K hanya sebagian dari diagnose yang
akan muncul pada diagnosa keperawatan dengan pneumonia jika dibandingkan
berdasarkan teori namun diagnosa yang diangkat yaitu bersihan jalan napas tidak
efektif dan ansietas akan muncul pada pasien dengan pneumonia berdasarkan teori.
Sedangkan nyeri akut adalah diagnosa yang diangkat karena keadaan klien yang
disertai dengan sakit telinga yang membutuhkan tindakan.
Tindakan atau intervensi yang dapat diberikan pada An.K yaitu pemberian
edukasi cara batuk efektif dan nebulizer untuk mengatasi batuk yang dialami An.K
sedangkan pengalihan atau teknik distraksi yaitu menonton dan terapi bermain
diberikan untuk mengatasi nyeri yang diarasakan An.K pada telinganya dan batuk
yang terus dirasakan, dengan begitu makan orangtua akan percaya dan tidak khawatir
apabila melihat An.K mau bermain dengan ceria dan terlihat menikmati terapi
bermain.
Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan
dampak hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan
diyakinin paling efektif adalah dengan terapi bermain. Aktivitas bermain memerlukan

61
energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang
sakit. Pada saat anak sakit ia akan mengalami stres yang diakibatkan oleh nyeri,
perlukaan, perpisahan dengan kelompok, pembatasan aktivitas, dan lingkungan yang
asing. Berbagai dampak negatif saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit dapat
terjadi, antara lain: anak akan kehilangan kontrol, rewel, menangis, tidak kooperatif
dan bahkan dapat terjadi kemunduran tahap perkembangan (regresi).

62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengkajian terhadap masalah pneumonia telah dilakukan secara komperhensif
dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama An.K batuk.
2. Diagnosa yang dimunculkan pada An. K adalah Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan dengan Ny.I
mengatakan An.K batuk, An.K tampak mengalami batukk (Lendir berwarna
kuning dan keluar setiap kali batuk), An.K tampak lemas, An.K tampak
menahan sakit ketika batuk dan hasil pemeriksaan radiologi bahwa gambaran
pneumonia kanan.
Diagnosa kedua adalah Ansietas berhubungan dengan krisis situsional
dibuktikan dengan Ny.I dan Tn.I khawatir dengan An.K karena belum pernah
mengalami penyakit seperti ini sebelumnya dan hasil pemeriksaan radiologi
bahwa gambaran pneumonia kanan.
Diagnosa ketiga yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (inflamasi) dibutikan dengan Ny.I mengatakan An. K merasakan
nyeri dan meringis saat diteteskan obat tetes telinga. Ny.I mengatakan An.K
akan tidur jika nyeri di telinga, An.K mengatakan nyeri yangdirasakan dengan
skala 3/10 selama 20-30 detik, hilang timbul, dirasakan dibagian telinga
dalam, dan An.K tampak lemas.
3. Perencanaan yang disusun untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas
tidak efektif dengan rencana tindakan latihan batuk efektif. Untuk diagnosa
kedua yaitu masalah ansietas dengan rencana tindakan monitor tanda-tanda
ansietas, ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,
pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian,
dan informasikan secara faktual mengenai pengobatan dan prognosis.
Diagnosa ketiga yaitu masalah nyeri akut dengan rencana tindakan
manajemen nyeri.

63
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. K selama 2 hari dengan
Implementasi sesuai dengan intervensi dan sebagian besar rencana tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi pada asuhan keperawatan dengan pneumonia memiliki catatan
perkembangan pada klien dengan kemajuan yang signifikan serta
menunjukkan kemajuan yang baik dibuktikan oleh keadaan umum klien baik
dan masalah bersihan jalan napas tidak efektif, ansietas dan nyeri akut pada
An. K sudah dapat teratasi pada hari kedua dan intervensi dihentikan
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada An.K dengan
Pneumonia, penulis memberikan usulan dan masukan yang positif pada keluarga
klien, perawata dan insititusi Pendidikan.
1. Bagi Keluarga
Keluarga lebih mengusahaan informasi tentang pneumonia, perkembangan
anak, dan memanajemen rasa cemas yang dialami orangtua sehingga saat anak
sakit dapat terurus dengan baik.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya
pada pasien dengan pneumonia dan perawat diharapkan dapat memberikan
pelayanan profesonal dan komprehensif dengan melihat jurnal-jurnal terbaru
tentang tindakan keperawatan.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat yang profesional, terampil, inovatif
dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
terutama pada kasus pneumonia.

64
DAFTAR PUSTAKA
Agustyana. 2019. Hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian pneumonia
pada balita di daerah perkotaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 7,
Nomor 1, Januari 2019
Anwar, A. & Dharmayanti, I. 2014. ‘’Pneumonian pada Anak Balita di
Indonesia’’ jurnal kesehatan masyarakat Nasional vol.8, hal 359-360.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI. Tim
Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.Widodo. (2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Fakultas
Kedokteran
Efenddy, C. & Niluh, G.Y. 2010. Keperawatan medical bedah klien dengan
gangguan system pernapasan. Jakarta:buku kedokteran EGC
Maidarti, 2014. Upaya Mempertahankan Bersihan Jalan Nafas
dengan Fisioterapi Pada Anak Pneumonia.
Oktiawati, A. & Julianti, E. 2019. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan
Anak. Jakarta:Trans Info Media.
Ridha. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
World Health Organization. 2019. Pneumonia. (Online),
(https://www.who.int/topics/pneumococcal_infections/en/ diakses pada
tanggal 22 Januari 2020.

65
Lampiran
“Terapi Bermain”
Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal baru:
lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru. Selain itu
beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan
perlukaan, pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi
ini mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik sebagai
dampak hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya
mampu mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses
adaptasi hospitalisasi.
Beberapa tindakan telah banyak direkomendasikan untuk meminimalkan
dampak hospitalisasi, namun sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan
diyakinin paling efektif adalah dengan terapi bermain. Pada saat bermain anak
memiliki kesempatan untuk „memainkan‟ perasaan dan permasalahannya, anak
merasa menjadi orang yang paling penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada
kritikan. Situasi seperti ini sangat kondusif untuk anak yang sedang mengalami
kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi.
Program terapi bermain di beberapa rumah sakit sudah mulai dikembangkan
walaupun pelaksanaannya masih terbatas pada mahasiswa yang sedang melakukan
praktek klinik. Sedangkan di RS yang besar, ruangan khusus bermain sudah
disediakan, programnya sudah ada, dan pelaksanaannya sudah berjalan secara rutin.
Saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit perawat dan orang tua harus dapat
memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan kondisi anak yang
sedang sakit. Keuntungan aktivitas bermain yang dilakukan pada anak yang dirawat
di rumah sakit antara lain:

66
1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dengan perawat, karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain perawat mempunyai kesempatan untuk
membina hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien.
2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri.
4) Permainan yang terapiutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi
secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Jadi, pada An.K telah dilakukan terapi bermain sesuai dengan usia dan
klasifikasinya dimana An.K berusia 8 tahun melakukan permainan menara
UNO yang bersifat kompetitif atau bersaing, yang masuk dalam kategori usia 6-12
tahun dengan klasifikasi permainan yaitu
1. Cooperative play
2. Belajar untuk independent
3. Kooperatif
4. Bersaing

67
5. menerima orang lain
6. Anak laki-laki: mekanikal dan anak perempuan: mothers role
Prinsip permainan pada anak di rumah sakit yaitu:
a. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang dijalankan
b. Tidak membutuhkan basnyak energi
c. Harus mempertimbangkan keamanan anak
d. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
e. Melibatkan orang tua
f. Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan pasif

68
“MTBS”

69
70
71
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BATUK EFEKTIF

NAMA : HALENA RIHI

NIM : 30190121109

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022

72
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Anak


Topik : Batuk Efektif
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Ruang Irene 2/4404-5
Hari / Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2022
Pukul : 10.00 WIB
Waktu : 30 menit

I. Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai batuk efektif selama 30 menit,
keluarga dan An. K dapat mengetahui dan mempraktekkan cara batuk efektif
dirumah.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran mampu:
1.   Menjelaskan definisi batuk efektif
2.   Menjelaskan tujuan batuk efektif
3.   Menjelaskan cara batuk efektif
4.   Menyebutkan alat yang digunakan
5.   Mengetahui etika batuk
II. Materi
1.  Definisi batuk efektif
2.  Tujuan batuk efektif
3.   Cara batuk efektif
4.   Alat yang digunakan
5.   Etika batuk
III. Karakteristik Sasaran
An.K dengan batuk berlendir dikarenakan pneumonia dan An.K
didampingi oleh orangtua selama dirawat.

73
IV. Waktu Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Rabu, 3 Agustus 2022
Waktu : 10.00 WIB
V. Metode
A. Ceramah
B. Tanya jawab
VI. Media
Leflet
VII. Materi Pendidikan Kesehatan
TAHAP KEGIATAN
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN SASARAN
5 menit Pendahuluan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam.
mengucapkan salam 2. Memperhatikan.
kepada keluarga dan Anak. 3. Mendengarkan penyuluhan
2. Memperkenalkan diri. dan menyampaikan topik
3. Menyampaikan topik, dan tujuan.
maksud dan tujuan 4. Menyetujui kesepakatan
pendidikan kesehatan. waktu pelaksanaan
4. Kontrak waktu untuk pendidikan kesehatan.
kesepakatan pelaksanaan
pend.kes
20 menit Kegiatan inti 1. Memberikan penjelasan 1. Mendengarkan
tentang batuk efektif dengan penyampaian materi.
menggunakan: Leflet 2. Mengajukan pertanyaan
2. Memberikan kesempatan tentang materi yang
kepada keluarga untuk kurang jelas.
bertanya. 3. Menerima reinforcement
3. Memberikan reinforcement atas pertanyaan yang
atas pertanyaan keluarga. diajukan.
5 menit Penutup 1. Menyimpulkan dan 1. Bersama menyimpulkan

74
mengklasifikasikan materi dan mengklasifikasikan
penyuluhan yang telah materi penyuluhan yang
disampaikan kepada telah disampaikan.
keluarga. 2. Mendengarkan penyuluh
2. Menutup acara dan menutup acara dan
mengucapkan salam serta menjawab salam.
terima kasih kepada
keluarga dan anak.
VIII. Evaluasi
A. Jenis
1. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan.
2. Peran peserta sesuai perencanaan.
B. Bentuk
1. Pelaksanan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampe akhir.
3. Peserta berperan aktif selama penyuluhan.
C. Post Test
Jenis tes: Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan:
1. Sebutkan definisi batuk efektif!
2. sebutkan langkah-langkah batuk efektif!
3. contohkan cara melakukan batuk efektif!

Lampiran Materi:

75
.     1. Pengertian batuk efektif
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak
mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Lestari, 2020).
2.      Tujuan Batuk Efektif (Astuti, 2016).
-      Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
-      Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
-      Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
-      Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
-      Meningkatkan volume paru
-      Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
3.      Teknik Batuk Efektif
-      Tarik nafas dalam 4-5 kali
-      Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
-      Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan
spontan
-      Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha”  atau “hhuf..huf..huf”
-      Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan
4.  Alat yang digunakan
-      Tissue/sapu tangan
-      Wadah tertutup tempat penampung dahak
-      Gelas berisi air hangat
5.      Etika Batuk
Langkah 1: Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan
mulut dengan menggunakan tissue atau sapu tangan atau dengan
lengan atas dalam baju anda setiap kali merasakan dorongan untuk
batuk atau bersin.
Langkah 2: Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
Langkah 3: Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau
menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4: Setelah itu gunakan masker

76
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N. D. (2016). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Dan Batuk Efektif
Terhadap Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien PPOK Di Instalasi Rawat
Inap RSUD dr. R. Koesma Tuban. 05. Retrieved from https://docplayer.info/57764134-
Noviadwiastuti-prodi-s1-keperawatanstikes-nu-tuban.html
Lestari, E. D., Umara, A. F., & Immawati, S. A. (2020). Effect of Effective
Cough on Sputum Expenditure in Pulmonary Tuberculosis Patients. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia [JIKI], 4(1), 1. https://doi.org/10.31000/jiki.v4i1.2734
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (1st ed.). Dewan Indonesia, Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

77
APAKAH BATUK EFEKTIF? 1. Melatih otot-otot pernafasan agar
dapat melakukan fungsi dengan
merupakan suatu metode baik
2. Mengeluarkan dahak atau sputum
batuk dengan benar, dimana
yang ada disaluran pernafasan
klien dapat menghemat energi 3.  Melatih klien agar terbiasa
melakukan cara pernafasan 
sehingga tidak mudah lelah dengan baik

dan dapat mengeluarkan


dahak secara maksimal.

CARA MELAKUKAN BATUK EFEKTIF

1. Anjurkan klien untuk minum


air hangat (agar mudah
APA MANFAAT BATUK EFEKTIF?
dalam pengeluaran sekresi)
2. Tarik nafas dalam 4-5 kali
1. Untuk mengeluarkan sekret 3. Pada tarikan selanjutnya
yang menyumbat jalan nafas nafas ditahan selama 1-2
2. Untuk memperingan keluhan detik
APA TUJUAN BATUK EFEKTIF?
saat terjadi sesak nafas pada
penderita jantung
78
4. Angkat bahu dan dada CARA MENGURANGI GEJALA BATUK
TEKNIK BATUK
dilonggarkan serta batukan 1. 1/2 buah jeruk nipis diperas
dengan kuat
kemudian campurkan dengan 1
EFEKTIF
5. Lakukan empat kali setiap
sendok makan madu aduk sampai
batuk efektif, frekuensi
disesuaikan dengan rata kemudian diminum
kebutuhan 2. 1 buah jeruk nipis dipanggang
sebentar,kemudian diperas dan
dicampur sedikit
garam.kemudian diminum

Disusun oleh:

PERALATAN YANG DIPERLUKAN? Halena Rihi, S.Kep

1. Bantal
2. Sputum Port
3. Air minum hangat (air putih)
4. Tissue WASPAD PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTO BORROMEUS

ALAH
79
“Pathway Pneumonia”

virus Bakteri Jamur Aspirasi

Saluran pernapasan bawah

Bronchiolus

Alveolus

Peningkatan produksi secret Reaksi Radang pada Stimulasi chemoreseptor ipotalahmus


bronchus dan alveolus

Akumulasi sekret Rangsangan batuk Set point bertambah


Fibrosus dan
pelebaran
Obstruksi jalan napas Nyeri pleuritik Respon menggigil
Atelectasis
Gangguan ventilasi Gangguan rasa Reaksi peningkatan
nyaman panas tubuh
Gangguan difusi
Bersihan jalan napas
tidak efektif Hipertermi
Resiko infeksi Gangguan
pertukaran gas
Peningkatan RR
Evaporasi
Distensi abdomen
O2 ke jaringan meningkat
Perangsangan RAS
menurun
(reticular activating
system muntah
Cairan tubuh
Kelemahan berkurang
Susah tidur
Defisit nutrisi

Intoleransi Defisit volume


Perubahan pola tidur
Aktivitas cairan

Gangguan Pola
Tiidur Metabolisme
meningkat

Ancaman terhadap
kehidupan
Kompensasi
cadangan lemak
ansietas digunakan tubuh

80

Anda mungkin juga menyukai