Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Malaria Dalam Kehamilan”


Sebagai syarat memenuhi mata kuliah KIA

OLEH

Nama Kelompok 4:
Halena Rihi (171111015)
Alfian Talu Popo (171111003)
Gaudencia Diaz (171111014)
Mariana Gomes (171111027)

Kelas : Keperawatan A/ VII


Matkul : KIA

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada saya sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Malaria Dalam Kehamilan” ini sesuai dengan
waktu yang saya rencanakan.

Terimakasih saya sampaikan juga kepada dosen KIA yang telah memberikan kesempatan
bagi saya untuk mengerjakan tugas ini, sehingga saya menjadi lebih mengerti dan memahami
tentang Malaria Dalam Kehamilan, tak lupa saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril maupun materil.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah KIA
di Universitas Citra Bangsa. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang
sudah tersusun.

Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau membandingkan beberapa
materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa memberi tambahan pengetahuan bagi
kita semua.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Kupang, 17 September 2020


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2

1.3 Tujuan......................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya malaria bagi kehamilan.................................................................. 3

2.2 Jenis kejadian komplikasi malaria bagi kehamilan………......................... 7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 11

3.2 Saran........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Setiap tahun, terjadi kehamilan pada sekitar 50 juta perempuan yang tinggal di daerah
endemis malaria, termasuk Indonesia. Diperkirakan 10.000 perempuan dan 200.000 bayi
meninggal akibat infeksi malaria selama kehamilan; anemia berat ibu, prematuritas, dan berat
lahir rendah berkontribusi terhadap lebih dari setengah dari kematian ini.
Angka kesakitan malaria di Indonesia menurut Riskesdas 2009 adalah 2,89 % yang dihitung
berdasarkan hasil positif pemeriksaan darah, dan menurun menjadi 2,4 % pada tahun 2010 (Data
sementara Riskesdas, 2010), sehingga tercatat tingkat kejadian malaria 18,6 juta kasus per
tahun.
Di daerah endemis malaria, prevalensi malaria lebih tinggi pada primigravida dibandingkan
dengan wanita tidak hamil atau multigravida. Infeksi pada kehamilan terutama oleh P.
falciparum dan menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kehamilan.
Infeksi P. vivax dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang sama dengan P. falciparum,
namun, komplikasinya lebih jarang dan kurang keparahannya. Infeksi oleh P. knowlesi relatif
jarang pada kehamilan.
Insidens malaria pada wanita hamil umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63
kasus dari 113 wanita hamil dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13). Berdasarkan
hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan  perlu mendapat perhatian khusus.
Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya
serta kontrol terhadap malaria selama kehamilan.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dinegara-negara seluruh dunia,
baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama dinegara berkembang termasuk
Indonesia.Malaria masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia, karena tingginya angka
kesakitan dan kematian pada usia produktif. Bahkan malaria yang menyerang ibu hamil bisa
menjadi ancaman bagi bangsa. Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat spesies
plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai
dampak paling berat terhadap morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya.
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan
wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun selama
kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas parasit malaria berat.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit genus Plasmodium yang hidup
pada nyamuk, dapat bersifat akut maupun kronik. Nyamuk membawa Plasmodium dan
menularkannya pada manusia melalui gigitannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa bahaya malaria bagi kehamilan?
1.2.2 Bagaimana jenis kejadian komplikasi malaria bagi kehamilan?

1.3 Tujuan
1.3.1 mengetahui bahaya malaria bagi kehamialan.
1.3.2 Mengetahui jenis kejadian komplikasi malaria bagi kehamilan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya Malaria Bagi Kehamilan
2.1.1 Bahaya malaria bagi ibu
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan tergantung pada tingkat
kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas dimana gejala malaria akan
lebih berat pada primigravida dan menurun seiring jumlah paritas karena kekebalan pada ibu
telah dibentuk dan meningkat.
Perempuan dewasa yang belum pernah terkena parasit dalam jumlah banyak (tinggal di
daerah epidemik atau transmisi malaria rendah), seringkali menjadi sakit bila terinfeksi oleh
parasit pertama kali. Ibu hamil yang tinggal di daerah dengan transmisi rendah mempunyai
resiko 2 sampai 3 kali lipat untuk menjadi sakit yang berat dibandingkan dengan perempuan
dewasa tanpa kehamilan. Kematian ibu hamil biasanya diakibatkan oleh penyakit malarianya
sendiri atau akibat langsung anemia yang berat. Masalah yang biasa timbul pada
kehamilannnya adalah meningkatnya kejadian berat bayi lahir rendah, prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat, infeksi malaria dan kematian janin.
Pada daerah dengan transmisi malaria sedang sampai tinggi, kebanyakan ibu hamil telah
mempunyai kekebalan yang cukup karena telah sering mengalami infeksi. Gejala biasanya
tidak khas untuk penyakit malaria. Yang paling sering adalah berupa anemia berat dan
ditemukan parasit dalam plasentanya. Janin biasanya mengalami gangguan pertumbuhan dan
selain itu menimbulkan gangguan pada daya tahan neonatus
1) Anemia
Infeksi malaria akan menyebabkan lisis sel darah merah yang mengandung parasit
sehingga akan menyebabkan anemia hemolitik normokrom. Pada infeksi plasmodium
falciparum dapat terjadi anemia berat karena semua umur eritrosit dapat diserang.
Eritrosit berparasit maupun tidak berparasit mengalami hemolisis karena fragilitas
osmotik meningkat. Selain itu juga dapat disebabkan peningkatan autohemolisis baik
pada eritrosit berparasit maupun tidak berparasit sehingga masa hidup eritrosit menjadi
lebih singkat dan anemia lebih cepat terjadi. Ibu hamil dengan malaria biasanya akan
mengalami anemia (kekurangan sel darah merah). Hal ini menyebabkan aliran darah ke
janin akan berkurang, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan, bahkan
gagal tumbuh atau berkembang
2) Ganggua sistim sirkulasi Pada infeksi P. falciparum sring dijumpai hipotensi orto-statik.
Kerusakan endotel kapiler sering terjadi pada malaria falciparum yang berat karena
terjadi peningkatan permeabilitas cairan, protein dan diapedesis eritrosit. Kegagalan lebih
lanjut aliran darah ke jaringan dan organ disebabkan vasokonstriksi arteri kecil dan
dilatasi kapiler, hal ini akan memperberat keadaan anoksi. Pada infeksi plasmodium
falciparum sering dijumpai hipotensi ortostatik.
3) Edema pulmonum
Pada infeksi plasmodium falciparum, pneumonia merupakan komplikasi yang
sering dan umumnya akibat aspirasi atau bakteremia yang menyebar dari tempat infeksi
lain. Gangguan perfusi organ akan meningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
edema interstitial. Hal ini akan menyebabkan disfungsi mikrosirkulasi paru. Gambaran
makroskopik paru berupa reaksi edematik, berwarna merah tua dan konsistensi keras
dengan bercak perdarahan. Gambaran mikroskopik tergantung derajat parasitemi pada
saat meninggal.
4) Hipoglikemia
Pada wanita hamil umumnya terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang
menyebabkan kecenderungan hipoglikemia terutama saat trimester terakhir. Selain itu,
sel darah merah yang terinfeksi memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel
darah normal.
5) Infeksi plasenta
Pada penelitian terhadap plasenta wanita hamil yang terinfeksi berat oleh
falciparum ditemukan banyak timbunan eritrosit yang terinfeksi parasit dan monosit yang
berisi pigmen di daerah intervilli. Disamping itu juga ditemukan nekrosis sinsisial dan
proliferasi sel-sel sitotrofoblas.
6) Gangguan elektrolit
Rasio natrium/kalium di eritrosit dan otot meningkat dan pada beberapa kasus
terjadi peningkatan kalium plasma pada saat lisis berat. Rasio natrium/kalium urin sering
terbalik. Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,
penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun
akibat infeksi transplasental.
7) Malaria serebral
Malaria serebral merupakan ensefalopati simetrik pada infeksi Plasmodium
falciparum dan memiliki mortalitas 20-50%. Sejumlah mekanisme patofisiologi
ditemukan antara lain obstruksi mekanis pembuluh darah serebral akibat berkurangnya
kemampuan deformabilitas eritrosit berparasit atau akibat adhesi eritrosit berparasit pada
endotel vaskuler yang akan melepaskan faktor-faktor toksik dan akhirnya menyebabkan
permeabilitas vaskuler meningkat, sawar darah otak rusak, edema serebral dan
menginduksi respon radang pada dan di sekitar pembuluh darah serebral.
2.1.2 Bahaya malaria bagi janin
Seorang ibu yang terinfeksi parasit malaria, parasit tersebut akan mengikuti peredaran
darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal. Bila terjadi kerusakan pada
plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta dan masuk ke sirkulasi darah
janin sehingga terjadi malaria kongenital. Beberapa peneliti menduga hal ini terjadi karena
adanya kerusakan mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas
plasenta yang meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit ke janin. Oleh sebab itu pada ibu-
ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi malaria intra-uretrin ke
janin walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini masih belum diketahui.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi pada malaria
berat dan resiko ini meningkat sampai tujuh kali, walaupun apa yang menyebabkan
terjadinya kelainan tersebut diatas juga masih belum diketahui. Malaria maternal dapat
menyebabkan kematian janin karena terganggunya transfer makanan secara transplasental,
demam yang tinggi (hiperpireksia) atau hipoksia karena anemia. Kemungkinan lain adalah
Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh antigen
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai kelainan pada malaria, antara
lain demam, kematian janin dan abortus.
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepi. Kortmann (1972)
melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang terinfeksi (sampai
65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Hal ini mungkin terjadi karena
plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak, seperti pada kapiler alat dalam lainnya.
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan berkurangnya berat
badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama. Hal ini mungkin akibat gangguan
pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau keduanya akibat berkurangnya transfer
makanan dan oksigen dari ibu ke janin. Namun patofisiologi pertumbuhan lambat intra-
uretrin pada malaria adalah multifaktor.
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi pada primipara
(persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan peningkatan paritas ibu. Demikain pula
berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multigravida
kekebalan pada ibu telah dibentuk dan meningkat.
1) Kematian janin dalam kandungan
Kematian janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksia, anemi berat,
penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun
akibat infeksi transplasental
2) Abortus
Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tinggi
sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat
3) Kelahiran prematur
Umumnya terjadi sewaktu atau tidak lama setelah serangan malaria yang
disebabkan oleh febris, dehidrasi, asidosis atau infeksi plasenta.
4) Berat badan lahir rendah
Malaria diperkirakan menjadi salah satu penyebab utama lahirnya bayi dengan berat
lahir rendah. Kondisi malaria pada masa kehamilan menyebabkan aliran nutrisi dan
oksigen dari ibu ke janin melalui plasenta terganggu, sehingga bayi akan kekurangan
nutrisi dan lahir dengan berat yang rendah.Penderita malaria biasanya menderita anemi
sehingga akan berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan.
5) Malaria plasenta.
Plasenta merupakan barier utama dari parasit malaria, dan status kekebalan ibu
berperan menghambat transmisi tersebut. Oleh sebab itu pada banyak ibu-ibu yang non
imun dan semi imun terjadi transmisi malaria intra-uterin ke janin, sehingga
menyebabkan penetrasi langsung melalui villi chorion, separasi plasenta yang prematur,
dan transfusi fisiologis darah ibu ke sirkulasi darah janin di dalam uterus. Malaria
kongenetal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1 True(Acquired during pregnan-cy)
Pada malaria kongenital ini sudah terjadi kerusakan plasenta sebelum bayi
dilahirkan. Parasit malaria ditemukan pada darah perifer bayi dalam 48 jam setelah
lahir dan gejalanya ditemukan pada saat lahir atau 1-2 hari setelah lahir.
2 False (Acquired during labor)
Malaria kongenital paling banyak dilaporkan dan terjadi karena pele-pasan
plasenta diikuti transmisi parasit malaria ke janin. Gejala-gejalanya muncul 3-5
minggu setlah bayi lahir.

2.2 Jenis Kejadian Komplikasi Malaria bagi Kehamilan


Jenis kejadian komplikasi Malaria yang dapat terjadi saat hamil anatara lain:
1) Anemia
Menurut defini WHO, anemia dalam kehamilan adalah bila kadar hemoglobin (Hb) <
11 g/dL. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah
hubungannya dengan parasetimia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang
sesuai dengan peningkatan paritas. Malaria dapat menyebabkan atau memperburuk
anemia.
Anemia yang disebabkan oleh malaria lebih sering dan lebih berat antara usia
kehamilan 16-29 minggu. Adanya defisiensi asam folat sebelumnya dapat memperberat
anemia ini. Brabin (1990) menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah
nilai Hb-nya, dan anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan sangat menentukan
apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak
karena kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia
kehamilan. Seiring dengan berlangsungnya infeksi, parasit tersebut dapat menyebabkan
trombositopenia. Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap
morbiditas ibu hamil dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan
meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah
persalinan.
Anemia meningkatkan kematian perinatal dan morbiditas serta mortalitas maternal.
Kelainan ini meningkatkan risiko edema paru dan perdarahan pasca persalinan secara
tidak langsung akibat perubahan hemodinamik. Transfusi yang terlalu cepat, khususnya
whole blood dapat menyebabkan peningkatan volume intravaskuler dan edema paru
berat.
2) Hipoglikemia
Mekanisme terjadinya hipoglikemi sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti.
Komplikasi hipoglikemia lebih sering ditemukan pada wanita hamil daripada yang tidak
hamil. Diduga pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang
cenderung menyebabkan terjadinya hipoglikemia, terutama trimester akhir kehamilan.
Selain itu, parasit memperoleh energinya hanya dari glukosa dan organisme tersebut
memetabolisme 70—75 kali lebih cepat sehingga menyebabkan hipoglikemia dan
asidosis laktat serta pada wanita hamil terjadi peningkatan fungsi sel B pankreas terhadap
stimulus sekresi (misalnya guinine) sehingga pembentukan insulin bertambah.
Hipoglikemia pada pasien-pasien malaria tersebut dapat tetap asimtomatik dan dapat
luput terdeteksi karena gejala-gejala hipoglikemia juga menyerupai gejala infeksi
malaria, yaitu: takikardia, berkeringat, menggigil dll. Akan tetapi sebagian pasien dapat
menunjukkan tingkah laku yang abnormal, kejang, penurunan kesadaran, pingsan,
bahkan sampai koma yang hampir menyerupai gejala malaria serebral. Bila sebelumnya
penderita sudah dalam keadaan koma karena malaria serebral maka komanya akan lebih
dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus dengan dekstrosa maka
kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena hiperinsulinemi, keadaan hipoglikemi
dapat kambuh dalam beberapa hari. Oleh karena itu semua wanita hamil yang terinfeksi
malaria falciparum, khususnya yang mendapat terapi quinine harus dimonitor kadar gula
darahnya setiap 4-6 jam sekali dan sebaiknya monitor kadar gula darah harus konstan
dilakukan.
Kadang-kadang hipoglikemia dapat berhubungan dengan laktat asidosis dan pada
keadaan seperti ini risiko mortalitas akan sangat meningkat. Hipoglikemia maternal juga
dapat menyebabkan gawat janin tanpa ada tanda-tanda yang spesifik.
3) Edema paru akut
Mekanisme terjadinya edema paru masih belum diketahui secara pasti, kemungkinan
terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang
terinsfeksi. Keadaan edema paru akut bisa ditemukan saat pasien datang atau baru terjadi
setelah beberapa hari dalam perawatan. Kejadiannya lebih sering pada trimester 2 dan 3
dan setelah persalinan.
Edema paru akut bertambah berat karena adanya anemia sebelumnya dan adanya
perubahan hemodinamik dalam kehamilan. Kelainan ini sangat meningkatkan risiko
mortalitas. Gejalanya mula-mula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi
dispneu dan penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam.
4) Imunosupresi
Imunosupresi dalam kehamilan menyebabkan infeksi malaria yang terjadi menjadi
lebih sering dan lebih berat. Lebih buruk lagi, infeksi malaria sendiri dapat menekan
respon imun. Perubahan hormonal selama kehamilan menurunkan sintesis
imunoglobulin. Penurunan fungsi sistem retikuloendotelial adalah penyebab
imunosupresi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan hilangnya imunitas didapat
terhadap malaria sehingga ibu hamil lebih rentan terinfeksi malaria. Infeksi malaria yang
diderita lebih berat dengan parasitemia yang tinggi. Pasien juga lebih sering mengalami
demam paroksismal dan relaps.
Infeksi sekunder (infeksi saluran kencing dan pneumonia) dan pneumonia algid (syok
septikemia) juga lebih sering terjadi dalam kehamilan karena imunosupresi ini.
5) Gagal Ginjal
Hemoglobinuri (blackwater fever) merupakan kondisi urin yang berwarna gelap
akibat hemolisis sel darah merah dan parasitemia yang hebat dan sering merupakan tanda
gagal ginjal.
6) Risiko Terhadap Janin
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek
buruk terhadap janin. Baik malaria P. vivax dan P. falciparum dapat menimbulkan
masalah bagi janin, akan tetapi jenis infeksi P. falciparum lebih serius (dilaporkan
insidensinya mortalitasnya l5,7% vs 33%). Akibatnya dapat terjadi abortus spontan,
persalinan prematur, kematian janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan
pertumbuhan janin (kronik/temporer), berat badan lahir rendah dan gawat janin. Selain
itu penyebaran infeksi secara transplasental ke janin dapat menyebabkan malaria
kongenital.
7) Malaria kongenital
Malaria kongenital sangat jarang terjadi, diperkirakan timbul pada <5% kehamilan.
Barier plasenta dan antibodi Ig G maternal yang menembus plasenta dapat melindungi
janin dari keadaan ini. Akan tetapi pada populasi non imun dapat terjadi malaria
kongenital, khususnya pada keadaan epidemi malaria. Kadar quinine plasma janin dan
klorokuin sekitar l/3 dari kadarnya dalam plasma ibu sehingga kadar subterapeutik ini
tidak dapat menyembuhkan infeksi pada janin. Keempat spesies plasmodium dapat
menyebabkan malaria kongenital, tetapi yang lebih sering adalah P. malariae. Neonatus
dapat menunjukan adanya demam, iritabilitas, masalah minum, hepatosplenomegali,
anemia, ikterus dll. Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan apus darah tebal dari
darah umbilikus atau tusukan di tumit, kapan saja dalam satu minggu pascanatal.
Diferensial diagnosisnya adalah inkompatibilitas Rh, infeksi CMV, Herpes, Rubella,
Toksoplasmosis dan sifilis.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malaria pada manusia disebabkan oleh lima spesies Plasmodium: P. falciparum, P. vivax, P.
ovale, P. malariae dan P. knowlesi. Sebagian besar infeksi disebabkan P. falciparum atau P.
vivax, namun infeksi campuran dengan lebih dari satu spesies malaria juga dapat terjadi.
Sebagian besar kematian terkait malaria disebabkan oleh P. falciparum.
Infeksi malaria pada kehamilan merupakan masalah medis yang serius karena risiko pada
janin seperti abortus, kematian janin, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan meningkatnya
anemia dan kematian pada ibu.
Malaria ditularkan melalui masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk betina
Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Penularan
malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi
darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria kongenital). Patogenesis malaria melibatkan
faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama
lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat,
yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria tanpa
Gejala klinis malaria bervariasi sesuai dengan endemisitas yang mendasari daerah. Di
daerah-daerah transmisi stabil malaria (daerah holo-endemik), sebagian besar infeksi malaria
pada ibu hamil tidak menunjukkan gejala, tapi ibu tetap berisiko untuk anemia dan melahirkan
janin dengan berat badan lahir rendah. Bagi perempuan yang tinggal di daerah mesoendemik,
atau bagi wanita kembali ke daerah holo-endemik setelah lama tidak tinggal di sana, malaria
lebih cenderung mengakibatkan penyakit demam, penyakit gejala yang parah, kelahiran
prematur, dan kematian ibu atau janin.
Tidak ada gejala kilinis yang spesifik pada malaria. Pada malaria ringan dapat
bermanifestasi seperti flu (flu like illness), atau seperti infeksi virus lainnya. Riwayat perjalanan
ke daerah endemis malaria harus ditanyakan pada ibu hamil dengan demam yang tidak diketahui
sebabnya. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan apus darah tepi, baik apus tebal maupun
apus tipis yakni bila ditemukan parasit dengan mikroskop atau hasil positif pada pemeriksaan
rapid  diagnostic test (RDT).
3.2 Saran

Ibu hamil sebaiknya dicegah untuk bepergian ke daerah endemis malaria. Apabila tidak
mungkin menghindarinya, ibu harus diberi pengobatan pencegahan, yakni klorokuin bila
bepergian ke daerah malaria yang sensitif terhadap klorokuin, atau meflokuin untuk daerah
malaria yang resisten terhadap klorokuin.
Pada wanita hamil yang tinggal di daerah endemik dan telah mempunyai kekebalan alami
(karena kontak yang lama dengan malaria), pemberian kemoprofilaksis terhadap malaria
menyebabkan kejadian bayi berat badan lahir rendah dan anemia ibu menurun. Pengobatan
Pencegahan Intermiten selama kehamilan (IPTp -Intermittent Preventive Treatment during
pregnancy) lebih disukai karena efektif dan lebih praktis
Semua ibu hamil diberikan IPTp dengan sulfadoksin-pirimetamin (SP) pada kunjungan
pemeriksaan antenatal ke-2 dan ke-3 (WHO merekomendasikan empat kunjungan pemeriksaan
antenatal standar, yakni kunjungan pertama pada trimester pertama, kunjungan kedua pada 24
hingga 26 minggu kehamilan, kunjungan ketiga pada 32 minggu, dan kunjungan keempat pada
36 sampai 38 minggu).
DAFTAR PUSTAKA

Afrisal. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2011 [Skripsi]. Padang: Universitas
Andalas; 2011.
Harmendo. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga
Kecamatan Sungai Liat Kabupaten Bangka [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2008.
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI; 2010.
Kemenkes Ri, Who,Pogi, Ibi. Malaria, di dalam Kehamilan Dan Persalinan Dengan
Penyulit Medis Non-Obstetri, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan, Edisi Pertama, 2013.

Anda mungkin juga menyukai