Anda di halaman 1dari 20

DELEGASI DAN SUPERVISI

Kelompok 3.
Pertemuan 12.
Konsep Delegasi
KONSEP DASAR PENDELEGASIAN YANG EFEKTIF
 Lima konsep yang mendasari efektifitas dalam pendelegasian. (Marquis, Bessie

L, Dkk.2010).lima konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:


1. Pendelegasian bukan suatu system untuk mengurangi tanggung jawab, tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melakssanakan asuhan terhadap pasien.
2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya
,mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan mengembangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. keberhasilan pelimpahan
ditentukan oleh:
◦ Intervensi keperawatan yang diperlukan
◦ siapa yang siap dan sesuai melaksanakan tugas tersebut
◦ Bantuan apa yang diperlukan
◦ Hasil apa yang diharapkan
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada anggota. Dukungan yang penting adalah
menciptakan suasana yang asertif. Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang
untuk melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam
melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi

5. seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisa otonomi yang dilimpahkan
untuk dapat terlibat aktif. keterbukaan akan mempermudah komunikasi.
Prinsip Utama Pendelegasian
 Dibawah ini adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar delegasi yang efektif:
1. Prinsip scalar.
Proses scalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang mengahsilkan
pertambahan tingkat- tingkat pada struktrur organisasi. Proses skalar dicapai melalui
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.
2. Prinsip kesatuan perintah
dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah
sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada
siapa ia haus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang
datang dari manager lain kepada seseorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan
tanggung jawab serta pembagian kerja.
3. Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas.(Nursalam. 2004)
Ketidakefektifan Dalam
Pendelegasian
 Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami masalah, dimana proses
delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. ini dikarenakan tiga hal:
1. Pendelegasian yang terlalu sedikit (under-delegasi) :staf diberi wewenang yang sangat sedikit,
terbatas dan sering tidak terlalu jelas, sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan
baik.
2. Pendelegasian yang berlebihan (over-delegasi) : Penggunaan waktu yang sia-sia, yang
disebabkan keterbatasan menajer untuk memonitori dan menghabiskan waktu dalam tugas
organisasi. Staf akan merasa terbebani dan dapat terjadi penyalahgunaan wewenang yang
diberikan.
3. Pendelegasian yang tidak tepat (improper-delegasi) : Kesalahan yang ditemukan
adalah, pendelegasian menjadi tidak efektif jika diberikan kepada orang yang tidak tepat, dan
alasan delegasi hanya karena faktor senang tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena
kecenderungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur subyektif. (Nursalam. 2002)
Konsep Pengendalian (Teknik dan fungsi
Pengendalian, quality, Improvement, performance
Sistem pengendalian manajemen termasuk dalam kategori
bagian dari pengetahuan perilaku terapan. Pada prinsipnya,
sistem pengendalian manajemen ini adalah suatu sistem yang
berisi tuntutan kepada seluruh orang yang ada didalam
perusahaan untuk menjalankan dan mengendalikan
perusahaan yang baik berdasarkan asumsi-asumsi tertentu.
Dalam hal ini, perusahaan yang baik tersebut bisa diartikan
sebagai:
1. Tolak ukur performa perusahaan yang mencerminkan
perusahaan berjalan secara efektif, efisien dan juga produktif.
2. Penentuan dalam menentukan tolak ukur di atas.
3. Mengapresiasi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan,
termasuk karyawan di dalamnya.
Sistem ini lebih bersifat menyeluruh dan terpadu,
artinya lebih fokus dalam berbagai upaya yang
dilakukan oleh pihak manajemen agar tujuan
perusahaan bisa tercapai. Jadi, sistem pengendalian
manajemen ini bisa diterapkan pada berbagai skala
perusahaan, karena pada dasarnya setiap perusahaan
tentu memiliki komponen yang sama yaitu:
W = Work (Pekerjaan)
E = Employe (Tenaga Kerja)
R = Relationship (Hubungan)
E = Environment (Lingkungan)
Fungsi Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu upaya sistematis yang
dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara melakukan
perbandingan atas prestasi kerja agar sesuai rencana awal dan
menciptakan suatu tindakan yang tepat untuk bisa mengoreksi setiap
perbedaan yang menyimpang.
Pengendalian biaya yang efektif akan tergantung pada bagaimana
komunikasi yang terjalin antara pihak informasi akuntan dengan
manajemen. Dengan menciptakan laporan prestasi kerja, maka
pihak controller pun akan memberikan suatu saran pada berbagai tingkat
manajemen mengenai suatu tindakan perbaikan yang dibutuhkan oleh
suatu kegiatan tertentu.
Laporan tersebut bisa disajikan dalam bentuk pernyataan langsung
ataupun tertulis dari controller pada pihak manajemen perusahaan. Isi
laporan tersebut juga bisa berupa laporan prestasi kerja yang sudah
diraih oleh para karyawannya.
SUPERVISI
Pengertian
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan
secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
dalam pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf
keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama para perawat bagaimana memperbaikai
proses keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf
keperawatan bukan sebagai pelaksanaan pasif, melainkan diperlukan sebagai parntner kerja
yang memiliki ide-ide pendapat dan pengalaman yang perlu didengar , dihargai dan
diikutsertakan dalam perbaikan proses keperawatan.
Manfaat dan Tujuan supervisi
 Manfaat supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a.    Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b.    Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Azwar 1996, dalam Nursalam, 2007).

 Tujuan Supervisi:
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksanaan keperawatan
2. Melatih staf dan pelaksanaan keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksanaan asuhan keperawatan
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu
berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan
dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian.
Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan
dan keterampilan bawahan.Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi
harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung
dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus
lebih sering dilakukan.
Prinsip-Prinsi Pokok Dalam Supervisi
 Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman
yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk
memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi.
Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari
kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan
untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan
otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan
supervisi yang baik
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik antara atasan
dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing
bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan,
bukan merupakan supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan
Sasaran
setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan
struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran
berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran
berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli
dan Bachtiar, 2009).
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas
keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan,
kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).
Teknik Supervisi
 Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya
pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah
menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran
supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan
oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat.
untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar
dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung. Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan:
A. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung
perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok
dan strategis saja (selective supervision).
Lanjut…
B. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat
menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan
langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
C. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulka n berbagai dampak
dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran
pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat
dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan
menunjukkan kekuasaan atau otoritas

2. Kerja sama. Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga
prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta
upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya
penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
Kompetensi Supervisior Keperawatan
 Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan
mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan
dengan mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan mengendalikan
(Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus
memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008):
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan
pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan.

c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan
keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.

f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.

g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.


Model-Model Supervisi Keperawatan
 beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian
asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan
tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para
perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau
masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut
yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme
sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor
dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya
sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
Pelaksanaan supervisi
 Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan
tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki
oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal
ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggu ng
jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi artinya memahami
prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
Daftar Pustaka
1. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional.Ed.1. Jakarta:Salemba Medika.
2. Nursalam. 2004. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional.Ed.4. Jakarta:Salemba Medika.
3. Marquis, Bessie L, Dkk. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan
Aplikasi. Edisi.4. Jakarta: EGC
4. Atmosudirjo,Prajudi.1982.Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia
5. Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Jakarta: Binarupa
Aksara.
6. Suarli & Bahtiar, (2009), Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta,
Erlangga.
7. Suyanto.( 2008). Mengenal Kepemimpinan dan Menajemen Keperawatan di Rumah Sakit..
Yogyakarta : Mitra Cendikia Pers
8. Dharma. (2003). Menajemen Kinerja,Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Anda mungkin juga menyukai