Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Pengertian Surveilans Malaria

Surveilans malaria dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang
akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan
penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat (Menkes, 2007).

Surveilans dalam program pemberantasan malaria bertujuan :

Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit Pelayanan Kesehatan lainnya dalam
rangka mencegah KLB malaria.

Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

Penanggulangan KLB malaria secara dini.

Mendapatkan trend penyakit malaria dari waktu ke waktu.

Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang, tempat dan waktu (Menkes, 2007).

1.2 Manfaat Surveilans Epidemiologi Penyakit Malaria

Melakukan pengamatan dini yaitu Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit
pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria.

Dapat menjelaskan pola penyakit malaria yang sedang berlangsung yang dapat dikaitkan dengan
tindakan – tindakan/intervensi kesehatan masyarakat.

Dapat mempelajari riwayat alamiah dan epidemiologi penyakit malaria, khususnya untuk mendeteksi
adanya KLB/wabah.

Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa
mendatang.

Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan membandingkan
besarnya masalah kejadian penyakit malaria sebelum dan sesudah pelaksanaan program.

Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana penyakit
malaria sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari tahun ke tahun), dan
cara serta dinamika penularan penyakit menular.

Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar
penanggulangan malaria yang cepat dan tepat, yaitu melakukan perencanaan yang sesuai dengan
permasalahannya.
1.3 Epidemiologi Malaria

Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemik malaria. Namun demikian,
malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah iklim tropis dan subtropis seperti di
Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di
Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual
paracitic index (API): 0.080/00. CFR dirumah sakit sebesar 10-50 %. Menurut laporan, di provinsi Jawa
Tengah tahun 1999; API sebanyak 0.35 0/00, sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum
dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun,
mulai dari 0.51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0.15 dan berkurang lagi menjadi 0.07 pada tahun
2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di NTT
dan Papua.

Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin bertambah. Plasmodium
falciparum dilaporkan resistensi terhadap klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin di wilayah Amazon dan
Asia Tenggara. P. vivax yang resistensi klorokuin ditemukan di Papua Nugini, provinsi Papua, Papua Barat
dan Sumatera.

Resistensi obat menyebabkan semakin kompleksnya pengobatan dan penanggulangan malaria.


Professional kesehatan harus mengetahui darimana seorang penderita berasal. WHO menerbitkan
publikasi tahunan daftar negara endemik malaria yang dapat dilihat melalui situs internet
(www.who.int/ith). Akibat lebarnya variasi antar daerah untuk daerah yang mempunyai daerah luas
seperti Indonesia, Departemen Kesehatan RI seharusnya membuat daftar sama untuk antar provinsi.

A. Faktor Host (Manusia dan Nyamuk)

Host pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate (manusia) dan Host Definitif
(nyamuk). Manusia disebut sebagai Host Intermediate (penjamu sementara) karena di dalam tubuhnya
terjadi siklus aseksual parasit malaria. Sedangkan nyamuk Anopheles spp disebut sebagai Host Definitif
(penjamu tetap) karena di dalam tubuh nyamuk terjadi siklus seksual parasit malaria (Depkes:1999,
dalam Jamaludin).

1. Host intermediate

Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh agent biologis (Plasmodium), tetapi ada
beberapa faktor intrinsik yang dapat memengaruhi kerentanan host terhadap agent yaitu usia, jenis
kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan tingkat
immunisasi.

2. Host definitif
Host definitif yang paling berperan dalam penularan penyakit malaria dari yang sakit malaria kepada
orang yang sehat adalah nyamuk Anopheles spp betina. Hanya nyamuk Anopheles spp betina yang
menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Host definitif ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu perilaku nyamuk itu sendiri dan faktor-faktor lain yang mendukung.

B. Faktor Agent (Plasmodium)

Parasit malaria yang terdapat pada manusia ada empat spesies yaitu:

1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang menyebabkan malaria berat.

2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

3. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.

4. Plasmodium ovale, spesies ini banyak dijumpai di Afrika dan Fasifik Barat.

C. Faktor Environment (Lingkungan)

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang
memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat (indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas
lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.

Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air.

Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles
sundaicus.

Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala timah, gambusia, nila sebagai
predator jentik Anopheles spp, serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi
gigitan nyamuk pada manusia.

Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran
masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang
memengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places potensial
untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes, 2003b).

Epidemiologi Penyakit Malaria

· Distribusi dan Frekuensi Penyakit Malaria


1. Orang

Diperkirakan prevalensi malaria diseluruh dunia berkisar antara 300-500juta kasus dengan kematian
antara1-2 juta setiap tahun dimana lebih dari 80 % adalah anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun.
Berdasarkan SKRT tahun 2001, CSDR akibat malaria pada laki-laki 11 per 100.000 penduduk dan wanita 8
per 100.000 penduduk.

2. Tempat

Malaria ditemukan di daerah mulai 64 derajat lintang utara (Rusia) sampai 32 derajat lintang selatan
(Argentina), dari daerah dengan ketinggian 2.666 meter (Bollivia) sampai dengan yang letaknya 433
meter di bawah permukaan laut (laut mati). Kini malaria banyak di jumpai di Meksiko, sebagian Karibia,
Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Indo
Cina, dan pulau-pulai di Pasifik Selatan. Plasmodium vivax memiliki distribusi geografi yang paling luas
mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis, kadang-kadang di jumpai di
Pasifik Barat. Di Indonesia, spesies ini dijumpai di seluruh kepulauan. Plasmodium palcifarum terutama
menyebabkan malaria di Afrika, Asia, dan daerah tropis lainnya. Di Indonesia, parasit ini tersebar di
seluruh kepulauan. Plasmodium malariae meluas meliputi daerah tropis maupun daerah subtropis. Di
Indonesia, spesies ini di jumpai di Indonesia Bagian Timur. Plasmodium ovale terutama terdapat di
daerah tropik Afrika bagian barat, di daerah Pasifik barat, dan di beberapa bagian lain di dunia. Di
Indonesia, parasit ini terdapat di pulai Owi sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur.

3. Waktu

Berdasarkan SKRT tahun 2001, CFR malaria 0,1 % (30.000 kematian dari 30 juta kasus). Tahun 2005, CFR
malaria 0,2 % (32.000 kematian dari 1,6 juta kasus). Pada tahun yang sama CFR malaria palcifarum 1,12
% (44 kematian dari 3.924 kasus).

1.4 Kegiatan Surveilans Malaria

Kegiatan surveilans malaria terbagi menjadi 3 periode, yaitu:

Surveilans periode kewaspadaan sebelum Kejadian Luar Biasa (KLB) atau surveilans Periode Peringatan
Dini (PPD): Suatu kegiatan untuk memantau secara terartur perkembangan penyakit malaria di suatu
wilayah dan mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah timbulnya KLB.

Surveilans Periode KLB: Kegiatan yang dilakukan dalam periode dimana kasus malaria menunjukan
proporsi kenaikan dua kali atau lebih dari biasanya/sebelumnya dan terjadi peningkatan yang bermakna
baik penderita malaria klinis maupun penderita malaria positif atau dijumpai keadaan penderita
plasmodium falciparum dominan atau ada kasus bayi positif baik disertai ada kematian karena atau
diduga malaria dan adanya keresahan masyarakat karena malaria.
Surveilans Paska KLB: Kegiatannya sama seperti pada periode peringatan dini. Monitoring dilakukan
dengan cara pengamatan rutin atau melakukan survei secara periodik pada lokasi KLB (MFSatau MS)
juga melakukan survei vektor dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai