Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

RABIES

KELOMPOK 3:
1. Halena Rihi
2. Maria Yunita
3. Maria Yunita weko
4. Alfredo area putra lende
5. Helio dos reis nunes
6. Yoksan magang
KONSEP PENYAKIT

 Definisi/Pengertian
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama
anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari
gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan
dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah
panas. Penyakit rabies secara alami terdapat pada
bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan
karnivora liar.
 Pada hewan yang menderita rabies, virus
ditemukan dengan jumlah yang banyak pada
air liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain
atau ke manusia terutama melalui luka
gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora
adalah hewan yang paling utama sebagai
penyebar rabies.
Epidemiologi

 Distribusi penyakit rabies sangat bervariasi untuk setiap belahan


dunia. Rabies atau Hydrophobia adalah penyakit zoonosis yang
pada umumnya berasal dari satwa liar yang menyerang hewan-
hewan domestik dan manusia atau dari hewan domestik yang
tertular kemudian ke manusia.
 WHO menyatakan bahwa sekitar 55.000 orang per tahun mati
karena rabies, 95% dari jumlah itu berasal dari Asia dan Afrika.
Sebagian besar dari korban sekitar 30 – 60% adalah anak-anak
usia dibawah 15 tahun. Rute utama penyebaran penyakit rabies ini
adalah gigitan dari anjing yang terkena rabies. Kematian
umumnya disebabkan oleh tidak adanya perlakuan atau
kurangnya perlakuan yang baik (post exposure treatment) dari
korban yang terkena rabies.
 Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
1. Virus rabies.
2. Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang.
Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk
ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia
  3. Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan
ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir
seseorang seperti kelopak mata atau mulut atau kontak
melalui kulit yang terbuka
PATOFISIOLOGI

 Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air
liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada
hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui
jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat
gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat
masuk dan disekitrnya. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus
rabies akan menghindari penghancuran oleh sistem imunitas
tubuh melalui pengikatannya pada sistem saraf. Setelah
inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang
panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut
dengan sistem saraf pusat. Amplifikasi terjadi hingga
nukleokapsid yang kosong masuk ke myoneural junction dan
memasuki akson motorik dan sensorik.
 Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak
berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal
dengan mortalitas 100 %. Jika virus telah mencapai
otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar
ke dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai
predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus, dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral,
virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut
saraf eferen dan pada serabut saraf volunter maupun
otonom.
 Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir
seluruh jaringan dan organ tubuh dan
berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar
ludah. Khusus mengenai infeksi sistem limbik,
sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik
sangat berhubungan erat dengan fungsi
pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh
infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini, pasien akan
menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi
dari luar.
Manifestasi klinis
 Gejala penyakit pada hewan dikenal dalam 3 bentuk :
a. Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda
terlihat.
 Tanda-tanda yang sering terlihat :
1. Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
2. Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi
dapat menjadi agresif
3. Tidak menurut perintah majikannya
4. Nafsu makan hilang
5. Air liur meleleh tak terkendali
6. Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang,
benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
7. Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
8. Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
9. Ekor diantara 2 (dua)paha
b. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
1. Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
2. Kejang-kejang berlangsung sangat singkat,
bahkan sering tidak terlihat
3. Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
4. Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
5. Mati
c. Bentuk Asystomatis
1. Hewan tidak menunjukan gejala sakit
2. Hewan tiba-tiba mati
 Gejala Rabies Pada Manusia:
 Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu
makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan
perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas,
nyeri berdenyut)
 Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya,
udara, dan suara
 Air liur dan air mata keluar berlebihan
 Pupil mata membesar
 Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
 Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan
akhirnya meninggal dunia.
• Pemeriksaan Penunjang

 Elektroensefalogram (EEG)
 Pemindaian CT.
 Magneti resonance imaging ( MRI )
 Pemindaian positron emission tomography (PET )
 Uji laboratorium
▪ Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
▪ Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
▪ Panel elektrolit
▪ Skrining toksik dari serum dan urin
▪ GDA
Penatalaksanaan

a. vaksinasi aktif:
vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies terbagi atas:
1. Nerve Tissue derived Vaccines (NTV)
2. Human Diploid Cell Vaccine (HDCV)

b. vaksin pasif:
Pada vaksinasi pasif, imunoglobulin rabies dari orang
yang telah divaksinasi sebelumnya (Human Rabies
Immune Globulin), diberikan kepada pasien yang belum
memiliki imunitas sama sekali. Sehingga dalam hal ini
vaksinasi pasif disebut pula serum anti rabies.
•Komplikasi

 komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya


timbul pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa
peningkatan tekanan intra cranial: kelainan pada
hypothalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas
hormone anti diuretic (SAHAD); disfungsi otonomik yang
menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia,
aritmia dan henti jantung. Kejang dapat local maupun
generalisata, dan sering bersamaan dengan aritmia dan
gangguan respirasi.
 Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi
hiperventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase
neurolgik. Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif,
dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
  

 Pengkajian
  

▪ Status Pernafasan
 Peningkatan tingkat pernapasan
 Takikardi
 Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
 Menggigil
▪ Status Nutrisi
 kesulitan dalam menelan makanan
 berapa berat badan pasien
 mual dan muntah
 porsi makanan dihabiskan
 status gizi
▪ STATUS NEUROSENSORI
 ADANYA TANDA-TANDA INFLAMASI
▪ KEAMANAN
 KEJANG
 KELEMAHAN
▪ INTEGRITAS EGO
 KLIEN MERASA CEMAS
 KLIEN KURANG PAHAM TENTANG PENYAKITNYA
▪ PENGKAJIAN FISIK NEUROLOGIK :
 TANDA – TANDA VITAL
 SUHU
 PERNAPASAN
 DENYUT JANTUNG
 TEKANAN DARAH
 TEKANAN NADI
 HASIL PEMERIKSAAN KEPALA
 FONTANEL : MENONJOL, RATA, CEKUNG
 BENTUK UMUM KEPALA
 Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon
 Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
 Afek
 Alam perasaan
 Labilitas
 Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya
 Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
 Refleks
 Refleks tendo superficial
 Reflek patologi
 Diagnosa Keperawatan
  

 Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia


 Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan
penurunan refleks menelan
 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolisme
 Ansietas (keluarga) berhubungan kurang terpajan
informasi
 Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan
kelemahan
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan pola Setelah diberikan tindakan a. Obsevasi a. Tanda vital
nafas keperawatan, diharapkan tanda- tanda merupakan
berhubungan pasien bernafas tanpa ada vital pasien acuan untuk
dengan afiksia gangguan, dengan kriteria terutama melihat kondisi
hasil : respirasi. pasien.
•Pasien bernafas, tanpa    
ada gangguan. b.Beri pasien b. O2
•Pasien tidak alat bantu membantu
menggunakan alat bantu pernafasan pasien dalam
dalam bernafas seperti O2. bernafas.
•Respirasi normal (16-20    
x/menit) c. Beri posisi c. posisi yang
yang nyaman. nyaman akan
membantu
pasien dalam
bernafas.
N Diagn Tujuan dan Intervensi Rasional
o osa kriteria hasil
Keper
awata
n
2 Gangg Setelah a.Kaji keluhan mual, sakit a.menentukan intervensi
uan dilakukan menelan, dan muntah yang selanjutnya.
pola tindakan dialami pasien.  
nutrisi keperawatan b.Kaji cara / bagaimana  
berhu diharapkan makanan dihidangkan. b.Cara menghidangkan
bungn kebutuhan   makanan dapat
denga nutrisi pasien c.Berikan makanan yang mudah mempengaruhi nafsu
n terpenuhi, ditelan seperti bubur. makan pasien.
penuru dengan kriteria   c.Membantu mengurangi
nan hasil : d. Berikan makanan dalam porsi kelelahan pasien dan
refleks pasien mampu kecil dan frekuensi sering. meningkatkan asupan
menel menghabiskan e. Catat jumlah / porsi makanan makanan
an makanan yang dihabiskan oleh pasien d.Untuk menghindari mual
sesuai dengan setiap hari.  
porsi yang f. Berikan obat-obatan e.Untuk mengetahui
diberikan antiemetik sesuai program pemenuhan kebutuhan
/dibutuhkan. dokter. nutrisi.
g. Ukur berat badan pasien
setiap minggu.
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawata kriteria hasil
n
3 Hipertermi Setelah a.Kaji saat a.untuk mengidentifikasi
berhubunga dilakukan timbulnya demam pola demam pasien.
n dengan tindakan   b. Tanda vital merupakan
peningkatan keperawatan b.Observasi tanda acuan untuk mengetahui
metabolism diharapkan vital (suhu, nadi, keadaan umum pasien.
e demam pasien tensi, pernafasan)  
teratasi, dengan setiap 3 jam c.Dengan vasodilatasi
criteria hasil : c. Berikan kompres dapat meningkatkan
- Suhu tubuh hangat penguapan dan
normal (36 –   mempercepat penurunan
370C).   suhu tubuh.
- Pasien bebas d.Berikan terapi d.Pemberian cairan
dari demam. cairan intravena sangat penting bagi
dan obat-obatan pasien dengan suhu
sesuai program tinggi.
dokter.
N Diagnos Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
o a hasil
Kepera
watan
4 Cemas Setelah diberikan a.Kaji tingkat a.Untuk mengetahui
(keluarga tindakan keperawatan tingkat cemas,dan
) diharapkan tingkat kecemasan mengambil cara apa yang
berhubun kecemasan keluarga keluarga. akan digunakan
gan pasien b. informasi yang benar
kurang menurun/hilang,dengan b. Jelaskan kepada tentang kondisi pasien
terpajan kriteria hasil : keluarga tentang akan mengurangi tingkat
informasi Melaporkan cemas kecemasan keluarga.
tentang berkurang sampai penyakit dan c.Dengan dukungan dan
penyakit. hilang kondisi pasien. support,akan mengurangi
Melaporkan rasa cemas keluarga
pengetahuan yang c. Berikan pasien.
cukup terhadap dukungan dan
penyakit pasien
Keluarga menerima support kepada
keadaan panyakit yang keluarga pasien.
dialami pasien.
N Diagn Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
o osa
Keper
awata
n
a.Identifikasi dan hindari faktor pencetus
5 . Setelah diberikan b.tempatkan klien pada tempat tidur yang
a.Penemuan faktor pencetus untuk
memutuskan rantai penyebaran virus
Resiko tindakan keperawatan, memakai pengaman di ruang yang tenang rabies.
cedera diharapkan pasien tidak dan nyaman. b. Tempat yang nyaman dan tenang
c.anjurkan klien istirahat dapat mengurangi stimuli atau
berhu mengalami d.sediakan disamping tempat tidur tongue rangsangan yang dapat menimbulkan
bunga cedera,dengan kriteria spatel dan gudel untuk mencegah lidah kejang
n hasil : jatuh ke belakng apabila klien kejang. c.efektivitas energi yang dibutuhkan
e.lindungi klien pada saat kejang dengan : untuk metabolisme.
denga a.Klien tidak ada cedera longgarakn pakaian d. lidah jatung dapat menimbulkan
n akibat serangan kejang posisi miring ke satu sisi obstruksi jalan nafas.
jauhkan klien dari alat yang dapat
kejang b.klien tidur dengan melukainya e. tindakan untuk mengurangi atau
tempat tidur pengaman mencegah terjadinya cedera fisik.
dan kencangkan pengaman tempat tidur
f. dokumentasi untuk pedoman dalam
lakukan suction bila banyak sekret
kelem c.Tidak terjadi serangan f.catat penyebab mulainya kejang, penaganan berikutnya.
ahan kejang ulang. proses berapa lama, adanya sianosis dan g. tanda-tanda vital indikator terhadap
d.Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi inkontinesia, deviasi dari mata dan perkembangan penyakitnya dan
gejala-hgejala lainnya yang timbul. gambaran status umum klien.
60-80x/menit, Respirasi g. sesudah kejang observasi TTV setiap h. efek samping dan efektifnya obat
15-30 menit dan obseervasi keadaan
16-20 x/menit klien sampai benar-benar pulih dari
diperlukan motitoring untuk tindakan
lanjut.
d.Kesadaran kejang.
i.kompliksi kejang dapat terjadi depresi
h.observasi efek samping dan
composmentis keefektifan obat. pernafasan dan kelainan irama jantung.
i. observasi adanya depresi pernafasan j. Kompliksi kejang dapat terjadi
dan gangguan irama jantung. depresi pernafasan dan kelainan irama
j.lakukan pemeriksaan neurologis jantung.
setelah kejang k. Untuk mengantisipasi kejang, kejang
berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus,
syringe pump.
 Implementasi
 Implementasi disesuaikan dengan intervensi
 Evaluasi
Dx 1 :
pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas
pasien tidak menggunakan alat bantu dalam
bernafas
Dx 2:
Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan
dan minum
Pasien bisa menelan dengan baik
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
Dx 3 :
Suhu pasien normal (36-370C)
Pasien tidak mengeluh demam
Dx 4 :
Keluarga pasien tidak cemas lagi.
Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasien
dan ikut membantu dalam pemberian pengobatan.
Dx 5 :
Pasien tidak mengalami cedera.
Pasien tidak mengalami kejang
Dx 6 :
Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti : kalor, dolor,
 tumor, dubor, dan fungsionalasia.
Luka pasien terjaga dan terawat
DAFTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC.
 Fitri Hidayati1, Etih Sudarnika2, Hadri Latif2,(dkk), Counseling Intervention
Using Lecture and Buzz Methods to Enhance Posyandu Cadres’ Knowledge
and Attitude in Rabies Control in Sukabumi District(Maret 2019)
 Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
 Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
 Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
 Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
 Santosa NI. 1989. Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan). Jakarta: Depkes
RI,
 Suharso Darto. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K.
Airlangga.
 Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai