RABIES
KELOMPOK 3:
1. Halena Rihi
2. Maria Yunita
3. Maria Yunita weko
4. Alfredo area putra lende
5. Helio dos reis nunes
6. Yoksan magang
KONSEP PENYAKIT
Definisi/Pengertian
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama
anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari
gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan
dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah
panas. Penyakit rabies secara alami terdapat pada
bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan
karnivora liar.
Pada hewan yang menderita rabies, virus
ditemukan dengan jumlah yang banyak pada
air liurnya. Virus ini ditularkan ke hewan lain
atau ke manusia terutama melalui luka
gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora
adalah hewan yang paling utama sebagai
penyebar rabies.
Epidemiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air
liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada
hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui
jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat
gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat
masuk dan disekitrnya. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus
rabies akan menghindari penghancuran oleh sistem imunitas
tubuh melalui pengikatannya pada sistem saraf. Setelah
inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa inkubasi yang
panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer tersebut
dengan sistem saraf pusat. Amplifikasi terjadi hingga
nukleokapsid yang kosong masuk ke myoneural junction dan
memasuki akson motorik dan sensorik.
Pada tahap ini, terapi pencegahan sudah tidak
berguna lagi dan perjalanan penyakit menjadi fatal
dengan mortalitas 100 %. Jika virus telah mencapai
otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar
ke dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai
predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,
hipotalamus, dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron – neuron sentral,
virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut
saraf eferen dan pada serabut saraf volunter maupun
otonom.
Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir
seluruh jaringan dan organ tubuh dan
berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar
ludah. Khusus mengenai infeksi sistem limbik,
sebagaimana diketahui bahwa sistem limbik
sangat berhubungan erat dengan fungsi
pengontrolan sikap emosional. Akibat pengaruh
infeksi sel-sel dalam sistem limbik ini, pasien akan
menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi
dari luar.
Manifestasi klinis
Gejala penyakit pada hewan dikenal dalam 3 bentuk :
a. Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda
terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
1. Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
2. Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi
dapat menjadi agresif
3. Tidak menurut perintah majikannya
4. Nafsu makan hilang
5. Air liur meleleh tak terkendali
6. Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang,
benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
7. Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
8. Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
9. Ekor diantara 2 (dua)paha
b. Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
1. Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
2. Kejang-kejang berlangsung sangat singkat,
bahkan sering tidak terlihat
3. Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
4. Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
5. Mati
c. Bentuk Asystomatis
1. Hewan tidak menunjukan gejala sakit
2. Hewan tiba-tiba mati
Gejala Rabies Pada Manusia:
Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu
makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan
perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas,
nyeri berdenyut)
Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya,
udara, dan suara
Air liur dan air mata keluar berlebihan
Pupil mata membesar
Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan
akhirnya meninggal dunia.
• Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalogram (EEG)
Pemindaian CT.
Magneti resonance imaging ( MRI )
Pemindaian positron emission tomography (PET )
Uji laboratorium
▪ Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
▪ Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
▪ Panel elektrolit
▪ Skrining toksik dari serum dan urin
▪ GDA
Penatalaksanaan
a. vaksinasi aktif:
vaksinasi aktif rabies atau vaksin anti rabies terbagi atas:
1. Nerve Tissue derived Vaccines (NTV)
2. Human Diploid Cell Vaccine (HDCV)
b. vaksin pasif:
Pada vaksinasi pasif, imunoglobulin rabies dari orang
yang telah divaksinasi sebelumnya (Human Rabies
Immune Globulin), diberikan kepada pasien yang belum
memiliki imunitas sama sekali. Sehingga dalam hal ini
vaksinasi pasif disebut pula serum anti rabies.
•Komplikasi
Pengkajian
▪ Status Pernafasan
Peningkatan tingkat pernapasan
Takikardi
Suhu umumnya meningkat (37,9º C)
Menggigil
▪ Status Nutrisi
kesulitan dalam menelan makanan
berapa berat badan pasien
mual dan muntah
porsi makanan dihabiskan
status gizi
▪ STATUS NEUROSENSORI
ADANYA TANDA-TANDA INFLAMASI
▪ KEAMANAN
KEJANG
KELEMAHAN
▪ INTEGRITAS EGO
KLIEN MERASA CEMAS
KLIEN KURANG PAHAM TENTANG PENYAKITNYA
▪ PENGKAJIAN FISIK NEUROLOGIK :
TANDA – TANDA VITAL
SUHU
PERNAPASAN
DENYUT JANTUNG
TEKANAN DARAH
TEKANAN NADI
HASIL PEMERIKSAAN KEPALA
FONTANEL : MENONJOL, RATA, CEKUNG
BENTUK UMUM KEPALA
Reaksi pupil
Ukuran
Reaksi terhadap cahaya
Kesamaan respon
Tingkat kesadaran
Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
Iritabilitas
Letargi dan rasa mengantuk
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
Afek
Alam perasaan
Labilitas
Aktivitas kejang
Jenis
Lamanya
Fungsi sensoris
Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
Refleks
Refleks tendo superficial
Reflek patologi
Diagnosa Keperawatan