OLEH :
Kelompok 3C
OLEH :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing institusi Pembimbing lahan
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan atas kehendak dan ridho Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan segala hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. L,
An. S dan An. X Dengan Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang D1 RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
iii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
ABSTRAK...........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2
1.4 Manfaat .........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Anak.......................................................................................4
2.2 Konsep Pneumonia .......................................................................................7
2.3 Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pneumonia ..........................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS ..............................................................................31
3.1 Data Asuhan Keperawatan ............................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................53
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................57
3.4 Implementasi Keperawatan............................................................................61
3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................75
BAB 4 PEMBAHASAN......................................................................................94
4.1 Pengkajian .....................................................................................................94
4.2 Diagnosa .......................................................................................................96
4.3 Intervensi .......................................................................................................97
4.4 Implementasi .................................................................................................99
4.5 Evaluasi .........................................................................................................101
BAB 5 PENUTUP ..............................................................................................104
5.1 Simpulan .......................................................................................................104
5.2 Saran .............................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................106
iv
ABSTRAK
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
4
5
2.2.1 Definisi
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh
karena infeksi atau iritasisi hingga alveoli terisi oleh eksudat
peradangan (Muwarni, 2011). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi
pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens
berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat
asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan aden infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi (Nurarif H & Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi.
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain.
Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut :
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
8
2.2.3 Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan
oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus)
dan protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh
sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas
tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya
meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly,
2008).
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
11
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis
sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal
dari paru (Djojodibroto, 2009).
2.2.4 Patofisiologi
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli
dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen
serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya
mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena
sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial
bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang
kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami
oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini
akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer
yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi
oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada
media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma
paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang
terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa
terhadap antibodi mikoplasma.
12
Akumulasi sputum Akumulasi sputum Eksudat dan serous masuk kedalam alveoli Difusi menurun
meningkat dilambung
MK : Nyeri Akut
Suplay O2 menurun
Mual, muntah
3) 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x
sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus
dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi
amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi
kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 –
1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama
pada penderita dengan batuk produktif.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine
kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
4. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO 2
80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa
gas darah.
5. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental.
Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat
bronchospasme.
6. Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 %
dengan menggunakan masker
b. Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,
dengan atau didapat asidosis respiratorik.
c. Respiratory arrest
d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
20
1) Anamnese
MRS/Tanggal Rabu, 24 Juni 2020/ 23 Juni 2020/ 21.15 23 Juni 2020/ 13.00
pengkajian 12.40
Identitas
Keluarga Pasien
Ayah :
31
32
Ibu :
tidak memiliki riwayat An.S tidak mempunyai pada obat atau makanan
alergi dengan ASI atau alergi terhadap obat- F. KKecelak
obat yang selama ini obatan dan makanan. aan
diberikan. Ny. F mengatakan
F. Kecelakaan Kalau An. X tidak
f.Kecelakaan Ibu pasien mengatakan pernah mngalami
An. S selama ini tidak kecelakaan.
Ibu mengatakan anak pernah mengalami
tidak memiliki riwayat kecelakaan.
kecelakaan sebelumnya.
Riwayat Ibu mengatakan tidak Ibu pasien mengatakan Ibu mengatakan tidak
Penyakit ada anggota keluarga memiliki penyakit asma ada anggota keluarga
Keluarga yang menderita yang menderita penyakit
penyakit HT, penyakit HT, penyakit menurun
menurun seperti DM . seperti DM .
C. Riwayat Imunisasi
HIB 2,3,4 3x
(1,2,3) Bulan
DPT 2,3,4 3x
(1,2,3) Bulan
Campak 9 bulan 1x
Hepatits 0,1,4,5 4x
bulan
Campak 9 bulan 1x
Hepatits 0,2,4,5 2x
bulan
maupun psikologis.
ibunya dan orang
terdekat setelahnya
adalah kakak- kakak
kandungnya. Ibu pasien
mengatakan selalu
memberikan dukungan
kepada anaknya saat
sakit di rumah sakit.
E. Pemeriksaan Pertumbuhan
Table 3.5 Riwayat Pertumbuhan
7 kg 14 kg 43 kg
Tinggi atau 65 cm 93 cm 72 cm
panjang badan
mengatakan pasien
dapat menirukan cara
ibu memanggil
ayahnya, pasien juga
sering tertawa jika
diajak berbicara dengan
orang sekitarnya.
Pada tingkat
perkembangan tumbuh
kembang An. X
mengalami
perkembangan yang
sesuai dengan tumbuh
kembang usianya
Kesimpulan dan Pasien tidak mengalami Interpretasi hasil KPSP Perkembangan pada
pemeriksaan hambatan dalam
jumlah jawaban “ya” = tahap tumbuh
perkembangan perkembangan.
9, perkembangan anak kembang anak
sesuai dengan tahap berjalan dengan baik
perkembangannya.
41
G. Kebutuhan Dasar
a) Pola Nutisi
Table 3.7 Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
Tidak Tidak
terkaji terkaji
karena karena anak
anak menggunak
mengguna an pempers
kan dan ibu lupa
pempers sudah berpa
dan ibu kali
lupa sudah
berpa kali
BAK :
Tidak
BAK :
terkaji
karena Tidak
anak terkaji
mengguna karena anak
kan menggunak
pempers an pempers
dan ibu dan ibu lupa
lupa sudah sudah berpa
berpa kali kali
Obat Tidak Tidak meng Tidak Tidak Tidak meng Tidak meng
Pencahar meng konsumsi meng meng konsumsi konsumsi
konsumsi obat konsumsi konsumsi obat obat
obat pencahar obat obat pencahar pencahar
pencahar pencaha pencahar
d) Personal Hygiene
Table 3.10 Personal Hygiene
b)
2x/hari
e) Kebutuhan Cairan
Table 3.11 Kebutuhan Cairan
Jenis ASI Susu Air putih, Air putih, Air putih, Air putih,
minuman Soya susu susu susu susu
46
H. Pemeriksaan Fisik
RR : 24x, RR : 23
terpasang O2 nasal 2 x/ menit.
lpm
tangan kanan D5 ¼ NS
500 cc/24 jam c. BJ I Trikuspid: Lub, tumor, nyeri tekan tidak
reguler dan ada
Turgor kulit elastis intensitas kuat
Perkusi: Timpani, tidak
Akral teraba hangat d. BJ I Mitral: Lub, ada nyeri ketuk ginjal
reguler dan
CRT< 2 detik intensitas kuat
Kulit bersih e. S1-S2 tunggal, tidak
ada bunyi jantung Ekstermitas :
Tidak ada masalah tambahan
a. Kekuatan otot
f. Tidak ada kelainan
5555 5555
Genetalia dan anus :
Abdomen : 5555 5555
Genetalia dan anus
bersih Inspeksi: Bentuk perut Integumen :
Tidak ada kelainan pada datar, mengikuti gerak
genetalia dan anus Inspeksi: kulit bersih, kulit
saat bernafas, tidak
lembab, tidak ada lesi pada
terdapat bekas luka
kulit
operasi
Auskultasi: Peristaltik usus Palpasi : Crt < 2detik
6 x/menit
Palpasi: Tidak terdapat
massa ataupun juga tumor, Genetalia dan anus :
nyeri tekan tidak ada
tidak terkaji
Perkusi: Timpani, tidak ada
nyeri ketuk ginjal
Ekstermitas :
An. S Pergerakan sendi
bebas, tidak ada kelainan
ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang,
kulit normal, turgor kulit
baik. Kekuatan otot:
Integumen :
Akral teraba hangat
CRT< 2 detik
Kulit bersih
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Table 3.14 Pemeriksaan Penunjang
Cor : Besar dan bentuk Result: sinus, diagfragma PLT: 157,50 (150-440
kesan normal 103/μL)
dan cor normal
Pulmo : tidak tampak AST/ SGOT : 38,4 (11,00-
Pulmo: perselubungan
infiltrate 33,00)
pada para cardial perihiler,
Sinus phrenicocotalis terutama dextra Analisa Gas Darah +
kanan-kiri tajam Elektrolit
Kesan: Pneumonia
Tulang tak tampak pH : 7,34 (7,35-7,45)
kelainan
Pco2 : 65,2 (35,00-45,00)
Kesan : Pneumonia
Po2: 43,80 (80,00-100,00)
Cl: 80 (96-108)
Rongent : Penebalan
pleura sinistra ec
52
pneumonia
K. Terapi Obat
Table 3.15 Terapi Obat
Anak 1 1. Infus D5 ¼ NS / 500 cc/24 jam 1. Sumber kalori penggantian cairan dan
(IV) kalori yang dibutuhkan
jam
Anak 1
1. DS: Bersihan jalan
Ibu mengatakan anak batuk Hipersekresi jalan napas tidak efektif
berdahak napas
DO :
- RR : 24 x/menit
- Terdengar ronchi di kedua
paru bagian atas
- Suara napas wheezing
- Terdapat sputum kental
berwarna putih bening
Pasien 2
1. DS: Bersihan Jalan
Ibu pasien mengatakan Sekresi yang Nafas Tidak
anaknya masih batuk tertahan Efektif
berdahak dan masih sesak
DO:
a. Suara nafas ronki pada
kedua lapang paru
b. Pernafasan cepat dan
dangkal
c. Anak tidak mampu
mengeluarkan
dahaknya secara
mandiri
d. Otot bantu pernafasan
dada
e. Terdapat cuping hidung
Frekuensi nafas
42x/menit (RR Normal
19-21 x/menit)
2. DS: Perubahan Gangguan
Ibu pasien mengatakan Membrane Pertukaran Gas
anaknya kesulitan bernafas Alveolus-kapiler
DO:
a. Terdengar bunyi
nafas tambahan
(ronkhi) pada
kedua lapang paru
b. Terdapat pernafasan
cuping hidung
c. Pola nafas cepat dan
dangkal
d. Warna kulit kemerahan
e. Kesadaran
composmentis
(E4V5M6)
a. Hasil Obs. TTV
1) RR: 42x/menit
(Normal 19-21
x/menit)
Nadi: 112x/menit (Normal 70-
110 x/menit)
3. DS: Posisi tubuh yang Pola Nafas
Ibu pasien mengatakan menghambat Tidak
55
Do :
2. Ds : Ketidak Intoleransi
Seimbangnya Antara Aktivitas
Suplai dan
Kebutuhan Oksigen
Do :
An. X Amenggunakan
masker nasal kanul
Tampak lemah
Nafas cepat (dispnea)
Ds:
Do:
dengan 4. Untuk
mudah membantu
3. Menunjukkan pasien dalam
jalan nafas mendapataka
yang paten n oksigen
(pasien tidak
merasa
tercekik
4. Frekuensi
nafas dalam
rentang
normal, tidak
ada suara
nafas
abnormal
6. Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Untuk
tindakan tubuh sesering perubahan
keperawatan 3 x 24 mungkin suhu
jam diharapkan 2. Monitor warna kulit, 2. Untuk
Suhu tubuh kembali nadi dan RR mencegah
Normal. 3. Berikan kompres terjadinya
pada lipat paha dan tanda
Dengan kriteria hasil: aksila sianosis
1. Suhu tubuh 4. Anjurkan 3. Untuk
anak dalam selimuti pasien menmpercep
rentang agar tetap hangat at evaporasi
normal Kolaborasi pemberian obat 4. Untuk
(Suhu: 36,5-37,5 antipiretik mencegah
˚C hilangnya
2. Tidak ada kehangatan
perubahan warna tubuh
kulit 5. Antipiretik
Tidak terjadi kejang Gol. Obat
untuk
menurunkan
panas
7. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Tujuannya agar
Aktivitas tindakan keperawatan aktivitas anak sesuai
selama 2 x 24 jam 1. Kaji tingkat toleransi dengan
diharapkan dapat anak. kemampuannya. Agar
beraktifitas 2. Bantu anak dalam tidak terjadi
secaramandiri dengan aktivitas hidup sehari-hari penggunaan energi
kriteria hasil : yang mungkin melebihi yang berlebihan.
toleransi. 2. Untuk mencegah anak
Anak mentoleransi 3. Berikan aktivitas dari rasa bosan, dan
peningkatan aktivitas. pengalihan yang sesuai untuk stimulasi
dengan usia, kondisi, tumbuh kembang.
kemampuan, dan minat 3. Untuk menjaga
60
anak. keseimbangan
4. Beri periode istirahat dan oksigenasi dan
tidur yang sesuai dengan mengurangi konsumsi
usia dan kondisi. oksigen yang
5. Instruksikan anak untuk berlebihan.
beristirahat jika lelah. 4. Untuk mencegah
penggunaan oksigen
ANAK 1
Tgl/Jam Dx Kep Implementasi Paraf
Rabu,
24-06-20
Injeksi antrain 60 mg
2,3 Menanyakan ke ibu apakah pasien masih susah untuk DYS
minum susu, dan mengedukasikan ke ibu untuk merubah
posisi tidur pasien agar lebih nyaman. Karena saat
diobervasi hidung pasien terlalu mendempel dengan ibu
sehingga dikhawatirkan akan sesak
RR : 24x
23.45 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS
ml : NS 2 ml
00.30 1,2 Mengajari keluarga untuk melakukan clapping dada dan DYS
punggung setelah dilakukan nebulizer. Dan
mengedukasikan ke ibu bahwa besok akan dilakukan
tindakan pemasangan NGT
Kamis
25/06/20
09.00 2 Mengajari dan ibu cara memberikan susu melalui selang DYS
NGT
Kamis
Siang
keluhan ke ibu
Mengedukasikan ke ibu bahwa anak boleh diberi ASI
tetapi tetap dengan pemberian melalui NGT (ASI
pompa)
Kamis
malam
Injeksi antrain 60 mg
Jumat
26/06/20
pagi
Jumat
26/06/20
Sabtu
27/06/20
Minggu
28/06/20
Senin
29/06/20
13.05 observasi Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS
dokter.
p.o Acitromicyn 1 bungkus
p.o Panas/bapil 1 bungkus
ANAK 2
69
25
70
Juni
2020
08:17
Mendengarkan bunyi nafas DYS
-Suara nafas ronki pada kedua lapang paru
26
Juni
2020
ANAK 3
Tgl & Dx Kep Implementasi Paraf
Jam
08.30 DYS
10.00
1. Memberikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan
usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak. DYS
2. Mengedukasi periode istirahat dan tidur yang sesuai
10.10 dengan usia dan kondisi.
3. Memberikan terapi obat Cefoperazone 1 g tiap
12 jam Intra Vena
73
DYS
1. Memberikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan
13.00
usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak.
13.10 2. Mengedukasi periode istirahat dan tidur yang sesuai
dengan usia dan kondisi.
3. Memberikan terapi obat Cefoperazone 1 g tiap
12 jam Intra Vena
4. Memberikan terapi obat Levofloxacin 750 mg
13.00
tiap 24 jam Intra Vena
5. Memberikan terapi obat Methyl Prednisolon 62,5
mg tiap 12 jam Intra Vena
ANAK 1
Tanggal Dx Kep Catatan Perkembangan Paraf
Rabu, Pukul : 21.00 WIB
24-06-20
S : Ibu pasien mengatakan anaknya batuk dan
DYS
tampak sesak
O : - Anak kesulitan bernafas
- RR (19.00) : 24x/menit
- Anak rewel
74
Rabu
24/06/20
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, 4, 5, 6
DX 2
S : Ibu pasien mengatakan anak masih tidak
mau menyusu secara langsung. Hanya bisa
76
melalui NGT
O : - Anak terpasang NGT
- Membran mukosa mulut masih kering,
pucat, dan pecah-pecah
- Anak minum susu soya melalui NGT
30 cc/ 3 jam
A : Masalah menyusui tidak efektif teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 4, 5, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak sering terjaga
ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari An. L masih sulit
tidur dan ketika tidur sering terbangun
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anak masih batuk
dan sesak
O : - Anak batuk
- Anak terlihat sesak
- Tidak terdapat otot bantu napas
- RR (15.00) : 32x/menit, SPO2 : 99%
dengan O2 2 lpm
- Hasil suction encer, bening
- RR (20.00) : 32x/menit , O2 bebas
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari An. L masih sulit
tidur, sering menangis ketika akan
ditidurkan
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan tidak sesak
78
O : - Anak batuk
- RR (23.00) : 32x/menit
- RR (12.00) : 32x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika malam hari An. L masih sulit
tidur, sering terbangun dan menangis
sambil batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- RR (08.00) : 30x/menit
- RR (12.00) : 30x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika malam hari An. L masih sulit
tidur, sering terbangun dan menangis
sambil batuk
- Tadi pagi anak baru bisa tidur tanpa
menangis pukul 06.00-08.00
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
- RR (15.00) : 30x/menit
- RR (20.00) : 30x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari anak L sulit tidur,
dan ketika tidur sering menangis
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika tidur
O : - Anak rewel
- Sepanjang pagi anak tidur sering
terbangun karena batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4
tidak sesak
O : - Anak tampak tenang dan tidak batuk
- Anak tidak tampak rewel
- RR (23.00) : 28x/menit
- RR (04.30) : 26x/menit
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi
P : Intervensi dihentikan, lanjutkan observasi
TTV
ANAK 2
Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
12 Mei DX1
2020 S: DYS
Ibu mengatakan an.S sesaknya sudah
berkurang Ibu mengatakan an. S masih
batuk berdahak namun sudah berkurang
Ibu mengatakan anak mau meniru melakukan
batuk efektif
Ibu mengatakan anak mampu mengeluarkan
batuknya sambil dibimbing
O:
1. Auskultasi: bunyi nafas ronki pada
kedua paru sudah berkurang
2. RR=
40x/menit 3.
SpO2=98%\
4. Ada otot bantu pernafasan
5. Napas cepat dan dangkal
6. Pernafasan cuping hidung
7. Terpasang nasal kanul
2lpm A: Masalah belum
teratasi Lanjutkan
83
Intervensi
(DX3-No.1/2/3/4/5/6/7/8/9)
S: DYS
Ibu mengatakan anak I masih sesak namun
sudah agak mendingan
O:
1. Saat auskultasi terdengar bunyi nafas
tambahan (ronki) pada kedua lapang
paru
2. Pernafasan cuping hidung
3. Pola nafas cepat dan dangkal
4. Kesadaran composmentis
5. Tidak ada tanda-tanda
sianosis A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
(DX3-No.1/2/3/4/5)
S:
Ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
Ibu mengatakan sesak anak akan bertambah
bila tidur dengan posisi telentang
O:
1. Ada tarikan dinding dada
2. Pola nafas cepat dan dangkal
3. Terdapat pernafasan cuping hidung
4. Hasil Obs
TTV RR
40x/menit,
N
105x/menit
Suhu
36,6ºC
A: Masalah belum
teratasi P: Lanjutkan
intervensi
(DX3-No.1/2/3/4)
S: DYS
Ibu mengatakan An.I badannya sudah tidak
panas lagi
O:
1. Suhu: 36,6ºC
2. Nadi: 78x/menit
3. Akral teraba hangat
4. Kulit kemerahan
5. Tidak ada tanda-tanda
sianosis A: Masalah teratasi
84
P: Hentikan intervensi
DX1 S:
Ibu mengatakan An.I sudah tidak sesak lagi
Ibu mengatakan An.I batuk sudah tidak
berdahak lagi
O:
1. Auskultasi bunyi nafas bersih
2. RR=25x/menit 3.
SpO2=99%
4. Tidak ada otot bantu pernafasan
5. Irama nafas teratur
6. Tidak ada pernafasan cuping hidung
7. Tidak terpasang oksigen A:
Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
DX2
S:
Ibu mengatakan anak I sudah tidak sesak
lagi
O:
1. Auskultasi suara nafas bersih
Tidak ada suara nafas tambahan
3. Tidak pernafasan cuping hidung
4. Pola nafas teratur
5. Tidak ada tarikan dinding dad
6. Kesadaran composmentis
7. Tidak ada tanda-tanda sianosis A:
Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
DX3
S:
Ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi
Itu: mengatakan anak sudah tidak
menggunakan oksigen lagi
O:
1. Tidak ada tarikan dinding dada
2. Pola nafas teratur
3. Tidak ada terdapat pernafasan
cuping hidung
4. Hasil Obs. TTV RR:
25x/menit N:
85
98x/menit Suhu:
36,3ºC
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
ANAK 3
Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
O:
Spo2 : 90 %
O : -tampak rewel
S :-
O : -tampak rewel
P :intervensi dihentikan
DYS
2 S : Ny. F mengatakan An.X tadi bagi
keluarlendir saat batuk
O:
Spo2 : 90 %
S:-
O : -tampak rewel
Spo2 : 90 %
S :-
O : -tampak rewel
4.1 Pengkajian
didapatkan antara ketiga pasien memiliki usia yang berbeda yaitu usia 5 bulan, 2
tahun dan 3 tahun sehingga pengumpulan data dan penyusunan intervensi serta
pelaksanaan implementasi harus dilakukan dengan berbeda satu dan lain pasien.
Hal ini tentunya sesuai dengan Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi
paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
Lalu berikutnya yang penulis temukan dari ketiga pasien adalah ketiganya
memiliki keluhan yang relative sama salah satunya adalah keluhan batuk, sesak
nafas serta kadang diikuti dengan demam. Batuk sesak dan demam berjalan rata2
lebih dari 3 hari sehingga orang tua memutuskan untuk membawa anak ke
pelayanan kesehatan. Hal ini tentunya sesuai dengan teori dari Betz & Sowden,
(2009) yang menulis manifestasi klinis dari Pneumonia antara lain : batuk,
dispnea, takipea, batuk paroksimal mirip pertusis , demam, ronchi, sesak nafas.
Hasil pengkajian dari ketiga pasien yang penulis temukan adalah ketiganya
mengalami sesak nafas dengan atau tidak disertai batuk. Diagnosa keperawatan
94
95
yang sering muncul pada kasus sesak dan batuk ini adalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas dan atau gangguan pertukaran
gas pada kasus pneumonia. Sesak nafas sendiri diakibatkan oleh penumpukan
co2 didalam alveolus. Hal ini tentunya sesuai dengan teori dari Brunner and
maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi
pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi
oksigen serta karbon dioksida. Hal ini tentunya sesuai antara teori dengan
normal (36,5 – 37,5°C), yaitu anak kedua dengan suhu tubuh 38,1 dan anak ketiga
dengan suhu tubuh 38,2. Demam merupakan respon tubuh saat terjadi infeksi
sehingga antiboy berusaha melawan infeksi tersebut. Hal ini di buktikanm pula
dengan kenaikan jumlah kadar leukosti dari kedua pasien yang penulis teliti yang
tentunya hal ini dijelaskan dalam teori demam merupakan respon sistemik dari
invasi agent. Timbulnya demam menyebabkan anak tidak nafsu makan dan
(Ardyani,2018). Dalam hal ini terdapat kesamaan antara teori dengan pasien di
rumah sakit.
berbeda. Setidaknya dua diagnose diatas adalah keluhan atau hasil pemeriksaan
yang banyak di temukan di pasien yang penulis teliti. Sementara itu terdapat
menyusui tidak efektif, gangguan pola tidur, dan ansietas. Tentunya ketiga
diagnose ini tidak sesuai dengan teori dari Betz & Sowden, (2009) yang menulis
manifestasi klinis dari Pneumonia antara lain : batuk, dispnea, takipea, batuk
4.2 Diagnosa
Dari ketiga pasien yang penulis teliti, ketiganya memiliki masalah yang
sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hal ini di dukung dengan data
dipsnea, terdapat otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung serta hasil
gangguan pertukaran gas (Djojodibroto, 2009). Hal ini tentunya sama antara teori
2. Hipertermi
pada salah satu pasien anak dengan data yang menunjang seperti adanya tanda dan
gejala seperti Pasien tampak lemas, Kulit kemerahan, Akral hangat, Observasi
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa hipertermi dapat muncul
kebutuhan pasien yaitu monitor suhu tubuh, lakukan kolaborasi dalam pemberian
anti peretik, lakukan kompres hangat saat anak mengalami demam dan anjurkan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada ketiga pasien anak, penulis
menemukan masalah Gangguan pertukaran gas pada pasien kedua yang ditandai
nafas tambahan (ronkhi) pada kedua lapang paru, terdapat pernafasan cuping
hidung, pola nafas cepat dan dangkal, warna kulit kemerahan, kesadaran
composmentis (e4v5m6), hasil obs. ttv rr: 42x/menit normal 19-21 x/menit),
gangguan pertukaran gas menjadi salah satu diagnose keperawatan yang harus
segera di atasi. Hal ini tentunya sejalan dengan teori Pneumonia juga mengalami
perawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang dilakukan sama dengan
landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan perawatan 2x24 jam diharapkan
masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil batuk efektif
dibuat berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu
Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan, monitor adanya retensi sputum,
dipangku, lakukan suction kurang dari 15 detik, anjurkan ibu untuk melakukan
meptin 0,3 ml : pz 2 ml, fakta yang terjadi terdapat kesamaan antara fakta dan
teori.
dapat teratasi dengan kriteria hasil kulit merah menurun, pucat menurun, takikardi
menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik (SLKI, 2018). Intervensi
dibuat berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu
identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5ºc –
monitor warna kulit dan sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien,
99
kolaborasi pemberian obat oral atau injeksi antipiretik dan cairan, elektrolit (intra
vena). Fakta yang terjadi terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.
kriteria hasil setelah dilakukan asuhan perawatan 3x24 jam diharapkan gangguan
pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil dyspnea membaik, ronkhie
hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu observasi tanda tanda
vital terutama respirasi, observasi warna kulit, mukosa dan kuku pasien.
nebulaizer dan oksigen. Hal ini dapat menunjang kesamaan antara fakta dan teori.
4.3 Implementasi
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent),
2018)
4.4 Evaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien (Keliat, 2010). Evaluasi untuk
diagnose bersihan jalan nafas tidak efektif adalah bersihan jalan nafas dapat
teratasi dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun,
dyspnea menurun (SLKI, 2018). Intervensi dibuat berdasarkan hasil analisa data
serta sesuai diagnose keperawatan yaitu Monitor pola napas dan bunyi napas
tambahan, monitor adanya retensi sputum, anjurkan ke ibu untuk mengatur posisi
detik, anjurkan ibu untuk melakukan clapping dada dan punggung, kolaborasi
orang tua pasien mengatakan sesak nafas berkurang jika setelah diberikan
nebulaizer dan diberikan oksigen, RR 24x/menit, spo2 93%, tidak ada cuping
Evaluasi untuk diagnosa hiperterimia pada pada salah satu pasien setelah 3
hipertermi, monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5ºC – 37,5ºC), monitor
haluaran urin, anjurkan orangtua memberi kompres hangat, monitor warna kulit
obat oral atau Injeksi antipiretik dan cairan, elektrolit (Intra Vena) (SIKI, 2018).
102
Pada evaluasi didapatkan orang tua pasien mengatakan demam anak sudah
mukosa bibir lembab , lidah sudah tampak bersih, suhu kulit membaik. Dengan
dihentikan dan dilanjutkan oleh perawat ruangan karena keterbatasan penulis tidak
dilakukan intervensi hingga pasien pulang. Terdapat kesenjangan antara fakta dan
teori yaitu dalam teori dijelaskan peningkatan suhu tubuh karena aproses penyakit
perbaikan.
adalah pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil dyspnea membaik,
berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu observasi
tanda tanda vital terutama respirasi, observasi warna kulit, mukosa dan kuku
pasien. Mempertahankan istirahat dan tidur pada anak, dan kolaborasi pemberian
nebulaizer dan oksigen. Setelah di evaluasi orang tua pasien mengatakan sesak
24x/menit, spo2 93%, tidak ada cuping hidung, suara nafas vesikuler.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
2) Hipertermi
sampai dengan tanggal 26 Juni 2020 selama 3x24 jam sesuai dengan
5.2 Saran
kelompok menyarankan :
optimal, selain itu perlu juga dipahami konsep teoritis agar penegakan
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. 2017. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Dan Resusitasi. Kediri: Seminar
Kebidanan Stikes Karya Husada
Jumiarni, I., Mulyati, S., & Nurlina, S. 2016. Asuhan Keperawtaan Perinatal.
Jakarta : EGC
Lestari, dkk. 2019. Hubungan Berat Badan Lahir Bayi Dan Usia Kehamilan
Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Sleman Tahun 2017.
Skripsi Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Maryinani, Anik dan Puspita Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Jakarta : CV Trans Info Media
Pratama, dkk. 2018. Angka Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Dengan
Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Herb-Medicine Journal Vol. 1 No 2.
Salendu P.2012. Sepsis Neonatorum dan Pneumonia Pada Bayi Aterm. Jurnal
Biomedik (JBM) Vol. 4 No.3 hlm 175-179