Anda di halaman 1dari 106

SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. L, AN. S DAN AN. X DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG D1
RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

OLEH :

Kelompok 3C

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. L, AN. S DAN AN. X DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG D1
RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

OLEH :

1. Dini Indah Saputri (1930019)


2. Siti Harri Setia Ningrum (1930082)
3. Yosep Yudi Cahyono (1930092)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh :

1. Dini Indah Saputri (1930019)

2. Siti Harri Setia Ningrum (1930082)

3. Yosep Yudi Cahyono (1930092)

Judul Seminar : Seminar Praktik Keperawatan Anak “Asuhan Keperawatan Pada


An. K dan An. A Dengan Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang
D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.”
Menyatakan bahwa makalah seminar ini yang berjudul “Seminar Praktik
Keperawatan Anak Asuhan Keperawatan Pada An. L, An. S dan An. X Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya” telah
disusun dengan buku panduan evaluasi praktik klinik keperawatan anak yang
berlaku di STIKES Hang Tuah Surabaya.

Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus di Rumkital DR. Ramelan


Surabaya pada hari ............,..............,............

Mengetahui,
Pembimbing institusi Pembimbing lahan

(Diyah Arini., S.Kep., Ns., M. Kes) ( )

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas kehendak dan ridho Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan segala hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. L,
An. S dan An. X Dengan Diagnosa Medis Pneumonia di Ruang D1 RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan laporan pendahuluan ini digunakan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan penugasan kelompok pada program studi profesi keperawatan
anak. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis memperoleh banyak
bimbingan dan bantuan dari para pembimbing yang ikut membantu dalam
penyelesaiannya.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan


sebaik-baiknya, namun penulis menyadari laporan kasus ini jauh dari kata
sempurna. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama masyarakat dan perkembangan ilmu keperawatan. Semoga budi baik
yang telah diberikan mendapatkan balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

Surabaya, 10 Mei 2020


Kelompok 3C

iii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
ABSTRAK...........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2
1.4 Manfaat .........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI ................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Anak.......................................................................................4
2.2 Konsep Pneumonia .......................................................................................7
2.3 Konsep Teori Asuhan Keperawatan Pneumonia ..........................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS ..............................................................................31
3.1 Data Asuhan Keperawatan ............................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................53
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................57
3.4 Implementasi Keperawatan............................................................................61
3.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................75
BAB 4 PEMBAHASAN......................................................................................94
4.1 Pengkajian .....................................................................................................94
4.2 Diagnosa .......................................................................................................96
4.3 Intervensi .......................................................................................................97
4.4 Implementasi .................................................................................................99
4.5 Evaluasi .........................................................................................................101
BAB 5 PENUTUP ..............................................................................................104
5.1 Simpulan .......................................................................................................104
5.2 Saran .............................................................................................................105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................106

iv
ABSTRAK

Latar Belakang : Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang


umumnya disebabkan oleh bakteri. Kasus pneumonia tidak mengenal kriteria usia
ataupun jenis kelamin, pneumonia dapat menyerang siapapun, terutama pada
orang yang memiliki daya imun yang menurun (Smeltzer, 2004). Pneumonia
masih merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka kejadian yang
masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk. Tujuan : Mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak pneumonia. Metode : Jenis
penulisan ini adalah penulisan deskriptif dalam bentuk studi kasus dimana
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada ketiga pasien diagnosa yang sama
muncul seperti bersihan jalan nafas tidak efektif, hipertermi, gangguan pertukaran
gas, dan terdapat diagnosa lain seperti defisit pengetahuan, gangguan pola tidur,
dan pola nafas tidak efektif. Kesimpulan : Dari semua masalah yang muncul
seperti bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, hipertermi,
gangguan pola tidur, defisit pengetahuan selama 3 hari pada pasien 1, pasien 2 dan
pasien 3, hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang di buat.

Kata kunci : asuhan keperawatan pada anak 1, anak 2, anak 3, pneumonia.

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1
2

1.1 Latar Belakang


Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada orang-orang dewasa di Negara berkembang,
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh bakteri. Kasus pneumonia tidak mengenal kriteria usia
ataupun jenis kelamin, pneumonia dapat menyerang siapapun, terutama
pada orang yang memiliki daya imun yang menurun (Smeltzer, 2004).
Pneumonia juga mengalami terjadinya penurunan volume paru sehingga
mengakibatkan gangguan pada proses ventilasi dan terjadi gangguan
pertukaran gas (Djojodibroto, 2009). Apabila gangguan pertukaran gas
tidak segera ditangani maka menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi
dan perubahan membran alveolar.
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh
dunia. Pada tahun 2015, terjadi 920.136 kematian akibat pneumonia, 16%
dari seluruh kematian anak usia kurang dari 5 tahun (WHO, 2016). Jumlah
penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berkisar antara 23%-
27% dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19% (Kemenkes RI, 2014).
Pada tahun 2015 terjadi peningkatan cakupan pneumonia diatas 50%
walaupun belum mencapai target nasional yang telah ditentukan (Dinkes
jawa timur, 2015). Angka kesakitan pneumonia menggambarkan jumlah
penderita kasus pneumonia di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun
diantara jumlah penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.
Pada tahun 2015 ditemukan 235,71% kasus pneumonia di Kota Pasuruan
(Profil kesehatan, 2015). Pneumonia disebabkan karena bakteri yang
masuk ke bronkiolus dan alveoli yang menimbukkan peradangan hebat,
terdapat cairan edema yang kaya protein dalam alveoli, sehingga saluran
pernafasan akan terganggu dan tidak berfungsi dengan normal dan keluar
masuknya oksigen juga akan terganggu dan akan mengakibatkan
gangguan pertukaran gas. Pada pasien pneumonia dampak dari gangguan
pertukaran gas dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan gagal nafas
(Elliott, 2009).
3

Hal ini disebabkan karena daerah paru menjadi padat (eksudat)


sehingga terjadi penurunan ratio ventilasi dan perfusi yang berdampak
pada penurunan kapasitas difusi (Djodjosubroto, 2009). Dampak dari
pneumonia apabila tidak diberikan penanganan asuhan keperawatan yang
sesuai antara lain demam, nafas cepat, terjadi superinfeksi, kegagalan
pneumonia untuk menyembuh, meningkatkan kecurigaan terjadinya
karsinoma pernapasan, dan akan menimbulkan komplikasi yaitu
atelektasis, syok, gagal pernapasan, dan efusi pleura (Smeltzer, 2002).
Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan pneumonia adalah
dengan menjaga kelancaran sistem pernafasan, terutama pada pasien
dengan masalah gangguan pertukaran gas, memelihara kebersihan paru,
ajarkan batuk efektif dan monitor O2 juga dapat dilakukan untuk menjaga
kelancaran sistem pernafasan penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan,
mengontrol suhu tubuh, serta menjaga lingkungan yang bersih dan aman.
Dan juga lakukan Manejemen jalan nafas, pemantauan respirasi seperti
buka jalan nafas, catat pergerakan dada. Oleh karna itu penulis tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit gangguan sistem
pernafasan khususnya pneumonia dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI)
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Pneumonia Dengan
Masalah Gangguan Pertukaran Gas di Ruang Teratai RSUD Bangil”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan
di ruang D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pneumonia
dengan di ruang D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya?
4

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien pneumonia dengan di
ruang D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien pneumonia di ruang D1
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien pneumonia di ruang
D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien pneumonia di ruang
D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien pneumonia di ruang D1
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu
keperawatan dalan pembuatan Asuhan Keperawatan tentang Klien
pneumonia agar perawat mampu memenuhi kebutuhan dasar pasien
selama di rawat di Rumah Sakit.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Klien dan Keluarga
Untuk menambah pengetahuan bagaimana keluarga klien bagi
klien dan keluarga sehingga mampu melakukan tindakan yang sesuai.
2. Bagi Rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu perawatan pelayanan pada kasus
pneumonia dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien
pneumonia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Anak
2.1.1 Definisi Anak
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 202 tentang perlindungan
anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termsuk anak yang dalam perlindungan terhadap anak sudah mulai sejak
anak tersebut dalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Kemenkes,
2014).
2.1.2 Pembagian Usia Pada Anak
Pembagian usia anak menurut Fida dan Maya (2013) adalah :
1. Bayi : 0 – 12 bulan
2. Usiatoodler : 1 – 3 tahun
3. Anak prasekolah : 4 – 6 tahun
4. Anak sekolah : 7 – 12 tahun
5. Anak remaja : 13 – 18 tahun
2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Pertumbuhan anak
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan jumlah, besar, ukuran
yang dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound, kilogram) serta
tinggi badan dan berat badan. (Purwandari, dkk, 2014).
Indikator pemeriksaan pertumbuhan :
a. Pengukuran tinggi badan pada anakusia 0 samapai 2 tahun
pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara berbaring,
sedangka pada anak usia lebih dari 2 tahun dilakukan dengan cara
berdiri (Rizki, dkk, 2015).
b. Pengukuran berat badan Pengukuran berat badan dilakukan dengan
menggunakan timbangan yang berguna untuk mengetahui keadaan
gizi dari tumbuh kembang anak (Sulistyawati, 2014).

4
5

c. Lingkar kepala Lingkar kepala menggambarkan pemeriksaan


patologis dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Perkembangan otak mempengaruhi
pertumbuhan tengkorak (Titin, 2018).
d. Lingkar lengan atas Tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh dapat
digambarkan oleh ukuran lingkar lengan atas. Pengukuran ini
berguna untuk skrining malnutrisi pada anak (Titin, 2018).
2. Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini menyangkut
perkembangan sel tubuh, organ dan system tubuh yang berkmbang
untuk memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan intelektual,
emosi dan tingkahlaku (Soetjiningsih, 2015).
Ada 5 aspek perkembangan yang perlu di bina dan dipantau, yaitu :
a. Perkembangan motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakkan dengan sikap
tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk dengan berdiri
(Soetjiningsih, 2015).
b. Motorik halus adalah aspek berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetaoi melakukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjepit, menulis (Fida dan
Maya, 2013).
c. Perkembangan kognitif Merupakan proses berfikir, yang meliputi
kemampuan individu untuk menilai, menghubungkan, dan
mempertimbangkan suatu peristiwa. (Kyle da Carman 2003).
d. Perkembangan Bahasa Kemampuan bicara dan Bahasa adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah.
6

e. Perkembangan sosial sosialisasi dan kemandirian adalah aspek


yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan
ibu atau pengasuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan (Doni, dkk, 2014).
Pengukuran perkembangan Perkembangan merupakan proses
untuk anak belajar lebih mengenal, memakai, dan menguasai sesuatu
yang lebih dari sebuah aspek. Perkembangan Bahasa salah satunya
tujuan dari perkembangan satu bahasa ialah agar anak mampu
berkomunikasi secara verbal dengan lingkungan (sulistiawati, 2014)
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor dari dalam( internal)
Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau hormone,
factor genetic akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, alat seksual, syaraf. Kemudian pengaruh hormonal
dimana sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berusia 4
bulan. pada saat itu terjadi pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroit juga menghasilkan
kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolism serta maturase
tulang, gigi, dan otak (Soetjiningsih,2015).
2. Faktor dari luar (ekternal)
a. Factor pre-natal gizi pada waktu hamil, mekanis, otoksin, endokrin,
radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio.
b. Faktor post-natal
c. Faktor biologis Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap
penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis atau hormone.
d. Faktor lingkungan fisik Cuaca ,musim, sanitasi, dan keadaan
rumah.
Faktor keluarga dan adat istiadat pekerjaan, jumlah saudara,
stabilitas rumah tangga, adat istiadat.
7

2.2 Konsep Dasar Pneumonia

2.2.1 Definisi
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh
karena infeksi atau iritasisi hingga alveoli terisi oleh eksudat
peradangan (Muwarni, 2011). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi
pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens
berikut : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat
asing (Betz & Sowden, 2009).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan aden infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi (Nurarif H & Kusuma, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pneumonia
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi.
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain.
Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut :
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
8

Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen


penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi
asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis,
kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia
bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering
dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase
terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan
seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa
demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak
produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar
auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi
terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat
dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau
berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang
lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti
dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya
batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid,
sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di
berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe
pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran
klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan
infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering
diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen,
menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,
pneumonia dapat diklasifikasikan :
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
9

a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang


dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih,
dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2. Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.
10

2.2.3 Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan
oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus)
dan protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh
sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas
tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya
meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian (Misnadiarly,
2008).
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).
11

4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis
sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi
juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal
dari paru (Djojodibroto, 2009).
2.2.4 Patofisiologi
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli
dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen
serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya
mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena
sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial
bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen
alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang
kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami
oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini
akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer
yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi
oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada
media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma
paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang
terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien dapat diperiksa
terhadap antibodi mikoplasma.
12

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar.


Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk
bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri
bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang
umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah
yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan
dalam pneumonia bakterial (Brunner & Suddart, 2014).Secara patologis,
terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011) :
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan selimun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerjasama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma kedalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
13

anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat,


yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu responimun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudatlisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali kestrukturnya
semula.
14

2.2.5 Web Of Caution Pneumonia

Etiologi: Jamur bakteri virus protozoa


Peningkatan suhu
Infeksi tubuh
Terhirup/teraspirasi
Peningkatan konsentrasi
Kerja sel goblet Keringat
MK : Hipertermi protein cairan alveoli
meningkat meningkat Masuk ke paru > alveoli

Tekanan hidrostatik dan


Produksi sputum MK : Resiko Proses peradangan
Tertelan kelambung osmotik meningkat
meningkat kekurangan
volume cairan

Akumulasi sputum Akumulasi sputum Eksudat dan serous masuk kedalam alveoli Difusi menurun
meningkat dilambung

MK : Bersihan jalan SDM dan PMN mengisi alveoli


nafas tidak efektif, Akumulasi cairan
Pola nafas Tidak Lambung mengadakan dialveoli
efektif menyeimbangkan asam dan basa Konsolidasi di Alveoli

Cairan menekan MK : Gangguan


Peningkatan asam syaraf Pertukaran Gas
lambung Complience paru menurun

MK : Nyeri Akut
Suplay O2 menurun
Mual, muntah

MK: Intoleransi Aktivitas


MK : Defisit Nutrisi
15

2.2.5 Manifestasi Klinis


Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden,
2009) meliputi hal-hal berikut :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retraksi dinding toraks : interkostal, substernal, diafragma, atau
supraklavikula
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
di dekatnya)
9. Batuk paroksimal mirip pertusis
10. Demam
11. Ronchi
12. Sakit kepala
13. Sesak nafas
14. Menggigil
15. Berkeringat
16. Kulit yang lembab
17. Mual dan muntah
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Misnadiarly (2008), pemeriksaan penunjang pada
pneumonia antara lain :
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) teridentifikasi adanya
penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) leukositosis
menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
16

spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida


menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah untuk mengetahui
oganisme penyebab.
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru volume mungkin menurun, tekanan
saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan
hipoksemia.
6. Uji Serologiuntuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipik
memiliki sensitivitas dan spesifisitas rendah.
7. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Foto rontgen tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang rawat inap. Kelainan
pada foto rotgen toraks tidak selalu berhubungan dengan manifestasi
klinis.
2.2.7 Komplikasi
Menurut Misnadiarly (2008), komplikasi pada pneumonia sebagai
berikut :
1. Abses paru
2. Empisema
3. Gagal nafas
4. Meningitis
5. Ateletaksis
6. Delirium
7. Asidosis metabolik
8. Hipotensi
9. Dehidrasi
10. Perikarditis
2.2.8 Penatalaksanaan Keperawatan
Radang paru-paru dapat diobati dengan antibiotik. Itulah yang biasanya
ditentukan di sebuah pusat kesehatan atau rumah sakit, tapi sebagian besar
17

kasus pneumonia masa kecil dapat diberikan secara efektif di dalam


rumah. Rawat inap disarankan pada bayi berusia dua bulan dan lebih
muda, dan juga dalam kasus yang sangat parah (WHO, 2011).
1. Terapi suportif umum :
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-
96% berdasarkan pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang
kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan
clapping dan vibrasi.
d. Pengaturan cairan : pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih
sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia
bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang
disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.
2. Penatalaksanaan pada Bayi dan Balita
a. Untuk bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
1) Pneumonia berat : Bila ada sesak napas harus dirawat dan
diberikan antibiotic.
2) Pneumonia : Bila tidak ada sesak napas tetapi napas cepat tidak
perlu dirawat namun diberikan antibiotic oral.
3) Bukan Pneumonia : bila tidak ada napas cepat dan sesak napas,
tidak perlu antibiotic, hanya diberikan pengobatan simptomatis
seperti penurun panas.
b. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan
1) Pneumonia : Bila ada napas cepat atau sesak napas harus
dirawat dan diberikan antibiotic.
2) Bukan Pneumonia : Tidak ada napas cepat atau sesak napas
tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.
18

c. Pneumonia rawat jalan


1) Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama
secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.
2) Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB.
3) Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB
sulfametoksazol).
d. Pneumonia rawat inap
1) Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-
laktam atau kloramfenikol.
2) Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas,
dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin,
atau sefalosporin.
3) Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien
dengan pneumonia tanpa komplikasi.
e. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau
meningitis.
1) Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum
luas seperti kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
2) Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan
antibiotik oral selama 10 hari.
3. Obat – obatan
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin.
Mediaksi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan
sefalosporin generasi pertama. Bila penderita alergi terhadap
golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x sehari.
Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk
kering). Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak :
1) 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
2) 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
19

3) 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x
sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol). Pada kasus
dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi
amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi
kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 –
1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama
pada penderita dengan batuk produktif.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine
kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
4. Terapi oksigen
Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO 2
80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa
gas darah.
5. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental.
Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat
bronchospasme.
6. Ventilasi mekanis
Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 %
dengan menggunakan masker
b. Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,
dengan atau didapat asidosis respiratorik.
c. Respiratory arrest
d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
20

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia


2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya. Sering terjadi pada akhir
masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih
banyak terjadi pada anak perempuan. Pada masa puber dan remaja
dimana masa pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup
tingggi karena diit yang tidak adekuat
2. Keluhan Utama
Pada pasien yang menderita Pneumonia biasanya disertai dengan
demam, batuk, pilek, badan lemah/tidak bergairah, sesak nafas, dan
riwayat sakit pernapasan sebelumnya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan
perawat dalam melengkapi pengkajian.
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila
beristirahat?
b. Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau
susah dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari
posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
c. Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
d. Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
e. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara
terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang
dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan
gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
21

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita ISPA, riwayat terjadi aspirasi.Kaji
lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam
enam bulan terakhir.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi Pneumonia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda vital
Keadaan umum pada klien dengan Pneumonia dapat
dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaaan fisik
tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum tentang
kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis, somnolen,
sopor, soporokoma, atau koma.
Suhu : Terjadi peningkatan suhu tubuh
Nadi : Denyut nadi meningkat seirama dengan frekuensi napas
dan suhu tubuh
RR : frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas
TD : Tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit
seperti hipertensi.
b. B1 / Breath / Pernafasan
Pemeriksaan fisik pada klien dengan Pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
1) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang
klien dengan Pneumonia biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.
Apabila ada penyulit dari Pneumonia seperti adanya efusi
22

pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrian


rongga dada, pelebar intercostals space (ICS) pada sisi yang
sakit. Pneumonia yang disertai atelektasis paru membuat
bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat
penderitanya mengalami penyempitan intercostals space (ICS)
pada sisi yang sakit. Pada klien dengan Pneumonia minimal
dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak
mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat
komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim
paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas,
peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu
napas.
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada
klien dengan Pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif
yang disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi
sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum,
terutama apabila Pneumonia disertai adanya brokhiektasis yang
membuat klien akan mengalami peningkatan produksi sputum
yang sangat banyak. Perawat perlu mengukur jumlah produksi
sputum per hari sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan.
2) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan.
Pneumonia tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi,
gerakan dada saat bernapas biasanya normal seimbang antara
bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien Pneumonia dengan
kerusakan parenkim paru yang luas. Getaran suara (fremitus
vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan
tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang
dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang
pohon bronchial untuk membuat dinding dada dalam gerakan
23

resonan, teerutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk


merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil fremitus.
3) Perkusi
Pada klien dengan Pneumonia minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Pada klien dengan Pneumonia yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sesuai banyaknya akumulasi
cairan di rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka
didapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks
ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.
4) Auskultasi
Pada klien dengan Pneumonia didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal.
Klien dengan Pneumonia yang disertai komplikasi seperti efusi
pleura dan pneumopthoraks akan didapatkan penurunan
resonan vocal pada sisi yang sakit.
c. B2 / Blood / Sirkulasi
Pada klien dengan Pneumonia pengkajian yang didapat meliputi :
1) Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan
kelemahan fisik.
2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran
4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
d. B3 / Brain / Persarafan
Kesadaran biasanya compos mentis dengan GCS (4-5-6),
ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan
24

meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. Saat


dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya
konjungtiva anemis pada Pneumonia dengan gangguan fungsi hati
e. B4 / Bladder / Perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
f. B5 / Bowel / Pencernaan
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
g. B6 / Bone / Muskuloskeletal
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan
Pneumonia. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap, jadwal olahraga menjadi tak teratur.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
sekunder terhadap pneumonia.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonia
5. Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi (Indonesia, 2017)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
a. Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam bersihan
jalan nafas efektif.
b. Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
25

normal (18-20 x/menit), tidak ada suara nafas tambahan


(abnormal)
2) Mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah
c. Intervensi :
1) Kaji  ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
Rasional : Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki
indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan
jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja
pernapasan meningkat.
2) Observasi kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk
efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional :Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah
akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
3) Berikan pasien posisi semi fowler (senyaman pasien),
Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
Rasional :Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal
membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar
mudah dikeluarkan.
4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila
pasien tidak mampu mengeluarkan secret.
5) Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
Rasional : Membantu mengencerkan secret sehingga mudah
dikeluarkan.
6) Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional :Mencegah pengeringan membran mukosa.
7) Kolaborasi pemberian obat: agen mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai indikasi.
26

Rasional :Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran


lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada
kavitas yang luas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas
sekunder terhadap pneumonia.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan energi psikologis maupun fisiologis pasien dapat
terpenuhi.
b. Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai dengan
peningkatan tekanan darah, nadi, RR
2) Mampu berpindah tanpa bantuan
c. Intervensi :
1) Monitor respon fisik, emosi, sosial pasien.
Rasional : untuk menggetahui kesanggupan pasien dan
keinginan pasien dalam melakukan aktivitas
2) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
Rasional : untuk mengetahui kemampuan pasien dalam
melakukan suatu aktivitas
3) Bantu pasien mengembangkan motivasi dan penguatan.
Rasional : agar membuat pasien selalu temotivasi dan
bersemangat
4) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
Rasional : untuk memberikan program terapi yang sesuai dan
tepat pada pasien.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru.
a. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri pasien berkurang.
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien tidak tampak sakit
27

2) Pasien tidak menyeringai kesakitan


c. Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : nyeri yang diderita pasien akan meningkatkan
mediator kimia serabut persarafan dan meningkatkan
vasokontriksi pembuluh darah sistemik, meningkatkan denyut
jantung.
2) Tentukan karakteristik nyeri dan selidiki perubahan karakter
atau intensitas nyeri
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam
dan meningkat saat aspirasi dan biasanya menetap. Nyeri
dirasakan dibagian apeks atau tengah dada.
3) Berikan tindakan distraksi relaksasi misalnya mendengarkan
musik.
Rasional : mengurangi fokus terhada nyeri dada sehingga dapat
mengurangi ketegangan karena nyeri.
4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung,
perubahan posisi, atau latihan napas.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonia
a. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
pertukaran gas efektif.
b. Kriteria Hasil :
1) Tidak terjadi dispnea.
2) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan BGA dalam rentang normal.
3) Bebas dari gejala distress pernapasan
c. Intervensi :
1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan
upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
28

Rasional :Tuberkulosis paru dapat menyebabkan meluasnya


jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronkopneumonia
yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
2) Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis
dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku
Rasional :Akumulasi secret dapat menangkap oksigenasi di
organ vital dan jaringan.
3) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
Rasional : Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
respirasi.
4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan analisa gas
darah
Rasional : Mengetahui kadar Oksigen ke jaringan.
5. Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisiterpenuhi dan adekuat.
b. Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan
nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
2) Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat
c. Intervensi :
1) Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/muntah atau diare.
Rasional :Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat.
2) Kaji ulang pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.
29

Rasional :Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,


meningkatkan intake diet pasien.
3) Monitor intake dan output secara periodik.
Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
4) Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar (BAB)
Rasional : Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi
pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
5) Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernapasan
Rasional : Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-
obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah.
6) Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat.
Rasional :Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan
iritasi gaster/ gastrointestinal (organ yang berbentuk huruf “J”)
2.3.4 Implementasi
Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karen aitu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasikan pada tahap perencanaan.
2. Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dar
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
30

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,


dependen, dan interpenden.
3. Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus – menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang (Lismidar, 1990 dalam Padila, 2012).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Data Asuhan Keperawatan

1) Anamnese

A. Identitas Pasien dan Identitas Keluarga/ Penanggung Jawab Pasien

Table 3.1 Identitas Pasien dan Identitas Keluarga/ Penanggung Jawab


Pasien

Identitas Pasien Anak 1 Anak 2 Anak 3

Identitas anak : An. L An. S An. X

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki - laki

Umur 5 Bulan 2 tahun 3 Tahun

Tanggal Lahir 30 Desember 2019 20 Februari 2018 21 April 20

Agama Islam Islam Kristen

Suku/ bangsa Jawa Jawa Jawa

Alamat Surabaya Surabaya Surabaya

Diagnosa Medis Pneumonia Pneumonia Pneumonia

No. RM 64.51.XX 55.XX.XX 12.xx.xx

MRS/Tanggal Rabu, 24 Juni 2020/ 23 Juni 2020/ 21.15 23 Juni 2020/ 13.00
pengkajian 12.40

Identitas
Keluarga Pasien

Ayah :

Nama Tn. D Tn. A Tn M

Umur 30 Tahun 35 tahun 27 Tahun

Suku/ bangsa Jawa Jawa Jawa

Agama Islam Islam Kristen

Pendidikan SMA SMP Sarjana

Pekerjaan SPV Sales Wiraswasta PNS

31
32

Alamat Surabaya Surabaya Surabaya

No. Telephone 082244xxxxxx 081234xxxxxx 083887xxxxxx

Ibu :

Nama Ny.M Ny. Y Ny. F

Umur 24 Tahun 22 tahun 29 Tahun

Suku/ bangsa Jawa Jawa Jawa

Agama Islam Islam Kristen

Pendidikan SMA SMP Sarjana

Pekerjaan Tidak bekerja Wiraswasta Staf BANK

Alamat Surabaya Surabaya Surabaya

B. Status Kesehatan Pasien

Table 3.2 Status Kesehatan Pasien

Data Anak 1 Anak 2 Anak 3


Subjektif

Keluhan Ibu Mengatakan Ibu pasien mengatakan Ny. F mengatakan An. X


Utama anaknya sesak An. S masih batuk sesak nafas
berdahak, demam, sesak
nafas, anak tidak nafsu
makan, dan menangis saat
melihat perawat/orang
baru yang tidak
dikenalnya.

Riwayat Ibu mengatakan anak


Ibu pasien mengatakan
Ny. F mengatakan bahwa
Penyakit batuk pilek dan panas An. X pada tanggal 10
mulai hari Jumat, 19 An. S batuk-batuk ± 3 April 2020 mengalami
Sekarang
Juni 2020. Ibu hari, demam dan kesulitan panas, batuk sejak 4 hari
mengatakan tidak tau bernafas kemuadian anak yang lalu, keluarga sudah
alasan pasti anak batuk dibawa ke klinik Kenjeran memberiobatkan obat
pilek, karena anak hanya Sejahtera dan penurun panas sanmol
di beri ASI selama ini. mendapatkan tindakan syrup dan kompreshangat.
Ibu menduga hal ini bisa kemudin sore tanggal 14
pemeriksaan
dikarenakan dirinya April 2020 An. X
telah minum es pinggir laboratorium, pemasangan mengeluh sesak nafas.
jalan beberapa waktu O2, fisioterapi dada, dan Sehingga jam17.30 An. X
yang lalu. Pada hari terapi obat: antrain 2mg, dibawa ke Rs. Dr.Ramelan
Sabtu, 20 Maret 2020 dan masuk IGD. Saat di
33

anak dibawa ke tempat IGD sudah terpasang Infus


ranitidine ¼ amp,
praktik dokter dekat Nacl dan Nasal kasul 4
rumah tetapi tidak cefotaxime 250mg, Lpm.
sembuh. Pada hari gentamicin 20 mg, nebul
Selasa, 23 Juni 2020 combiven kemudian anak
dibawa lagi ke tempat dirujuk ke RSPAL dr.
klinik lalu dirujuk untuk Ramelan Surabaya pada
MRS di RSPAL dr tanggal 23 Juni 2020
Ramelan Surabaya.
pukul 18.45 WIB melalui
MRS pada hari Rabu, 24
Juni 2020 pada pukul IGD dan diberikan
12.30 di ruang D1 tindakan pemasangan
dengan TTV S = 36, N nasal canul 2lpm,
= 110, RR = 24 oksigen pemasangan IVFD di
bebas. Kondisi saat tangan sebelah kiri
masuk D1 terlihat batuk dengan D5 ½ 10tpm,
berdahak, anak terlihat
Nebul combiven,
lemas, ibu mengatakan
anak sulit minum ASI. Fisioterapi dada, Injeeksi
Ibu tidak mengetahui Dexa ½ Amp, Injeksi
obat apa yang telah Ondan
dikonsumsi sebelumnya
dari tempat praktik ½ Amp, Sanpicilin
dokter karena itu adalah 300mg. Anak dipindah ke
obat racikan. Saat Ruang D1 23 Juni 2020
dilakukan pengkajian Pukul 21.15 WIB dengan
(Rabu, 24/06/2020 dilakukan Obs. GCS,
14.00 WIB) anak masih TTV, Kolaborasi dr. DPJP
terlihat lemas, batuk
+ Ahli Gizi. Saat dikaji
berhadak, terpasang O2
nasal 2 lpm. anak hanya berbaring
ditempat tidur orang tua
mengatakan anak masih
batuk berdahak dan
kesulitan bernafas, orang
tua juga mengatakan
anaknya tidak nafsu
makan dan menangis bila
melihat perawat, dari
pemeriksaan tanda-tanda
vital diperoleh hasil: N
98x/menit, RR 34x/menit,
Suhu: 38,1ºC. Ibu
mengatakan ketika
dirumah tidur malam
dengan meggunakan obat
nyamuk bakar.

Riwayat Ibu mengatakan Ny. F mengatakan bahwa


Ibu pasien mengatakan
Penyakit sebelum MRS anak An. X waktu kecil pernah
pernah sakit batuk pilek An.S pernah sakit saat usia sakit demam types pada
34

Dahulu biasa tanpa adanya usia 2 tahun.


1 tahun yaitu demam,
sesak napas, sehingga
hanya dibawa ke parktik batuk dan pilek.
dokter dekat dengan
rumah.

Riwayat A. Prenatal Care 1.) Prenatal care 1) Prenatal care


Kehamilan Ibu mengatakan
dan tidak ada keluhan Ibu pasien mengatakan Frekuensi pemeriksaan
Persalinan berat ketika hamil. selama mengandung An. kehamilan: rutin
Akan tetapi, S selalu rutin
terkadang terkena memeriksakan kandungan Tempat pemeriksaan
batuk pilek biasa di kehamilan: Klinik
dan selama mengandung
trimester 2. Dan persalinan
tidak ada keluhan
hanya diminum
kesehatan. Ibu pasien Imunisai TT pada
obat (neozep) atau
mengatakan hamil An. S kehamilan ke-8: Tidak
jamu ketika merasa
flu. selama 39 minggu dan
Konsumsi Fe pada
An. S merupakan anak ke kehamilan bulan ke-2
B. Natal Care 3 dan ke-3: Iya
Ibu mengatakan
riwayat kelahiran Keluhan saat hamil:
dengan proses SC 2.) Natal care tidak ada keluhan saat
dikarenakan sudah Ibu pasien mengatakan kehamilan anak kedua
pembukaan 10 dan
melahirkan An. S diusia 2) Natal care
air ketuban sudah
pecah tetapi bayi kehamilan 39 minggu
tidak keluar. Tidak secara normal dengan Lahir pada usia kehamilan
ditemukan lilitan tali berat bayi 3300 gram. berapa: 32 minggu (9
pusar pada bayi saat bulan)
akan dilahirkan.
3.) Post natal care Jenis persalinan: Normal
Tempat melahirkan
di RS Bhayangkara Ibu pasien mengatakan Pertolongan persalinan:
dengan dibantu oleh Dokter
An.S diasuh oleh kedua
dokter.
orang tuanya dan sudah
Penyulit persalinan: Tidak
C. Post Natal Care diberikan ASI Ekslusif ada
Panjang Bayi saat selama 6 bulan dan
lahir : 51 cm sekarang masih Bb dan PB BBL: 3.8 gram
Berat Bayi saat mendapatkan ASI mulai dan 48 cm
lahir : 3200 gram
umur 6 bulan An.S Data pendukung lainnya:
Sebelum sakit :
Anak minum ASI diberikan makanan
Setelah sakit : tambahan dan sampai Saat kehamilan usia 9
Advice dokter ASI sekarang An. S tidak bulan Ny. F merasakan
di stop, dievaluasi sakit dibagian perutnya
mengkonsumsi susu
hingga konsisi anak seperti orang kembung,
formula, tapi minum air dan merasakan seperti ada
membaik (tidak putih, teh kesukaannya.
sesak napas). Saat yang mau keluar pada
ini diberi susu soya. kemaluan, saat
diperiksakan ke dokter dan
35

di USG ternyata perut Ny.


F terdapat banyak cairan
dan An. X harus segera
dikeluarkan kareka
ditakutkan cairan akan
masuk di paru-paru.

3) Post natal care


Tali pusat lepas pada hari
ke berapa: lepas pada hari
ke 7

Riwayat ikterik: Tidak ada

Riwayat Penyakit lainnya:


Tidak ada

Riwayat a. Penyakit-Penyakit A. PPenyaki


Waktu Kecil A. Penyakit-Penyakit t-Penyakit Waktu
Kesehatan
Waktu Kecil Kecil
Masa
Ibu mengatakan Ny. F mengatakan
Lampau Ibu pasien mengatakan
sebelum MRS anak bahwa An. X waktu
pernah sakit batuk pilek An.S pernah sakit saat usia
kecil pernah sakit
biasa tanpa adanya 1 tahun yaitu demam,
demam types pada usia
sesak napas batuk dan pilek. 2 tahun.
B. PPernah
b.Pernah Dirawat Di B. Pernah Dirawat Di Dirawat Di Rumah
Rumah Sakit Rumah Sakit Sakit
Ibu mnegatakan anak Ibu pasien mengatakan Ny. F mengatakan
tidak pernah dirawat di An. S belum pernah bahwa An. X pernah
rumah sakit dirawat di rumah sakit dirawat di Rs. Ibu dan
sebelumnya. Anak
C. Penggunaan Obat- C. PPenggu
c.Penggunaan Obat- Obatan naan Obat-Obatan
Obatan Ny. F mengatakan An.
Ibu pasien mengatakan
X saat panas dikasih
An. S setiap sakit ibu
Ibu mengatakan tidak obat penurun panas
pasien hanya
tau karena selama sakit yaitu sanmol syrup
memberikan obat-
di rumah diberi oleh 3x1
obatan sesuai anjuran
dokter obat racikan. D. TTindaka
dokter di rumah sakit
n (Operasi Atau
d.Tindakan (Operasi D. Tindakan (Operasi Tindakan Lain)
Atau Tindakan Lain) atau Tindakan Ny. F mengatakan An.
Lain) X tidak pernah
Ibu mengatakan anak Ibu pasien mengatakan menjalani operasi
tidak pernah menjalani An.S selama ini tidak
prosedur operasi. pernah sakit sampai
dilakukan tindakan E. AAlergi
e.Alergi
operasi. Ny. F mengatakan
Ibu mengatakan anak E. Alergi Kalau An. X tidak
Ibu pasien mengatakan memiliki riwayat alergi
36

tidak memiliki riwayat An.S tidak mempunyai pada obat atau makanan
alergi dengan ASI atau alergi terhadap obat- F. KKecelak
obat yang selama ini obatan dan makanan. aan
diberikan. Ny. F mengatakan
F. Kecelakaan Kalau An. X tidak
f.Kecelakaan Ibu pasien mengatakan pernah mngalami
An. S selama ini tidak kecelakaan.
Ibu mengatakan anak pernah mengalami
tidak memiliki riwayat kecelakaan.
kecelakaan sebelumnya.

Riwayat Ibu mengatakan tidak Ibu pasien mengatakan Ibu mengatakan tidak
Penyakit ada anggota keluarga memiliki penyakit asma ada anggota keluarga
Keluarga yang menderita yang menderita penyakit
penyakit HT, penyakit HT, penyakit menurun
menurun seperti DM . seperti DM .

C. Riwayat Imunisasi

Table 3.3 Riwayat Imunisasi

Anak Jenis Waktu Frekuensi Reaksi Ketepatan


Imunisasi Pemberian Pemberian Imunisasi

Anak 1 Hepatitis 0,1,4,5 4x Panas .Anak selalu


tepat dalam
BCG 0 bulan 2x pemberian
imunisasi
Polio 1,2,3,4 4x
(1,2,3,4) bulan

HIB 2,3,4 3x
(1,2,3) Bulan

DPT 2,3,4 3x
(1,2,3) Bulan

Anak 2 BCG 0 bulan 1x Demam Anak selalu


tepat dalam
DPT 3,4,5 bulan 3x pemberian
(1,2,3)
37

Polio 0,3,4,5 4x imunisasi


(1,2,3,4) bulan

Campak 9 bulan 1x

Hepatits 0,1,4,5 4x
bulan

Anak 3 BCG 0 bulan 1x Demam Anak selalu


tepat dalam
DPT 2,4,5 bulan 3x pemberian
(1,2,3) imunisasi
Polio 0,2,4,5 4x
(1,2,3,4) bulan

Campak 9 bulan 1x

Hepatits 0,2,4,5 2x
bulan

D. Riwayat Sosial/ Pola Asuh


Table 3.4 Riwayat Sosial

Riwayat Sosial Anak 1 Anak 2 Anak 3

1. Yang Ibu mengatakan Sehari-hari An.S diasuh Ny. F mengatakan


mengasuh anaknya diasuh oleh kedua orang yang mengasuh An. X
sendiri/orang tua saat Tn.Y dan Ny. F
tuanya secara langsung
bekerja adalah ibu dari
sejak kecil sampai
Tn. Y dan terkadang
sekarang tidak pernah
saat libur Ny. F yang
diasuh oleh orang lain,
mengasuh anaknya
ayah klien bekerja
wirawasta sedangkan
ibunya sebagai ibu
rumah tangga dan
sudah tidak bekerja lagi
karena mengasuh
ketiga anaknya.

2. Hubungan Selama ini anak hanya Ny. F mengatakan


Hubungan dengan
dengan di rumah dengan ibu. hubungan dengan
anggota keluarga
anggota Terkadang dikunjungi keluarga Sangat baik
sangat baik dan ada
keluarga oleh keluarga yang lain tidak ada
komunikasi antara
permasalahan, baik
anggota keluarga orang
dalam segi kesehatan
terdekat An. S adalah
38

maupun psikologis.
ibunya dan orang
terdekat setelahnya
adalah kakak- kakak
kandungnya. Ibu pasien
mengatakan selalu
memberikan dukungan
kepada anaknya saat
sakit di rumah sakit.

3. Hubungan Tidak terkaji anak Ny. F mengatakan


Pasien An.S pada saat
dengan teman masih bayi. sebelum masuk rumah
Kalau An. X sering
sebaya bermain dengan
sakit sudah mampu
kakaknya kalua berada
berinteraksi dengan
dirumah. Sering juga
teman-teman
kalua sore bermain
sebayanya sekitar
dengan anak komplek
rumah, namun selama
disekitar rumah
di rumah sakit hanya
berinteraksi dengan ibu
dan ayahnya.

4. Pembawaan Saat sakit anak rewel


An.S terlihat lemas,
An. X memiliki
secara umum sering menangis. perkembangan sesuai
dan berbaring di tempat
usianya
tidur. Klien memiliki
kepribadian yang malu,
diam dan tidak bisa
menerima kehadiran
orang lain terkadang
juga menangis saat
melihat perawat
menghampirinya
melakukan tindakan
dan orang baru yang
tidak dikenalnya.

5. Lingukungan Ibu mengatakan Ibu mengatakan Ibu mengatakan


rumah lingkungan rumah lingkungan rumah lingkungan rumah
bersih kamar sedikit bersih tetapi dikamar bersih, tempat
lembab, tidak ada dan didapur lembab sampah tertutup,
anggota keluarga terdapat sedikit tidak ada anggota
yang merokok saat di bercak jamur dikamar keluarga yang
dalam rumah merokok saat di
dalam rumah.
39

E. Pemeriksaan Pertumbuhan
Table 3.5 Riwayat Pertumbuhan

Riwayat Sosial Anak 1 Anak 2 Anak 3

Berat badan Sebelum sakit : Sebelum sakit : Sebelum sakit :


7 kg 14 kg, 43 Kg

Selama sakit : Selama sakit : Selama sakit :

7 kg 14 kg 43 kg

Selama sakit tidak Selama sakit anak Selama sakit tidak


mengalami tidak mengalami mengalami penurunan
penurunan berat penurunan BB BB
badan

Tinggi atau 65 cm 93 cm 72 cm
panjang badan

LILA, Lingkar 14,5 cm 16,3 cm, 49 cm 12 cm.


Kepala

F. Riwayat Tingkat Perkembangan

Table 3.6 Riwayat Tingkat Perkembangan

Tingkat Anak 1 Anak 2 Anak 3


perkembangan
Adaptasi Sosial Bayi dapat beradaptasi
Ibu pasien mengatakan
Dalam tingkat
di ruangan D1, bayi perkembangan sosial,
An. S anaknya sering
menggerakkan badan anak dapat
meniru kegiatan yang
saat akan digendong berkomunikasi dengan
dilakukan ibunya
ibu. Pasien berusaha baik dan dapat
misalnya menyapu
menggapai mainan beradaptasi dengan
lantai.
yang di bawa ibu. lingkungan.

Bahasa Ibu mengatakan sehari- Dalam tingkat


Ibu pasien mengatakan
hari berkomunikasi perkembangan bahasa
An. S mampu
(bermain) dengan anak pada anak, anak bisa
mengucapkan kata
menggunakan Bahasa berbicara semua kata
kakek, nenek, dan
Indonesia. Selain itu,
paman
pasien dapat menoleh
jika dipanggil. Ibu
40

mengatakan pasien
dapat menirukan cara
ibu memanggil
ayahnya, pasien juga
sering tertawa jika
diajak berbicara dengan
orang sekitarnya.

Motorik Halus Ibu mengatakan pasien


Ibu pasien mengatakan
Dalam tingkat
suka meraih benda- perkembangan
An. S dapat
benda yang menarik motorik halus, An. X
melepaskan celananya
baginya, lalu suka mampu melakukan
secara mandiri
mengamati dan sesuai perkembangan
memegang aksesoris
baju yang dipakai ibu.

Motorik Kasar Ibu mengatakan pasien Dalam tingkat


Ibu pasien mengatakan
dpaat duduk tanpa perkembangan
An. S dapat menendang
disanggah, dan dapat motorik kasar, An. X
bola kecil tanpa
berdiri dengan mampu melakukan
berpegangan pada
pegangan. sesuai perkembangan
benda apapun.
Kesimpulan Dan
Pemeriksaan
Perkembangan

Pada tingkat
perkembangan tumbuh
kembang An. X
mengalami
perkembangan yang
sesuai dengan tumbuh
kembang usianya

Kesimpulan dan Pasien tidak mengalami Interpretasi hasil KPSP Perkembangan pada
pemeriksaan hambatan dalam
jumlah jawaban “ya” = tahap tumbuh
perkembangan perkembangan.
9, perkembangan anak kembang anak
sesuai dengan tahap berjalan dengan baik
perkembangannya.
41

G. Kebutuhan Dasar
a) Pola Nutisi
Table 3.7 Pola Nutrisi

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3

Sebelum Saat Sakit Sebelum Saat Sakit Sebelum Saat


Sakit Sakit Sakit Sakit

Jenis ASI ASI nasi, lauk tidak nafsu roti Saat di


makanan pauk, makan berselai kaji
sayur kacang, pasien
tela bakar belum
telur makan
ceplok

Frekuensi 3 jam 3 jam sekali 1-2 1-2 sendok. 1-2 1


makanan sekali x/sehari x/sehari x/sehari

Selera Baik Reflek hisap Baik Nafsu Baik Nafsu


pasien makan (1 porsi makan
kurang (1 porsi menurun selalu menurun
selalu habis)
habis)

Cara Disusui Oleh orang Mandiri Disuapi Disuapi Disuapi


pemberian tua oleh orang oleh oleh
tua ibunya orang tua

b) Pola Eliminasi

Table 3.7 Pola Eliminasi

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3


Sebelum Saat Sakit Sebelum Saat Sebelum Saat Sakit
Sakit Sakit Sakit Sakit

Frekuensi BAB : BAB : BAB : BAB : BAB : BAB :


1x/hari
Tidak Tidak 1x/hari 1x/hari, .1x/hari
terkaji terkaji
karena karena anak
anak menggunak BAK: ±
BAK : BAK : BAK :
mengguna an pempers 4x/hari.
kan dan ibu lupa
42

pempers sudah berpa 4x/hari. 3x/ hari 2x/hari


dan ibu kali
lupa sudah
berpa kali
BAK : BAK :

Tidak Tidak
terkaji terkaji
karena karena anak
anak menggunak
mengguna an pempers
kan dan ibu lupa
pempers sudah berpa
dan ibu kali
lupa sudah
berpa kali

Warna BAB : BAB : BAB : BAB BAB : BAB:


Tidak Tidak Kuning Kuning
terkaji terkaji kecoklatan Kuning kecoklatan Kuning
karena karena anak kecoklata kecoklatan
anak menggunak n
mengguna an pempers
kan dan ibu lupa BAK :
pempers sudah berpa BAK : BAK :ku BAK : Kuning
dan ibu kali kuning ning Jernih
lupa sudah jernih jernih Kuning
berpa kali Jernih

BAK :
Tidak
BAK :
terkaji
karena Tidak
anak terkaji
mengguna karena anak
kan menggunak
pempers an pempers
dan ibu dan ibu lupa
lupa sudah sudah berpa
berpa kali kali

Konsistensi BAB : BAB : BAB : BAB BAB : BAB :


Lunak Lunak
Tidak Tidak Lunak Lunak
terkaji terkaji
karena karena anak
anak menggunak
43

mengguna an pempers BAK : cair BAK : BAK : cair BAK : cair


kan dan ibu lupa cair
pempers sudah berpa
dan ibu kali
lupa sudah
berpa kali BAK :
Tidak
BAK : terkaji
karena anak
Tidak menggunak
terkaji an pempers
karena dan ibu lupa
anak sudah berpa
mengguna kali
kan
pempers
dan ibu
lupa sudah
berpa kali

Kesulitan Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu


mengataka mengatakan mengata mengata mengatakan mengatakan
n anak anak tidak kan anak kan anak anak tidak anak tidak
tidak ada ada tidak ada tidak ada ada ada
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
saat BAB saat BAB saat BAB saat BAB saat BAB saat BAB
dan BAK dan BAK dan BAK dan BAK dan BAK dan BAK

Obat Tidak Tidak meng Tidak Tidak Tidak meng Tidak meng
Pencahar meng konsumsi meng meng konsumsi konsumsi
konsumsi obat konsumsi konsumsi obat obat
obat pencahar obat obat pencahar pencahar
pencahar pencaha pencahar

c) Kebutuhan Istirahat Tidur


Table 3.9 .Kebutuhan Istirahat Tidur

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3

Sebelum Saat Sebelu Saat Sebelum Saat


Sakit Sakit m Sakit Sakit Sakit Sakit

Jam Tidur Siang: Siang: Siang Siang Siang Siang


pukul pukul
a) Siang 13.00- 13.00- ± 3 jam ± 1-2 Jarang 1-3 jam
15.00 15.00 jam tidur
44

b) Malam malam: malam: Malam Malam : siang Malam


: 21.00-
pukul pukul ± 5 jam Malam 05.00
20.00 - 20.00 - ± 8 jam 21.00-
05.00 05.00 06.00

Pola Tidur Teratur Banyak Teratur Lebih Teratur Sering


bagun kurang terbangun
karena sesak tidur saat malam
hari karena
merasa sesak

Kebiasaan Menyusui Menyusui ibu Ibu Ibu Ibu


sebelum dan di dan di mengat mengata mengata mengatakan
tidur timang- timang- akan kan kan sebelum tidur
timang timang sebelu sebelum sebelum minta
m tidur tidur tidur anak diputarkan
anak anak terbiasa video kartun
minum minum minum dulu.
susu susu dan susu dan
di puk memutar
puk video
kartun dulu

d) Personal Hygiene
Table 3.10 Personal Hygiene

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3

Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat


Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit

Mandi a) Masih a) Diseka a) a) a) a) Diseka


Dibantu Mandiri, Diseka Mandiri,
a) Cara Dibantu Dibantu
b) Frekuensi
b) 2x/hari b) 1x /
b) 2x/hari
b) 1x/ hari hari b)1x/ hari
45

b)
2x/hari

Cara cuci a) Masih Anak a) a) a) Masih Anak


rambut Dibantu belum Mandiri Belum belum
keramas cuci Dibant keramas
a) Cara selama rambut u selama
MRS b)Belu MRS
b) Frekuensi
b)2x/hari m cuci
b) 2 hari x rambut
b)2hari
sekali

Gunting a)Masih a)Masih a) Masih Kuku a)Masih a)Masih


kuku Dibantu Dibantu Di anak Dibantu Dibantu
bantu pendek
a) Cara dan
bersih
b) Frekuensi b)saat
b) Saat
kuku
b)saat b) belum kuku b) 1x/hari
panjang
kuku gunting panjang
panjang kuku

Gosok gigi a) Masih a)Dibantu a) a) a) anak a)Dibantu


Dibantu perawat/ Mandiri Mandiri mampu keluarga
a) Cara keluarga melakuka
nnya
b) Frekuensi
dengan
b) 2x/hari
mandiri
b) 2x/hari
b) 2x/hari
b) 2x/hari b)
Belum
b)
gosok
2x/hari
gigi

e) Kebutuhan Cairan
Table 3.11 Kebutuhan Cairan

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3

Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat


Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit

Jenis ASI Susu Air putih, Air putih, Air putih, Air putih,
minuman Soya susu susu susu susu
46

Frekuensi 3 jam 30 ml/3 (±900cc) (±500cc) 5-7x/hari (± 500cc)


minum sekali jam
(± 700cc)

Selera Baik Nafsu Baik Nafsu Baik Nafsu


minum minum minum
menurun menurun menurun

Cara Dibantu Dibantu Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri


pemberian

f) Aktivitas/ Mobilitas Fisik


Table 3.12 Aktivitas/ Mobilitas Fisik

Kondisi Anak 1 Anak 2 Anak 3

Sebelum Saat Sebelum Saat Sebelum Saat


Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit Sakit

Kegiatan Bermain Anak Bermain Anak Ibu Anak


sehari – dengan bedrest dengan lebih mengataka bedrest
hari keluarga keluarga banyak n anak
nya tidur biasanya
bermain
dengan
teman
sebaya
nya
disekitar
kompleks

Pengaturan Anak tidak Anak Anak Anak Anak Anak


jadwal mengguna bedrest tidak bedrest tidak bedrest
harian kan jadwal menggu mengguna
harian nakan kan jadwal
jadwal harian
harian

Pengguna Anak Anak Anak Anak Anak Anak


an alat masih di dibantu tidak tidak tidak tidak
bantu bantu oleh orang tua menggun menggu mengguna mengun
aktivitas orang tua saat akan alat na kan kan alat akan
beraktifit bantu alat bantu saat alat
as saat ber bantu ber bantu
aktifitas saat ber aktifitas saat ber
aktifitas aktifitas
47

Kesulitan Tidak ada Anak Tidak Anak Tidak ada Anak


dalam kesulitan tampak ada tampak kesulitan tampak
bergerak saat rewel, kesulitan gelisah dalam rewel,
bergerak gelisah saat karena bergerak gelisah
karena bergerak terpasa karena
ter ng ter
pasang infus pasang
infus. infus.

H. Pemeriksaan Fisik

Table 3.13 Pemeriksaan Fisik

No Anak 1 Anak 2 Anak 3

1. Keadaan umum Keadaan umum Keadaan umum


: lemah : lemah : Apatis

2. Kesadaran : Kesadaran : Composmetis, Kesadaran :


Composmetis, GCS : E4V5M6 Composmetis, GCS :
GCS : E4V5M6 E3V4M5

3. Tensi :- Tanda - Tanda Vital Tensi:110/ 70 mmhg.


Suhu 38,1 ºC, Nadi 106
Suhu/nadi : 36,8 / Suhu/nadi : 38,2
x/menit, RR 42 x/menit
110 ºC / 120 x/menit.

RR : 24x, RR : 23
terpasang O2 nasal 2 x/ menit.
lpm

4. Tinggi badan : 65 cm Tinggi badan : 93 cm Tinggi badan : 72 cm

5. Berat badan Berat badan : Berat badan :


Sebelum sakit : 7 kg Sebelum sakit : 14 kg Sebelum sakit :48 kg

6. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik


(head to toe) : (head to toe) : (head to toe) :
Kepala : Kepala : Kepala :
Kepala tidak ada lesi Muka Simetris, rambut Inspeksi:
berwarna hitam dan sulit
Rambut bersih berwana dicabut, ubun ubun besar -bentuk kepala simetris,
hitam Tidak ada
48

masalah -tidak ada fraktur pada


menutup,
kepala,
Mata : Mata :
-warna rambut hitam pekat
Konjungtiva tampak Sklera putih, tidak cekung,
pucat pupil isokor, refleks cahaya Palpasi :
(+), konjungtiva tidak anemis
Sklera mata putih bersih -tidak terdapat edema pada
kepala
Area sekitar mata
tampak cowong Telinga : Mata :
Tidak ada masalah Telinga tidak terdapat Inspeksi :
serumen, terlihat bersih
-mata tampak simetris,

Telinga : -lapang pandang baik


Hidung :
Kebersihan telinga -reflek cahaya (+/+)
bersih Tidak terdapat rinorea,
terdapat pernafasan cuping -tidak ada gangguan
Tidak ada kelainan hidung
pendengaran Telinga :
Inspeksi :
Mulut :
-pendengaran normal
Bibir tidak kering,
tidak pucat, lidah tidak - tidak ada gangguan
Hidung :
tremor /kotor, gigi
Bentuk simetris tidak mengalami
Tidak ada polip caries, ukuran tonsil
Hidung :
Terdapat sekret, normal
berwarna putih bening, Leher : Inspeksi :
pekat ketika di suction
Keluhan anak : batuk Kelenjar getah bening -bentuk simetris
dan pilek teraba, tiroid tidak
teraba, posisi trakea -tidak ada polip
Mulut : letak ditengah tidak -tidak ada gangguan
ada kelainan
Membrane mukosa
mulut kering, tampak
pecah-pecah, berwarna
pucat Thorax : Mulut :
Tidak ada gigi
Inspeksi :
Mulut berawatna merah Keluhan: An. S mengalami
Tenggorokan tidak ada sesak nafas, dan batuk -mata tampak simetris,
tanda-tanda radang berdahak
tenggorokan -lapang pandang baik
Reflek hisap lemah 1. Inspeksi: Bentuk dada
simetris, tidak ada lesi -reflek cahaya (+/+)
pada dada, frekuensi
nafas 42 kali/menit, -tidak ada gangguan
Leher : irama nafas tidak teratur
cepat dan dangkal, Leher :
49

Tidak ada kelainan Inpeksi :


terdapat cuping hidung
tulang
saat bernafas, terdapat -tidak ada edema
Tidak tampak
penggunaan otot bantu
pembesaran tiroid
nafas, An. S - tidak ada lesi
Tidak ada pembesaran
menggunakan alat bantu
vena jugularis pada
nafas, nassal kanul 2 lpm - tidak ada gangguan pada
leher pasien tengkuk dan leher
2. Palpasi: Tidak ada
Thorax : nyeri tekan, getaran Palpasi :
Pergerakan dada lemah pada kedua paru
- tidak ada tumor
simetris 3. Perkusi: Redup pada
Bentuk dada kedua paru - tidak ada krepitasi
normochest
Tidak terdapat otot 4. Auskultasi: Suara
bantu nafas tambahan nafas ronki
Irama nafas regular Thorax :
Pola napas dyspnea
Suara napas wheezing Jantung : Inspeksi
Tidak ada sianosis -Massa teraba : Tidak ada
1. Inspeksi: Tidak terlihat -Kelainan lain : Tidak
Jantung : adanya pulsasi iktus ada
kordis, CRT < 2 detik, Palpasi :
Nadi =
tidak ada sianosis -tidak teraba adanya
110x/menit
Bunyi massa
2. Palpasi: Ictus Kordis
jantung - thorax simetris
teraba di ICS 5, akral
normal S1 S2 - tidak ada krepitasi
hangat
tunggal Perkusi :
Irama jantung 3. Perkusi: - Suara pekak
regular Auskultasi -
a. Batas atas: ICS II
Abdomen : line sternal dekstra

Bising usus = b. Batas bawah: ICS Jantung :


35x/menit V line Bunyi jantung normal S1
Bentuk perut midclavicula S2 tunggal
soepel sinistra
Irama jantung regular
Ekstermitas : c. Batas kanan: ICS
III line sternal Abdomen :
Tidak terdapat krepitasi dekstra
Inspeksi: Bentuk
Gerakan pada d. Batas kiri: ICS III
perut datar,
ekstremitas atas bawah line sternal sinistra
mengikuti gerak
bebas dan gerak aktif
4.Auskultasi saat bernafas, tidak
Tidak memiliki riwayat terdapat bekas luka
a. BJ II Aorta: Dub,
jatuh operasi
reguler dan
Auskultasi: Peristaltik
Tidak ada kelainan intensitas kuat
usus 6 x/menit
b. BJ II Pulmonal:
Integumen : Palpasi: Tidak terdapat
Dub, reguler dan
massa ataupun juga
Terdapat infus pada intensitas kuat
50

tangan kanan D5 ¼ NS
500 cc/24 jam c. BJ I Trikuspid: Lub, tumor, nyeri tekan tidak
reguler dan ada
Turgor kulit elastis intensitas kuat
Perkusi: Timpani, tidak
Akral teraba hangat d. BJ I Mitral: Lub, ada nyeri ketuk ginjal
reguler dan
CRT< 2 detik intensitas kuat
Kulit bersih e. S1-S2 tunggal, tidak
ada bunyi jantung Ekstermitas :
Tidak ada masalah tambahan
a. Kekuatan otot
f. Tidak ada kelainan
5555 5555
Genetalia dan anus :
Abdomen : 5555 5555
Genetalia dan anus
bersih Inspeksi: Bentuk perut Integumen :
Tidak ada kelainan pada datar, mengikuti gerak
genetalia dan anus Inspeksi: kulit bersih, kulit
saat bernafas, tidak
lembab, tidak ada lesi pada
terdapat bekas luka
kulit
operasi
Auskultasi: Peristaltik usus Palpasi : Crt < 2detik
6 x/menit
Palpasi: Tidak terdapat
massa ataupun juga tumor, Genetalia dan anus :
nyeri tekan tidak ada
tidak terkaji
Perkusi: Timpani, tidak ada
nyeri ketuk ginjal
Ekstermitas :
An. S Pergerakan sendi
bebas, tidak ada kelainan
ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang,
kulit normal, turgor kulit
baik. Kekuatan otot:
Integumen :
Akral teraba hangat

CRT< 2 detik

Kulit bersih

Tidak ada masalah

Genetalia dan anus :


An. S kebersihan genetalia
bersih, tidak mengalami
kelainan pada alat kelamin
51

dan kelainan anus

I. Pemeriksaan Penunjang
J. Table 3.14 Pemeriksaan Penunjang

Anak 1 Anak 2 Anak 3

Hematologi (24/06/2020) Darah Lengkap WBC: 14,22 (4,1-11,0


103/μL)
WBC (leukosit) : 13,87 Hb: 9.0 (12.0-16.0
(4,0 – 10,0) g/dL) NE%: 88,83 (47-80 %)

Hb: 10,8 LY% : 8,90 (13-40 %)


Leukosit: 6.400 (4.00-
HCT: 35,0 (37,0 – 54,0) 12.00 10^3/uL ) RBC : 4,66 (4,5-5,9
106/μL)
PLT (trombosit): 490 Hematokrit: 29.1 (35.0-
(150,0 – 450,0) 49.0 %) HGB : 12,78 (13,5-17,5
g/dL)
PCT: 0,354 (0,108 – Trombosit: 337.000
0,282) (150.000-400.000 HCT: 43,83 (41,0-53,0 %)
10^3/uL)
Foto Thorax AP MCHC: 29,16 (31,0-36,0
(24/06/2020) Hasil Thorax AP/PA g/dl)

Cor : Besar dan bentuk Result: sinus, diagfragma PLT: 157,50 (150-440
kesan normal 103/μL)
dan cor normal
Pulmo : tidak tampak AST/ SGOT : 38,4 (11,00-
Pulmo: perselubungan
infiltrate 33,00)
pada para cardial perihiler,
Sinus phrenicocotalis terutama dextra Analisa Gas Darah +
kanan-kiri tajam Elektrolit
Kesan: Pneumonia
Tulang tak tampak pH : 7,34 (7,35-7,45)
kelainan
Pco2 : 65,2 (35,00-45,00)
Kesan : Pneumonia
Po2: 43,80 (80,00-100,00)

HCO3-: 34,5 (22,00-26,00)

SO2c: 75,4 (95%-100%)

TCO2: 36,50 (24,00-30,00)

Na serum: 119 (136-145)

Cl: 80 (96-108)

Rongent : Penebalan
pleura sinistra ec
52

pneumonia

K. Terapi Obat
Table 3.15 Terapi Obat

Pasien Nama obat, dosis, cara Fungsi


pemberian

Anak 1 1. Infus D5 ¼ NS / 500 cc/24 jam 1. Sumber kalori penggantian cairan dan
(IV) kalori yang dibutuhkan

2. Inj Cinam/ 2 x 1/6 vial (IV) 2. Mengobati infeksi oleh bakteri


3. Inj Antrain/3 x 60 mg (IV). 3. Analgetik, antispasmodic, antipiretik
4. Nebul Meptin / Meptin 0,3 ml : 4. Ngatasi sesak napas
NS 2 ml
5. Pemenuhan oksigenasi
5. O2 nasal/ 2 lpm

Anak 2 1. Dexametasone (IV) 3x 1/2 1. Gol. Kortikosteroid untuk mengatasi


ampul peradangan, reaksi alergi, dan penyakit
2. Paracetamol (PO) 3x 1 ctm autoimun.
3. Sanpicilin (IV) 4x 300mg 2.Obat antipiretik dan anlgesik untuk
4. Colsancetine (IV) 4x 125mg mengatasi demam, nyeri, melegakan
5. Alco DMP (PO) 3x 1/2 ctm sakit kepala
6. IVFD D5 ½ 10 tpm 3.Antibiotik Gol. Bet Laktam untuk
mengobati infeksi saluran nafas
yang disebabkan oleh bakteri gram
positif dan Negatif
4.Antibiotik, untuk pengobatan tifoid,
Pratifoid
5.Obat untuk mengobati batuk, bersin-
bersin, dan hidung tersumbat
akibat flu.
6.Mengatasi dehidrasi, menambah
kalori, dan mengembalikan
keseimbangan elektrolit
Anak 3 1. Cefoperazone 1 g tiap 12 1.antibiotik anti infeksi bakteri
jam Intra Vena
2.infeksi bakteri seperti pneumonia
2. Levofloxacin 750 mg tiap
24 jam Intra Vena 3.reaksi alergi serius, paru gangguan
system imun.
3. Methyl Prednisolon 62,5
mg tiap 12 jam Intra Vena 4.radang selaput lendir dan
bronkospasme
4. Nebul Combivent
(ipratropium bromide and
albuterol sulfate) tiap 8
53

jam

3.2 Diagnosa Keperawatan


Table 3.16 Analisa Data

Dx Analisa Data Etiologi Problem

Anak 1
1. DS: Bersihan jalan
Ibu mengatakan anak batuk Hipersekresi jalan napas tidak efektif
berdahak napas
DO :
- RR : 24 x/menit
- Terdengar ronchi di kedua
paru bagian atas
- Suara napas wheezing
- Terdapat sputum kental
berwarna putih bening

2. DS : Ketidakadekuatan Menyusui tidak


Ibu mengatakan abak tidak mau refleks menghisap efektif
minum ASI bayi
DO : Diskontinuitas
- Intake bayi tidak adekuat pemberian ASI
(tidak seperti sebelum sakit)
- Anak menangis saat disusui
- Anak menolak untuk
menghisap
- Membrane mukosa mulut anak
kering, pecah-pecah, dan
berwarna pucat

3. DS : Sering terbangun Gangguan pola


- Ibu mengatakan tidur anak akibat anak batuk di tidur
sering terjaga malam hari
- Ibu mengatakan anak rewel
ketika akan ditidurkan
DO :
- Anak rewel
- Anak batuk dan sesak ketika
malam hari
- Ketika siang hari, anak rewel
54

sulit tidur dan sering


terbangun

Pasien 2
1. DS: Bersihan Jalan
Ibu pasien mengatakan Sekresi yang Nafas Tidak
anaknya masih batuk tertahan Efektif
berdahak dan masih sesak
DO:
a. Suara nafas ronki pada
kedua lapang paru
b. Pernafasan cepat dan
dangkal
c. Anak tidak mampu
mengeluarkan
dahaknya secara
mandiri
d. Otot bantu pernafasan
dada
e. Terdapat cuping hidung
Frekuensi nafas
42x/menit (RR Normal
19-21 x/menit)
2. DS: Perubahan Gangguan
Ibu pasien mengatakan Membrane Pertukaran Gas
anaknya kesulitan bernafas Alveolus-kapiler
DO:
a. Terdengar bunyi
nafas tambahan
(ronkhi) pada
kedua lapang paru
b. Terdapat pernafasan
cuping hidung
c. Pola nafas cepat dan
dangkal
d. Warna kulit kemerahan
e. Kesadaran
composmentis
(E4V5M6)
a. Hasil Obs. TTV
1) RR: 42x/menit
(Normal 19-21
x/menit)
Nadi: 112x/menit (Normal 70-
110 x/menit)
3. DS: Posisi tubuh yang Pola Nafas
Ibu pasien mengatakan menghambat Tidak
55

anaknya kesulitan bernafas ekspansi paru Efektif


dan saat posisi tidur
telentang anak semakin
merasa sesak nafas
DO:
a. Terdapat otot
bantu
pernafasan dada
b. Pola nafas cepat dan
dangkal
c. Terdapat pernafasan
cuping hidung
d. Hasil Obs. TTV
1) RR: 42x/menit
(Normal 19-21
x/menit)
2) Nadi: 112x/menit
(Normal 70-110
x/menit)
3) Suhu: 38,1ºC
(Normal 36,5ºC
–37,5ºC)
4. DS: Proses Penyakit Hipertermia
Ibu pasien mengatakan (Proses inflamasi)
anaknya demam, anaknya
rewel dan badan teraba
hangat
DO:
a. Suhu: 38,1ºC
(Normal 36,5ºC –37,5ºC)
b. Akral kemerahan
c. Tidak kejang
Badan teraba hangat
Pasien 3
1. Proses Infeksi Bersihan
Ds : An. X mengatakan masih JalanNafas Tidak
sesak Efektif

Do :

 An. X tampak memakai


masker nasal kanul
 Tampak perubahan pola
nafas
 Spo 2 : 90 %
 Rr : 25 X/menit
56

2. Ds : Ketidak Intoleransi
Seimbangnya Antara Aktivitas
Suplai dan
Kebutuhan Oksigen
Do :

 An. X Amenggunakan
masker nasal kanul
 Tampak lemah
 Nafas cepat (dispnea)

3. Krisis Situasional Ansietas

Ds:

Do:

 An. X tampak gelisah


 An.X sering menangis
 Frekuensi nafas
meningkat Rr: 25 X/menit

3.3 Intervensi Keperawatan


Table 3.18 Intervensi Keperawatan

No Dx. Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria
Hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas 1. Mengetahui adanya
napas tidak intervensi keperawatan dan bunyi napas kelainan dari keadaan
efektif b.d selama 3 x 24 jam maka tambahan umum
hipersekresi bersihan jalan napas 2. Monitor adanya 2. Mengethaui jumlah,
57

jalan napas meningkat dengan retensi sputum karakteristik, warna


kriteria hasil 3. Anjurkan ke ibu sputum
1. Batuk efektif cukup untuk mengatur 3. Mempertahankan jalan
meningkat posisi napas agar tidak sesak
2. Produksi sputum semifowler/fowler 4. Membersihkan sekret
cukup menurun dengan cara anak dan menghindari anak
3. Wheezing cukup dipangku kekurangan o2
menurun 4. Lakukan suction 5. Membantu proses
4. Dyspnea menurun kurang dari 15 detik pengeluaran secret
5. Gelisah menuruh 5. Anjurkan ibu untuk 6. Terapi farmaka untuk
Pola napas cukup melakukan clapping membuka jalan napas
membaik dada dan punggung
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
nebulizer meptin 0,3
ml : PZ 2 ml

2 Menyusui Setelah dilakukan 1. Identifikasi perlunya 1. Sebagai alat bantu agar


. tidak efektif intervensi keperawatan penggunaan selang anak tetap mendapat
b.d Selaman 2 x 24 jam nasogastric nutrisi susu
diskontinuitas maka status mneyusui 2. Identifikasi kemampuan 2. Mengetahui
pemberian
ASI membaik dengan kriteria ibu menyediakan nutrisi kemampuan ibu dalam
hasil (susu) pemenuhan nutrisi
1. Kemampuan ibu 3. Jelaskan tanda-tanda awal anak
memposisikan bayi rasa lapar misal: bayi 3. Untuk membantu ibu
dengan benar gelisah, menjulurkan mengenak tanda gejala
meningkat lidah, dll) anak lapar
2. Bayi tidur setelah 4. Ajarkan cara mengatur 4. Sebagai acuan ibu
menyusu cukup frekuensi pemberian susu memberi nutrisi anak
meningkat
3. Bayi rewel menurun
4. Bayi mennagis
setelah menyusu
cukup menurun
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas 1. Mengetahui pola tidur
pola tidur b.d intervensi keperawatan dan tidur anak
Sering selama 3 x 24 jam maka 2. Identifikasi faktor 2. Mengetahui faktor
terbangun pola tidur membaik pengganggu tidur pengaggu tidur anak
akibat anak
batuk di dnegan kriteria hasil (fisik/psikologis) 3. Mempersiapkan
malam hari 1. Keluhan sulit tidur 3. Modifikasi lingkungan lingakungan yang
cukup menurun (misal: pencahayaan, nyaman
2. Keluhan sering kebisingan, suhu, matras, 4. Mempersiapkan
terjaga cukup tempat tidur) lingkungan yang
menurun 4. Lakukan prosedur untuk nyaman
3. Kemampuan meningkatkan 5. Agar ibu mengetahui
beraktivitas kenyamanan (misal: pijat, faktor yang dapat
58

meningkat pengaturan posisi, dll) mengganggu pola tidur


5. Ajarkan faktor-faktor anak
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (misal: psikologis,
keadaan penyakit, dll)

4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk


Pertukaran Gas tindakan tanda vital anak mengetahui
keperawatan selama (nadi, repirasi, kestabilan
3x24 jam suhu) kondisi
diharapkan masalah 2. Kaji frekuensi, 2. Untuk mencegah
gangguan Kedalaman dan perburukan status
pertukaran gas kemudahan respirasi
teratasi. pernafasan 3. Untuk
3. Observasi warna mencegah
Dengan kriteria hasil: kulit, membran adanya tanda
1. Suara nafas mukosa dan kuku sianosis
bersih, tidak anak apakah 4. Untuk
ada terdapat sianosis membantu
2. dyspnea 4. Mempertahankan menstabilkan
Mampu istirahat dan tidur tubuh
bernafas dengan pada anak Untuk membantu pasien
mudah Kolaborasi pemberian dalam mendapatakan
oksigen oksigen
3. Hasil observasi
tanda vital
dalam batas
normal
a. Nadi: 70-110
x/menit
b. RR: 19-21
x/menit
c. Suhu: 36,5-37,5 ˚C

5. Pola Nafas Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk


Tidak Efektif tindakan tanda vital anak mengetahui
keperawatan selama (nadi, repirasi, kestabilan
3x24 jam suhu) kondisi
diharapkan masalah 2. Kaji frekuensi 2. Untuk
pola nafas teratasi. pernapasan mencegah
3. Memberikan posisi perburukan
Dengan kriteria hasil: semi fowler status
1. Tidak ada sesak 4. Kolaborasi pemberian respirasi
nafas Oksigen 3. Untuk
2. Mampu memaksimalka
bernafas n ventilasi
59

dengan 4. Untuk
mudah membantu
3. Menunjukkan pasien dalam
jalan nafas mendapataka
yang paten n oksigen
(pasien tidak
merasa
tercekik
4. Frekuensi
nafas dalam
rentang
normal, tidak
ada suara
nafas
abnormal
6. Hipertermia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Untuk
tindakan tubuh sesering perubahan
keperawatan 3 x 24 mungkin suhu
jam diharapkan 2. Monitor warna kulit, 2. Untuk
Suhu tubuh kembali nadi dan RR mencegah
Normal. 3. Berikan kompres terjadinya
pada lipat paha dan tanda
Dengan kriteria hasil: aksila sianosis
1. Suhu tubuh 4. Anjurkan 3. Untuk
anak dalam selimuti pasien menmpercep
rentang agar tetap hangat at evaporasi
normal Kolaborasi pemberian obat 4. Untuk
(Suhu: 36,5-37,5 antipiretik mencegah
˚C hilangnya
2. Tidak ada kehangatan
perubahan warna tubuh
kulit 5. Antipiretik
Tidak terjadi kejang Gol. Obat
untuk
menurunkan
panas
7. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Tujuannya agar
Aktivitas tindakan keperawatan aktivitas anak sesuai
selama 2 x 24 jam 1. Kaji tingkat toleransi dengan
diharapkan dapat anak. kemampuannya. Agar
beraktifitas 2. Bantu anak dalam tidak terjadi
secaramandiri dengan aktivitas hidup sehari-hari penggunaan energi
kriteria hasil : yang mungkin melebihi yang berlebihan.
toleransi. 2. Untuk mencegah anak
 Anak mentoleransi 3. Berikan aktivitas dari rasa bosan, dan
peningkatan aktivitas. pengalihan yang sesuai untuk stimulasi
dengan usia, kondisi, tumbuh kembang.
kemampuan, dan minat 3. Untuk menjaga
60

anak. keseimbangan
4. Beri periode istirahat dan oksigenasi dan
tidur yang sesuai dengan mengurangi konsumsi
usia dan kondisi. oksigen yang
5. Instruksikan anak untuk berlebihan.
beristirahat jika lelah. 4. Untuk mencegah
penggunaan oksigen

8. Ansietas Setelah dilakukan 1. Memberi rasa aman


tindakan keperawatan pada anak karena
selama 1 x 24 jam 1. Ciptakan suasana yang orangtua adalah orang
diharapkan mengalami nyaman yang dikenal oleh anak
penurunan kecemasan 2. Ciptakan hubungan anak 2. Menjadi suportif dan
dengan kriteria hasil : dan orangtua. pendekatan untuk
3. Tetap bersama anak mendukung
 Tidak menunjukkan selama prosedur. komunikasi.
tanda tanda disstres 4. Gunakan cara yang 3. Memberi rasa percaya
pernafasan atau tenang dan meyakinkan. kepada anak dan
ketidaknyamanan 5. Beri kehadiran yang menurunkan
fisik. selama fase akut kecemasan.
penyakit. 4. Dukungan dapat
Beri tindakan membantu
kenyamanan anakmengurangi
yang diinginkan
anak (misal:
mengayun,
membelai,
musik).
61

3.4 Implementasi Keperawatan


Table 3.18 Implementasi Keperawatan

ANAK 1
Tgl/Jam Dx Kep Implementasi Paraf
Rabu,
24-06-20

19.00 1,2,3 Membina hubungan saling percaya dan menanyakan DYS


keluhan anak yang diketahui ibu

1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,8 / 110

RR : 24x dengan O2 nasal 2 lpm

Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS

Injeksi antrain 60 mg
2,3 Menanyakan ke ibu apakah pasien masih susah untuk DYS
minum susu, dan mengedukasikan ke ibu untuk merubah
posisi tidur pasien agar lebih nyaman. Karena saat
diobervasi hidung pasien terlalu mendempel dengan ibu
sehingga dikhawatirkan akan sesak

20.30 1, 2, 3 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS

22.00 2, 3 Mengedukasi keluarga untuk sementara menganti DYS


pemberian ASI diganti dengan susu soya untuk
mengantisipasi anak sesak/batuk tengah malam
22.20 Mengganti cairan infus yang habis DYS
( D5 ¼ NS 500 cc)

23.00 1,3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,7 / 114

RR : 24x
23.45 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS
ml : NS 2 ml

00.15 1,3 Melakukan tindakan suction DYS

00.30 1,2 Mengajari keluarga untuk melakukan clapping dada dan DYS
punggung setelah dilakukan nebulizer. Dan
mengedukasikan ke ibu bahwa besok akan dilakukan
tindakan pemasangan NGT

04.30 1,3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


62

S/N : 36,8 / 124

RR/SPO2 : 37x / 98% (O2 2 lpm)

05.00 1 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi cinam 1/6 vial
Injeksi antrain 60 mg

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

06.20 1 Melakukan tindakan suction DYS

Kamis
25/06/20

07.00 1, 2, 3 Timbang terima dengan dinas malam DYS

07.30 2 Melakukan tindakan pemasangan NGT DYS

08.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,7 / 106
RR/SPO2 : 31x / 90% (O2 2 lpm)

08.30 2 Mengedukasikan ke ibu bahwa setelah dilakukan DYS


pemasangan NGT anak diberi susu soya dengan advis
dokter 30 cc/ 3 jam

09.00 2 Mengajari dan ibu cara memberikan susu melalui selang DYS
NGT

10.00 1 Melakukan tindakan suction pada hidung anak DYS

12.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,8 / 130
RR/SPO2 : 30x / 93% (O2 2 lpm)

12.30 2 Membantu ibu dalam pemberian susu soya melalui DYS


selang NGT

13.00 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi antrain 60 mg

13.30 1, 2, 3 Timbang terima denga perawat dinas pagi DYS

14.00 3 Mengobservasi keadaan anak dengan menanyakan DYS


keluhan ke ibu

15.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


63

S/N : 36,2 / 130


RR/SPO2 : 30x / 86% (O2 2 lpm)

15.30 2 Membantu dan mengawasi ibu dalam pemberian susu DYS


soya melalui NGT

16.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

17.00 1, 3 Melakukan tindakan suction DYS

19.00 1 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi cinam 1/6 vial
Injeksi antrain 60 mg

20.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,4 / 109x
RR : 26x

20.30 1, 2, 3 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS

22.00 Mengganti cairan infus yang habis DYS


(D5 ¼ NS 500 cc)

23.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 33 / 112x
RR/SPO2 : 42x / 98% (O2 2 lpm)

04.30 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,1 / 118
RR / SPO2 : 40x / 98% (O2 2 lpm)

05.00 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi cinam 1/6 vial
Injeksi antrain 60 mg

05.20 2, 3 Menanyakan ke ibu apakah anak tidur nyenyak setelah DYS


diberi susu. Dan apakah anak sudah diberi susu
sebelumnya

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

Kamis
Siang

13.30 1, 2, 3 Timbang terima dengan perawat dinas pagi DYS

14.00 1, 2, 3 Mengobservasi keadaan anak dengan menanyakan DYS


64

keluhan ke ibu
Mengedukasikan ke ibu bahwa anak boleh diberi ASI
tetapi tetap dengan pemberian melalui NGT (ASI
pompa)

15.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,4 / 120
RR: 32x

15.30 2 Membantu membersihkan bekas selang NGT yang DYS


tercabut oleh An. L

16.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

17.00 1 Melakukan tindakan suction DYS

19.00 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi cinam 1/6 vial
Injeksi antrain 60 mg

20.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,3 / 120x
RR : 32x

Kamis

malam

20.30 1, 3 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS

22.00 Mengganti cairan infus yang habis DYS


(D5 ¼ NS 500 cc)

22.15 3 Mengedukasikan ke ibu bahwa anak masih tetap DYS


dibelikan susu soya sebagai pendamping ASI dan
mengedukasikan ke ibu cara menyusui agar anak tidak
sesak lagi

23.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 112x
RR : 32x

04.30 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,2 / 112
RR : 32x

05.00 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi cinam 1/6 vial
65

Injeksi antrain 60 mg

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

Jumat
26/06/20
pagi

07.00 1, 2, 3 Timbang terima dengan dinas malam

08.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,4 / 125
RR / SPO2 : 30x /99% (O2 2 lpm)

09.00 2 mengawasi ibu cara memberikan susu melalui selang DYS


NGT

10.00 1 Melakukan tindakan suction DYS

12.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan (o2 bebas) DYS


S/N : 36 / 112
RR/SPO2 : 32x / 99% (O2 2 lpm)

12.30 2 Mengawasi ibu dalam pemberian susu soya melalui DYS


selang NGT

13.00 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


Injeksi antrain 60 mg

Jumat
26/06/20

13.30 1, 3 Timbang terima dengan perawat dinas pagi DYS

14.00 3 Mengobservasi keadaan anak dengan menanyakan DYS


keluhan ke ibu

15.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,1 / 112
RR: 30x

16.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

19.00 3 Melakukan pemberian injeksi sesuai advis dokter. DYS


66

Injeksi cinam 1/6 vial


Injeksi antrain 60 mg

20.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 120x
RR : 30x

20.30 1, 3 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS

22.00 Mengganti cairan infus yang habis DYS


(D5 ¼ NS 500 cc)

23.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,6 / 120x
RR : 30x

04.30 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,1 / 116
RR : 28x

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

Sabtu
27/06/20

07.00 1, 3 Timbang terima dengan perawat dinas pagi DYS

08.00 3 Mengobservasi keadaan anak dengan menanyakan DYS


keluhan ke ibu

12.00 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,7 / 116
RR: 26x

13.05 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

13.30 Melakukan tindakan aff infus DYS

14.00 1 Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS


dokter.
p.o Panas/bapil 1 bungkus

15.00 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,2 / 118x
RR : 26x

16.00 1, 3 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS


67

16.30 1,3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,4 / 118x
RR : 28x

19.15 1, 3 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,4 / 110
RR : 22x

20.00 1 Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS


dokter.
p.o Acitromicyn 1 bungkus
p.o Panas/bapil 1 bungkus

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

Minggu
28/06/20

07.00 1 Timbang terima dengan dinas malam DYS

08.00 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 110
RR: 22x

12.00 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 112
RR: 22x

13.05 1 Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS


dokter.
p.o Acitromicyn 1 bungkus
p.o Panas/bapil 1 bungkus

13.30 1 Timbang terima dengan perawat dinas pagi DYS

14.00 1 Mengobservasi keadaan anak dengan menanyakan DYS


keluhan ke ibu

15.00 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 118
RR: 26x

16.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

19.15 1 Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS


dokter.
p.o Panas/bapil 1 bungkus
68

20.00 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,3 / 116x
RR : 26x

20.30 1 Timbang terima dengan perawat dinas sore DYS

23.00 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 116x
RR : 28x

04.30 1 Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36,1 / 114
RR : 26x

05.15 1 Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS


dokter.
p.o Acitromicyn 1 bungkus
p.o Panas/bapil 1 bungkus

06.00 1 Melakukan tindakan nebulizer sesuai dosis meptin 0.3 DYS


ml : NS 2 ml

Senin
29/06/20

07.00 observasi Timbang terima dengan dinas malam DYS

08.00 observasi Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 110
RR: 22x

12.00 observasi Mengobservasi TTV didapatkan DYS


S/N : 36 / 112
RR: 22x

13.05 observasi Memberikan obat peroral racikan sesuai kolaborasi advis DYS
dokter.
p.o Acitromicyn 1 bungkus
p.o Panas/bapil 1 bungkus

13.30 observasi Mempersiapkan pasien pulang (KRS) DYS

ANAK 2
69

Tgl & Dx Kep Implementasi Paraf


Jam
24
Juni
2020

08:11 Menghitung frekuensi nafas dan DYS


mamperhatikan irama nafas
-RR: 34 x/menit
-Irama nafas tidak teratur
-Terdapat pernapasan cuping hidung
-Ada otot bantu pernafasan dada
-
Mengukur status oksigen pasien: DYS
08:12 -SpO2 = 98% dengan terpasang nasal kanul 2lpm

Mendengarkan bunyi nafas DYS


08:15 -Terdengar suara nafas ronki pada kedua
paru

Mengukur suhu tubuh: Suhu: 38,1ºC DYS

Mengkaji warna kulit dan menghitung nadi DYS


-Tidak ada kebiruan ataupun tanda- tanda
sianosis, badan teraba panas. N: 97x/menit

Memberikan kompres hangat pada lipat axila DYS


(kompres telah diberikan An.S tertidur)

Menyelimuti pasien (selimut telah dipasang DYS


anak tertidur pulas)

09.50 3 Menginjeksikan antibiotic colsancetin 125mg DYS


IV (obat telah diberikan dan tidak ada reaksi
negative)

10.00 3 Memberikan pct puyer via oral (obat telah DYS


diminum tidak ada reaksi negative)

10.30 2 Mengajarkan teknik batuk efektif kepada DYS


orang tua An.S
- Ibu mengatakan mengerti dan mampu
mendemostrasikan secara mandiri
10.40 2 Mengukur tanda-tanda vital DYS

25
70

Juni
2020

08:05 2 Menghitung frekuensi nafas dan DYS


mamperhatikan irama nafas
-RR: 33x/menit
-Irama nafas tidak teratur
-terdapat pernapasan cuping hidung
-ada otot bantu pernafasan dada

1 Mengukur status oksigen pasien: DYS


08:07 -SpO2 = 98% dengan terpasang nasal kanul
2lpm

08:17
Mendengarkan bunyi nafas DYS
-Suara nafas ronki pada kedua lapang paru

Mengukur suhu tubuh: S: 37,7ºC DYS

2 Mengkaji warna kulit dan menghitung nadi, DYS


-Tidak ada kebiruan ataupun tanda-tanda
sianosis, Badan teraba panas. N: 105x/menit

4 Memberikan kompres hangat pada lipat axila an.S DYS


(kompres telah diberikan anak tertidur)

4 Menginjeksikan antibiotic colsancetin 125mg IV DYS


(obat telah diberikan dan tidak ada reaksi negative)

4 Memberikan pct puyer via oral (Obat telah DYS


diminum tidak ada reaksi negative)

4 Menganjurkan anak untuk batuk efektif (anak DYS


mengikuti arahan ibunya)

4 Menganjurkan ibu untuk membawa boneka DYS


atau mainan An.S (Ibu mengatakan nanti
akan mengambil boneka untuk An.S)

4 Mengisi air oksigen (pasien terpasang nasal DYS


kanul 2lpm)
71

1,2 Mengubah posisI DYS

26
Juni
2020

08.00 1 Monitor status oksigen pasien: DYS


-Tangan tampak bersih
-SpO2 = 99%

08.30 1 Auskultasi suara nafas DYS


-Suara nafas bersih
-tidak ada suara nafas tambahan
-RR: 26x/menit
-N: 98x/menit
-Suhu: 36,3ºC

08.40 1 Mengukur suhu badan dan menghitung RR dan DYS


N:
-RR : 26x/menit,
-Nadi: 98x/menit,
-Suhu: 36,3ºC

09.00 1,2 Melihat kedalaman dan kemudahan pasien DYS


dalam bernafas:
Frekuensi nafas 26x/i irama nafas teratur pasien
tidak merasa sesak

09.30 1,2 Melihat warna kulit, membrane mukosa serta DYS


kuku pasien
-Warna kulit kemerahan, mukosa bibir, lembab, dan
tidak ada tanda-tanda sianosis

ANAK 3
Tgl & Dx Kep Implementasi Paraf
Jam

08.20 1. Memberikan posisi dan lingkungan yang nyaman DYS


2. Memposisikan tempat tidur semifowler
3. Mengajarkan An. X batuk efektif yang baik dan
benar
4. Memberikan terapi nebulizer combivent
72

08.30 DYS

08.45 1. Membantu An. X dalam aktivitas hidup sehari-hari


yang mungkin melebihi toleransi.
2. Memberikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan
usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak.
09.00
3. Mengedukasi periode istirahat dan tidur yang sesuai
dengan usia dan kondisi.
4. Mengedukasi An. X dan keluarga untuk beristirahat
jika lelah.
10.10 5. Memberikan terapi obat Cefoperazone 1 g tiap
12 jam Intra Vena
6. Memberikan terapi obat Levofloxacin 750 mg
tiap 24 jam Intra Vena
10.30 7. Memberikan terapi obat Methyl Prednisolon 62,5
mg tiap 12 jam Intra Vena
DYS
10.45
1. Menciptakan suasana yang nyaman
2. Melibatkan hubungan anak dan orang tua
11.00
3. Memberikan kehadiran yang selama fase
akut penyakit.

09.00 1. Memposisikan tempat tidur semifowler


2. Mengevaluasi An. X cara batuk efektif yang baik dan DYS
09.10 benar
3. Memberikan terapi nebulizer combivent
09.30

10.00
1. Memberikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan
usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak. DYS
2. Mengedukasi periode istirahat dan tidur yang sesuai
10.10 dengan usia dan kondisi.
3. Memberikan terapi obat Cefoperazone 1 g tiap
12 jam Intra Vena
73

4. Memberikan terapi obat Levofloxacin 750 mg


tiap 24 jam Intra Vena
11.00
5. Memberikan terapi obat Methyl Prednisolon 62,5
mg tiap 12 jam Intra Vena

08.00 1. Memposisikan tempat tidur semifowler DYS


2. Mengevaluasi An. X cara batuk efektif yang baik dan
08.10 benar

DYS
1. Memberikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan
13.00
usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak.
13.10 2. Mengedukasi periode istirahat dan tidur yang sesuai
dengan usia dan kondisi.
3. Memberikan terapi obat Cefoperazone 1 g tiap
12 jam Intra Vena
4. Memberikan terapi obat Levofloxacin 750 mg
13.00
tiap 24 jam Intra Vena
5. Memberikan terapi obat Methyl Prednisolon 62,5
mg tiap 12 jam Intra Vena

3.5 Evaluasi Keperawatan


Table 3.19 Evaluasi SOAPIE/ Catatan Perkembangan

ANAK 1
Tanggal Dx Kep Catatan Perkembangan Paraf
Rabu, Pukul : 21.00 WIB
24-06-20
S : Ibu pasien mengatakan anaknya batuk dan
DYS
tampak sesak
O : - Anak kesulitan bernafas
- RR (19.00) : 24x/menit
- Anak rewel
74

- Anak batuk dan terdengar ada secret


yang mengganjal
A : Masalah bershan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, 4, 5, 6

S : Ibu pasien mengatakan anaknnya tidak mau


minum ASI DYS
O : - Membran mukosa mulut kering
- Anak tampak lemas
- Area sekitar mata tampak cowong
- Anak menangis ketika akan disusui
A : Masalah menyusi tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 4, 5, 6

S : Ibu mengatakan anak rewel tidak mau tidur


O : - Anak tidur kurang lebih selama 10 DYS
menit lalu terbangun dan menangis
lagi.
- Anak tampak lemas
- Anak tampak tidak mau tidur
A : Masalah ganguan pola tidur belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Rabu
24/06/20

1 Pukul : 06.00 WIB DYS


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk
O : - Anak terlihat batuk berdahak
- RR (23.00) : 24x/menit, terpasang
nasal O2 2 lpm
- Hasil suction secret kental dan susah
di keluarkan
- RR (04.30) : 37x/menit, SPO2 : 98%
terpasang O2 nassal 2 lpm
- Hasil auskultasi masih didapatkan
ronchi
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
75

P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, 4, 5, 6

2 S : Ibu pasien mengatakan anak masih tidak DYS


mau menyusu dan rewel
O : - Anak tampak lemas
- Membran mukosa mulut masih kering,
pucat, dan pecah-pecah
A : Masalah menyusui tidak efektif belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 4, 5, 6, dan
rencana dilakukan tindakan pemasangan NGT

3 S : Ibu pasien mengatakan anak sering terjaga DYS


ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika malam anak sering rewel dan
menangis, apalagi ketika terbangun
karena batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul : 21.00 WIB DYS


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk
O : - Anak terlihat batuk berdahak
- RR (15.00) : 30x/menit, SPO2 : 86%
dengan O2 2 lpm
- Hasil suction secret kental dan susah
di keluarkan
- RR (20.00) : 26x/menit, terpasang O2
nassal 2 lpm
- Hasil auskultasi masih didapatkan
ronchi
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, 4, 5, 6

DX 2
S : Ibu pasien mengatakan anak masih tidak
mau menyusu secara langsung. Hanya bisa
76

melalui NGT
O : - Anak terpasang NGT
- Membran mukosa mulut masih kering,
pucat, dan pecah-pecah
- Anak minum susu soya melalui NGT
30 cc/ 3 jam
A : Masalah menyusui tidak efektif teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 4, 5, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak sering terjaga
ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari An. L masih sulit
tidur dan ketika tidur sering terbangun
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul 06.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan sesak
O : - Anak terlihat batuk berdahak
- RR (23.00) : 42x/menit, SPO2 : 98%
dengan O2 2 lpm
- Hasil suction secret kental dan susah
di keluarkan
- RR (04.30) : 42x/menit, terpasang O2
nassal 2 lpm
- Hasil auskultasi masih didapatkan
ronchi
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 3, 4, 5, 6
DX 2
S : Ibu mengatakan anak masih tidak mau
menyusu langsung, tetapi sudah terpasang
NGT
O : - Tepasang NGT
- Anjuran minum susu 30 cc/ 3 jam,
77

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dihentikan, dilanjutkan dengan
pemberian susu melalui NGT, dan
observasi kembali keadaan anak ketika
meinum susu apakah masih rewel/batuk
DX 3
S : Ibu mengatakan ank masih rewel ketika
tidur
O : - Anak rewel
- Ketika malam anak sering rewel dan
menangis, apalagi ketika terbangun
karena batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anak masih batuk
dan sesak
O : - Anak batuk
- Anak terlihat sesak
- Tidak terdapat otot bantu napas
- RR (15.00) : 32x/menit, SPO2 : 99%
dengan O2 2 lpm
- Hasil suction encer, bening
- RR (20.00) : 32x/menit , O2 bebas
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari An. L masih sulit
tidur, sering menangis ketika akan
ditidurkan
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan tidak sesak
78

O : - Anak batuk
- RR (23.00) : 32x/menit
- RR (12.00) : 32x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika malam hari An. L masih sulit
tidur, sering terbangun dan menangis
sambil batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- RR (08.00) : 30x/menit
- RR (12.00) : 30x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika malam
O : - Anak rewel
- Ketika malam hari An. L masih sulit
tidur, sering terbangun dan menangis
sambil batuk
- Tadi pagi anak baru bisa tidur tanpa
menangis pukul 06.00-08.00
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul : 21.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk dan tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
79

- RR (15.00) : 30x/menit
- RR (20.00) : 30x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika siang hari anak L sulit tidur,
dan ketika tidur sering menangis
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul : 06.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- RR (23.00) : 30x/menit
- RR (20.00) : 30x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika tidur
O : - Anak rewel
- Ketika malam hari anak L sulit tidur,
dan sering menangis karena batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul : 14.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih
batuk tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- RR (08.00) : 28x/menit
- RR (12.00) : 26x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
belum teratasi
80

P : Intervensi dilanjutkan no 1, 2, 4, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan anak masih sering
terjaga ketika tidur
O : - Anak rewel
- Sepanjang pagi anak tidur sering
terbangun karena batuk
- Frekuensi tidur tidak menentu
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 2, 3, 4

Pukul : 21.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan, An L masih batuk,
tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- Tidak ada sesak
- RR (15.00) : 26x/menit
- RR (20.00) : 26x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan ketika malam
anaknya sudah tidak rewel, tetapi
trekadang masih terbangun dan menangis
karena batuk dan terbangun ketika minta
minum susu saja
O : - Ketika siang anak sudah bisa tidur dan
tidak sering terbangun
- Ibu sudah mengetahui waktu-waktu
anak merasa haus
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 3, 4

Pukul : 06.00 WIB


DX 1
S : Ibu pasien mengatakan anak masih batuk,
tetapi sudah tidak sesak
O : - Anak batuk
- Tidak ada sesak
- RR (23.00) : 28x/menit
- RR (04.30) : 28x/menit
- Ketika malam anak sudah tidak batuk
81

A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif


teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 1, 6
DX 3
S : Ibu pasien mengatakan ketika malam
anaknya sudah tidak rewel kecuali minta
minum susu saja
O : - Tidur anak ketika malam sudah
terjadwal bangunnya
- Anak tidak terbangun malam karena
sesak
- Ibu sudah mengetahui waktu-waktu
anak merasa haus
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Intervensi dihentikan

Pukul : 14.00 WIB


DX 1
S : Ibu mengatakan anak masih batuk tetapi
tidak sesak
O : - Anak tampak tenang
- Anak tidak tampak rewel
- Anak masih batuk tetapi tidak separah
kemarin
- RR (08.00) : 22x/menit
- RR (12.00) : 22x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 6, dan observasi
TTV

Pukul : 21.00 WIB


DX 1
S : Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan
tidak sesak
O : - Anak tampak tenang
- Anak tidak tampak rewel
- RR (15.00) : 26x/menit
- RR (20.00) : 26x/menit
A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif
Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 6, dan observasi
TTV

Pukul : 06. 00 WIB


DX 1
S : Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan
82

tidak sesak
O : - Anak tampak tenang dan tidak batuk
- Anak tidak tampak rewel
- RR (23.00) : 28x/menit
- RR (04.30) : 26x/menit
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi
P : Intervensi dihentikan, lanjutkan observasi
TTV

Pukul : 14.00 WIB


DX 1
S : Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan
tidak sesak
O : - Anak tampak tenang
- Anak tidak tampak rewel
- RR (08.00) : 22x/menit
- RR (12.00) : 22x/menit
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan, persiapan KRS

ANAK 2
Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
12 Mei DX1
2020 S: DYS
Ibu mengatakan an.S sesaknya sudah
berkurang Ibu mengatakan an. S masih
batuk berdahak namun sudah berkurang
Ibu mengatakan anak mau meniru melakukan
batuk efektif
Ibu mengatakan anak mampu mengeluarkan
batuknya sambil dibimbing
O:
1. Auskultasi: bunyi nafas ronki pada
kedua paru sudah berkurang
2. RR=
40x/menit 3.
SpO2=98%\
4. Ada otot bantu pernafasan
5. Napas cepat dan dangkal
6. Pernafasan cuping hidung
7. Terpasang nasal kanul
2lpm A: Masalah belum
teratasi Lanjutkan
83

Intervensi
 (DX3-No.1/2/3/4/5/6/7/8/9)

S: DYS
Ibu mengatakan anak I masih sesak namun
sudah agak mendingan
O:
1. Saat auskultasi terdengar bunyi nafas
tambahan (ronki) pada kedua lapang
paru
2. Pernafasan cuping hidung
3. Pola nafas cepat dan dangkal
4. Kesadaran composmentis
5. Tidak ada tanda-tanda
sianosis A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
 (DX3-No.1/2/3/4/5)
S:
Ibu mengatakan anak kesulitan bernafas
Ibu mengatakan sesak anak akan bertambah
bila tidur dengan posisi telentang
O:
1. Ada tarikan dinding dada
2. Pola nafas cepat dan dangkal
3. Terdapat pernafasan cuping hidung
4. Hasil Obs
TTV RR
40x/menit,
N
105x/menit
Suhu
36,6ºC
A: Masalah belum
teratasi P: Lanjutkan
intervensi
 (DX3-No.1/2/3/4)

S: DYS
Ibu mengatakan An.I badannya sudah tidak
panas lagi
O:
1. Suhu: 36,6ºC
2. Nadi: 78x/menit
3. Akral teraba hangat
4. Kulit kemerahan
5. Tidak ada tanda-tanda
sianosis A: Masalah teratasi
84

P: Hentikan intervensi

DX1 S:
Ibu mengatakan An.I sudah tidak sesak lagi
Ibu mengatakan An.I batuk sudah tidak
berdahak lagi
O:
1. Auskultasi bunyi nafas bersih
2. RR=25x/menit 3.
SpO2=99%
4. Tidak ada otot bantu pernafasan
5. Irama nafas teratur
6. Tidak ada pernafasan cuping hidung
7. Tidak terpasang oksigen A:
Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi

DX2
S:
Ibu mengatakan anak I sudah tidak sesak
lagi
O:
1. Auskultasi suara nafas bersih
Tidak ada suara nafas tambahan
3. Tidak pernafasan cuping hidung
4. Pola nafas teratur
5. Tidak ada tarikan dinding dad
6. Kesadaran composmentis
7. Tidak ada tanda-tanda sianosis A:
Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

DX3
S:
Ibu mengatakan anak sudah tidak sesak lagi
Itu: mengatakan anak sudah tidak
menggunakan oksigen lagi
O:
1. Tidak ada tarikan dinding dada
2. Pola nafas teratur
3. Tidak ada terdapat pernafasan
cuping hidung
4. Hasil Obs. TTV RR:
25x/menit N:
85

98x/menit Suhu:
36,3ºC
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

ANAK 3
Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

1 S : Ny. F mengatakan An.X masih bernafas DYS


grok-grok

O:

 Hasil auskultasi nafas terdengar ronchi


 Terpasang masker nasal kanul 4 lpm
 Observasi :
RR : 24 X/menit

Spo2 : 90 %

A : Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan 2, 3 dan terapi


nebulizer combivent

S :Ny. Mengatakan masih rewel

O : -tampak rewel

-terpasang nasal nakul

-terpasang iv line nacl 0,9%

A : masalah intoleransi aktivitas teraasi


sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 1,2 dan 3

S :-

O : -tampak rewel

-terpasang nasal nakul

-terpasang iv line nacl 0,9%


86

A : masalah ansietas teratasi sebagian

P :intervensi dihentikan

DYS
2 S : Ny. F mengatakan An.X tadi bagi
keluarlendir saat batuk

O:

 Hasil auskultasi nafas terdengar ronchi


 Terpasang masker nasal kanul 4 lpm
 Seputum dapat keluar
 Observasi :
RR : 24 X/menit

Spo2 : 90 %

A : Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi

P : Intervensi terapi nebulizer combivent


dihentikan, Lakukan tes sputum bta

S:-

O : -tampak rewel

-terpasang nasal nakul

-terpasang iv line nacl 0,9%

A : masalah intoleransi aktivitas teraasi


sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 1,2 dan 3

S : Ny. F mengatakan An.X masih sesak


tpikadang dilepasjuga
DYS
O:

 Hasil auskultasi nafas terdengar ronchi


3.  Terpasang masker nasal kanul 3 lpm
 Observasi :
RR : 22X/menit

Spo2 : 90 %

A : Masalah bersihan jalan nafas teratasi


sebagian
87

P : ajargan teknik batuk efektif

S :-

O : -tampak rewel

-terpasang nasal nakul

-terpasang iv line nacl 0,9%

A : masalah intoleransi aktivitas teraasi


sebagian

P : Intervensi dilanjutkan 1,2 dan 3


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini ditunjukkan untuk membahas kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan di Ruang D1

RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. Kegiatan yang dilakukan melalui pengkajian,

diagnose keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis dari ketiga pasien

didapatkan antara ketiga pasien memiliki usia yang berbeda yaitu usia 5 bulan, 2

tahun dan 3 tahun sehingga pengumpulan data dan penyusunan intervensi serta

pelaksanaan implementasi harus dilakukan dengan berbeda satu dan lain pasien.

Hal ini tentunya sesuai dengan Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi

paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat

rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati (Misnadiarly, 2008).

Lalu berikutnya yang penulis temukan dari ketiga pasien adalah ketiganya

memiliki keluhan yang relative sama salah satunya adalah keluhan batuk, sesak

nafas serta kadang diikuti dengan demam. Batuk sesak dan demam berjalan rata2

lebih dari 3 hari sehingga orang tua memutuskan untuk membawa anak ke

pelayanan kesehatan. Hal ini tentunya sesuai dengan teori dari Betz & Sowden,

(2009) yang menulis manifestasi klinis dari Pneumonia antara lain : batuk,

dispnea, takipea, batuk paroksimal mirip pertusis , demam, ronchi, sesak nafas.

Hasil pengkajian dari ketiga pasien yang penulis temukan adalah ketiganya

mengalami sesak nafas dengan atau tidak disertai batuk. Diagnosa keperawatan

94
95

yang sering muncul pada kasus sesak dan batuk ini adalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas dan atau gangguan pertukaran

gas pada kasus pneumonia. Sesak nafas sendiri diakibatkan oleh penumpukan

cairan didalam paru-paru pasien sehingga menghambat pertukaran oksigen dan

co2 didalam alveolus. Hal ini tentunya sesuai dengan teori dari Brunner and

Sudath (2014) yang mengatakan Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi

maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi

pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi

oksigen serta karbon dioksida. Hal ini tentunya sesuai antara teori dengan

kenyataan dirumah sakit.

Di dalam pengkajian di dapatkan dua anak mengalami demam suhu diatas

normal (36,5 – 37,5°C), yaitu anak kedua dengan suhu tubuh 38,1 dan anak ketiga

dengan suhu tubuh 38,2. Demam merupakan respon tubuh saat terjadi infeksi

sehingga antiboy berusaha melawan infeksi tersebut. Hal ini di buktikanm pula

dengan kenaikan jumlah kadar leukosti dari kedua pasien yang penulis teliti yang

tentunya hal ini dijelaskan dalam teori demam merupakan respon sistemik dari

invasi agent. Timbulnya demam menyebabkan anak tidak nafsu makan dan

minum sehingga pemasukan nutrisi dan cairan ke dalam tubuh kurang.

(Ardyani,2018). Dalam hal ini terdapat kesamaan antara teori dengan pasien di

rumah sakit.

Ketiga pasien memiliki karakteristik keluhan dan hasil pemeriksaan yang

berbeda. Setidaknya dua diagnose diatas adalah keluhan atau hasil pemeriksaan

yang banyak di temukan di pasien yang penulis teliti. Sementara itu terdapat

beberapa diagnose yang jarang ditemukan pada pasien dengan diagnose


96

pneumonia yang tentunya setiap diagnose disusun berdasarkan manifestasi dari

pasien. Diagnosa yang muncul diketiga pasien tersebut diantaranya adalah :

menyusui tidak efektif, gangguan pola tidur, dan ansietas. Tentunya ketiga

diagnose ini tidak sesuai dengan teori dari Betz & Sowden, (2009) yang menulis

manifestasi klinis dari Pneumonia antara lain : batuk, dispnea, takipea, batuk

paroksimal mirip pertusis , demam, ronchi, sesak nafas.

4.2 Diagnosa

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Dari ketiga pasien yang penulis teliti, ketiganya memiliki masalah yang

sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hal ini di dukung dengan data

objective : suara nafas ronkhi, RR meningkat, terdapat sputum, pernafasan

dipsnea, terdapat otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung serta hasil

pemeriksaan penunjang rotgen thorax menunjukan adanya pneumonia.Hal ini

sejalan dengan teori Pneumonia juga mengalami terjadinya penurunan volume

paru sehingga mengakibatkan gangguan pada proses ventilasi dan terjadi

gangguan pertukaran gas (Djojodibroto, 2009). Hal ini tentunya sama antara teori

dan kenyataan dilapangan.

2. Hipertermi

Dari hasil pengkajian penulis menemukan masalah hipertermi yang terjadi

pada salah satu pasien anak dengan data yang menunjang seperti adanya tanda dan

gejala seperti Pasien tampak lemas, Kulit kemerahan, Akral hangat, Observasi

TTV : S : 38 ˚ C, Nadi : 110 x / menit, RR : 22 x / menit, SpO2 : 96, Mukosa bibir

kering Kulit kemerahan.


97

Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa hipertermi dapat muncul

pada pasien Gastroenteritis (Maryunani, 2014). Sehingga pasien dengan masalah

keperawatan hipertermi dapat disusun dan dberikan intervensi sesuai dengan

kebutuhan pasien yaitu monitor suhu tubuh, lakukan kolaborasi dalam pemberian

anti peretik, lakukan kompres hangat saat anak mengalami demam dan anjurkan

untuk meningkatkan intake cairan dan nutrisi. (SIKI, 2018).

3. Gangguan Pertukaran Gas

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada ketiga pasien anak, penulis

menemukan masalah Gangguan pertukaran gas pada pasien kedua yang ditandai

dengan : Ibu pasien mengatakan anaknya kesulitan bernafas, terdengar bunyi

nafas tambahan (ronkhi) pada kedua lapang paru, terdapat pernafasan cuping

hidung, pola nafas cepat dan dangkal, warna kulit kemerahan, kesadaran

composmentis (e4v5m6), hasil obs. ttv rr: 42x/menit normal 19-21 x/menit),

nadi: 112x/menit. Sehingga penulis memutuskan untuk mengankat masalah

gangguan pertukaran gas menjadi salah satu diagnose keperawatan yang harus

segera di atasi. Hal ini tentunya sejalan dengan teori Pneumonia juga mengalami

terjadinya penurunan volume paru sehingga mengakibatkan gangguan pada

proses ventilasi dan terjadi gangguan pertukaran gas Apabila gangguan

pertukaran gas tidak segera ditangani maka menyebabkan ketidakseimbangan

ventilasi dan perubahan membran alveolar (Djojodibroto, 2009).

4.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Nurjanah, (2010) rencana tindakan keperawatan merupakan

serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus.Perencanaan

keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian asuhan


98

keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan

perawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang dilakukan sama dengan

landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan

SOP (Standar Operasional Prosedure) yang telah ditetapkan.

Penulis mengangkat diagnose Bersihan jalan nafas tidak efektif dengan

tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan perawatan 2x24 jam diharapkan

masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil batuk efektif

meningkat, produksi sputum menurun, dyspnea menurun (SLKI, 2018). Intervensi

dibuat berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu

Monitor pola napas dan bunyi napas tambahan, monitor adanya retensi sputum,

anjurkan ke ibu untuk mengatur posisi semifowler/fowler dengan cara anak

dipangku, lakukan suction kurang dari 15 detik, anjurkan ibu untuk melakukan

clapping dada dan punggung, kolaborasi dengan dokter pemberian nebulizer

meptin 0,3 ml : pz 2 ml, fakta yang terjadi terdapat kesamaan antara fakta dan

teori.

Penulis mengangkat diagnose hipertemi dengan tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan asuhan perawatan 3x24 jam diharapkan masalah hipertermi

dapat teratasi dengan kriteria hasil kulit merah menurun, pucat menurun, takikardi

menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik (SLKI, 2018). Intervensi

dibuat berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu

identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5ºc –

37,5ºc), monitor haluaran urin, anjurkan orangtua memberi kompres hangat,

monitor warna kulit dan sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien,
99

kolaborasi pemberian obat oral atau injeksi antipiretik dan cairan, elektrolit (intra

vena). Fakta yang terjadi terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.

Penulis mengangkat diagnose gangguan pertukaran gas dengan tujuan dan

kriteria hasil setelah dilakukan asuhan perawatan 3x24 jam diharapkan gangguan

pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil dyspnea membaik, ronkhie

berkurang, saturasi oksigen membaik (SLKI, 2018). Intervensi dibuat berdasarkan

hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu observasi tanda tanda

vital terutama respirasi, observasi warna kulit, mukosa dan kuku pasien.

Mempertahankan istirahat dan tidur pada anak, dan kolaborasi pemberian

nebulaizer dan oksigen. Hal ini dapat menunjang kesamaan antara fakta dan teori.

4.3 Implementasi

Menurut Nurjanah (2010) implementasi adalah pengelolaandan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent),

saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependent), dan tindakanrujukan atau

ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementasi

menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling ketergantungan.

Patient Caracter Intervensi Comparation Outcome Theori

Pasien 3 : Intervensi yang Setelah Setelah Terdapat


diberikan kepada dilakukan dilakukan perbedaan
Ibu mengatakan ketiga pasien intervensi tindakan
anak demam naik antara lain : suhu tubuh
ketiga pasien : didapatkan :
turun 38°C sebelum dan
monitor penyebab Ibu Ketiga pasien
suhu tubuh
hipertermi, suhu mengatakan mengalami
100

tubuh dan saat di penurunan sesudah


lakukan kompres kompres anak suhu yang kompres air
hangat. merasa signifikan
hangat
nyaman, tidak
rewel dan anak menjadi (Mariana, dkk,
diberi 37,5°C
2017).
tambahan
antipiretik.

Pasien 2 : Intervensi yang Setelah Setelah Karakteristik


diberikan kepada dilakukan dilakukan pada anak
Ibu mengatakan ketiga pasien intervensi tindakan
pasien masih sering antara lain : dengan
didapatkan :
batuk dan terlihat Ibu pneumonia
sesak nafas Monitor status mengatakan pasien
adalah sesak
respirasi dan anak sesak terlihat
kolaborasi berkurang jika tampak lebih nafas yang
pemberian sehabis segar, RR harus dibantu
nebulaizer dan nebulaizer berkurang,
dengan
oksigen dispney
menurun oksigen atau
pengencer
dahak dan
bronkodilator
(Pratama,
2018)

Pasien 1 : Ibu Intervensi yang Setelah Setelah Karakteristik


diberikan kepada dilakukan dilakukanpada anak
mengatakan ketiga pasien intervensi tindakan dengan
anak masih sering antara lain : Ibu
didapatkan :
pneumonia
terlihat sesak nafas adalah sesak
Monitor status mengatakan pasien nafas yang
respirasi dan anak sesak terlihat harus dibantu
kolaborasi berkurang jika tampak lebih dengan
pemberian sehabis segar, RR oksigen atau
nebulaizer dan nebulaizer berkurang, pengencer
oksigen dalam <2 dispney dahak dan
menurun bronkodilator
detik.
(Pratama,
101

2018)

4.4 Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan yang dilakukan kepada klien (Keliat, 2010). Evaluasi untuk

diagnose bersihan jalan nafas tidak efektif adalah bersihan jalan nafas dapat

teratasi dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun,

dyspnea menurun (SLKI, 2018). Intervensi dibuat berdasarkan hasil analisa data

serta sesuai diagnose keperawatan yaitu Monitor pola napas dan bunyi napas

tambahan, monitor adanya retensi sputum, anjurkan ke ibu untuk mengatur posisi

semifowler/fowler dengan cara anak dipangku, lakukan suction kurang dari 15

detik, anjurkan ibu untuk melakukan clapping dada dan punggung, kolaborasi

dengan dokter pemberian nebulizer meptin 0,3 ml : pz 2 ml. Setelah di evaluasi

orang tua pasien mengatakan sesak nafas berkurang jika setelah diberikan

nebulaizer dan diberikan oksigen, RR 24x/menit, spo2 93%, tidak ada cuping

hidung, suara nafas vesikuler.

Evaluasi untuk diagnosa hiperterimia pada pada salah satu pasien setelah 3

x 24 jam pemberian tindakan di dapatkan intervensi identifikasi penyebab

hipertermi, monitor suhu tubuh anak sampai stabil (36,5ºC – 37,5ºC), monitor

haluaran urin, anjurkan orangtua memberi kompres hangat, monitor warna kulit

dan sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien, kolaborasi pemberian

obat oral atau Injeksi antipiretik dan cairan, elektrolit (Intra Vena) (SIKI, 2018).
102

Pada evaluasi didapatkan orang tua pasien mengatakan demam anak sudah

menurun (dalam batas normal : 37,5˚C), Nadi 94x/menit , RR 20 x/ menit ,

mukosa bibir lembab , lidah sudah tampak bersih, suhu kulit membaik. Dengan

menggunakan teori tersebut masalah hipertermia teratasi sebagian, intervensi

dihentikan dan dilanjutkan oleh perawat ruangan karena keterbatasan penulis tidak

dilakukan intervensi hingga pasien pulang. Terdapat kesenjangan antara fakta dan

teori yaitu dalam teori dijelaskan peningkatan suhu tubuh karena aproses penyakit

dan dalam pengaplikasiannya di lapangan setelah pasien di berikan kompres

hangat serta ditunjang dengan pemberian terapi antipiretik maka pasien

mengalami perbaikan fisik yakni suhu tubuh hari ke 3 mulai mengalami

perbaikan.

Evaluasi pada diagnose keperawatan gangguan pertukaran gas diantaranya

adalah pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil dyspnea membaik,

ronkhie berkurang, saturasi oksigen membaik (SLKI, 2018). Intervensi dibuat

berdasarkan hasil analisa data serta sesuai diagnose keperawatan yaitu observasi

tanda tanda vital terutama respirasi, observasi warna kulit, mukosa dan kuku

pasien. Mempertahankan istirahat dan tidur pada anak, dan kolaborasi pemberian

nebulaizer dan oksigen. Setelah di evaluasi orang tua pasien mengatakan sesak

nafas berkurang jika setelah diberikan nebulaizer dan diberikan oksigen, RR

24x/menit, spo2 93%, tidak ada cuping hidung, suara nafas vesikuler.
BAB 5
PENUTUP

Setelah kelompok melakukan pengamatan dan melaksanakan tindakan

keperawatan secara langsung pada ke 3 pasien dengan diagnose medis Pneumonia

di Ruang D1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. Maka kelompok dapat menarik

beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

mutu tindakan keperawatan pasien dengan diagnosis medis Pneumonia.

5.1 Simpulan

Mengacu pada uraian yang telah menguraikan tentang tindakan


keperawatan kepada 3 pasien pneumonia maka kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian didapatkan dari 3 pasien (An.R, An.A dan An.F) dilakukan


pada tanggal 24 Juni 2020. Dimana informasi yang didapatkan dari Ibu
pasien yang mengatakan anak demam, nafsu makan menurun, konstipasi,
mengalami gangguan pola tidur dan defisit pengetahuan.

2. Dari hasil pengkajian maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang

sama pada 3 pasien (An. L, An. S dan An. X) antara lain :

1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

2) Hipertermi

3) Gangguan Pertukaran Gas

3. Rencana tindakan asuhan keperawatan disusun berdasarkan teori dan

kondisi. Pasien dengan menetapkan penyusunan rencana keperawatan.

Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien pneumonia harus

melihat kondisi ke 3 pasien secara keseluruhan dan target waktu

penyelesaiannya juga disesuaikan dengan kemampuan pasien.


104
105

4. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan dari tanggal 24 Juni 2020

sampai dengan tanggal 26 Juni 2020 selama 3x24 jam sesuai dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan dilaksanakan sesuai

strategi pelakasanaan dari diagnosa keperawatan utama sampai dengan

diagnosa keperawatan pendamping.

5. Pada evaluasi tujuan umum untuk diagnosa Defisit Pengetahuan tercapai

dengan kriteria ibu dan pasien mampu mempraktekkan kegiatan yang

sudah dilatih dan diajarkan.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada anak

kelompok menyarankan :

1. Kelompok selanjutnya diharapkan dapat memanfaatkan waktu secara

efektif dan efisien untuk melaksanakan asuhan keperawatan anak secara

optimal, selain itu perlu juga dipahami konsep teoritis agar penegakan

diagnosa lebih cepat.

2. Perawat dan mahasiswa sebaiknya melanjutkan perawatan pasien sesuai

dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya agar intervensi yang

telah disusun dapat diimplementasikan secara berkelanjutan.


106

DAFTAR PUSTAKA

Aldriana. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada


Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo 1 Tahun 2014. Jurnal
Kebidanan Vol.1 No.6

Dhamayanti, M. 2018. Hubungan Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Wonosari Tahun 2017. Skripsi
Politeknik Kesehatan Kementrian Yogyakarta

Ghai et al. 2010. Pencegahan Dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Health


Technology Assesment Indonesia Dapartemen Kesehatan Republik
Indonesia

Harahap,dkk. 2019. Hubungan Pemberian Makanan Prelakteal Terhadap


Kejadian Sakit Pada Neonatus. JOM FKp Vol. 6 No. 1, (Januari-Juni) 2019.

Icesmi, Sukarni, & Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan,Nifas, dan


Neonatus Resiko tinggi. Nuha Medika

Irwanto. 2017. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Dan Resusitasi. Kediri: Seminar
Kebidanan Stikes Karya Husada

Jumiarni, I., Mulyati, S., & Nurlina, S. 2016. Asuhan Keperawtaan Perinatal.
Jakarta : EGC

Lestari, dkk. 2019. Hubungan Berat Badan Lahir Bayi Dan Usia Kehamilan
Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Sleman Tahun 2017.
Skripsi Poltekes Kemenkes Yogyakarta

Maryinani, Anik dan Puspita Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Jakarta : CV Trans Info Media

Nanny. 2014. Resusitasi Neonatus. Salemba Medika

Pratama, dkk. 2018. Angka Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Dengan
Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Herb-Medicine Journal Vol. 1 No 2.

Salendu P.2012. Sepsis Neonatorum dan Pneumonia Pada Bayi Aterm. Jurnal
Biomedik (JBM) Vol. 4 No.3 hlm 175-179

Muwarni, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen.

Anda mungkin juga menyukai