Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER PADA ANAK DENGAN PENYAKIT

KRONIS DAN TERMINAL (PNEUMONIA)

KEPERAWATAN ANAK II

Dosen Pengampu : Ns. Isra Nur Utari Syachnara P.,M.kep

Disusun Oleh :

Kelompok 8/ S20 B
1. Fahrizki Miftah Fadillah / S20082
2. Putri Setianingsih/S20083
3. Kevyn sandika pratama/S20084
4. Shofiah Nurlaila/S20085
5. Angger Yeni Purnawanti/S20086
6. Yeni Rahma Shela/S20087
7. Arifa Ratih Renata/S20088
8. Ni putu triyani / S20089
9. Ria Sholikhah / S20091

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah dengan berjudul Terapi Komplementer pada Anak dengan Penyakit Kronis dan
Terminal ( Pneumonia) dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari
Ibu Ns. Isra Nur Utari Syachnara P.,M.kep Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang Terapi Komplementer pada Anak dengan
Penyakit Pneumonia.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ns. Isra Nur Utari Syachnara
P.,M.kep . Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Surakarta, 17 Februari 2022

Penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Kasus Pemicu..............................................................................................................3
2.2 Pengertian Pneumonia.................................................................................................3
2.3 Etiologi Pneumonia.....................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis Pneumonia.....................................................................................4
2.5 Patofisiologi Pneumonia..............................................................................................5
2.6 Tujuan Terapi Komplementer.....................................................................................5
2.7 Macam – Macam Terapi Komplementer.....................................................................6
2.8 Terapi Komplementer yang digunakan pada Pneumonia............................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan
alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem
kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda
dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter
sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern
yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah
disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pneumonia?
2. Bagaimana etiologi pada penyakit pneumonia?
3. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit pneumonia?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit pneumonia?

1
5. Apa tujuan terapi komplementer?
6. Apa saja macam macam terapi komplementer?
7. Apa jenis terapi komplementer yang digunakan pada penyakit anak pneumonia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui mengenai terapi komplementer pada
pasien anak penyakit kronis dan terminal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian terapi komplementar pada pasien anak penyakit
terminal dan penyakit kronis
b. Memahami Penyebab terjadinya Penyakit Terminal dan Penyakit Kronis dan
penyakit pneumonia
c. Mengetahui manifestasi klinis penyakit terminal dan penyakit kronis dan
pneumonia
d. Memahami patofisiologi terjadinya penyakit terminal dan penyakit kronis dan
pneumonia
e. Mengetahui manfaat terapi komplomenter.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus Pemicu


Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di
bawah 5 tahun (balita). Pneumonia menjadi salah satu target dalam Millenium Development
Goals (MDGs), sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian anak. Berdasarkan data
WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia dan sebesar 935.000 (15%)
kematian anak disebabkan oleh pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara. Sedangkan di Indonesia kasus pneumonia mencapai 22.000 jiwa menduduki
peringkat ke delapan sedunia (WHO, 2014).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia pneumonia
menjadi urutan keduapenyebab kematian pada balita setelah diare. Angka kejadian penderita
pneumonia maupun bronkopneumonia di Indonesia sebanyak 13,6% pada usia 0-11 bulan,
21,7% pada usia 12-23 bulan. Riskesdas melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan
terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1% menjadi
2,7% pada tahun 2013. Kematian pada balita yang disebabkan oleh pneumonia pada tahun
2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%.Begitu juga halnya di Sumatera Barat, pneumonia
juga menjadi masalah kesehatan masyarakat di Sumatera barat khususnya pada balita, hal ini
dibuktikan dari laporan Kemenkes RI tahun 2017 terdapat kasus pneumonia pada balita di
Sumatera Barat sebanyak 10.576 kasus (7.635 kasus usia 1- 4 tahun) dan kematian akibat
pneumonia sebanyak 28 jiwa dengan CFR 0,26% (Kemenkes RI, 2017). Menurut data yang
diperoleh dari Riskesdas 2007 prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan di kabupaten/ kota Sumatera Barat, Kota Padang Panjang menjadi yang tertinggi
dengan prevalensi 2,99% (Riskesdas, 2007).

2.2 Pengertian Pneumonia


Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Dahlan, 2014).

3
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak
dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2006). Pneumonia pada anak merupakan masalah
yang umum dan menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia (Gessman,
2009).

2.3 Etiologi Pneumonia


Faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia
anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan yaitu usia
pasien. Pada anak balita (4 bulan – 5 tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Strepcoccus pneumonia, Haemophillus influenza tipe B dan Staphylococcus aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumonia (Said, 2008).
Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi berdasarkan
kuman penyebab yaitu :
a. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia.
Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan anak - anak yaitu Streptococcus
pneumonia, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.
b. Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma.
Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu
Chlamidia trachomatis, Mycoplasma pneumonia, C. pneumonia dan Pneumocytis.
c. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan anak-anak yaitu
Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus, Respiratory Syncytial Virus
(RSV) dan Cytomegalovirus.
d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi sekunder,
terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah (Immunocompromised).

2.4 Manifestasi Klinis Pneumonia


Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health Organization (WHO) (2005)
yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini yaitu :
a. Kepala terangguk-angguk
b. Pernapasan cuping hidung
c. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d. Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia

4
Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :
a. Nafas cepat
1) Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
2) Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
3) Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
4) Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
b. Suara merintih pada bayi
c. Pada auskultasi terdengar :
1) Crackles (ronki)
2) Suara pernapasan menurun
3) Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :
a) Tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya
b) Kejang, letargis atau tidak sadar
c) Sianosis
d) Distress pernapasan berat

2.5 Patofisiologi Pneumonia


Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah.
Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel
epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan
etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang
menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila
pasien menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum yang
biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas (Djojodibroto, 2014).

2.6 Tujuan Terapi Komplementer


Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Tujuan terapi komplementer yaitu :
a. Sebagai pilihan untuk pengobatan selain pengobatan medis
b. Untuk meningkatkan upaya kesehatan

5
c. Untuk mencegah penyakit/ menyembuhkan penyakit
d. Dan untuk memulihkan kondisi tubuh dari penyakit

2.7 Macam – Macam Terapi Komplementer


a. Aromaterapi, adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan
menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi
masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma (2009) mengatakan
bahwa bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat analgesik.
b. Sentuhan terapeutik adalah, pemberian tindakan dengan memaksimalkan kekuatan
sentuhan, jenis terapi ini dipercaya dapat mengobati nyeri dan penyakit tertentu
dengan mengatur arah aliran energi tubuh.
c. Terapi musik, adalah penggunaan musik dalam suatu terapi psikologis. Terapi
musik dilakukan untuk meningkatkan kesehatan fisik, memenuhi kebutuhan
psikologis, emosional, spiritual, serta meningkatkan hubungan sosial para pasien
dan keluarga mereka.
d. Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing, adalah suatu bentuk asuhan keperawatan
berupa teknik bernapas secara lambat, dalam, dan rileks, yang dapat memberikan
respon relaksasi.
e. Pijat, adalah terapi komplementer dengan melibatkan manipulasi jaringan lunak
tubuh, biasanya dilakukan dengan tangan. Terapi ini utamanya digunakan untuk
merilekskan tubuh, walau juga dipercaya dapat membantu mengurangi rasa sakit
tertentu.
f. Akupuntur, adalah teknik kesehatan holistik yang berasal dari praktek Pengobatan
Tradisional Cina, yang dilakukan oleh ahli tusuk jarum dengan merangsang titik-
titik tertentu pada tubuh dengan memasukkan jarum tipis ke dalam kulit.
g. Hipnoterapi, adalah tipe terapi yang menggunakan hipnosis, yaitu tindakan
memasuki alam bawah sadar seseorang untuk memberikan sugesti tertentu. Pada
kasus depresi, hipnoterapi bertujuan untuk membuat seseorang fokus dan rileks,
sehingga perasaan dan emosi negatif di masa lalu bisa dikendalikan.
h. Terapi energi, adalah terapi yang menggabungkan berbagai jenis energi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan, terutama dengan memanipulasi
medan energi tubuh.
i. Terapi herbal medik, adalah terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
6
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada
cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektifitasnya.
j. Art therapy merupakan kombinasi antara teknik-teknik terapi psikologis dan proses
kreatif untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang.
k. Expressive writing therapy merupakan salah satu intervensi berbentuk psikoterapi
kognitif yang dapat mengatasi masalah depresi, cemas, dan stres, karena terapi ini
merupakan terapi perefleksian pikiran dan perasaan terdalam terhadap peristiwa
yang tidak menyenangkan.

2.8 Terapi Komplementer yang digunakan pada Pneumonia


Proses peradangan dari proses penyakit bronko pneumonia mengakibatkan produksi
sekret meningkat sampai menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul masalah
dan salah satu masalah tersebut adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Aromaterapi
merupakan salah satu terapi non farmakologi atau komplementer untuk mengatasi bersihan
jalan nafas. Aromaterapi merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan minyak
esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi
lebih baik. Ketika esensial dihirup, maka molekul akan masuk ke rongga hidung dan
merangsang sistem limbik adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara
langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang
mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress memori, keseimbangan hormon, dan
pernafasan. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi
dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau
terangsang. Melalui penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam paru-paru.
Molekul aromatik akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada
bronkus maupun pada cabang halusnya (bronkioli). Pada saat terjadi pertukaran gas di dalam
alveoli, molekul tersebut akan diangkut oleh sirkulasi darah di dalam paruparu. Pernafasan
yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatik ke dalam tubuh (Koensoemardiyah,
2009).
Aromaterapi yang sering digunakan yaitu peppermint (mentha pipperita). Peppermint
digunakan untuk tujuan kesehatan selama ribuan tahun. Bahan Aktif dalam Peppermint
adalah Menthol, yang merupakan senyawa organik yang menghasilkan sensasi dingin ketika
diterapkan pada mulut atau kulit. Menthol sebagai bahan aktif utama yang terdapat dalam
Peppermint dapat membantu melegakan hidung sehingga membuat napas menjadi lebih
mudah. Menthol dapat juga berfungsi sebagai anestesi ringan yang bersifat sementara.
7
Peppermint juga mengandung vitamin A dan C serta beberapa mineral. Peppermint sering
digunakan untuk membantu mengobati flu dan menenangkan peradangan (Koensoemardiyah,
2009). Menurut Tjitrosoepomo (2010) kandungan penting yang terdapat pada aromaterapi
peppermint adalah menthol 50% yang berguna sebagai anti inflamasi/ pelega tenggorokan.
Pendapat ini didukung dengan hasil penelitian Edy Siswantoro (2017) tentang pengaruh
aromaterapi aromaterapi peppermint dengan inhalasi sederhana terhadap penurunan sesak
nafas pada pasien tuberculosis.
Selain itu gejala klinis yang sering dirasakan balita atau anak dengan pneumonia
adalah batuk. Batuk dapat terjadi sepanjang hari dan dapat mengganggu kenyamanan anak
dalam beraktivitas. Batuk pada malam hari dapat menyebabkan kualitas tidur anak terganggu.
Madu adalah salah satu terapi komple menter yang dapat digunakan untuk membantu
meredakan batuk pada malam hari sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur anak.
Madu dapat diberikan kepada anak karena aman dan efektif menurunkan skor
frekuensi batuk dan meningkatkan kualitas tidur anak seperti yang dijelaskan pleh Evans,
Tuleu, dan Sutcliffe (2010), pengobatan dengan madu efektif untuk batukdan tidur anak.
Penelitian oleh Shadkam, Mozafari-Khosravi, dan Mazayan (2010) menye- butkan bahwa
madu dapat mengontrol batuk, lebih murah, mudah didapatkan dan aman untuk anak-anak.
Penelitian Paul, Beiler, Mc Monagle, Shaffer, Duda, dan Berlin (2007) menemukan fakta
bahwa madu adalah alternatif yang efektif dan aman untuk meredakan batuk pada malam hari
dan mengatasi kesulitan tidur anak, madu bekerja sangat baik dalam mengurangi gangguan
tidur akibat keparahan dan frekuensi batuk malam hari pada anak dengan infeksi saluran
pernafasan atas dibandingkan dengan dextromethorphan maupun tanpa treatment.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan,
2014).
Terapi komplementer yang dapat digunakan pada anak dengan penyakit pneumonia
yaitu aromaterapi dan terapi komplementer madu. Aromaterapi merupakan salah satu terapi
non farmakologi atau komplementer untuk mengatasi bersihan jalan nafas. Aromaterapi
merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan minyak esensial yang bermanfaat untuk
meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Aromaterapi yang
sering digunakan yaitu peppermint (mentha pipperita). Bahan Aktif dalam Peppermint adalah
Menthol, yang merupakan senyawa organik yang menghasilkan sensasi dingin ketika
diterapkan pada mulut atau kulit. Menthol sebagai bahan aktif utama yang terdapat dalam
Peppermint dapat membantu melegakan hidung sehingga membuat napas menjadi lebih
mudah. Peppermint sering digunakan untuk membantu mengobati flu dan menenangkan
peradangan (Koensoemardiyah, 2009).
Selain itu gejala klinis yang sering dirasakan balita atau anak dengan pneumonia
adalah batuk. Batuk pada malam hari dapat menyebabkan kualitas tidur anak terganggu.
Madu adalah salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk membantu
meredakan batuk pada malam hari sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur anak. Madu
dapat diberikan kepada anak karena aman dan efektif menurunkan skor frekuensi batuk dan
meningkatkan kualitas tidur anak seperti yang dijelaskan pleh Evans, Tuleu, dan Sutcliffe
(2010), pengobatan dengan madu efektif untuk batukdan tidur anak.

9
3.2 Saran
Pada perawatan anak dengan penyakit kronis atau terminal untuk meningkatkan
kualitas hidupnya, tentu banyak sekali cara dan terapi yang diberikan untuk mengurangi
gejala atau masalah lain yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien. Dengan terapi
komplementer diharapkan perawat mampu mengaplikasikan dan memberikan intervensi
keperawatan kepada pasien anak dengan penyakit kronis atau terminal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S. O. (2018, Agustus). Arometerapi Papermint Terhadap Masalah Keperawatan


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak Dengan Bronkopneumonia. REAL in
Nursing Journal (RNJ), 1(2), 77-83.

Rokhaidah, Nurhaeni, N., & Agustini, N. (2015, November). Madu Menurunkan Frekuensi
Batuk Pada Malam Hari Dan Meningkatkan Kualitas Tidur Balita Pneumonia. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 167-170.

Widyatuti. (2008, maret 1). Terapi komplementer dalam keperawatan. jurnal keperawatan
indonesia, 12(1), 53-57.

11

Anda mungkin juga menyukai