Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENGALAMI PNEUMONIA

AKIBAT KEBAKARAN HUTAN

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Nasya Apriliya 1911101


2. Nuria Maya Sari 1911111
3. Ranika Silalahi 1911126
4. Samwidi Giri Pamungkas 1911143
5. Tri Indah Pratiwi Lubis 1911173
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengembangan mahasiswa dengan baik.
Judul makalah kami adalah “Penyakit Pneumonia Akibat Kebakara Hutan”.
Dalam pembuatan makalah ini, tidak lupa kami sampaikan terimah kasih kepada
Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II ibu Ns. Juni Simarmata, S.Kep. M.Kep.,
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, terdapat kesalahan-kesalahan yang membuat makalah ini
tidak sempurna. Sekian dulu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam penulisan ada
kata-kata yang kurang mengenai hati. Terima kasih.

Penulis kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 3
B. Tujuan Penulisan...............................................................................................4
C. Manfaat Penulisan............................................................................................ 5
D. Metode penulisan..............................................................................................5
E.Sistematika penulisan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................6
A. Konsep Pneumonia............................................................................................6
1. Pengertian....................................................................................................... 6
2. Klasifikasi........................................................................................................6
3. Etiologi.............................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis........................................................................................... 8
5. Patofisiologi.....................................................................................................9
6. Komplikasi.................................................................................................... 11
7. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................11
8. Penatalaksanaan........................................................................................... 12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................13
1. Pengkajian.....................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 15
3. Intervensi Keperawatan...............................................................................16
4. Implementasi Keperawatan.........................................................................19
5. Evaluasi..........................................................................................................19
6. Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. D...................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran hutan dan lahan bukan merupakan fenomena asing lagi di


beberapa wilayah Indonesia , terutama Sumatera dan Kalimantan . Fenomena
alam ini berkembang menjadi suatu bentuk bencana alam yang mempunyai
dampak terhadap aspek - aspek kehidupan masyarakat . Kejadian bencana asap
yang diakibatkan kebakaran hutan sudah beberapa kali terjadi di Indonesia .
Gangguan asap tersebut juga berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat seperti munculnya gangguan pneumonia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut


(ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycroplasma (fungil), dan aspirasi
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi (NANDA Nic-Noc 2015).
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar terutama di Negara
berkembang, selain itu di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan
negara – negara Eropa juga banyak kasus yang terjadi (Setyoningrum, 2009).
Menurut WHO 2012, Insiden pneumonia pada anak balita di negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia / tahun, 10% diantaranya
pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit, Di negara maju terdapat
4 juta kasus setiap tahun sehingga setiap insiden pneumonia di seluruh dunia
ada 156 juta kasus pneumonia pada anak balita setiap tahun. Terdapat 15
negara dengan insiden pneumonia pada anak balita paling tinggi, Mencakup
74% (115,3%) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya
terdapat di 6 negara, Mencakup 44% populasi anak balita di dunia.
Southeast Asia Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistic
2007 pneumonia merupakan penyebab kematian nomer 6 di Indonesia, nomer
9 di Brunei, nomer 7 di Malaysia, nomer 3 di Singapura, nomer 6 di Thailand,
dan nomer 3 di Vietnam. Insidensi pneumonia komunitas di Amerika adalah 12
kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama
akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. (Anonim, 2009).
Menurut data Riskesdas 2018, prevalens pneumonia (berdasarkan
pengakuan pernah di diagnosa oleh tenaga kesehatan dalam sebulan terakhir
sebelum survei) pada bayi di indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar
provinsi sebesar 0-13,2%. Provensi tertinggi adalah Provinsi Papua (3,5%) dan
Bengkulu (3,4%) Nusa Tenggara Timur (1,3%) sedangkan provinsi lainya di
bawah 1%.
Laporan profil kabupaten/ kota se-Provinsi NTT menemukan cakupan
penemuan dan penanganan Pneumonia pada orang dewasa mengalami fluktuasi
dari tahun 2015-2018. P ada tahun 2015 sebesar 7.048 kasus, berarti target
yang tercapai hanya (19,2 %), selanjutnya pada tahun 2016 meningkat menjadi
45.928 kasus (26,42%) Tahun 2017 telah menjadi penurunan yang sekitar 50%
yaitu menjadi sebesar 3.714 (13%), sedangkan pada tahun 2018 menjadi
sebesar 3.757 (6,03%) berarti telah terjadi penemuan dan penanganan penderita
pneumonia.
Berdasarkan data di RS Bhayangkara Titus Ully Kupang khususnya di
Ruang Cendana periode Januari-Desember 2018 jumlah pasien yang dirawat
sebanyak 356 orang, yang menderita penyakit pneumonia sebanyak 49 orang.
Sedangkan pada bulan Januari-Juni 2019 jumlah pasien yang dirawat sebanyak
orang yang menderita penyakit pneumonia sebanyak 42 orang.
Melihat jumlah presentase pasien dengan pneumonia cukup banyak,
maka pentingnya peran perawat dalam menberikan Asuhan Keperawatan
secara tepat yang dapat membantu dan mengurangi angka kejadian. maka
peran perawat dalam penatalaksanaan atau pencegahan penyakit pneumonia
secara primer yaitu memberikan penberian pendidikan kepada keluarga klien
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia dengan
perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene personal, dan sanitasi
lingkungan. Peran sekunder dari perawat adalah memberikan fisioterapi dada,
nebulisasi, dan latihan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan
Keperawatan pada Tn. A.D dengan Pneumonia di Ruangan Cendana RS
Bhayangkara Titus Ully Kupang”

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. A. D. dengan
pneumonia di RS Bhayangkara Drs. Titus Ully Kupang
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. A.D dengan Pneumonia.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. A.D dengan
Pneumonia.
3. Mampu membuat perencanaan tindakan sesuai dengan diagnosa yang
ditegakan pada pasien Tn. A.D dengan Pneumonia.
4. Mampu melakukan tindakan/implementasi pada pasien Tn. A.D dengan
Pneumonia.
5. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil Asuhan
keperawatan. Pada pasien Tn. A.D dengan Pneumonia.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dalam penulisan karya tulis ini meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan awal teori dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Secara
kompleks pada pasien dengan Pneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi atau kepustakaan dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pengalaman belajar.
b. Rumah Sakit
Sebagai masukan untuk Rumah sakit dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.
c. Pasien/keluarga
Sebagai sumber informasi kesehatan dalam rangka untuk tindakan
pencegahan, serta menambah pengetahuan tentang pneumonia.
d. Mahasiswa
Informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pneumonia


2.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan
bawah akut (ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti Virus, Bakteri,
Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi asing, berupa radang paru-
paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda 2015)
Pneumonia merupakan istilah umum yang menandakan inflamasi
pada daerah pertukaran gas dalam pleura; biasanya mengimplikasikan
inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi. (Caia Francis
2011).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Brunner & suddarth 2012).

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)
1. Pneumonia lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru, Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”
2. Pneumonia lobaris ( Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di
dekatnya, di sebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkialitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah jompo, dengan
adanya PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak, atau paksa
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, Akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, Edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyenbab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme
yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, Protozoa, Parasit, Virus,
Jamur, dan cacing. (NANDA Nic-Noc 2013 dan NANDA Nic-Noc
2015)

2.1.3 Etiologi
a. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit
b. Streptococcus pneumonia dengan penyulit
c. Haemophilus influenzae
d. Staphilococcus aureus
e. Mycoplasma pneumonia
f. Virus patogen
g. Aspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas, Enterobacter,
Eschericia proteus, basil gram positif.
h. Stafilacoccus
i. Aspirasi asa lambung
j. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran
darah, Seperti pada kuman Stafilococcus, E.coli, anaerob enterik

2.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Nanda Nic-Noc (2013) dan Nanda Nic- Noc (2015)
manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan pneumonia adalah :
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan- 3 bulan dengan suhu mencapai
39,0C - 40,50C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan
peka rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningael tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba disertai dengan nyeri
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kerning dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai pada derajat yang lebih besar atau lebih sedikit
melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai
ke tahap pemulihan.
4. Muntah, Anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit
yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya
berlangsung singkat. Tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, Biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dengan nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai dengan infeksi saluran pernafasan.
Mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen,
bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok, auskultasi
terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada
anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan per oral.

2.1.5 Patofisiologi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit
yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas
bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun berseblahan dengan
sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan
terpajam oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang
dihirup. Sterilitas saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme
penyaringan dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia
ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan
aspirasi melalui orofaring tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan eritrosit dan
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran
darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukoasit dan sewaktu
resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan
leukosit beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap hepatitis abu-abu
dan tampak berwarna abu-abu. Kekuningan. Secara perlahan sel darah
merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi
resolusi sempurna. Paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan
kemampuan dalam pertukaran gas.

2.1.6 Patway Pneumonia


2.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut (fakultas kedokteran UI 2012) Dengan
pengunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak prnah dijumpai
komplikasi yang dapat di jumpai adalah : Epiema, Otitis media akut,
komplikasi lain seperti Meningitis, perikarditis, osteolitis, peritonitis
lebih jarang dilihat.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural ( misal: lobar,
bronchial: dapat juga menyatakan abses) luas/infiltrasi, empiema
(stapilacoccus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebatran /perluasan infiltrasi nodul ( lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/ nadi oksimetris : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur, Sputum dan darah : Untuk dapat diambil
biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari
satu organisme ada : Bakteri yang umum meliputi diplococcus
pneumonia, stapilococcus, Aures A-hemolik streptococcus,
hemophlus influenza : CMV. Catatan: keluar sekutum tak dapat di
identifikasi semua organisme yang ada. Keluar darah dapat
menunjukan bakteremia sementaraa.
d. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imum seperti AIDS,
Memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serelogi : mis, Titer virus atau legionella, aglutinin
dingin, membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun ( kongesti dan
kolaps alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
g. Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah
h. Bilirubin : Mungkin meningkat
i. Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan
jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik ( CMP :
karakteristik sel rekayasa (rubela).

2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra
vena) dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,
dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan
entral bertahap memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg
BB/ hari dalam 4 hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/
hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/
hari dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari
dalam 2 kali pemberian ( Arif mansjoer, dkk, 2001).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia
secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia
dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene
personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat
adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan
nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Brunner & suddarth (2012) Proses keperawatan adalah
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.
Merencanakan secara sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
a. Pengumpulan data
Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi
identitasnya, yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa,
tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian, keluhan utama ;
keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan
nafas sesak, Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia
yang sering dijumpai pada waktu anamnese ada klien mengeluh
mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai menggigil, kadang-
kadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu
(takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti
karat dan purulen. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering
diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit
PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat mendasari
timbulnya pneumonia, Riwayat penyakit keluarhga : Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah,
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari 400C,
frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi
biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan, dan apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang
berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan darah
biasanya tidak ada masalah.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisaik pada klien dengan pneumonia
merupakan pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri
atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan
pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering
ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta
adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping
hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-anak. Batuk
dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan
pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan
adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang
purulen. Palpasi : Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi
pernapasan. Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada
saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal. Perkusi : Klien dengan
pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia
menjadi suatu sarang (kunfluens). Auskultasi ; Pada klien dengan
pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah
mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat
meliputi :
Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi
penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak
meringis. Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu
makan, dan penurunan berat badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering
menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Arif Muttaqim (2012) Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret
2. Hipertermi b.d Proses peradangan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat,
4. Nyeri (Akut) b.d Inflamasi parenkim paru, batuk menetap
5. Intoleransi aktifitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai oksigen.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairan berlebihan, penurunan masukan oral.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Arif Mutaqin (2012) :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret
Goal : Selama dalam masa perawatan kebersihan jalan napas pasien
dapat kembali efektif.
Objektif : Selama dalam masa perawatan 3x24 jam diharapkan
kebersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif, Pernapasan
pasien kembali normal, pasien dapat mengeluarkan sekret.
Intervensi : 1. Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau
menurut standar yang ditetapkan R/ Untuk mendeteksi tanda awal
bahaya. 2. Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien. R/
Untuk mmembantu bernapas dan ekspansi dada serta ventilasi
lapangan paru basilar. 3. Bantu Pasien untuk mengubah posisi.
Batuk, dan pernapasan dalam setiap 2 sampai 4 jam. R/ Untuk
membantu pengeluaran sekresi dan mempertahankan potensi jalan
napas. 4. Berikan Cairan (Sekurang-kurangnya 3 liter setiap hari) R/
Untuk memastikan hidrasi yang adekuat dan mencairkan sekresi,
Kecuali dikontraindikasi.
b. Hipertermi b.d Proses peradangan
Goal : Selama dalam proses perawatan suhu tubuh pasien kembali
dalam batas normal
Objektif : Selama dalam tindakan keperawatan 15-25 menit suhu
tubuh pasien kembali dalam batas normal.
Kriteria Hasil: suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C - 37,5
0
C). Nadi dan RR dalam rentang normal (16-20x/ menit) dan tidak
ada pusing.
Intervensi : 1. Pantau suhu tubuh tiap 4 jam atau lebih sering bilah
diindikasikan. R/ mengefaluasi keektifan intervensi. 2. Turunkan
panas yang berlebihan dengan melepaskan kain sebatas pinggang
pada pasien, dan berikan kompres hangat pada aksila dan lipatan
paha R/ Tindakan tersebut meningkatkan kenyamanan dan
penurunan temperatur tubuh.3. Berikan posisi yang nyaman R/
Memberi kenyamanan pada pasien. 4. Anjurkan pasien untuk sering
minum R/ Agar pasien tidak lemas, dan panas cepat turun. 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Obat antipiretik R/
Mempercepat penyembuhan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat
Goal : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi pasien dapat
terpenuhi
Objektif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil: Intake makan meningkat, tidak ada penurunan berat
badab lebih lanjut. Menyatakan perasaan sejahtra
Intervensi: 1. Pantau presentase jumlah makan yang yang di
konsumsi setiap kali makan. Timbang BB setiap hari, R/
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari kemajuan. 2.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum berbau busuk.
Pertahankan kesegaran ruangan R/ bau yang tidak menyenangkan
dapat mempengaruhi napsu makan. 3. Dukung klien untuk
mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
R/peningkatan suhu tubuh meningkat metabolisme, intake protein,
vitamin, mineral dan kalori yang adekuat penting untuk aktivitas
anabolik dan sintesis antibodi.
d. Nyeri (Akut) b.d inflamsi parenkim paru, batuk menetap.
Goal: Klien mengatakan nyeri berkurang selama masa perawatan
Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24
jam diharapkan nyeri akut teratasi.
Kriteria Hasil : Dispnea dan takipnea tidak ada, kesulitan bernapas
tidak ada, akral hangat sianosis, kapiler refil kembali dalam 2-3
detik, gelisah tidak ada, pucat dan sianosis tidak ada TTV : TD
:120/80 mmHg N:60- 100x/menit. RR:16-24x/menit. S:36,50C-
37,50C.
Intervensi: 1. Tentukan karakteristik Nyeri, misalnya tajam,
konstan, selidiki perubahan karakter/lokasi nyeri dan ditusuk. R/
nyeri dada biasanya ada dalambeberapa derajat pada pneumonia, 2.
Pantau tanda vital R/ perubaha frekuensi jantung atau TD
menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan
lain untuk perubahan tanda-tanda vital telah terlihat, 3. Berikan
tindakan nyaman, misalnya. Latihan napas dalam R/ Tindakan non-
analgitik diberikan dengan sentuhan lembut dapat meningkatkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik. 4.
Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. R/ pernapasan mulut
dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran
mukosa, potensial ketidaknyamanan umum. 5. Ajarkan dan bantu
teknik menekan dada selama episode batuk R/ Alat untuk
mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan
keefektifan upaya bentuk 6. Berikan analgesik dan antitusif sesuai
indikasi R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non
produktif/ peroksimal atau menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan istirahat umum.
e. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen.
Goal : pasian akan melaporkan peningkatan toleransi terhadap
aktifitas
Objektif : Selama tindakan 1x24 jam diharapkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : Terjadi peningkatan tonus otot, peningkatan
toleransi aktivitas, tidak ada dispnea dan tanda-tanda vital dalam
batas normal.
Intervensi : 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas R/
Menetapkan bantuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi, 2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
R/menurunkan stres dan rangsangan berlebihan meningkatkan
istirahat. 3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat
R/pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi. 4 Bantu aktivitas
perawatan diri yang diperlukan R/ meminimalkan kekalahan dan
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan
cairab berlebihan, penurunan masukan oral.
Goal : Klien akan mengatakan kebutuhan cairan kembali terpenuhi
selama masa perawatan
Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab,turgor kulit baik, pengisian
kapiler cepat, TTV normal.
Intervensi ;1. Kaji perubahan TTV R/ peningkatan suhu. 2.Kji turgor
kulit R/ indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan
oksigen tambahan.3. Catat laporan mual muntah R/ adanya gejala ini
menurunkan masalah oral. 4. Pantau pemasukan dan haluran R/
Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan tambahan
IV sesuai indikasi. R/ adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan,
penggunaan parentral dapat memperbaik kekerangan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
2.2.5 Evaluasi
a. Pernapasan kembali normal. Pasien dapat mengeluarkan sekret.
b. Hipertermi berkurang atau teratasi
c. Nutrisi terpenuhi ditandai asupan makan meningkat
d. Nyeri berkurang atau tertasi
e. Peningkatan aktivitas
f. Cairan kembali terpenuhi ditandai dengan membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, TTV normal.
2.2.6 Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. D Umur 38 Tahun Dengan Penyakit
Pneumonia Di Bangsal Anggrek Bougenvil Rsud Pandan Arang Boyolali

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 22 Desember 2014 pukul 09.00 WIB di bangsal
Anggrek Bougenvil. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, dan catatan medis.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gumuk RT4 RW6, Sidoharjo, Susukan, Semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 14478102
Tanggal masuk : 14 Desember 2014 16.40
Dx. Medis : Dyspnea dengan CHF pneumonia

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. N
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gumuk RT 04 RW 06, Sidoharjo, Susukan, Semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Hubungan dengan pasien : Kakak

3. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di IGD rujukan dari rumah sakit Simo dengan decomp dengan sesak nafas
2 hari yang lalu, panas sejak 2 minggu yang lalu, batuk disertai dahak ± 2 bulan dan nyeri
tenggorokan.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit Simo dengan keluhan yang sama.
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien, dan juga tidak memiliki hipertensi maupun DM.
7. Pola fungsional
a Pola nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk dan
sayur. Minum ± 1000 ml/hari. Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien mendapatkan diit tinggi protein rendah kalori dari
Rumah Sakit. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dari sebelumnya.
Minum ± 600 ml/jam.
b Pola eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x/hari di pagi hari dengan konsistensi berwarna
coklat dan bau khas feses. Tidak ada masalah dalam BAB. BAK 4-5 x/hari warna
kuning jernih, bau khas urine.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama di Rumah Sakit susah BAB, sudah 2 hari
pasien tidak merasa ingin BAB. BAK ± 5-6 x/hari dengan konsistensi cair warna
kuning jernih dan bau khas urine.
c Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam ± 7-8 jam/hari. Pasien
mengatakan tidak pernah tidur siang.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidur malam ± 5-6 jam /hari. Pasien tidur
siang 4 jam/hari
d Pola pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Pasien mengatakan bila sedang sakit selalu periksa ke rumah sakit.
Persepsi mengenai sakit yang diderita :pasien mengatakan sudah tau sedikit
tentang penyakit yang diderita.
e Pola Toleransi dan Koping Stress
Selama sakit pasien merasa cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, pasien akan meminta
bantuan orang lain.
f Pola hubungan dan Peran
Pasien sebagai ibu rumah tangga, perannya tidak dapat dilakukan selama
sakit. Hubungan selama dirawat di rumah sakit tidak ada gangguan, keluarga
selalu menemani pasien.
g Pola Seksualitas
Pasien sebagai seorang ibu mempunyai 3 orang anak. Pasien tidak
mempunyai penyakit kelamin.
h Pola Nilai dan Kepercayaan
Pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu
datangnya dari Allah dan kita hanya bisa berusaha untuk sembuh. Sebelum sakit
pasien shalat 5 bwaktu di rumah bersama suami dan anak-anaknya. Selama sakit
pasien tetap shalat 5waktu di tempat tidur.
i Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Pasien beraktivitas sehari-hari dan memenuhi ADL secara mandiri
Selama sakit
Pasien mengatakan sesak nafas bila digunakan untuk beraktivitas.
Activity Daily Living 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi / toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √

j Pola Persepsi dan Konsep Diri


Pengetahuan tentang penyakit saat ini : pasien hanya mengetahui sedikit
Perawatan/tindakan yang dilakuka : pasien mengerti
1) Gambaran Diri : Pasien mengatakan saat ini sedang sakit dan mempunyai
keinginan untuk sembuh
2) Ideal Diri
Pasien mengatakan bisa menerima penyakitnya walaupun terkadang merasa
cemas
3) Peran
Keluarga bisa menerima keadaan pasien walaupun peran yang dijalankan
pasien selama sakit menjadi minimal.
4) Identitas
Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dengan 3orang anak yang
masih dalam usia sekolah. Persepsi diri baik walaupun terkadang merasa
cemas berlebih.
5) Harga Diri
Pasien merasa minder dan sedikit menarik diri dari masyarakat karena
penyakit yang dideritanya.
8. pemeriksaan fisik
a keadaan umum : sedang
b kesadaran : compos mentis
c TTV
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7 °C
d Pemeriksaan Head To Toe
1) Mata
konjungtiva anemis, sklera mata ikterik
2) Hidung
simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
3) Mulut
tidak mengalami kelainan konginetal, mukosa bibir lembab
4) Telinga
bentuk dan ukuran simetris antara kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada serumen
5) Kepala
Bentuk kepala mesocepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka
6) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7) Dada
– Pemeriksaan Paru
Inspeksi :
pernapasan cepat, frekuensi pernapasan 24, pengembangan dada sejajar,
simetris, penggunaan otot bantu pernapasan: Dyspnea
Palpasi :
taktil fremitus (getaran) raba kanan dan kiri sama
Perkusi :
sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 5 (batas bawah) (Paru-paru dextra)
sonor dari clavikula (batas atas) – ICS 3 (batas bawah) (Paru-paru
sinistra)
Auskultasi :
terdengar ronki/ cracles (seperti suara gesekan rambut)
– Pemeriksaan Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis tidak tampak pada ics 5
Palpasi :
Ictus cordis teraba 2 cm dari md clavikula sinistra
Perkusi :
bunyi pekak ICS 2 parasternum dextra (batas atas ), ICS 3,4 parasternal
(batas bawah) – jantung kanan
bunyi pekak ICS 2 parasternum sinistra (batas atas ), ICS 6 – jantung
kiri(jantung melebar)
auskultrasi :
BJ 1 terdengar di ICS 5 sinistra dan ICS 3 sinistra parasternum
BJ 2 terdengar di ICS 2 baik sinistra maupun dextra, suara 1-2 reguler,
lemah
8) Abdomen
Inpeksi : abdomen kanan sama dengan kiri
Auskultasi : peristaltik usus 12 x/menit
Palpasi : hepar tidak teraba
Perkusi : bunyi tympani
9) Kulit
Kulit tampak bersih dan elastis
10) Ekstremitas atas
Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm dipasang sejak 14 Desember
2014
11) Ekstremitas bawah
Reflek normal
12) Genetalia
Tidak ada gangguan pada genetalia
9. Data penunjang
a Pemeriksaan EKG pada tanggal 14 Desember 2014
Hasil: HR :96bpm AXIS : 58 deg
R-R : 623 ms RVS : 1.10Mv P-
R : 116 ms sv1 : 1.00 Mv
QRS : 81 ms R+S : 2.18
mV QT : 308 ms
QTC : 390
b Laboratorium pada tanggal 14 Desember 2014
Pemeriksasan Hasil Satuan Harga normal Keterangan
Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 13.7 g/dl 12-16
Leukosit 16.790 H /ul 4800-10.000
LED 35 H /mm 0-20
Hitung jenis sel
Eosinofil% Basofil 10.9 H % 1-3
% Neutrofil batang 0.2 % 0-1
% 0L % 1-6
Neutrofil segmen% 69.8 L % 50-70
Limfosit % Monosit 9.2 L % 20-40
Ht 9.9 H % 2-8
Proitein plasma 40.1 % 37-47
Trombosit g/dl 6-8
Eritrosit 494 H 10 3/ul 150-450
MCV 4.96 10 6/ul 4.2-5.4
MCH 80.8 Fl 80-100
MCHC 27.6 Pg 27-32
RDW 34.2 g/dl 32-36
13.2 %
KIMIA
SGOT 13 u/l <31
SGPT 15 u/l <31

c Pemeriksaan Urine pada tanggal 15 Desember 2014


Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal keterangan
URINE
Urine lengkap
Fisis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Baqu Kimia Khas Khas
Blood
Billirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Benda keton Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Reaksi/pH Negatif 1+/LPB
Berat jenis 7.0 7.6-8.5
Sedimen’ 1.015 1.003-1.030
Epitel
Leukosit 1 (+)
Eritrosit 1 (+) 1+/LPB
Silinder 1 (+) 1+/LPB
Kristal Negatif 1+/LPB
Lain-lain Negatif Negatif/LPK
Negatif
d Pemeriksaan Thorax pada tanggal 24 Desember 2014
Hasil:
Limphadenopathy hilus sinistra DD: massa paru
Pneumonia sinistra lobus superior segment apical posterior
e Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal
BGA paket elektrolit
O2 saturasi (SO2) 98,7 % 94-98
Suhu 37,5 C 36,5-37,5
F1O2 53
pH 7,369 7,35-7,45
PCO2 40,8 mmol 35-45
PO2 148,4 Mmol 80-100
Total CO2 plasma 24,4 Mmol 24-31
(TCO2)
Base excess (Beb) -1,8 Mmol 0-1,25
A-aDO2 Mmol 0-2,1
O2 cap Mmol 10-20
O2 ct Mmol Negatif
HCO3 23,3 Mmol 22-36
Natrium 136,7 Mmol 135-148
Kalsium 3,95 Mmol 3,5-5,3
Ca 0,50 Mmol 1,15-1,27

10. Terapi obat


– Infus RL + Aminophylin 24/ 20 tpm
– O2 5 lpm
– Injeksi Cetriaxon 1 g/12 jam
– Injeksi Dexamethason 5mg/12 jam
– Injeksi Ondansetron 2mg k/p
– Injeksi Omeprazole 40mg /12 jam
– GG 100 mg/24 jam
– Codein 20 mg/24 jam
– Nebulizer forbivent/8 jam

11. Analisa data


Data Fokus Problem Etiologi
DS: pasien mengatakan sesak nafas dan Ketidakefektifan Sekresi mukus
batuk berdahak, tetapi dahak sulit kebersihan jalan nafas
keluar
DO: RR: 24x/menit
Terdengar suara Ronkhi
Tampak ada sekret di lubang hidung
Terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit
Leukosit: 16.790 H/ul
DS: pasien mengatakan sesak nafas, Gangguan pertukaran gas Perubahan membran
lemas sekali dan pusing alveolar
DO: – kapiler (efek
pernapasan cepat, pengembangan dada inflamasi)
sejajar, simetris, penggunaan otot bantu
pernapasan: Dyspnea
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
konjungtiva anemis, sklera mata
ikterik
Leukosit: 16.790 H/ul

DS : Pasien mengatakan sesak nafas Intoleransi activitas Gangguan


bila beraktivitas pertukaran gas
DO : sekunder
Pasien tampak lemah
Activity Daily 0 1 2 3 4
Living
Makan / minum √
Mandi / √
toileting
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √
DS: pasien mengatakan cemas dan Cemas Kondisi dan
bingung kebutuhan tindakan
DO: pasien tampak cemas
TD:150/90 mmHg
N : 88 x/menit
RR 24 x/menit
S: 36,7 °C

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
3. Intoleransi aktivitas b/d gangguan pertukaran gas sekunder
4. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi / a. Takipnea, pernapasan dangkal,

tindakan keperawatan kedalaman pernapasan dan gerakan dada tak simetris

selama 3 x 24 jam, dan gerakan dada. sering terjadi karena

diharapkan bersihan ketidaknyamanan gerakan dinding

jalan nafas menjadi dada dan/atau cairan paru.

efektif dengan kriteria b. Auskultasi area paru, b. Penurunan aliran udara terjadi

hasil : catat area penurunan pada area konsolidasi dengan

a. Jalan nafas bersih /tak ada aliran udara cairan. Bunyi napas bronkial

b. Tak ada dispnea dan bunyi napas (normal pada bronkus) dapat juga

c. Tidak sianosis adventisius, mis: terjadi pada area konsolidasi.

krekels, mengi. Krekels, ronki, dan mengi

terdengar pada inspirasi dan/atau

ekspirasi pada respons terhadap

pengumpulan cairan, sekret

kental, dan spasme jalan

napas/obstruksi.

c. Bantu pasien latihan c. Napas dalam memudahkan

napas sering. ekspansi maksimum paru-

Tunjukkan/bantu paru/jalan napas lebih kecil. Batuk


pasien mempelajari adalah mekanisme pembersihan

melakukan batuk, mis: jalan napas alami, membantu silia

menekan dada dan untuk mempertahankan jalan

batuk efektif napas paten. Penekanan

sementara posisi menurunkan ketidaknyamanan

duduk tinggi. dada dan posisi duduk

memungkinkan upaya napas lebih

dalam dan lebih kuat.

d. Lakukan penghisapan d. Merangsang batuk atau

sesuai indikasi. pembersihan jalan napas secara

mekanik pada pasien yang tak

mampu melakukan karena batuk

tak efektif atau penurunan tingkat

kesadaran.

e. Berikan cairan e. Cairan (khususnya yang hangat)

sedikitnya 2500 memobilisasi dan mengeluarkan

ml/hari (kecuali sekret.

kontraindikasi).

Tawarkan air hangat

daripada dingin.

f. Kolaborasi pemberian f. Alat untuk menurunkan spasme

obat sesuai indikasi: bronkus dengan mobilisasi sekret.


mukolitik, Analgesik diberikan untuk

ekspektoran, memperbaiki batuk dengan

bronkodilator, menurunkan ketidaknyamanan

analgesik. tetapi harus digunakan secara hati-

hati, karena dapat

menurunkan upaya

batuk/menekan pernapasan.

2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi, a. Manifestasi distres pernapasan

tindakan keperawatan kedalaman, dan tergantung pada/indikasi derajat

selama 3x24jam kemudahan bernapas. keterlibatan paru dan status

diharapkan dapat kesehatan umum.

menunjukan b. Observasi warna kulit, b. Sianosis kuku menunjukkan

perbaikan ventilasi, membran mukosa, dan vasokontriksi atau respon tubuh

dengan kriteria kuku, catat adanya terhadap demam/menggigil.

hasil: sianosis perifer (kuku) Namun sianosis daun telinga,

a. oksigenasi atau sianosis sentral membran mukosa, dan kulit

jaringan dengan (sirkumoral). sekitar mulut menunjukkan

GDA dalam hipoksemia sistemik.


rentang normal c. Awasi suhu tubuh, c. Demam tinggi (umum pada

b. tak ada gejala sesuai indikasi. Bantu pneumonia bakterial dan

distres tindakan kenyamanan influenza) sangat meningkatkan

pernapasan. untuk menurunkan kebutuhan metabolik dan

demam dan menggigil, kebutuhan oksigen dan

mis: selimut tambahan, mengganggu oksigenasi seluler.

suhu ruangan nyaman,

kompres hangat atau

dingin.

d. Tinggikan kepala dan d. Tindakan ini meningkatkan

dorong sering inspirasi maksimal,

mengubah posisi meningkatkan pengeluaran sekret

(fowler atau semi untuk memperbaiki ventilasi.

fowler), napas dalam

dan batuk efektif.

e. Berikan terapi oksigen e. Tujuan terapi oksigen adalah

dengan benar, mis: mempertahankan PaO2 di atas 60

dengan nasal prong, mmHg. Oksigen diberikan

masker, masker dengan metode yang memberikan

Venturi. pengiriman tepat dalam toleransi

pasien.

f. Awasi GDA, nadi f. Mengevaluasi proses penyakit


oksimetri. dan memudahkan terapi paru.

3. Intoleransi aktivitas b/d gangguan pertukaran gas sekunder

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasionalisasi

Hasil

Setelah dilakukan a. Evaluasi respons pasien a. Menetapkan kemampuan

tindakan keperawatan terhadap aktivitas. /kebutuhan pasien dan

selama 3x24jam Catat laporan dispnea, memudahkan pilihan intervensi.

diharapkan dapat peningkatan

menunjukan kelemahan/kelelahan

peningkatan toleransi dan perubahan tanda

terhadap vital selama dan setelah

aktivitas, dengan aktivitas.

kriteria hasil : b. Berikan lingkungan b. Menurunkan stres dan

a. Tak ada dispnea tenang dan batasi rangsangan berlebihan,

b. Tak ada pengunjung selama meningkatkan istirahat.

kelemahan fase akut sesuai

berlebih indikasi. Dorong

c. Tanda vital dalam penggunaan

rentang normal manajemen stres dan

pengalih yang tepat.


c. Jelaskan pentingnya c. Tirah baring dipertahankan

istirahat dalam rencana selama fase akut untuk

pengobatan dan menurunkan kebutuhan

perlunya keseimbangan metabolik, menghemat energi

aktivitas dan istirahat. untuk penyembuhan. Pembatasan

aktivitas ditentukan dengan

respons individual pasien

terhadap aktivitas dan perbaikan

kegagalan pernapasan.

d. Bantu pasien memilih d. Pasien mungkin nyaman dengan

posisi nyaman untuk kepala tinggi, tidur di kursi, atau

istirahat dan/atau tidur. menunduk ke depan meja atau

bantal

e. Bantu aktivitas e. Meminimalkan kelelahan dan

perawatan diri yang membantu keseimbangan suplai

diperlukan. Berikan dan kebutuhan oksigen.

kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase

penyembuhan.
4. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasionalisasi

Hasil

Setelah dilakukan a. Kaji fungsi a. untuk mengetahui gangguan

tindakan keperawatan normal pada paru

selama 3x24jam paru b. mengetahui aspek

diharapkan rasemas b. Diskusikan ketidakmampuan

berkurang, dengan aspek dari penyakit

kriteria hasil : ketidakmampua

a. Menyatakan n dari penyakit,

permahaman lamanya

kondisi proses penyembuhan

penyakit dan dan harapan

pengobatan kesembuhan c. memberikan informasi

b. Melakukan c. Berikan kepada pasien

perubahan pola pengetahuan

hidup dalam bentuk

tertulis dan

verbal

d. Tekankan

pentingnya d. membantu melonggarkan

melanjutkan jalan nafas

batuk efektif
e. Tekankan

perlunya

melanjutkan e. membantu proses

terapi antibiotik penyembuhan

selama periode

yang dianjurkan

D. IMPLEMENTASI
Tanggal/jam No Tindakan Respon paraf
DX
22 1,2,3,4 Monitoring TTV DS: pasien mengatakan sesak nafas dan
Desember batuk berdahak
2014/ DO: TD:150/90 mmHg, N: 88x/menit,
09.00WIB S: 36,7oC, RR: 24x/menit
10.00 WIB 1,2 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas setelah diberikan posisi ½
duduk
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit disertai suara
ronki/cracles, terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis
10.00 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan iya
Injeksi Cetriaxon 1 DO: tidak alergi terhadap obat yang
gram telah diberikan
Inj Dexamethason 5
mg
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer

10.30 WIB 3 Menganjurkan pasien DS: pasien mengatakan ia hanya dapat


untuk beraktivitas bergerak miring kiri dan kanan
sedang diatas tempat DO: aktivitas pasien dibantu keluarga,
tidur KU sedang, tampak sesak nafas apabila
kanul O2 dilepas

12.30 WIB 1 Mengajarkan teknik DS: pasien mengatakan setelah


batuk efektif diajarkan teknik ini pasien dapat
mengeluarkan dahaknya
DO: jumlah sputum 1 cc, warna putih
kental, suara nafas ronki/cracles,
terpasang O2 5 liter/menit
16.55WIB 1,2,3 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Ambroxol dalam nafas, batuk berdahak
nebulizer DO: tidak alergi terhadap obat yang
telah diberikan
22.30 WIB 1,2,3 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Inj Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer
23
Desember
2014
08.00WIB 1,2,3 Monitoring TTV DS: pasien mengatakan sesak nafas dan
batuk berdahak
DO: TD:140/90 mmHg, N: 86x/menit,
S: 36,5oC, RR: 24x/menit
10.00 WIB 1,2 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas setelah diberikan posisi ½
duduk
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit disertai suara
ronki/cracles, terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis

10.00 WIB 4 Mengkaji tingkat DS: pasien mengatakan cemas dengan


pengetahuan pasien penyakit yang dideritanya
DO: pasien tampak cemas
10.00 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Inj Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer

10.30 WIB 3 Menganjurkan pasien DS: pasien mengatakan ia hanya dapat


untuk beraktivitas bergerak miring kiri dan kanan
sedang diatas tempat DO: aktivitas pasien dibantu keluarga,
tidur KU sedang, tampak sesak nafas apabila
kanul O2 dilepas
12.30 WIB 1 Mengajarkan teknik DS: pasien mengatakan setelah
batuk efektif diajarkan teknik ini pasien dapat
mengeluarkan dahaknya
DO: jumlah sputum 2 cc, warna putih
kental, suara nafas ronki/cracles,
terpasang O2 5 liter/menit
16.55WIB 1,2,3 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Ambroxol dalam nafas, batuk berdahak
nebulizer DO: bunyi nafas ronki/cracles

18.30 WIB 1 Menganjurkan pasien DS: pasien mengatakan setelah banyak


untuk banyak minum minum dahaknya sudah mulai encer
tidak terlalu kental
DO: wajah pasien tampak rileks
22.30 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan masih sesak
Injeksi Cetriaxon 1 g nafas, batuk berdahak
Injeksi Dexamethason DO: tidak alergi terhadap obat yang
5mg telah diberikan
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer

24 1,2,3,4 Monitoring TTV DS: pasien mengatakan sesak nafas


desember DO: TD: 130/90mmHg
2014 N: 88x/menit
S: 36,7oc
R: 24x/menit
10.45 WIB 1,2,3 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit, terpasang kanul O2 5
liter/menit

11.10 WIB 4 Memberikan DS: pasien mengatakan sudah mengerti


pengetahuan tentang DO: pasien tampak paham
penyakit yang
diderita pasien
11.25 WIB 2 Menganjurkan pasien DS: pasien mengatakan iya
untuk bedrest total DO: pasien tampak lebih rileks
13.30 WIB 1,2 Melatih pasien untuk DS: pasien mengatakan bersedia
nafas dalam DO: pasien tampak lebih tenang
16.00 WIB 1,2,3 Memberikan obat DS: Pasien mengatakan Iya
Ambroxol dalam DO: tampak masih sesak nafas karena
nebulizer obstruksi jalan nafas
Bunyi nafas ronki
20.30 WIB 3 Menganjurkan pasien DS: Pasien mengatakan Iya
untuk beraktivitas DO: Pasien terlihat mencoba melakukan
sedang diatas tempat aktivitas ringan diatas tempat tidur
tidur
22.30 WIB 1,2,3 Menganjurkan pasien DS:pasien mengatakan iya
bedrest DO:Pasien Kooperatif

E. Evaluasi
Tanggal/Waktu No DX Evaluasi paraf
22 Desember 1 S : Pasien mengatakan mengatakan masih sesak nafas
2014 O: TD:150/90 mmHg,
N: 88x/menit,
S: 36,7oC,
RR: 24x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Lakukan batuk efektif
- Posisikan semi fowler
- Pertahankan pemberian O2
2 S : Pasien mengatakan sesak nafas dikarenakan sputum
menghalangi jalan nafas
O : Tidak ada cyanosis
- Terpasang kanul O2 5L/menit
- Pernafasan cuping hidung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

3 S : Pasien mengatakan masih dibantu oleh keluarga dalam


melakukan aktivitas sehari hari
O : Pasien nampak dibantu oleh keluarganya dalam
melakukan aktivitas sehari hari seperti ( makan , minum ,
mandi , BAB/BAK )
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
4 S : Pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit
yang dideritanya
O : Pasien tampak cemas dan bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya
- Berikan informasi tentang penyakit yang
dideritanya
23 Desember 1 S : Pasien mengatakan belum ada perubahan dan masih
2014 sesak nafas serta masih sering batuk
O: TD:140/90 mmHg, N: 86x/menit, S: 36,5oC, RR:
24x/menit
- Nafas pasien nampak tidak teratur dan batuk
berdahak jumlah sputum 3 cc, warna putih kental,
suara nafas ronki/cracles,
- Pasien tampak sesak nafas apabila kanul O2
dilepas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Berikan posisi semi fowler
- Berikan terapi sesuai advice dokter
- Kolaborasi dalam pemberian nasal kanul O2
5L/menit

2 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas dan batuk


berdahak sehingga pasien sulit bernafas
O: Tampak ada sekret menutupi jalan nafas , RR:
24x/menit,N : 90x/menit
A: Masalah teratasi sebagian P:
Lanjutkan Intervensi

3 S : Pasien mengatakan masih sama dengan hari hari


biasanya bahwa untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
masih dibantu oleh keluarganya
O : Pasien nampak masih nampak tergantung pada
keluarga dalam memenuhi kebutuhan ADL nya.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Batasi aktivitas pada pasien
- Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien
dalam melakukan aktivitas yang ringan
- Menganjurkan pasien untuk bedrest total
4 S : Pasien mengatakan sedikit mengerti tentang penyakit
yang dideritanya
O : Pasien tampak masih sedikit cemas A
: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji pengetahuan tentang penyakit yang diderita
pasien
24 Desember 1 S : Pasien mengatak sesak nafas sudah berkurang namun
2014 batuk nya masih sedikit sedikit namun sering
O : - Pasien nampak masih batuk dan sesak nafas sudah
berkurang
- Suara nafas ronchi/cracles, tampak keluar sekret
2cc
- Pasien masih nampak menggunakan nasal kanul
O2 5L/menit
- RR : 24x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutakan Intervensi ( Rujuk ke RSDM Solo )

2 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas karena masih ada


dahak di tenggorokan
O: Terpasang kanul O2 4L/menit, RR : 22x/menit,N :
80x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi ( Rujuk ke RSDM Solo)

3 S : Pasien mengatakan mencoba melakukan aktifitas


ringan untuk memenuhi ADL
O : Pasien nampak mencoba melakukan aktifitas ringan
namun masih didampingi oleh pihak keluarga
TD : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5OC
RR: 24x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi ( Rujuk ke RSDM Solo )
4 S : Pasien mengatakan sedikit mengetahui tentang
penyakit yang diderita pasien
O : Pasien tampak masih cemas A
: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi ( Rujuk ke RSDM Solo )
BAB III
PENUTUP

A. Saran
Informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan Pneumonia.

B. Kesimpulan

Kejadian bencana asap yang diakibatkan kebakaran hutan sudah beberapa kali
terjadi di Indonesia Gangguan asap tersebut juga berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat seperti munculnya gangguan pneumonia. Pneumonia adalah salah satu
penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai
dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycroplasma
(fungil), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi.
DAFTAR ISI

Corwin, Elizabet J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC, Jakarta


Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), rencana asuhan keperawatan, edisi 3, EGC.
Jakarta
Depkes. 2013. Penyajian Pokok-pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Di
unduh dari
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/pokok2%20hasil20riskesdas
%202013.pdf, Di aksesPada 23 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai