Disusun Oleh :
Kelompok 5
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengembangan mahasiswa dengan baik.
Judul makalah kami adalah “Penyakit Pneumonia Akibat Kebakara Hutan”.
Dalam pembuatan makalah ini, tidak lupa kami sampaikan terimah kasih kepada
Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II ibu Ns. Juni Simarmata, S.Kep. M.Kep.,
yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, terdapat kesalahan-kesalahan yang membuat makalah ini
tidak sempurna. Sekian dulu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam penulisan ada
kata-kata yang kurang mengenai hati. Terima kasih.
Penulis kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 3
B. Tujuan Penulisan...............................................................................................4
C. Manfaat Penulisan............................................................................................ 5
D. Metode penulisan..............................................................................................5
E.Sistematika penulisan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................6
A. Konsep Pneumonia............................................................................................6
1. Pengertian....................................................................................................... 6
2. Klasifikasi........................................................................................................6
3. Etiologi.............................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis........................................................................................... 8
5. Patofisiologi.....................................................................................................9
6. Komplikasi.................................................................................................... 11
7. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................11
8. Penatalaksanaan........................................................................................... 12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................13
1. Pengkajian.....................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................ 15
3. Intervensi Keperawatan...............................................................................16
4. Implementasi Keperawatan.........................................................................19
5. Evaluasi..........................................................................................................19
6. Asuhan Keperawatan pada pasien Ny. D...................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)
1. Pneumonia lobaris, Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru, Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”
2. Pneumonia lobaris ( Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada di
dekatnya, di sebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkialitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, Gram negative pada pasien di rumah jompo, dengan
adanya PPOK, Penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak, atau paksa
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada tiga faktor yaitu: Tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, Penumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, Akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, Edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyenbab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme
yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, Protozoa, Parasit, Virus,
Jamur, dan cacing. (NANDA Nic-Noc 2013 dan NANDA Nic-Noc
2015)
2.1.3 Etiologi
a. Streptococcus pneumonia tanpa penyulit
b. Streptococcus pneumonia dengan penyulit
c. Haemophilus influenzae
d. Staphilococcus aureus
e. Mycoplasma pneumonia
f. Virus patogen
g. Aspirasi basil gram negatif, klebsiela, pseudomonas, Enterobacter,
Eschericia proteus, basil gram positif.
h. Stafilacoccus
i. Aspirasi asa lambung
j. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran
darah, Seperti pada kuman Stafilococcus, E.coli, anaerob enterik
2.1.5 Patofisiologi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit
yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas
bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun berseblahan dengan
sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan
terpajam oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang
dihirup. Sterilitas saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme
penyaringan dan pembersihan yang efektif.
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme penyebab pneumonia
ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan
aspirasi melalui orofaring tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan eritrosit dan
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran
darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
eritrosit. Kuman pneumococcus difagosit oleh leukoasit dan sewaktu
resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan
leukosit beserta kuman. Paru masuk ke dalam tahap hepatitis abu-abu
dan tampak berwarna abu-abu. Kekuningan. Secara perlahan sel darah
merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi
resolusi sempurna. Paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan
kemampuan dalam pertukaran gas.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 1-2L/ menit
2) IVFD (Intra venous fluid Drug) / ( pemberian obat melalui intra
vena) dekstrose 10 % : NaCI 0,9% = 3:1, + KCL 10 meq / 500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,
dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan
entral bertahap memulai selang nasogastrik dengan feding drip.
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transpormukossiller.
5) Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
6) Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan
7) Untuk kasus pneumonia komuniti base : Ampicilin 100 mg/ kg
BB/ hari dalam 4 hari pemberian, Kloramfenicol 75 mg /kg BB/
hari dalam 4 hari pemberian.
8) Untuk kasus pneumonia hospital base : Cefotaxim 100 mg/kg BB/
hari dalam 2 kali pemberian, Amikasim 10-15 mg/ kg BB/ hari
dalam 2 kali pemberian ( Arif mansjoer, dkk, 2001).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia
secara primer yaitu memberikan pendidikan kepada keluarga klien
untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia
dengan perlindungan kasus dilakukan melalui imunisasi, hygiene
personal, dan sanitasi lingkungan. Peran sekunder dari perawat
adalah memberikan fisioterapi dada, nebulasi, suction, dan latihan
nafas dalam dan batuk efektif agar penyakit tidak kembali kambuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 22 Desember 2014 pukul 09.00 WIB di bangsal
Anggrek Bougenvil. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, dan catatan medis.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gumuk RT4 RW6, Sidoharjo, Susukan, Semarang
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 14478102
Tanggal masuk : 14 Desember 2014 16.40
Dx. Medis : Dyspnea dengan CHF pneumonia
3. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di IGD rujukan dari rumah sakit Simo dengan decomp dengan sesak nafas
2 hari yang lalu, panas sejak 2 minggu yang lalu, batuk disertai dahak ± 2 bulan dan nyeri
tenggorokan.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit Simo dengan keluhan yang sama.
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien, dan juga tidak memiliki hipertensi maupun DM.
7. Pola fungsional
a Pola nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 3x sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk dan
sayur. Minum ± 1000 ml/hari. Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien mendapatkan diit tinggi protein rendah kalori dari
Rumah Sakit. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dari sebelumnya.
Minum ± 600 ml/jam.
b Pola eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x/hari di pagi hari dengan konsistensi berwarna
coklat dan bau khas feses. Tidak ada masalah dalam BAB. BAK 4-5 x/hari warna
kuning jernih, bau khas urine.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama di Rumah Sakit susah BAB, sudah 2 hari
pasien tidak merasa ingin BAB. BAK ± 5-6 x/hari dengan konsistensi cair warna
kuning jernih dan bau khas urine.
c Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur malam ± 7-8 jam/hari. Pasien
mengatakan tidak pernah tidur siang.
Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidur malam ± 5-6 jam /hari. Pasien tidur
siang 4 jam/hari
d Pola pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Pasien mengatakan bila sedang sakit selalu periksa ke rumah sakit.
Persepsi mengenai sakit yang diderita :pasien mengatakan sudah tau sedikit
tentang penyakit yang diderita.
e Pola Toleransi dan Koping Stress
Selama sakit pasien merasa cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
Bila ada masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, pasien akan meminta
bantuan orang lain.
f Pola hubungan dan Peran
Pasien sebagai ibu rumah tangga, perannya tidak dapat dilakukan selama
sakit. Hubungan selama dirawat di rumah sakit tidak ada gangguan, keluarga
selalu menemani pasien.
g Pola Seksualitas
Pasien sebagai seorang ibu mempunyai 3 orang anak. Pasien tidak
mempunyai penyakit kelamin.
h Pola Nilai dan Kepercayaan
Pola spiritual pasien baik karena pasien mengatakan bahwa sakit itu
datangnya dari Allah dan kita hanya bisa berusaha untuk sembuh. Sebelum sakit
pasien shalat 5 bwaktu di rumah bersama suami dan anak-anaknya. Selama sakit
pasien tetap shalat 5waktu di tempat tidur.
i Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Pasien beraktivitas sehari-hari dan memenuhi ADL secara mandiri
Selama sakit
Pasien mengatakan sesak nafas bila digunakan untuk beraktivitas.
Activity Daily Living 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi / toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
3. Intoleransi aktivitas b/d gangguan pertukaran gas sekunder
4. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan a. Kaji frekuensi / a. Takipnea, pernapasan dangkal,
efektif dengan kriteria b. Auskultasi area paru, b. Penurunan aliran udara terjadi
a. Jalan nafas bersih /tak ada aliran udara cairan. Bunyi napas bronkial
b. Tak ada dispnea dan bunyi napas (normal pada bronkus) dapat juga
napas/obstruksi.
kesadaran.
kontraindikasi).
daripada dingin.
menurunkan upaya
batuk/menekan pernapasan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
Hasil
dingin.
pasien.
Hasil
menunjukan kelemahan/kelelahan
kegagalan pernapasan.
bantal
kemajuan peningkatan
penyembuhan.
4. Cemas b/d Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
Hasil
permahaman lamanya
tertulis dan
verbal
d. Tekankan
batuk efektif
e. Tekankan
perlunya
selama periode
yang dianjurkan
D. IMPLEMENTASI
Tanggal/jam No Tindakan Respon paraf
DX
22 1,2,3,4 Monitoring TTV DS: pasien mengatakan sesak nafas dan
Desember batuk berdahak
2014/ DO: TD:150/90 mmHg, N: 88x/menit,
09.00WIB S: 36,7oC, RR: 24x/menit
10.00 WIB 1,2 Memberikan posisi DS: pasien mengatakan tidak terlalu
semi fowler sesak nafas setelah diberikan posisi ½
duduk
DO: tampak tidak terlalu sesak nafas,
RR: 24x/menit disertai suara
ronki/cracles, terpasang kanul O2 5
liter/menit, tidak sianosis
10.00 WIB 1,2,3,4 Memberikan obat: DS: pasien mengatakan iya
Injeksi Cetriaxon 1 DO: tidak alergi terhadap obat yang
gram telah diberikan
Inj Dexamethason 5
mg
Injeksi Omeprazole
40mg
Ambroxol dalam
nebulizer
E. Evaluasi
Tanggal/Waktu No DX Evaluasi paraf
22 Desember 1 S : Pasien mengatakan mengatakan masih sesak nafas
2014 O: TD:150/90 mmHg,
N: 88x/menit,
S: 36,7oC,
RR: 24x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Lakukan batuk efektif
- Posisikan semi fowler
- Pertahankan pemberian O2
2 S : Pasien mengatakan sesak nafas dikarenakan sputum
menghalangi jalan nafas
O : Tidak ada cyanosis
- Terpasang kanul O2 5L/menit
- Pernafasan cuping hidung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
A. Saran
Informasi dan data tambahan dalam penelitian selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan Pneumonia.
B. Kesimpulan
Kejadian bencana asap yang diakibatkan kebakaran hutan sudah beberapa kali
terjadi di Indonesia Gangguan asap tersebut juga berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat seperti munculnya gangguan pneumonia. Pneumonia adalah salah satu
penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai
dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycroplasma
(fungil), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi.
DAFTAR ISI