Anda di halaman 1dari 46

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

KEPERAWATAN MEDIKAL
Diajukan guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
dengan dosen pegajar Ns. John Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh
Ni Putu Yuliana
Permatasari NIM
182310101139
Kelas C 2018

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru)”
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak,maka
dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. John Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Dosen Penanggung Jawab
Matakuliah Dasar Keperawatan Medikal
2. Ns. John Hafan S., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Dosen Pengajar tugas Dasar
Keperawatan Medikal
3. Keluarga dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat,
dukungan dan doa
Akhir kata dengan kerendahan hati serta kesadaran menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka, masukan dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bondowoso, 21 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................5
Latar Belakang.....................................................................................................5
Epidemologi.........................................................................................................6
Rumusan Masalah................................................................................................6
Tujuan...................................................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum..........................................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus.........................................................................................7
BAB 2. KONSEP DASAR TEORI.........................................................................8
Anatomi dan Fisiologis........................................................................................8
Definisi TB Paru...................................................................................................9
Etiologi...............................................................................................................10
Faktor Resiko.....................................................................................................10
Manisfestasi Klinis.............................................................................................12
Patofisiologi........................................................................................................13
Pathway..............................................................................................................13
Pemeriksaan Penunjang......................................................................................14
Pengobatan Farmakologi dan Non-farmakologi................................................16
Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................22
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................28
Pengkajian..........................................................................................................28
3.3 Analisis data.................................................................................................32
Diagnosa Keperawatan.......................................................................................34
3.4 Intervensi Keperawatan................................................................................35
Implementasi Keperawatan................................................................................39
Evaluasi Keperawatan........................................................................................43
BAB 4. PENUTUP................................................................................................45
Kesimpulan.........................................................................................................45
Saran...................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara global penyakit tuberculosis merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberculosis. Tuberculosis termasuk
kedalam golongan penyakit menular yang telah benyak menyabkan
kematian. Penyebaran TBC dapat terjadi melalui udara yang sudah
terkontaminasi oleh mikrobakterium tuberculosis. Perkembangan faktor
resiko dari penyakit ini bervariasi pada setiap individunya yang
dipengaruhi oleh waktu sejak terjadinya infeksi, usia dan faktor kekebalan
(Kemenkes 2011).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan


oleh mycrobacterium tuberculosis yang menyebabkan kerusakan pada
paru. TB paru dapat menimbulkan gangguan berupa batuk, sesak nafas
bahkan dapat menjalar ke tulang, otak maupun organ lainnya (Zettira and
Sari 2017).

Anual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) merupakan resiko


dari penularan penyakit tuberculosis pada setiap tahunnya. Jumlah kasus
TB di indonesia berada pada urutan ke 5 tertinggi di dunia. Diperkirakan
jumlah keseluruhan kasus TB yaitu 660.000 kasus. Global tubrculosis
report menyatakan berdasarkan hasil pengukuran langsung angka
kematian akibat TB terjadi di 129 negara termasuk indonesia dengan
angka kematian tertinggi. Pda tahun 2004 petambahan jumlah penderita
baru TB sekitar 250.000 dan terjadi kematian setiap tahunnya sekitar
140.000. Dari prevalensi tersebut penyakit TB merupakan penyakit infeksi
yang menjadi ancaman bagi penduduk Indonesia (Kemenkes 2011).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan penderita TB terus


meningkat antara lain faktor ekonomi yang rendah ketidakberhasilan
dalam upaya pecegahanan, sarana kesehatan yang kurang, tata laksana
kasus serta beberapa usaha lainnya yang belum maksimal. Oleh karena itu
kasus TB ini dapat diminimalkan dengan cara melakukan pencegahan
untuk dapat meminimaisir penyebaran peyakit infeksi menular ini.

1.2 Epidemologi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit tropis infeksi yang dapat
menyerang paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.
penyakit ini sudah menjadi penyakit yang menyerang sepertiga penduduk
di dunia. Menurut Widoyo dalam WHO, 1993 mengatakan kasus TB
sebanyak 9 juta kasus pertahun dengan julah kematian sebanyak 3 juta
pertahun. Terdapat 95% kasus TB paru didunia dan dari jumlah tersebut
terdapat 98% kematian. Pada tahun 2016 diperkirakan 10,4 juta orang
jatuh sakit dengan TB dimana 90% diantaranya adala orang dewasa, 65%
adalah laki-laki dan 10 % adalah orang yang hidup dengan menderita
penyakit dimana 70% berada di Afrika dan 56% berada di 5 negara yaitu
India, Indonesia, China, Filiphina dan Pakistan (WHO,2017).
Menurut WHO (2010) Indonesia saat ini berada pada peringkat
kelima dengan negara yang memiliki beban tertinggi terkait masalah TB
paru di dunia. Prevalensi kasus TB sebesar 660.000 dan berjumlah
430.000 kasus per tahunnya. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
sebesar 60.000 kematian per tahun. Di Indonesia yang melakukan
pengobatan ulang sebanyak 5.687 kasus dan 65,2% diantaranya adalah
kasus kambuh. Kasus kematian dan kesakitan dimasyarakat diderita oleh
orang pada umur produktif dari 15-54 tahun.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana review anatomi fisiologi dari system pernapasan?
2. Apa definisi dari Tuberkulosis paru?
3. Apa etiologi dari Tuberkulosis paru?
4. Apa faktor resiko dari Tuberkulosis paru?
5. Bagaimana patofisiologi dari
6. Apa saja manifestasi klinis dari Tuberkulosis paru?
7. Bagaimana pathway dari Tuberkulosis paru?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Tuberkulosis paru?
9. Apa saja pengobatan farmakologi dan non farmakologi Tuberkulosis
paru?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Tuberkulosis paru?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis paru?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
pasien Tuberkulosis paru.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada system pernafasan
2. Untuk mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru
3. Untuk mengetahui etiologi dari Tuberkulosis paru
4. Untuk mengetahui faktor resiko dari Tuberkulosis paru
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Tuberkulosis paru
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Tuberkulosis paru
7. Untuk mengetahui pathway dari Tuberkulosis paru
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Tuberkulosis paru
9. Untuk mengetahui pengobatan fakmakologi dan non farmakoogi dari
Tuberkulosis paru
10. Untuk mengetahui Konsep asuhan keperawatan dari Tuberkulosis
paru
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis
paru
BAB 2. KONSEP DASAR TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologis

Gambar 1.1 Paru – paru

Pulmo (paru) adalah organ penting dari respirasi yang merupakan


salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangatlah
lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Paru terletak pada rongga
dada dekat dengan letak organ jantung dan dilindungi oleh tulang rusuk
yang diselimuti oleh selaput ganda pleura. Paru terdiri dari beberapa baian
antara lain trakea, bronkus pimer, bronkiolus dan alveoli yang merupakan
unit fungsional dari paru yag berfugsi sebagai tempat pertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam system respirasi (Puspita, dkk 2016).

Gambar 1.2 Anatomi Paru


Paru – paru terdiri atas gelembung (alveoli) ysng terdiri dari sel
epitel dan endotel. Paru pada bagian kiri memiliki dua lobus, sedangkan
pada bagian kanan memiliki tiga lobus. Paru bekerja secara otonom
yang artinya tidak ada yang mempengaruhi aktivitasnya. Kekuatan
otonom yang dimiliki paru sebesar 14-16 kali pernapasan permenit.
Dalam satu kali ernapasan sama dengan satu kali inspirasi dan
ekspirasi(Zettira and Sari 2017).
Pada saat insirasi dimana ketik udara masuk ke dalam paru-paru,
otot antar tulang rusuk akan berkontraksi dan terangkat sehingga
volume rongga dada bertambah besar, sedangkan tekanan rongga dada
mejadi lebih kecil dari tekanan udara luar. Yang akan terjadi adalah
udara akan mengalir dari luar ke dalam paru-paru (Kemenkes 2011).
Pada saat peoses ekspirasi dimana ketika udara kluar dari paru-
paru otot antar tulang rusuk akan kembali pada posisi semula shinga
volume rongga dada akan mengecil dan tekanan akan membesar.
Tekanan ini akan mendesak ddinding paru sehinggaa rongga paru
membesar. Keadaan ini yang menyebabkan udara dalam ongga
tedorong keluar.

2.2 Definisi TB Paru


Tuberkulosis paru merupakan sebuah penyakit tropis infeksius
yang menyerang paru yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar kebagian tubuh lain seperti
ginjal, tulang, meningen, dan nodus limfe (Zettira and Sari 2017).
Tuberkulosis adlah infeksi menular yang disebakan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini paling sering menyerang organ paru
dengan sumber penularan. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran
pernafasan dan saluran pencernaan serta adanya luka terbuka pada kulit.
2.3 Etiologi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal sebagai batang tahan asam (BTA)
yang penularannya bersumber dari penderita tuberculosis BTA positif
pada saat batuk maupun bersin. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap
virule dalam beberapa minggu dengan keadaan kering akan tetapi alam
bentuk cairan ati dengan suhu 60°c dalam jangka waktu 15-20 menit.
Fraksi protein tuberculosis dapat menyebabkan nekrosis jaringan
sedangkan lemak menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel (Pratiwi,
Roosihermiatie, and Hargono 2012).
Basil tidak bersora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan
sinar matahari dan ultraviolet. Terdapat dua macam microbacterium
tuberculosis yaitu human dan bovin. Bovi tipe human dapat ditemukkan
dalam bercaak ludah (droplet) diudara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan tertular TBC. Penderita mengeluarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak) yang dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Oleh karena
itu, jika ada seorang yang mendekati penderita tuberculosis akan dengan
mudahnya dapat tertular. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernafasan (Indah 2014).

2.4 Faktor Resiko


Terdapat beberapa faktor resio dari TB paru, antara lain (Indah 2014):

1. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat menentukan faktor resiko seseorang terhadap
penyakit TB paru. Apabila pekerja bekerja dilingkungan berdebu
maka paparan partikel debu akn mempengaruhi terjadinya gangguan
pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB paru.
2. Kebiasaan merokok
Merokok dan mnum alkohol merupakan faktor resiko karen dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
Asap rokok memiliki efek proinflamasi dan imunusupresif pada
sistem imun saluran pernafasan. Selain itu, merokok dapat
meningkatktan resiko infeksi mikrobakterium tuberculosis, resiko
perkembangan penyakit dan kematian pada penderita TB.
3. Status gizi
Index masa tubuh (IMT) dan body mass index (BMI) merupakan
indikator utuk memapa status gizi pada kelompok umur diatas 18
tahun. Status gizi mempengaruhi reiko tertular TB karena seseorang
dengan status gizi buruk bahkan hingga mengalami mal nutrisi dapat
menyebabkan penurunan fungsi paru oleh karena itu salahsatu daya
tangkal dari bakter tuberculosis adalah status gizi yang baik.
4. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (Basillus Calmette Guerin) merupakan imunisasi
untuk anak balita dengan tujuan mencegah penyakit TBC yang berat.
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang
dilemahkan. Apabila setelah melakukan vaksinasi kuman TB dapat
masuk kedalam tubuh. Namun, apabila seseorang memiliki daya tahan
tubuh yang meningkat maka akan dapat mengendalikan kuman TB.
5. Status ekonimis
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
distribusi penyakit TB paru. Ekonomi yang rendah dan kurangnya
kemampuan dalam meningkatkan status kesehatan dapat
menimbulkan terjadinya penyakit TB paru karena rendahnya penderita
dalam memenuhi kebutuhan dalam kesehatannya. Masalah
kemiskinan atau ekonomi yang rendah akan sangat mempengaruhi
kurangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi,
pemukiman dan lingkungan sehat dan ini akan mudah menimbulkan
penyakit tuberculosis.
6. HIV/AIDS
Faktor yang memungkinkan seseorang menjadi pasien TB adalah daya
tahan tubuh yang rendah diantaranya pasien yang terinfeksi
HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan infeksi HIV menyebabkan kerusakan
luas sistem daya tahan tubuh seluler sehingga apabila terjadi infeksi
penyerta seperti tuberculosis, maka akan menjadi sakit yang parah
bahkan dapat menyebabkan kematian.

2.5 Manisfestasi Klinis


Gejala penyakit TB paru dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala umum
dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus TB paru
yang baru, sehingga cukup sulit dalam menegakkan diagnose klinik.
Adapun manifestasi klinis pada TB paru antara lain sebagai berikut:
1. Gejala umum
a. Batuk selama lebih dari 3 minggu dan dapat disertai dengan darah
b. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dapat
dirasakan pada malam hari dan disertai dengan keringat malam.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan
d. Perasaan tidak enak dan lemah
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena dan apabila terjadi
sumbatan sebagai bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi” serta suara
nafas yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan di rongga pleura yang dapat disertai dengan
keluhan sakit dada
c. Apabila mengenai tulangmaka akan terjadi infeksi tulang yang –
pada suatu saatakan membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya dan mengeuarkan cairan nanah
d. Pada anak dapat mengenai otak yang disebut sebagai meningitis
atau radang selaput otak, yang gejalanya adalah demam tinggi serta
adanya penurunan kesadaran yangdusertai dengan kejang - kejang

2.6 Patofisiologi
Infeksi awal timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar
bakteri yang diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri tersebut menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli yang kemudian berkembang baik dan menumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis dapat menjangkau higga ke area lain dari
paru-paru. Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang dan korteks serebri serta area
lain paru bagian lobus atas. Dalam hal ini system kekebalan tubuh
memberikan respon dengan cara melakukan reaksi imflamasi.
Neurotrofil dan makrofag akan mdlkukan aksi faositosis dan semetara
limfoit spesifik akan menghancurkan basil dan jaringan normal. Reaksi
pada jaringan ini akan mengakibatkan terakumulasinya eksudat dlam
alveoli yang akan menyebabkan bronkopneumonia (Zettira and Sari
2017).

2.7 Pathway
Invasi Mycrobacrerium Tuberculosis

Infeksi Primer

Bakteri dorman

Reaksi ifeksi/inflamasi

ksi sputum meningkat, Kerusakan


pecahnya pembuluh
membranedarah
alveolar kapiler merusak
Perubahan
aktelektasis
cairan intrapleura Reaksi sistemik
Batuk produktif, batuk
darah
Sesak napas, ekspansi Sesak napas Anoreksia, mual dan muntah
Lemas dan lemah
thoraks

Gangguan pertukaran Ketidakefektifan pola Ketidakseimb Intoleransi


Ketidakefektifan
gas napas a ngan nutrisi aktivitas
bersihan jalan napas
kurang dari
kebutuhan
tubuh

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada penderita TB
paru diantaranya adalah:
a. Tubeculin Skin Test (TST)
Tubeculin Skin Test (TST) merupakan metode dalam mennetukan
apakah seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
Konversi TST terjad dalam 3-6 minggu setelah terpapar bakteri
TB. Pembacaan hasi TST dilakukan dalam waktu 48-72 jam
setelah dimasukkan suntikan tuberculin PPD secara intradermal.
Hasil dari TST dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Indurasi >5 mm, dapat dianggap positif pada orang yang
terinfeksi HIV, orang yang baru tertular tuberculosis, orang
yang pada hasil foto rongten dadanya menunjukkan adanya
perubahan fibrotic yang konsisten dengan TB terdahulu
2. Indurasi >10 mm dianggap positif pada orang yang kondisi
klinisnya lemah, pekerja di laboratorium mikrobiologi,
pengguna obat-obat terlarang dengan cara suntik
3. Indurasi >15 mm in dgnakan hanya pada oraang dengan resiko
tinggi terpapar TB
b. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan bakteriologik merupakan pemeriksaan penunjang
yang bertujuan untuk menemukan bakteri tuberculosis sehingga
dapat menegakkan diagnosis. Bahan dalam pemeriksaan ini dapat
diambil dari droplet, cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan
bronlus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urine, feses dan
jaringan biopis. Namun pada umumnya sampel yang digunakan
adalah droplet karena lebih mudah diambil. Droplet diambil setiap
pagi selama tiga hari berturut-turut. Apabila dalam pemeriksaan
didapatkan dua kali positif dan satu kali negatif maka dianggap
BTA positif dan apabila didapatkan hasi 1 kali ositif dan dua kali
negatif maka dianggap BTA positif.
c. Foto rongten dada
Foto rongten dada dapat dilakukan dalam posisi lateral,
posteroanterior dan lordotik apical. Gambar yang mungkin akan
didapatkan pada foto rongten dada antara lain:
1. Kavitas, menandakan infeksi yang sudah berlanjut dan
diasosiasikan dengan adanya jumlah kuman TB yang tinggi
2. Inflitrat non klasifikasi berbentuk bulat yang dibedakan dengan
karsinoma paru
3. Nodul klasifikasi yang homogenus dengan ukuran 5-20 mm
seperti tuberkloma ini menunjukkan infeksi lama
Pasien dengan hasil rongten dada tersebut memiliki gambaran
klinis TB paru yang khas yang dapat dikatakan terken TB paru
walaupun tanpa dilakukan pemeriksaan sputum.
d. Interferon Gamma Release Assay (IGRA)
Konversi IGRA yang positif merupakan cerminan reaksi
hipersensivitas yang lambat terhadap protein Mycobacterium
tuberculosis. Dalam pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
skrining infeksi TB laten.
e. Gene Xpert MTB/RIF Assay
Merupakan tes diagnostic yang cepat dalam mendeteksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis kompleks. Tes ini mampu menguji
kepekaan kuman terhadap rifampisin dalam waktu kurang dari dua
jam.

2.9 Pengobatan Farmakologi dan Non-farmakologi


 Farmakologi
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT). Terdapat 5 pengelompokan obat anti
tuberculosis, yaitu (Kemenkes 2011):

Gambar 1.3 Pengelompokan OAT


1. Golongan 1 First line drugs (obat primer)
a) INH (isoniazid)
Isoniazid berkeja dengan cara menghambat sintesis
asam mikolik, asam mikolik yaitu suatu kompenen dari
esensial dinding sel bakteri. Mekanisme ini yang akan
menimbulkan efek terapi obat pada pasien tb yang bersifat
bakterisid terhadap organisme Mycobacterium tuberculosis
yang aktif secara intraseluler dan ekstraseluler. Cara kerja
INH dapat terjadi peningkatan pada ekskresi piridoksin
(vitamin B6).
Piridoksin fosfat yang merupakan derivat piridoksin
dibutuhkan untuk sintesis asam d-aminolevulenat, sebuat
enzim yang berfung sebagai pembentukkkan heme. Heme
sendiri adalah suatu bagian dari sek darah merah dan akan
memberikan pigmen berwarna merah pada darah.
Defisiensi piridoksin yang disebabkan oleh INH dapat
menyebabkan anemia sideroblastik.
b) Rifampisin
Rifampisin merupakan obat antibiotik yang
digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Rifampicin sering dipakai untuk mencegah infeksi
yang serius. Rifampisin bekerja sebagai pembunuh bakteri
yang menyebabkan infeksi, cara kerjanya dengan
menonaktifkan enzim RNA polimerase. RNA polimerase
untuk membuat protein dan untuk mengetahui inforasi
tentang genetik (DNA).
c) Ethambutol
Ethambutol adalah obat antibiotik untuk
menghentikan pertumbuhan bakteri. Ethambutol cara
penggunaannya bersama dengan obat lain untuk mengobati
tuberculosis. Selain digunakan untuk mengobati
tuberculosis obat ini juga bisa mengobati infeksi MAC
(Mycobacterium Avium Complex) bersama dengan obat
lain.
d) Streptomisin
Streptomisin adalah obat anti biotik golongan
aminoglikosida yang memiliki spektrum kerja yang
menengah. Obat ini digunakan untuk mengatasi jumlah
infeksu pada tuberculosis, radang pada endokardium
jantung, tularemia, wabah pes, bekteremia, meningitis,
pneumonia, brucellosis, dan infeksi saluran kemih.
Mekanisme kerja pada obat ini ialah berdasarkan
hambatan sintesa protein kuman dengan pengikatan RNA
ribosomal. Obat anti biotik ini toksisitas intuk organ
pendengaran dan keseimbangan. Oleh karena itu, obat ini
digunakan dengan jangka waktu yang lama supaya tidak
menimbulkan efek neurotoksis terhadap saraf cranial e 8
yaitu dapat menimbulkan ketulian permanen.
e) Pirazinamide
Pirazinamid adalah anlog nikotinamid yang telah
dibuat sintetiknya. Obat pirazinamaide ini tidak larut dalam
air. Pirazinamid di dalam tubuh akan dihidrolisis oleh
enzim pirazinamidase yang menjadi asam pirazinoat yang
aktif sebagai tuberkulostatik hanya untuk yang bersifat
asam medianya. Pirazinamid ini mudah diserah oleh usus
dan tersebar luar keseluruh tubuh. Ekskresinya terutama
melalu filtrasi glomelurus. Pirazinamid terdapat dalam
bentuk tablet 250 mg dan 500 mg.
2. Golongan 2 obat suntik Second line drugs (bila yang pertama
resisten)
a) Kapreomisin
Kpreomisin adalah suatu obat anti tuberculosis
polipeptida yang dihasilkan oleh streptomyces sp. Obat ini
digunakan untuk infeksi paru oleh M tuberculosis yang
resisten terhadap obat primer. Obat ini efeknya sama
dengan obat streptomisin dan obat ini juga digunakan
dengan untuk kuman yang telah resisten terhadap
streptomisin.
b) Amikacin
Amikacin adalah obat yang bisa menghambat
pertumbuhan bakteri, obat amikacin ini bisa membuat
bakteri gagal memproduksi protein untuk bertahan hidup
dalam tubuh seseorang yang terinfeksi.
c) Kanamisin
Kanamycin adalah golongan obat antibiotik
aminiglikosida digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
serius pada berbagai bagian tubuh. Obat kanamisin ini
bekerja dengan cara membunuh bakteri. Selain itu, obat ini
juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara
mengikat sintesa protein dalam sel bakteri. Karena
merupakan obat antibiotik, maka kanamycin tidak bisa
digunakan untuk infeksi akibat virus, termasuk flu.
3. Golongan 3 atau Golongan Floroquinolone
a) Ofloxacin
Obat oflaxacin adalah obat yang dapat digunakan
untuk mengobati infeksi bakteri seperti infeksu pada paru,
infeksi menular seksual, serta infeksi kulit dan jaringan
lunak. Obat ofloxacin ini dapat membunuh bakteri
penyebab infeksi dengan cara menghambat enim DNA
girase, yang berperan penting dalam pertumbuhan bakteri
b) Levofloxacin
Obat levofloxacin adalah obat untuk mengobati
berbagai macam infeksi bakteri, obat ini termasuk
antibiotik quinolone yang digunakan untuk mengobati
penderita yang terkena sinusitis, pneumonia, tuberkulosis,
bronkitis, dll.
Mekanisme kerja obat levofloxacin adalah isomer
optik S (-) ofloxacin yang memiliki spektrum anti bakteri
luas. Levofloxacin efektif untuk bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif (termauk anaerob) dan bakteri atipikal
chlamydia pneumonia dan mycoplasma pneumonia. Efek
bakterisidal levofloxacin berada pada konsentrasi
sebanding atau lebih besar dari konsentrasi penghambatnya
dengan menghambat DNA-gyrase yaitu suatu
topoisomerase tipe II sehingga menghambat replikasi dan
transkripsi DNA bakteri
c) Moxifloxacin
Moxifloxacin adalah obat yang digunakan untuk
mengobati berbagai infeksi bakteri. Obat moxifloxacin ini
termasuk dalam kelas obat yang disebut antibiotik
kuinolon. Obat ini bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri. Antibiotik ini hanya mengobati
infeksi bakteri. Antibiotik ini tidak akan bekerja untuk
infeksi virus (seperti pilek, flu). penggunaan antibiotik yang
tidak perlu atau berlebihan dapat menyebabkan
efektivitasnya menurun.
4. Golongan 4 atau Obat Bakteriostatik Lini kedua
a) Ethionamide
Obat ethionamide umumnya digunakan bersamaan
dengan obat lain untuk mengobati tuberculosis (TB).
Ethionamide merupakan antibiotik dan obat ini bekerja
dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik ini
hanya bisa mengobati infeksi bakteri dan tidak bekerja pada
infeksi virus (seperti pilek, flu). Penggunaan yang tidak
sesuai dapat mengurangi efektivitas antibiotik
b) Prothionamide
Mekanisme kerja didasarkan pada proses sintesis
asam mikolievyh yang merupakan komponen penting dari
dinding sel agen struktur tuberculosis yang dapat membloki
Mycobacterium. Protionamida memiliki khasiat antagonis
asam nikotinat. Dosis tinggi obat ini dapat menyebabkan
mengganggu proses sintesis protein pada sel
mycobacterium.
Obat prothionamide ini memiliki efek bakteriostatik
pada mikroorganisme ekstraselular, intraseluler, pada
reproduksi mycobacterium tuberculosis, termasuk obat ini
juga mempengaruhi bentuk atipikal. Perlawanan silang
lengkap dicatat antara preparat etionamid dan protionamida.
c) Cycloserine
Obat cycloserine sama dengan obat ethionamide
umumnya digunakan bersamaan dengan obat lain untuk
mengobati tuberculosis (TB). Cycloserine merupakan
antibiotik dan obat ini bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri obat ini juga bisa digunakan untuk
mengobati infeksi saluran kencing.. Antibiotik ini hanya
bisa mengobati infeksi bakteri dan tidak bekerja pada
infeksi virus (seperti pilek, flu). Penggunaan yang tidak
sesuai dapat mengurangi efektivitas antibiotik
d) Para amino salisilat (PAS)
Obat PAS yang mempunyai rumus molekul yang
sama dengan asam para aminobenzoat (PABA), mekanisme
kerja obat ini sangat mirip dengan sulfonamid. Karena
sulfonamid tidak efektif terhadap M. Tuberculosis dan PAS
tidak efektif terhadap kuman yang sensitif terhadap
sulfonamid, maka enzim yang bertanggung jawab untuk
biosintesis folat pada berbagai macam mikroba bersifat
spesifik.
5. Golongan 5 atau Obat belum terbukti efikasinya dan tidak
direkomendasikan ole WHO yaitu:
a) clofazimine
b) Linezolid
c) Amoxilin Clavulanate (Amx-Clv)
d) Thiocetazone
e) Clarithromycin
f) Imipenem
 Non Farmakologi
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita TB merupakan
salah satu cara untuk mencegah terpaparnya infeksi tuberkulosis
b. Tidak merokok atau berhenti merokok merupakan cara efektif
untuk mengurangi atau mencegah resiko morbiditas akibat TB
paru
c. Menjaga sirkulasi udara dalam rumah agar selalu berganti
dengan udara yang baru
d. Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan sekitar tempat
tinggal
e. Istirahat denan cukup 7-8 jam per hari
f. Berolahraga secara teratur
g. Diet sehat dengan mengkonsumsi lemak dan vitamin A untuk
membetuk jaringan lemak baru dan meningkatkan system imun.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses penentuan
diagnosa keperawatan yang merupakan proses sistematis untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan klien. Pengumulan
data dalam pengkajian terdiri dari data subjektif dan data objektif
diantaranya wawancara kepada klien, pemeriksaan fisik dan
lainnya.
1. Identitas
Dalam pengkajian identitas klien meliputi nama lengkap klien,
umur, tempat dan tangga lahir dimana rentan usia klien yang
menderita TB paru antara >15 tahun, jenis kelamin,alamat, riwayat
pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medi, tanggal masuk rumah
sakit dan tanggal pengkajian
2. Riwatyart kesehatan
a. Diagnosa medis
Tuberkulosis paru
b. Keluhan utama
Keluhan yang muncul pada klien dengan diagnosa medis TB
paru biasanya klien akan mengeluhkan batuk yang terjadi
secara terus menerus, sesak nafas dan nyeri dada
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan keluhan atau gangguan
yang sehubungan dengan penyakityang drasakan saat ini.
Riwayat penyakit sekarang pada klien dengan TB paru antara
lain diawali dengan bauk yang terus menerus, adanya sesak
nafas, nyeri dada, keringat malam nafsu makan dan suhu badan
meningkat
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita pada masa dahulu seperti adanya
riwayat penyakit TB, adanya riwayat kontak dengan penderita
TB, adanya infeksi HIV/AIDS yang pernah didrita klien,
adanya riwayat malnutrisi, serta merokok ataupun
mengkonsumsi alkohol yang dapat menyebabkan dya tahan
tubuh menurun.
e. Riwayat penyakit keluarga
Membahas tentang riwayat penyaki yang mungkin diderita
oleh anggota keluarga atau adanya keluarga yang menderita
penyakit TB.
3. Pola fungsional
a. Pola persepsi kesehatan
Pada klien dengan TB paru kemungkinan adanya riwayat
tinggal didaerah yang berdesak-desakan, kurang cahaya
matahari, kurangnya ventilasi udara dan tinggal di rumah yang
bersuasana sesak
b. Pola nutrisi metabolik
Pada klien TB paru biasanya mengeluh anoreksia serta nafsu
makan menurun
c. Pola eliminasi
Klien dengan TB paru biasanya tidak menalami perubahan
ataupun kesulitan dalam miksi maupun defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dalam pola aktivitas dan latihan penderita TB paru biasanya
aktivitas dan latihan klien terganggu dikarenakan adanya sesak
nafas dan nyeri dada
e. Pola tidur dan istirahat
Dalam pola tidur dan istirahat pada penderita TB paru biasanya
kenyamanan dan istirahat klien terganggu dikarenakan adanya
sesak nafas dan nyeri dada
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan isolasi atau
antisosial karena penyakit menular yang diderita
g. Pola sensori dan kognitif
Dari pola sensori dan kognitif ini yang dikaji yaitu panca
indera apakah terdapat gangguan atau tidak
h. Pola persepsi dan konsep diri
Dikarenakan adanya nyeri dan sesak nafas biasanya pada
penderita TB paru akan mengalami peningkatan emosi dan
rasa khawatir terhadap penyakitnya
i. Pola reproduks dan seksual
Pada penderita TB paru pola reproduksi dan seksualnya akan
berubah karena kelemahan
j. Pola mekanisme koping stress
Adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita TB paru yang dapat
mengakibatkan adanya penolakan terhadap pengobatan
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada penderita TB paru aktivitas ibadah dan kebutuhan
spiritual klien akan terganggu yang disebabkan oleh sesak
nafas dan nyeri dada
4. Pemeriksaan fisik dan Penunjang
Keadaan umum: Dalam pemeriksaan fisik yang perlu dikaji adalah
tingkat kesaadaran klien, tekanan darah, frekuensi nafas, nadi dan
suhu.
a. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integumen
Pada penderita TB paru dalam pemeriksaan fsik integumen
akan terjadi sianosis, singin dan lembab serta turgor kulit
akan menurun
2. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru tidak ada kelainan pada sistem
pengindraan
3. Sistem kardiovaskuler
Pada penderita TB paru biasanya adanya takipnea,
takikardi, sianosis, S2 yang mengeras
4. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anreksia serta berat badan
menurun pada penderita TB paru
5. Sistem Muskuloskeletal
Adanya kterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang
tidur, dan keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan
6. Sistem neurologis
Pada pemeriksaan fisik sistem neurologis pada penderita
TB paru biasanya kesadarannya yaitu komposmetis
7. Sistem Genetalia
Biasanya klien dengan TB paru tidak mengalami kelainan
pada genital
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
TB paru adalah pemeriksaan bakteriologi, TST, foto rongten
dada dan IGRA.

b. Diagnosa
Diagnosa keperawata yang muncul pada pasien TB paru antara
lain:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mokus dalam umlah
berlebih, eksudat dalam jalan alveoli
b. Ketiakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar –
kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna nafas
e. Nyeri akut b.d agen cidera
f. Intoleransi kativitas b.d kelemahan
g. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan, ancaman pada
konsep diri

c. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan suatu perwatan yang dilakukan
oleh perawat berdasarkan penilaian klinis serta pengetahuan
perawat untuk meningkatkan outcome klien. Dalam intervensi
keperawatan mencangkup perawatan langsung kepada individu,
keluarga dan masyarakat serta seseoran yang dirujuk oleh perawat,
dokter maupun pemberi layanan kesehatan. Intervensi yang
diberikan pada pasienTB paru diberikan berdasarkan diagnose yang
diangkat.
d. Implementasi
Implementasi merupakan pemberian asuhan keperawatan secara
nyata yang berupa serangkaian kegiatan berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahapan ini perawat
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam
melaksanakan tindakan keperawatan tehadap klien baik secara
umum maupun secara khusus.
j. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan perbandingan sistematik dan
terencana tentang ksehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dan
melibatkan tenaga kesehatan lainnya. Dalam tahap ini, perawat
melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Ny. P 45 tahun dengan pendidikan terakhir SD berdomisili di
Karawang Sari, datang ke RS dengan keluhan batuk berdahak sejak 4
minggu yang lalu yang tidak kunjung sembuh dan merasa sesak. Batuk
disertai dengan dahak berwarna putih kekuningan kental dan sulit dikeluarkan
dan sesak nafas. Ny. P juga mengeluh nafsu makan menurun sehingga lemas
dan mengalami penurunan berat badan, Saat melakukan aktivitasnya Ny. P
selalu dibantu oleh keuarga, seringkali Ny. P mengalami mual dan muntah.
Ny. P mengatakan memiliki riwayat pernah kontak dengan penderita seperti
ini sebelumnya di tempat kerjanya namun, sejak di diagnosis TB paru Ny. P
berhenti bekerja. Ny. P mengeluh sulit untuk tidur dan sering terbangun
dimalam hari karena punggungnya terasa panas. Keadaan umum pasien
sangat lemah suhu tubuh 36°C, tekanan darah 110/80mmHg, frekuensi nadi
78x/menit, frekuensi nafas 29x/menit, bert badan 45 kg, tinggi badan 160 cm,
mukosa bibir mengering, pada auskultasi ditemukan bunyi ronkhi pada lobus
kanan dan kiri atas. Setelah dilakukan pemeriksaan peninjang BTA SPS
didapatkan hasil BTA +++.

3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny. P No. RM : 16002613

Umur : 45 tahun Pekerjaan :-

Jenis : Perempuan Status : Menikah

Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : -

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD) Tanggal :-

Pengkajian
Alamat : Karawang Sari Sumber : Pasien,
Keluarga
Informasi Pasien
dan
rekam
medis

b. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis : TB paru
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh batuk berdahak kental berwarna putih kekuningan,
psien mengatakan sesak nafas, pasien mengalami mual dan muntah
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengalami penyakit tuberculosis paru
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan pernah kontak lansung dengan penderita TB, pasien
tidak memiliki riwayat penyakit, pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok dan meminum alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit apapun
6. Pola fungsi kesehatan
 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengetahui bahwa pasien sakit paru – paru, namun pasien
tidak mengetahui bahwa jenis penyakit yang dialami adalah
tuberculosis paru.
 Pola nutrisi/metabolic
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan berat badannya
menurun
 Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien baik
 Pola aktivitas dan latihan
Pasien sangat lemas dan pada saat melakukan aktivitas
dibantu oleh keluarga
 Pola tidur dan istirahat
Pasien mengeluh bahwa sulit tidur karena pasien sering
terbangun akibat punggungnya yang terasa panas
 Pola kognitif dan perseptual
Pasien dan keluarga mengetahui penyakit yang dialami
pasien, namun tidak mengetahui jenis penyakitnya.
 Pola persepsi diri
Pasien berpresepsi bahwa keadaanya buruk karena pasien merasa
badannya lemas dan batuk yang tak kunjung sembuh
 Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien memiliki seorang suami dan 2 prang anak perempuan
 Pola peran dan hubungan
Hubungan pasien dan keluarga harmonis
 Pola manajemen koping stress
Pasien terlihat lemas sehingga pasien hanya bias tidur. Saat
pasien merasa punggungnya panas maka pasien langsung
merubah posisi tidurnya
 System nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama islam
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pasien sangat lemah, mual dan muntah, tidak nafsu makan, pasien
mengalami batuk berdahak berwarna putih kekuningan dan kental
2. Tanda- tanda vital
Tekanan darah = 110/80mmHg
Nadi = 78x/menit
RR = 29x/menit
Suhu = 36°C
3. Pemeriksaan
a. Kepala
Warna rambut hitam, tidak ada jejas atau luka daerah sekitar kepala,
bentuk kepala simetris
b. Mata
Konjungtiva anemis, penglihatan normal
c. Telinga
Daun telinga simetris, pendengaran normal
d. Hidung
Bentuk hidung ormal dan simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung
e. Mulut
Bibir kering, gigi utuh dan lengkap
f. Leher
Warna leher rata dan tidak ada jejas, tidak ada luka dan tidak ada
nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal, tulang rusuk terlihat jelas saat
bernapas pasien tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
Perkusi : suara paru sonor, tidak ada kardiomegali, batas jantung
normal
Auskultasi: ditemukan suara ronki pada lobus kanan dan lobus kiri
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen cekung, terdapat luka
gatal Perkusi : suara perkusi timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan
edema Auskultasi : bising usus 11x/menit
i. Kulit dan kuku
Turgor kulit jelek, kulit kering dan CRT > 2 detik
d. Pemeriksaan penunjang
Ketika dilakukan pemeriksaan penunjang dan laboraturium BTA SPS
didapatkan hasil BTA +++.

3.2 Analisis data


No Hari/ Data Etiologi Masalah
Tanggal
1. 18 DS: TB paru Ketidakefektifan
Oktober  Pasien bersihan jalan nafas
Infeksi
2020 mengatakan
batuk berdahak
Penumpukan secret
dengan dahak
berwarna putih
Ketidakefektifan
kekuningan dan bersihan jalan nafas
kental
 Pasien
mengatakan
sesak nafas
DO:
 TD
110/80mmHg
 Nadi 78x/menit
 RR 29x/menit
 Suhu 36°C
 Suara paru
ronki lobus
kanan dan kiri
atas
2. DS: Vomiting Defisien volume
 Pasien cairan
mengatakan Defisien asupan
lemas makanan dan cairan
 Pasien
mengatakan
mual dan Defisien volume
muntah cairan
DO:
 CRT > 2 detik
 Mata anemis
 Turgor kulit
jelek
 Kulit kering
 Mukosa bibir
terlihat kering
3. DS: Vomting Ketidakseimbangan
 Pasien nutrisi kurang dari
Nafsu makan menurun
mengatakan kebutuhan tubuh
tidak nafsu
Penurunan intake
makan makanan
 Pasien
mengatakan
mual dan Penurunan berat
badan
muntah
DO:
Ketidakseimbangan
 Berat badan nutrisi kurang dari
pasien kebutuhan tubuh

menurun
 Mukosa bibir
terlihat kering
 RR 29x/menit

4. DS: Lemas Intoleransi aktivitas


 Pasien
mengatakan Tidak dapat
lemas melakukan aktivitas
DO: secara mandiri
 Pasien tidak
dapat Intoleransi aktivitas
melakukan
aktivitas
sendiri
5. DS: Punggung terasa Gangguan pola tidur
 Pasien mengeluh panas
sulit untuk tidur
 Pasien
Sering terbangun saat
mengatakan tidur
sering terbangun
karena Sulit tidur
punggungnya
panas Gngguan pola tidur
DO: -

3.3Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret d.d batuk
berdahak
2. Defisien volume cairan b.d kurangnya asupan cairan d.d turgor kulit jelek,
kulit kering, CRT > 2 detik dan mukosa bibir kering
3. Ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan
menurun d.d penurunan berat badan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengatakan lemas
5. Gngguan pola tidur b.d imobilisasi d.d pasien mengatakan sulit tidur
3.4 Intervensi Keperawatan
No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf
1. Minggu, 18 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC £
Oktober 2020 nafas b.d penumpukan secret d.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas Ns. Ana
batuk berdahak keperawatan selama 3x24 (3140)
jam, status jalan nafas 1. Monitor status
pasien kembali paten pernapasan
dengan Kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk
1. Kemampuan memaksimalkan
mengeluarkan secret ventilasi
tidak ada deviasi dari 3. Buang secret dengan
kisaran normal memotivasi pasien
2. Tidak ada akumulasi untuk melakukan
sputum batuk efektif
3. Batuk berkurang 4. Intruksikan pasien cara
batuk efektif
Monitor pernafasan
(3350)

35
4. Monitor suara nafas
tambahan
5. Monitor pola nafas
6. Monitor kemampuan
batuk efektif pasien

2. Minggu, 18 Defisien volume cairan b.d NOC NIC £


Oktober 2020 kurangnya asupan cairan d.d Setelah dilakukan tindakan Monitor cairan (4130) Ns. Ana
turgor kulit jelek, kulit kering, keperawatan selama 2 x 24 1. Tentukan jumlah dan
CRT > 2 detik dan mukosa bibir jam diharapkan volume jenis intake/asupan
kering cairan pada klien cairan serta kebiasaan
bertambah, dengan Kriteria eliminasi
hasil: 2. Periksa turgor kulit
1. Turgor kulit menjadi dengan mencubit
tidak terganggu (CRT < 2 3. Monitor membrane
detik) mukosa, turgor kulit
2. Intake cairan 4. Berikan asupan cairan
tercukupi yang tepat
3. Minggu, 18 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC £
Oktober 2020 kurang dari kebutuhan tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi Ns. Ana
nafsu makan menurun d.d keperawatan selama 2 x 24 (1100)
penurunan berat badan jam diharapkan status 1. Monitor
nutrisi pasien simbang intake/asupan nutrisi
dengan Kriteria hasil: dengan tepat
1. Asupan makanan secara 2. Tentukan status gizi
oral adekuat pasien dengan
2. Asupan cairan secara kemampuan pasien
oral adekuat untuk emenuhi
kebutuhan gizi
3. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan
4. Anjurkan keluarga
untuk memberi
makanan favorit
pasien
4. Minggu, 18 Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC £
Oktober 2020 kelemahan d.d pasien Setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan Ns. Ana
mengatakan lemas keperawatan selama 2 x 24 diri (1800)
jam diharapkan status 1. Berikan bantuan pada
nutrisi pasien simbang pasien sampai pasien
dengan Kriteria hasil: dapat melakukan
1. aktivitas oasien tidak perawatan secara
terganggu mandiri
2. pasien dapat melakukan 2. Ajarkan keluarga
aktivitas secara mandiri untuk mendukung
kemandirian pasien
Terapi aktivitas (4310)
1. Bantu pasien untuk
mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya
aktivitas yang disukai
5. Minggu, 18 Gangguan pola tidur b.d NOC NIC £
Oktober 2020 imobilisasi d.d pasien Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan dukungan Ns. Ana
mengatakan sulit tidur keperawatan selama 2 x 24 pengasuhan (care
jam diharapkan pasien dapat giver)
memenuhi kebutuhan 2. Ciptakan lingkungan
tidurnya, dengan Kriteria yang aman bagi pasien
hasil: 3. Sediakan tempat tidur
1. Pasien dapat tidur yang bersih dan
dengan nyenyak nyaman
2. Pasien tidak terbangun 4. Berikan teknik
saat tidur relaksasi pada pasien
3. Pasien dapat memenuhi
kebutuhan istirahatnya

3.5 Implementasi Keperawatan


No Hari/tanggal No Jam Implementasi Respon Paraf
Dx
1. Minggu, 18 1 07.00 Memonitor status pernapasan Pernapasan pada pasien £
Oktober 2020 takipnea Ns. Ana
07.15 Memposisikan pasien untuk RR 29x/menit £
memaksimalkan ventilasi Ns. Ana
07.25 Memotivasi pasien untuk melakukan Pasien dapat melakukan £
batuk efektif agar secret terbuang batuk efektif Ns. Ana
07.35 Mengintruksikan pasien cara batuk Pasien mulai dapat £
melakukan batuk efektif
efektif Ns. Ana
secara mandiri
07.45 Memonitor suara nafas tambahan suara ronki pada lobus £
kanan dan lobus kiri
Memonitor pola nafas Ns. Ana
berkurang
Memonitor kemampuan batuk
efektif pasien
2. Minggu, 18 2 08.00 Menentukan jumlah dan jenis Pola eliminasi pasien baik £
Oktober 2020 intake/asupan cairan serta kebiasaan Ns. Ana
eliminasi
08.15 Melakukan pemeriksaan turgor kulit Turgor kulit buruk, £
dengan mencubit CRT > 2 detik Ns. Ana
08.25 Memonitor membrane mukosa, CRT > 2 detik, Turgor kulit £
turgor kulit buruk, Kulit kering, Mukosa Ns. Ana
bibir terlihat kering
08.35 Memberikan asupan cairan yang Asupan cairan pasien mulai £
tepat terpenuhi Ns. Ana
3. Minggu, 18 3 08.45 Memonitor intake/asupan nutrisi Intake nutrisi pasien kurang £
Oktober 2020 dengan tepat dari kebutuhan tubuh Ns. Ana

09.00 Menentukan status gizi pasien Terjadi malnutrisi pada £


dengan kemampuan pasien untuk pasien Ns. Ana
memenuhi kebutuhan gizi
09.15 Menentukan jumlah kalori dan jenis Nutrisi yang dibutuhkan £
nutrisi yang dibutuhkan mulai terpenuhi Ns. Ana
09.30 Menganjurkan keluarga untuk Keluarga telah memberikan £
memberi makanan favorit pasien makanan yang disukai oleh Ns. Ana
pasien
4. Minggu, 18 4 09.45 Memberikan bantuan pada pasien Pasien belum dapat £
Oktober 2020 sampai pasien dapat melakukan melakukan perawatan Ns. Ana
perawatan secara mandiri secara mandiri
10.00 Mengajarkan keluarga untuk Keluarga mampu mengikuti £
mendukung kemandirian pasien intruksi dari perawat Ns. Ana

10.20 Membantu pasien untuk Pasien dapat menyebutkan £


mengeksplorasi tujuan personal dari aktivitas yang disukai Ns. Ana
aktivitas yang biasa dilakukan
(misalnya aktivitas yang disukai)

5. Minggu, 18 5 10.35 Memberikan dukungan pengasuhan Dukungan pengasuhan £


Oktober 2020 (care giver) pasien terpenuhi Ns. Ana
10.50 Menciptakan lingkungan yang aman Pasien merasa aman £
bagi pasien Ns. Ana
11.00 Menyediakan tempat tidur yang Pasien mengatakan lebih £
bersih dan nyaman nyaman Ns. Ana
11.15 Memberikan teknik relaksasi pada Pasien dapat mengikuti £
pasien terapi teknik relaksasi yang Ns. Ana
diberikan
3.6 Evaluasi Keperawatan
No No. Hari/tanggal Evaluasi SOAP Paraf
Dx dan jam
1. 1 Minggu, 18 S: Pasien mengatakan sesak nafasnya £
Oktober berkurang serta batuknya juga Ns. Ana
2020 pukul berkurang namun masih terdapat
12.00 WIB sputum
O: TD 110/80mmHg
Nadi 78x/menit
RR 29x/menit
Suhu 36°C
Suara ronkhi berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2. 2 Minggu, 18 S: Pasien mengatakan sudah tidak mua £
Oktober dan muntah Ns. Ana
2020 pukul O: TD 110/80mmHg
12.00 WIB Nadi 78x/menit
RR 29x/menit
Suhu 36°C
CRT > 2 detik
Turgor kulit buruk
Kulit kering
Mukosa bibir terlihat kering
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
3. 3 Minggu, 18 S: Pasien mengatakan sudah tidak mua £
Oktober dan muntah, keluarga mengatakan Ns. Ana
2020 pukul nafsu makan pasien sedikit menngkat
12.00 WIB O: TD 110/80mmHg

43
Nadi 78x/menit
RR 29x/menit
Suhu 36°C
Pasien terlihat lemas
A: Masalah teratasi sebaian
P: Lanjutkan intervensi
4. 4 Minggu, 18 S: Pasien mengatakan badannya lemas, £
Oktober keluarga mengatakan aktivitas Ns. Ana
2020 pukul perawatan diri pasien masih dibantu
12.00 WIB oleh keluarga
O: TD 110/80mmHg
Nadi 78x/menit
RR 29x/menit
Suhu 36°C
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
5. 5 Minggu, 18 S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur £
Oktober dengan nyaman Ns. Ana
2020 pukul O: TD 110/80mmHg
12.00 WIB Nadi 78x/menit
RR 29x/menit
Suhu 36°C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga
selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus
tuberkulosis paru (TB Paru). Bakteri ini termasuk golongan bakteri batang
tahan asam dan bersifat aerobic. Penyakit tuberculosis biasanya menular
melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium Tubercolosis
yang dilepaskan melalui droplet pada saat penderita batuk. Selain dapat
ditularkan lewat batuk, penyakit ini juga ditularkan lewat dahak. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain.

4.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memahami terkait konsep penyakit serta asuhan
keperawatan TB paru dan besar harapannya dapat mengaplikasikan
pada klien pada klinik kedepannya
b. Bagi Perawat
Dengan mempelajari tekait konsep penyakit dari TB paru, diharapkan
perawat dapat mengimplementasikannya dalam asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2018. Teknik Prosedural Keperawatan;Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:Salemba medika

Indah. 2014. “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta.” Unnes
Journal of Public Health 3(1): 2–5.
Kemenkes. 2011. “Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.”
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC.Jogjakarta: Media
Action

Pratiwi, Niniek Lely, Betty Roosihermiatie, and Rachmat Hargono. 2012.


“Kemandirian Masyarakat Dalam Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit
Tb Paru.” Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 15(2): 162–69.
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2990/2223.
Puspita, Elsa, Erwin Christianto, and Yovi Indra. 2016. “Gambaran Status Gizi
Pada Pasien Tuberkulosis Paru (Tb Paru) Yang Menjalani Rawat Jalan Di
Rsud Arifin Achmad Pekanbaru.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53(9): 1689–99.
Somantri, Irwan. 2017. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Merdeka.

Zettira, Zahra, and Merry Indah Sari. 2017. “Penatalaksanaan Kasus Baru TB
Paru Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga.” Jurnal Medula Unila 7(3):
1–12.

Anda mungkin juga menyukai