Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TUBERCULOSIS PARU

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pengampu : Ucik Ernawati,S.Kep M.Kep

Disusun Oleh : 1. Herlambang Dika


2. Mela Anisa
3. Rosyida Ayu

STIKES BUANA HUSADA PONOROGO


Jl. Gabah Sinawur 9A Cokromenggalan Ponorogo
Telp./Fax. (0352) 483659

1
Tahun Pelajaran 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik guna memenuhi
tugas mata kuliah KMB 1

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai
akhir zaman.

Makalah ini kami buat, bertujuan agar Mahasiswa/Mahasiswi dapat mengetahui lebih
dalam materi tentang “MAKALAH Tuberculosis Paru”.

Dan makalah dibuat untuk mengambil nilai pada materi yang akan kami bahas
ini. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ucik Ernawati Ns.S.kep selaku
dosen mata kuliah keperawatan KMB 1 yang telah mendukung kami dalam pembuatan
makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dan menambah


pengetahuan para pembaca. kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Ponorogo, 9 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Laporan Pendahuluan Tuberkulosis Paru....................................................6
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Tuberkulosis Paru...........................................6

BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................
15
4.2 Saran............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberkulosis (TB) merupakan
salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia
Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini
di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis /TBC
merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati
urutan ketiga India DAN China dalam hal jmlah penderita diantara 22
negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992,
menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua
penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab
kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC baru
pertahun dengan 262.000 positif atau insiden rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat tuberkulosis diperkirakan meninmpa

4
140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru di Indonesia
dari tahun ketahun terus meningkat. Kenyataan mengenai penyakit TBC di
Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini
dan mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian penyakit Tuberkulosis?
2. Apa Egiologi Tuberkulosis?
3. Apa Manifestasi Tuberkulosis?
4. Bagaimana Patofisiologi Tuberkulosis
5. Bagaimana Pemeriksaan Tuberkulosis?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Tuberkulosis?
7. Bagaimana Askep Tuberkulosis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami pengertian dari Tuberkulosis atau TBC
2. Untuk mengetahui etiologi Tuberkulosis atau TBC
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis TBC
4. Unuk mengetahui patofisiologi TBC
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penyakit TBC
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit TBC
7. Untuk mengetahui Askep Tuberkulosis atau TBC

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Pendahuluan Tuberkulosis paru

A. Epidiomologi

Menurut data epidemiologi, tuberkulosis paru atau TBC paru terjadi


secara global di seluruh belahan dunia. Akan tetapi, epidemiologi
tuberkulosis lebih umum berkaitan dengan negara berkembang karena
faktor sosioekonomi yang kurang baik.

Global

Pada tahun 2020, sekitar 10 juta orang diestimasikan terinfeksi TB di


seluruh dunia, dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta kasus
perempuan. Pada tahun yang sama, jumlah kasus baru TB paling
banyak terjadi di Asia Tenggara dengan 43% kasus baru, lalu Afrika
sebanyak 25%, dan Pasifik Barat sebanyak 18%.

Sebanyak 86% kasus baru TB terjadi di 30 negara dengan beban TB


yang tinggi. Delapan negara yang menyumbangkan dua pertiga dari
keseluruhan kasus TB baru adalah India, Cina, Indonesia, Filipina,

6
Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Di negara
industrial, kasus TB lebih umum terjadi pada individu yang datang dari
area endemik tuberkulosis, tenaga kesehatan, dan individu dengan
HIV.

Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada dalam daftar


WHO untuk negara yang memiliki beban insidensi TB tinggi. Menurut
data Profil Kesehatan Indonesia, insidensi tuberkulosis di Indonesia
mencapai 316 per 100.000 penduduk di tahun 2018. Namun, ada
penurunan jumlah kasus TB dari 568.987 di tahun 2019 menjadi
351.936 di tahun 2020.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan ada di provinsi dengan jumlah


penduduk besar, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Pada tahun 2020, jumlah kasus TB di tiga provinsi tersebut mencapai
46% dari total seluruh kasus TB di Indonesia.

Menurut data nasional maupun data setiap provinsi, jumlah kasus laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan. Bahkan di Aceh, Sumatera
Utara, dan Sulawesi Utara kasus pria hampir mencapai dua kali lipat
kasus wanita. Kasus TB terbanyak ditemukan pada kelompok usia 45–
54 tahun (17,3%), lalu diikuti kelompok usia 25–34 tahun (16,8%) dan
kelompok usia 15–24 tahun (16,7%).[5,6]

Mortalitas

Kesulitan akses terhadap fasilitas diagnosis dan terapi TB


menyebabkan peningkatan mortalitas TB. Pada tahun 2020,
diestimasikan terdapat 1,3 juta kematian akibat TB secara global pada
kelompok individu HIV negatif dan 214.000 pada kelompok individu

7
HIV positif. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan angka
tahun 2019, yaitu 1,2 juta pada kelompok HIV negatif dan 209.000
pada kelompok HIV positif. Hal ini diduga berkaitan dengan COVID-
19.
B. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian
bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat
menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).

Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan
kadang pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Saputra, 2010)

Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang


menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Soemantri, 2008)

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai
organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

C. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan
oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam
cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya
fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2007)

8
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil
tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberkulosis usus.

Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara


yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan
terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah
terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam
lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de
Jong, 2005)

D. Manifestasi
klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama
berminggu– minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan

E. Patofisiologi

9
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar
melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain
(ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar
bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas
gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti
keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan
akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi
nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons


sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada
kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru
yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya

10
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis
dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan
memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

F. Pemeriksaan
Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada tahap aktif penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster;
urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk
Mycobacterium tuberculosis.
5) Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB;
adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
6) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak

11
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
7) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).

a.Pemeriksaan Radiologis
1) Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk
rongga, area fibrosa.

G. Penatalaksanaan

pada pasien ini dilakukan dengan mengintervensi pasien beserta keluarga


sebanyak 3 kali. Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah edukasi
dan konseling mengenai penyakitnya, pencegahan agar tidak terjadi
komplikasiyang terbagi atas patient center, family focus dan community
oriented. Patient center

1. Non medikamentosa

a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif


dibandingkan kuratif
b. Konseling mengenai penyakit TBpada pasien
c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada
keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis
d. Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya
setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan
e. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa
tinggi kalori dan tinggi protein

12
f. Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang
air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah
hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal
dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar pasien tetap minum
obatnya dan tidak berhenti minum obat
g. .Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan
hal-hal bersifat positif
h. Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok
serta fungsi dari ventilasi dalam rumah.

2. Medikamentosa

Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis


dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk
Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :

a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,


Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas
yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).OAT-FDC tablet
sehari tiga kali sehari (Guideline WHO dan PDPI 2011).

13
2.2 Konsep Dasar Keperawatan

A. PENGKAJIAN

1) Breathing Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru
biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat
adanya penurunan proporsi anterior-posterior bading
proporsi diameter
lateral

14
b) Batuk dan sputum
Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret
dan sekresi sputum yang purulen
2) Palpasi :
a) Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB
Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan
dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan.
Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya
ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan parenkim
paru yang luas.
3) Perkusi :

Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan


resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. pada klien
dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi
cairan

4) Aukultasi :

Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang
sakit

1) Brain

Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan


adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah
meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva
anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik pada
pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.

2) Bledder

15
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan
intake cairan.

Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut


merupakan tanda awal syok.

3) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan


nafsu makan dan penurunan berat badan

4) Bone

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien


TB Paru. gejala yang muncul antara lain kelemahan,
kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


akumulasi sekret kental atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan
membran alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

C. INTERVENSI

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

16
3. Anjurkan untuk meningkatkan intake zat besi
4. Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula

BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan
kadang pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh

17
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Saputra, 2010) Tuberkulosis
paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
(Soemantri, 2008) Tuberkulosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di
luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
FKUI.

Depkes RI., 2010. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis. Jakarta :


Gerdunas TB. Edisi 2 hal 4-6

Chandra B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Soemantri A, 2008. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media

18
Group

19

Anda mungkin juga menyukai