Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

TUBERCULOSIS (TBC)

OLEH

MARISA OKTAVIA

NIM:173001010010

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan

Rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah  ini, yang

Berjudul: Tuberculosis (TBC)”

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari berkat

bantuan dan tuntunan Allah SWT dan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini Penulis

menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang

membantu dalam penulisan Makalah ini.

            Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya. Namun demikian, Penulis telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan

Makalah ini dengan baik. Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima

masukan, saran dan usul guna penyempurnaan Makalah ini.

            Akhirnya Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

                          

Jambi , 01 Desember  2019

                                                                                       Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... .....i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakang......................................................................................... 1

B.       Rumusan Masalah.................................................................................... 2

C.       Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

D.      Manfaat....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.       Definisi…………………………………………………………………3

B.                 Insiden……………………………………………………………………...…3

C.        Penyebab Penyakit TBC………………………………………….…….5

D.       Gejala TBC…………………………………………………….……….9

E.        Diagnosis TBC…………………………………………………..11

F.         TBC Pada Anak ……………………………………………...……….12

G.       Riwayat TBC………………………………………………………….13

H.       Pencegahan TBC…………………………………………..……14

I.          Pemberantasan…………………………………………..………15

J.          Pengobatan…………………………………………………………….15

K.       Kasus TBC…………………………………………………………….17

BAB III PENUTUP

A.      Kesimpulan …………………………………………………………….19

B.       Saran …………………………………………………………………...19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat

sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi

organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh

dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari

sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan

terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga

setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC

terbesar di dunia.

TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari

tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru

TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan

setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai

penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini &

mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .


B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1.         Apa penyakit TB Paru itu?

2.         Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru?

3.         Bagaimana cara Penularan TB Paru?

4.         Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru?

5.         Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TB Paru?

6.         Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru?

C.   Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1.         Untuk mengetahui penyakit TB Paru

2.         Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru

3.         Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru

4.         Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru

5.         Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TB Paru

6.         Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga

memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

      TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium

tuberculosis), Sebagain besar kuman menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.(Dep

Kes,2003)

Tuberculosis (TB) Merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan karena adanya

infeksi pulmonary oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.TB Dikategorikan sebagai penyakit menular karna

dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada jaringan paru-paru atatau bahkan kematian jika penyakit ini

tidak di obati.

B.           Insiden

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh

dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,baik dari

sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan

terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India

dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis

(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan
penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat

583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens

rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan

menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini

setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita

baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC

di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga

kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin, atau

kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru

TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,

Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang

dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC

di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan

TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002

mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan

merupakan kasus baru.

C.      Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium

tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai

Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal

24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri

Mikobakterium tuberkulosa.

1.         Kuman TBC

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium

tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat

mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang

gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama

beberapa tahun.

2.         Terjadinya TBC

a.         Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan

dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan

mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi

dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang

mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar

limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya

infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari

negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang

masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada

beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang

daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,

yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

b.        Tuberkulosis Pasca Primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah

infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi

buruk. Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura.

3.       Cara Penularan TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak

sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk

dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang

dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh

seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,

meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat

Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh

koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis

bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri

itu oleh sel-sel paru.


Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan

bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya

terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen

4.      Faktor Orang Terkena TBC

1)    Daya Tahan Tubuh yang kurang

Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk

mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang

terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan

tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10

tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah,

sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.

Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang merawat

Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di

bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak

TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat

seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.

2)    Gizi Buruk 

Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan

terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa

maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang

menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah

penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.

3)   Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS


Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh,

sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit

parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka

jumlah penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan

meningkat pula.

D.    Gejala TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul

sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus

baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1.    Gejala Sistemik/Utama

Demam tidak  terlalu  tinggi  yang  berlangsung  lama, biasanya dirasakan malam hari

disertai keringat malam.

a.       Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b.      Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c.       Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d.      Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.    Gejala Khusus

a.       Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah

bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai

sesak.

b.       Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit

dada.
c.       Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat

membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara  ini  akan keluar  cairan nanah.

d.      Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis

(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,  adanya penurunan kesadaran dan kejang -

kejang.

E.     Diagnosis TBC

1.         Diagnosis Pada Dewasa

Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa

dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila

hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen

dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka

penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung

TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol

atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap

mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai

penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,

untukmendukung diagnosis TB.

a.       Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB  BTA negatif rontgen positif.

b.      Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak memiliki

fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen dada.


2.        Diagnosis Melalui Test Kulit

Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan anda

apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin sudah terinfeksi TBC.

Kadang kala, bila seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa saja terjadi

reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan tubuhandatidak

berfungsi benar. Petugas Kesehatan akan menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko

terinfeksi TBC ataupenyakit TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.

F.     TBC Pada Anak 

Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum diimunisasi

dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan karena lingkungan

yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi

tuberkulosis atau bagaimana penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya

tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila ditemukan:

1.        Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik kenaikan berat

badan akan sangat berguna).

2.        Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan.

3.        Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil atau batuk yang

sesekali dapat menyerupai batuk rejan.

4.        Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas.

5.        Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan – pekak, pada salah satu sisi

dada.

6.        Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah

pemberian obat cacing.


7.        Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah diberi obat

cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole).

8.        Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.

9.        Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.

10.    Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau tulang atau

sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.

11.    Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan

beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur

G.    Riwayat TBC

Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan penyakit

menular lainnya. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahun.

Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari. Setiap detik, ada 1 orang yang

meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1

% dari seluruh populasi di seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah

penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit

oleh penyakitnya.

Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar 10/15 orang

dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang

yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara. Kuman TBC biasanya

menyerang paru-paru.

H.    Pencegahan TBC

1.         Tujuan Pencegahan
a.         Menyembuhkan penderita

b.        Mencegah kematian

c.         Mencegah kekambuhan

d.        Menurunkan tingkat penularan

2.         P e n c e g a h a n T B C

a.         Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit

di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

b.        Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

c.         Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera dibawa

kepuskesmas atau ke rumah sakit.

d.        Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

e.         Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena

vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

I.       Pemberantasan

1.         Tujuan Pemberantasan

Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci penularan

penyakit TBC supaya tidak terjadi

prevalenci penyakit TB yang lebih besar.

2.         Pemberantasan Penyakit TBC

a.         Pengobatan pada penderita hingga sembuh

b.        Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan lingkungan dengan

menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk,

dan faktor higiene lingkungan yang lain yang lebih baik.


c.         Sterilisasi Rumah pasca Penderita.

J.      Pengobatan

1.         Jenis obat

a.         Isoniasid

b.        Rifampicin

c.         Pirasinamid

d.        Streptomicin

2.         Prinsip Obat

Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan

dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis

tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan

obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal.

Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:

a.         Tahap intensif 

Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.

b.        Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5

bulan.

3.         Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari

ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang

diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan,

mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus

segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam

beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

K.      Kasus TBC

Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak seseorang yang

di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama,

Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil

pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi

juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.

Metode Penemuan Kasus TBC paru

Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita yang

dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan penyuluhan TBC

kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA

+,maka semua orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-

gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya.

Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah

cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase,

yaitu:

1.         Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan

2.         Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.

3.         Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.

Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat

FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400


mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC.

Depkes RI Diagram diagnosa TB)


BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang
lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat
khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh
virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang
muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi
kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika

seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan

sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-

1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak

umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi

campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi

campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas.

Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.

B.     Saran

1.    Perbaikan lingkungan (Pembuatan jendela, genting kaca dan kebersihan rumah/lantai).

2.    Menutup mulut waktu batuk dan tempat khusus untuk dahak dan pembuangan dahak tidak

sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA

1.        Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB

2.        Ai Yeyeh Rukiyah,Lia Yulianti, 2010, Asuhan Kebidanan 4 (Patologi), CV. Trans Info Media

Jakarta .

3.        Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Rihama, Yogyakarta.

4.        Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia,   Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 201

Anda mungkin juga menyukai