Anda di halaman 1dari 18

PERAN PELAJAR MAHASISWA DAN PEMUDA DALAM PERUBAHAN

KETATANEGARAAN INDONESIA

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Isrina Siregar, M. Pd.


MATA KULIAH : Pra Sejarah Indonesia

DISUSUN OLEH
GISKA PUSPITA
A1A222081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peran Pelajar Mahasiswa Dan Pemuda Dalam Perubahan
Ketatanegaraan Indonesia”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk tugas mata
kuliah Pra Sejarah Indonesia.
Penulis sadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas
dari dukungan, dorongan, dan bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Isrina Siregar, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Pra Sejarah Indonesia yang
telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan dalam bentuk pengarahan
dan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.  Orang Tua
yang selalu memberikan doa dan motivasi, serta dukungan yang sangat berarti
sehingga mendorong penulis untuk melakukan yang terbaik.  Teman-teman
seperjuangan jurusan yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan tugas
ini. 
Penulis berharap semoga Tuhan memberikan limpahan pahala atas kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis merasa bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca demi perbaikan makalah ini. 

Jambi, Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1. Pengertian Pemuda dan Pemerintahan Orde Baru....................................5
2.2. Beberapa Pelanggaran Orde Baru.............................................................6
2.3. Situasi Politik Menjelang Berakhirnya Orde Baru....................................9
2.4. Peran Pemuda dalam Penurunan Rezim Orde Baru................................12
2.5. Dampak Partisipasi Pemuda Terhadap Politik Orde Baru......................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemuda dan mahasiswa adalah kumpulan orang-orang yang memiliki
semangat jiwa muda, kreatif, berpikir kritis dan punya ide yang visioner.
Kaum pelajar/mahasiswa sering disebut sebagai kaum intelektual, pemuda
penerus bangsa yang mana masa depan negara ada di tangan mereka.
Peranan mahasiswa dan pemuda sangatlah penting dalam suatu bangsa,
karena generasi muda adalah tonggak suatu bangsa atau biasa dibilang kalau
mahasiswa dan pelajar itu adalah calon-calon penerus bangsa. Calon penerus
bangsa itu ya kita, kita yang belajar di sekolah maupun perguruan tinggi
Menurut Osman Sapta Peran Mahasiswa adalah sebagai berikut:
"Tahun 1928 adalah peran pemuda dan mahasiswa. Tahun 1945 peran
pemuda. Tahun 1966, peran mahasiswa. Tahun 1978 peran mahasiswa.
Tahun 1998, peran mahasiswa. Mahasiswa adalah pejuang bangsa. Ini yang
sering tidak diungkapkan,"
Didalam perubahan politik dan ketatanegaraan peranan para pemuda
ini sangat dibutuhkan karena mereka adalah orang-orang yang akan
meneruskan negara tercinta kita ini, mereka juga bisa menjadi agen
perubahan baik maupun buruk dalam politik, ketatanegaran, ekonomi dan
sosial maka dari itu para guru dan orang yang telah melewati masa mudanya
berusaha membimbing para nak muda ini ke jalan yang baik agar negara ini
bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.
Para pemuda ini harus bisa mengisi masa mudanya dengan baik agar
bisa menjadi penerus bangsa yang baik. Para pemuda harus bisa membagi
waktu tidak hanya untuk belajar untuk kepentingan sekolah maupun
perguruan tinggi namun mereka juga harus bisa membagi waktu untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitar agar para pemuda ini bisa menganalisis
masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya baik itu permasalahan politik,
permasalahan ekonomi, permasalahan sosial dan yang lain.
Para pemuda ini menjadi Agent of change untuk bangsa Indonesia
karena para pemuda ini sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar

1
yaitu menjadi pusat dari kemajuan bangsa Indonesia. Para pemuda ini juga
menjadi Agent of Devolopment untuk bangsa ini para pemuda di Indonesia
memiliki tanggung jawab yang besar unutk bisa melancarkan dan
melaksanakan berbagai macam pembangunan di berbagai macam bidang.
Para pemuda juga menjadi Agent of Modernization untuk bangsa ini para
pemuda memiliki kewajiban untuk mampu menganalisa perubahan-
perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Mereka harus bisa
menganalisa agar mereka bisa mengontrol perubahan perubahan yang akan
terjadi baik itu perubahan yang kecil maupun perubahan yang besar.
Selain itu pendidikan adalah salah satu pondasi dari peranan pemuda
diatas tanpa adanya pendidikan yang kuat maka para pemuda pasti akan
merasa kesusahan dalam menjalankan peran sebagai penerus bangsa ini.
Para pemuda juga harus memiliki semangat juang yang tinggi dan harus
memiliki mental yang gigih agar para pemuda siap menghadapi tantangan
tantangan yang besar dan tantangan-tantangan ini tidak akan membuat para
penerus bangsa kita ini tidak jatuh namun tetap gigih menghadapi semua
perubahan nya.
Para pemuda tidak hanya harus mempersiapkan dirinya sebagai
penerus bangsa tetapi para pemuda ini wajib siap untuk menjadi penerus
bangsa ini. Karena para pemuda ini adalah tolak ukur dari suatu bangsa, jika
pemuda yang dihasilkan baik dan berkualitas maka kita tidak perlu
mengkhawatirkan masa depan bangsa kita. Namun selain harus baik dan
berkualitas para pemuda ini juga harus memiliki jiwa nasionalisme dan jiwa
kejujuran yang tinggi. Agar mereka tetap mengikuti dasar negara kita dan
para penerus ini tidak membohongi para rakyatnya nanti saat mereka
memimpin.
Cara menanamkan rasa nasionalisme untuk para pemuda ini sangat
banyak. Salah satu caranya adalah kita bisa memulainya dari OSIS yang
berada paling dekat dengan para pemuda ini. Dari sekolah maupun
perguruan tinggi bisa membuat acara yang menarik pada hari-hari
peringatan Indonesia seperti hari R.A.kartini, Hari kemerdekaan, Hari
pancasila, Hari sumpah pemuda dan yang lainnya. Kita juga bisa

2
mengarahkan para pemuda untuk mematuhi aturan yang berlaku,
menciptakan dan mencintai produk dalam negeri, melakukan aksi nyata
dalam membela negara.
Kita harus bisa membuat para pemuda ini bangga dengan negara
Indonesia dengan mengenalkan budaya yang beragam. Agar mereka bisa
menjaga kelestarian lingkungan agar lingkungan lingkungan Indonesia
menjadi lebih bersih dan terpelihara. Kita juga harus belajar untuk tidak
merusak fasilitas umum. Kita juga harus menciptakan kerukunan ditengah
masyarakat yang beragam dengan cara menghargai perbedaan yang ada, jika
ada sesuatu yang berbeda kita bisa menggunakan musyawarah untuk
mencapai mufakat dengan baik.
Maka dari itu kita sebagai generasi muda kita harus bisa
mempersiapkan diri kita masing-masing agar kita bisa berkarya dan
berkontribusi dalam pencapaian-pencapaian bangsa kita. Selain generasi
muda generasi yang telah melewati masa muda juga wajib turut membantu
dan mengarahkan para pemuda ini agar bisa menjadi  penerus bangsa yang
tidak hanya berkualitas namun generasi yang jujur dan pantang menyerah
dalam meghadapi masalah-masalah politik, masalah masalah ekonomi,
masalah masalah sosial, dan masalah masalah budaya. Kita harus mengingat
jasa para pahlawan kita yang telah mempertahankan kemerdekaan dan
mempertahankan negara ini hingga detik ini.
Memang jaman ini lebih sulit untuk mempertahankan semua
perubahan yang ada namun kita sebagai penerus bangsa harus terus berusaha
agar kita bisa mengikuti perkembangan politik dan perubahan
ketatanegaraan Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemuda dan pemerintahan orde baru?
2. Apa beberapa pelanggaran pada pemerintahan orde baru?
3. Bagaimana situasi politik menjelang berakhirnya orde baru?
4. Bagaimana peran pemuda dalam penurunan rezim orde baru?
5. Bagaimana dampak partisipasi pemuda terhadap politik orde baru?

3
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pemuda dan pemerintahan orde baru.
2. Untuk mengetahui beberapa pelanggaran pada pemerintahan orde baru.
3. Untuk mengetahui situasi politik menjelang berakhirnya orde baru.
4. Untuk mengetahui peran pemuda dalam penurunan rezim orde baru.
5. Untuk mengetahui dampak partisipasi pemuda terhadap politik orde
baru.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemuda dan Pemerintahan Orde Baru
2.1.1. Pengertian Pemuda
Pemuda merupakan kumpulan orang-orang yang masih muda
yang mempunyai jiwa, semangat, ide dan pemikiran-pemikiran yang
segar dan visioner yang bisa dipergunakan untuk memajukan bangsa.
Jadi, generasi muda sangatlah penting dalam suatu bangsa, bahkan
generasi muda ini bisa dikatakan sebagai tonggak utama suatu bangsa
yang berpegaruh besar dalam suatu negara dengan aksi-aksi dan
pemikiran kritisnya. Yang dimaksud dengan kumpulan orang muda
dalam pengertian ini bukan muda menurut usia saja, yang dimaksud
dengan kumpulan orang-orang muda adalah seseorang yang masih
produktif dan masih aktif dalam bidangnya masing-masing. Biasanya
orang-orang yang dianggap muda adalah mereka yang berumur
kurang dari 40 tahun.
Sedangkan menurut Taufik Abdullah dalam bukunya Pemuda
dan Perubahan Sosial, bahwa pemuda atau generasi muda merupakan
konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Hal ini
merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini.
Di dalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa
dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai
masa depan. Ada beberapa kedudukan pemuda dalam
pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat, antara lain:
a) Kemurnian idealismenya
b) Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan
gagasan-gagasan yang baru
c) Semangat pengabdiannya
d) Sepontanitas dan dinamikanya
e) Inovasi dan kreativitasnya

5
f) Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g) Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan
keperibadiannya yang mandiri
h) Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat
merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan
yang ada.
2.1.2. Pengertian Pemerintahan Orde Baru
Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang
mengarah pada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru dieknal
dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan
Orde Lama oleh Soekarno. Orde Baru berlangsung dari tahun 1968
hingga 1998.
Moh. Mahfud M.D. , seorang Guru Besar Hukum Konstitusi di
Harian Seputar Indonesia mendeskripsikan bahwa pada masa
pemerintahan Orde Baru dulu banyak identifikasi yang dilekatkan
pada kepolitikan Indonesia sebagai negara nondemokratis seperti
statis organis, state corporatism, technocratic military regime,
patrimonialisme Jawa, beambtenstaat, post colonial state, bureaucratic
authoritarian regime (BAR) dsb. Semua identifikasi itu menunjuk
pada substansi yang sama bahwa pemerintahan Orde Baru adalah
otoriter dan korup. Bureaucratic authoritarian regime (BAR),
misalnya, adalah identifikasi yang menjelaskan bahwa pemerintahan
Orde Baru adalah pemerintahan yang otoriter dan korup yang selain
sentralistis juga ditandai birokrasi yang lamban, bertele-tele, dan
biaya mahal.
2.2. Beberapa Pelanggaran Orde Baru
Kekuasaan Orde Baru berlangsung selama 1966 hingga 1998. Jika
dilihat lebih jauh, sebenarnya pada 13 tahun pertama Orde Baru,  situasi
negara tak lebih baik daripada 13 tahun pertama era Reformasi saat ini.

6
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat
namun di saat bersamaan praktik korupsi merajalela. Kesenjangan antara
rakyat yang kaya dan yang miskin juga semakin melebar.
Pada 13 tahun pertama, sejak 1968 hingga 1981, Presiden Soeharto
menerapkan kebijakan-kebijakan khusus guna memperkuat fondasi Orde
Baru. Berikut ini gambaran kebijakan Orde Baru pada 13 tahun pertama.
a) MPR secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, dan 1983 melantik
Soeharto sebagai Presiden RI.
b) Soeharto mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi pada 19
September 1966.
c) Pengucilan politik dan pemberian hukuman sanksi kriminal terhadap
orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia  (PKI).
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat dibuang ke
Pulau Buru.
d) Pemberlakuan Penelitian Khusus (Litsus) diterapkan untuk menyeleksi
kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks
tapol).
e) Orde Baru membangun ekonomi melalui bisnis militer dan menciptakan
struktur administratif yang didominasi militer dengan penasihat dari ahli
ekonomi didikan Barat.
f) DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya dipilih dari
kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini
mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
g) Pembagian PAD tidak adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap
tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah.
h) Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan tapi
tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di
pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI.
i) Eksploitasi sumber daya alam (SDA) secara besar-besaran.
Pengeksploitasian SDA menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar
namun tidak merata di Indonesia.

7
j) Warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,
warga Tionghoa dianggap sebagai warga negara asing dan
kedudukannya berada di bawah pribumi. Kesenian barongsai secara
terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin
dilarang. Agama tradisional Tionghoa dilarang, Akibatnya agama
Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.
 Selain kesepuluh poin di atas, hal yang paling menonjol adalah tidak
adanya kebebasan pers untuk mengungkapkan pendapat atau menerbitkan
berita, jika hal tersebut kiranya memberi coretan buruk maupun tidak
mnguntungkan pemerintahan Orde Baru. Padahal dalam kehidupan negara
Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan
pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD
1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang.
Pengertian lebih lanjut tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat
dinyatakan dalam Pasal 1 (1) UU No. 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan
menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas
dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur kemerdekaan
mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan Undang-Undang No. 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum. Pengertian di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau
orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat setiap
orang. Mengemukakan pendapat di muka umum berarti menyampaikan
pendapat di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang
dapat didatangi dan/atau dilihat setiap orang.
Jika dilihat dari hal-hal diatas, bangsa Indonesia tengah mengalami
situasi sulit dimana kebabasan menjadi barang langka dan kekuasaan otoriter
menjadi “ciri khas” pemerintahan Indonesia selama sekitar 32 tahun.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi ini pun harus

8
dirasakan  masyarakat dalam hati, maupun dalam keluhan yang tidak
menyelesaikan masalah karena tidak adanya pengungkapan secara terbuka.
2.3. Situasi Politik Menjelang Berakhirnya Orde Baru
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demokrasi pada masa Orde
Baru tidak mencapai substanstinya. Ini terbukti dengan mutu pemilu yang
dianggap tidak fair dan jauh dari kualitas demokrasi yang sebenarnya.
Golkar di bawah kepemimpinan Harmoko, mantan Menteri Penerangan
(1987-1996) memenangkan lebih dari 70% suara pada pemilu 1997 .
Hal ini mengundang aksi - aksi protes terbuka yang mengiringi
tahapan-tahapan pemilu. Mulai dari pantarlih sampai dengan pemungutan
dan penghitungan suara di berbagai daerah. Munculnya kehendak untuk
perubahan dalam perpolitikan sudah terasa kian membesar, bahkan sebelum
krisis ekonomi terjadi. Aksi aksi protes pada pemilu 1997 juga merupakan
pertanda semakin meningkatnya keberanian masyarakat untuk melakukan
perlawanan terhadap manipulasi politik yang sebelumnya tidak atau jarang
terjadi. Kerusuhan sosial yang semakin marak karena kekerasan politik baik
sebelum maupun pasca Pemilu 1997. Misalnya, peristiwa penyerangan
kantor DPP-PDI di Menteng, Jakarta pada bulan Juli 1996, konflik anatar
etnik (1996) Madura dan Dayak di Sanggau Ledo dan antar Madura dan
Melayu di Sambas (1998) (Kalimantan Barat), huru-hara di Rengasdengklok
(Karawang) dan beberapa kerusuhan dalam skala kecil, terjadi di desa-desa .
Dibalik kerusuhan sosial itu adalah resistensi masyarakat mengadapi poltik
kontrol dan pengendalian pemerintah, karena semakin kuatnya keterkaitan
antara kecenderungan politik nasional dengan politik lokal (Syamsuddin,
1998) yang keras menjelang dan sesudah pemilu. Kekecewaan itu terfokus
atas penataan politik yang hegemonik, pengelolaan ekonomi yang berlumur
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) sehingga mendorong praktek dan
pertumbuhan ekonomi makin tidak sehat,serta penegakan hukum yang
lemah.
Kemenangan Golkar pada pemilu 1997 tersebut, memposisikan Golkar
di puncak kejayaannya. Tetapi, walaupun pemerintah Orde Baru
memperkokoh kekuasaannya, loyalitas ABRI, dan Golkar yang tak

9
tergoyahkan, demokrasi yang selama Orde Baru kehilangan substansinya
meledak untuk menuntut reformasi di segala bidang.             Menurut para
reformis, reformasi politik harus dimulai dengan mengubah lima undang-
undang politik yaitu UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, UU Anti Monopoli, dan UU Anti
Korupsi. Dr. Anwar Haryono, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
melihat bahwa tuntutan akan reformasi sudah tidak dapat dibendung lagi. Ia
menemui Soeharto dan menyarankan agar Soeharto memimpin reformasi,
kalau tidak Soeharto boleh menyerahkan reformasi ke DPR.
Soeharto dengan cerdik menanggapi usulan Anwar Haryono. Ia
mencoba memulai reformasi sesuai dengan apa yang dipikirkannya sendiri.
Tanggal 30 April Presiden Soeharto mengundang para pimpinan DPR,
orsospol dan ABRI ke kantor resminya, Binagraha. Pertemuan yang disebut
silaturahmi itu berlangsung selama 90 menit, membahas situasi politik
terakhir, dan kemungkinan merombak lima undang-undang politik dan
reformasi. Hasil dari pertemuan itu adalah, menurut Soeharto reformasi
GBHN itu harus dengan GBHN yang baru. Kata-kata Soeharto inilah yang
kemudian ditafsirkan sebagai “reformasi tidak ada sampai tahun 2003”.
 Mahasiswa dan para aktivis reformasi sangat kecewa atas pendirian
Soeharto itu. Aksi-aksi semakin marak menuntut agar reformasi
dilaksanakan saat ini juga, bukan tahun 2003.
Di tengah situasi yang genting, Soeharto berangkat ke Kairo pada
tanggal 9 Mei untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi kelompok G15
ke-8, sebuah forum kerjasama antar negara-negara berkembang. Ketika di
Kairo, Soeharto menyatakan kesediaannya untuk lengser keprabon.
“Silahkan diganti, asal dengan cara yang konstitusional. Saya tidak akan
mempertahankan dengan kekuatan senjata,” Soeharto.
Masyarakat tidak percaya lagi terhadap kata-kata Soeharto karena
dalam waktu dua minggu saja, ralat pers dan tuduhan salah kutip terhadap
pers seperti itu terulang dua kali. Ralat Alwi Dahlan disampaikan dengan
hati-hati, mengingat pengalaman dua minggu sebelumnya, ralat akan
menimbulkan reaksi keras. Perkiraan itu benar. Kali ini tuntutan masyarakat

10
lebih keras. Mereka menuntut diadakan Sidang Istimewa MPR, meminta
pertanggungjawaban Soeharto, dan mengembalikan mandatnya kepada
MPR. Soeharto yang terlanjur menyangkal pernyataan mundurnya,
menjanjikan tiga langkah. Langkah pertama, Soeharto dengan kewenangan
yang ada digunakan untuk menyelamatkan bangsa dan negara, melindungi
hak hidup warga negara, mengamankan harta dan hak milik rakyat,
mengamankan pembangunan dan aset nasional, memelihara persatuan dan
kesatuan bangsa, serta mengamankan Pancasila dan UUD 1945. Kedua,
reformasi akan terus dijalankan di segala bidang. Dan ketiga, Soeharto akan
meresufle Kabinet Pembangunan VII.
Antara tanggal 18 hingga 20 Mei terjadi beberapa perkembangan
sangat menentukan terhadap kedudukan Soeharto.
Orang-orang yang dekat dengan Soeharto berbalik arah untuk
mendukung tuntutan-tuntutan demonstran. Pada tanggal 18 Mei, gedung
MPR/DPR mulai dipadati demonstran. Pimpinan MPR/DPR mengadakan
rapat untuk merespon tuntutan mereka. Rapat itu menghasilkan kesepakatan
yang dituangkan dalam sebuah penyataan pers Harmoko yang mengejutkan
semua pihak. Mengejutkan, karena keluar dari DPR yang didominasi
Golkar, kelompok yang dekat dengan Soeharto. Dalam pernyataan tersebut
pimpinan dewan mengharapkan agar presiden sebaiknya mengundurkan diri.
Pada tanggal 20 Mei, 14 menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin
Ginanjar Kartasasmita mengadakan rapat di kantor Bappenas.Rapat ini
menghasilkan bahwa mereka tidak bersedia duduk di Kabinet Reformasi.
Mereka menyampaikan hasil rapat ini dalam bentuk surat kepada
Soeharto.                  
Di hari yang sama, Soeharto juga menerima surat dari pimpinan DPR.
Isinya menyatakan agar Presiden Soeharto selambat-lambatnya
mengundurkan diri pada hari Jum’at 22 Mei. Kalau sampai hari Jum’at itu
Soeharto tidak juga mundur, maka pimpinan DPR/MPR akan menyiapkan
Sidang Istimewa tanggal 25 Mei. Setelah membaca surat itu, Soeharto
memberitahu Sadilah Mursyid tentang ketetapan hatinya untuk berhenti
keesokan harinya. Kabar ini pun bocor sampai ke para demonstran yang

11
menduduki gedung MPR/DPR. Kamis pagi, 21 Mei 1998, Soeharto
membacakan surat pengunduran dirinya dan BJ. Habibie secara otomatis
menjadi presiden.
2.4. Peran Pemuda dalam Penurunan Rezim Orde Baru
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu
yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi
taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang
berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan
lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan
Negara.        
Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengorbakan semangat
juang Pemuda, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan
dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan
pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.          
Peran pemuda dalam perjalanan bangsa ini sangat sentral. Pemuda
selalu menjadi bagian terdepan dalam setiap perubahan sejarah. Dalam
catatan sejarah Indonesia, pemuda menjadi aktor utama pada peristiwa-
peristiwa bersejarah. Kesadaran nasionalisme Indonesia di awal abad 19
dimulai oleh kaum muda. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah
inisiatif kaum muda. Revolusi kemerdekaan juga diperjuangkan orang-orang
muda, bahkan sebagian dipimpin oleh kaum muda. Demikian pula
runtuhnya pemerintahan orde baru.          
Runtuhnya Orde Baru pada awalnya dikarenakan krisis moneter yang
berubah menjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia
ada kurun waktu 1997-1998 merupakan langkah pembuka terjadinya
perubahan sistem politik besar-besaran di tanah air dengan mahasiswa
sebagai agennya. Meskipun pada awalnya terlihat sebagai krisis moneter,
tapi krisis ini ternyata mepunyai efek serius dalam berbagai aspek yang luas
dampaknya di Indonesia. Saat itu, mahasiswa terus meneriakkan tuntutan
mereka yang pertama, yaitu  “Turunkan Harga!”. Tetapi, semakin lama
kondisi perekonomian malah semakin buruk. Tuntutan mahasiswa pun
berubah menjadi “Turunkan Soeharto!”. Saat itu kaum pemuda memiliki

12
pemikiran, kondisi perekonomian suatu negara takkan membaik apabila
kondisi perpolitikannya buruk, atau bahkan sudah hancur. Ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa krisis ekonomi bukanlah krisis yang berdiri
sendiri, tapi berhubungan dengan kondisi politik dan sosial suatu
negara.        
Saat itu, suara hati rakyat disalurkan oleh Mahasiswa yang berperan
sebagai pemuda yang mau peduli pada bangsanya. Ada beberapa lagu yang
mereka ciptakan sebagai pengobar semangat perjuangan mereka, seperti
Buruh Tani dan Totalitas perjuangan. Mereka mulai turun ke jalan untuk
aksi, padahal ini tidak sesuai dengan peraturan NKK dan BKK. Melihat
keadaan yang demikian, banyak tokoh pemerintahan yang menuduh
mahasiswa melakukan politik praktis. Padahal mahasiswa melakukan aksi
aksi itu dilandaskan pada hal yang mereka anggap benar dan tidak
dipengaruhi oleh kekuatan kelompok lain. Ini menyebabkan gerakan ini
berhak disebut sebagai gerakan moral.        
Momentum yang menambah tegang situasi ini adalah semenjak tragedi
Trisakti dimana 4 mahasiswa meninggal ditembak oleh aparat yang berjaga
disana. Semenjak itu mahasiswa terus mendesak agar Soeharto diturunkan.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, berkat usaha keras mahasiswa –dan
pihak lainnya- , Soeharto pun mundur dari jabatannya.
2.5. Dampak Partisipasi Pemuda Terhadap Politik Orde Baru
Setelah pemuda berhasil melengserkan Soeharto dari kursi
kepemimpinan selama 32 tahun, Indonesia memasuki masa Reformasi
dimana saat itu dikatakan memasuki dunia baru yang terlepas dari
cengkraman penguasa otoriter. Awal reformasi yang ditandai dengan
lengsernya Soeharto sebagai presiden RI pun mulai memberikan kebebasan
pers untuk memuat berita dan tidak diperlukan lagi surat izin terbit dan tidak
ada lagi pembreidelan. Hal ini diperkuat oleh adanya UU No. 40 Tahun
1999 tentang pers. Sejak itu bangsa Indonesia memasuki era sistem pers
liberal barat. Setelah reformasi, walaupun belum ada peristiwa politik
radikal yang memerlukan peran penting mahasiswa, namun mahasiswa
belum berhenti melakukan aksi-aksi perubahan dalam situasi politik

13
Indonesia. Peran mahasiswa masih dibutuhkan sebagai media kontrol politik
Indonesia, sebagai distributor pikiran-pikiran masyarakat. Sifat mahasiswa
yang kritis merupakan faktor pemicu yang kuat dalam pentingnya peranan
mahasiswa dalam peristiwa politik tanah air.
BAB III
PENUTUP
Peran mahasiswa masih dibutuhkan sebagai media kontrol politik Indonesia,
sebagai distributor pikiran-pikiran masyarakat. Sifat mahasiswa yang kritis
merupakan faktor pemicu yang kuat dalam pentingnya peranan mahasiswa dalam
peristiwa politik tanah air.

14
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto, Eko Targiyatmi, Pembelajaran sejarah interaktif 3, PT Tiga Serangkai
(Solo : Januari 2015)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Indonesia Kelas XII, Kementrian
Pendidikan Nasional , Jakarta 2015
Herimanto, Eko targiatmi, Sejarah Indonesia Kelas XII, PT Tiga Serangkai (Solo :
Desember 2018).

15

Anda mungkin juga menyukai