Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU

Diajukan untuk memenuhi Tugas 2 Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH:

NAMA : TAUFIK PATHURROHMAN


NIM : 049973116
PRODI : SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN

TEKNOLOGI UNIVERSITAS

TERBUKA

UPBJJ BANDUNG

TAHUN AJARAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat meneyelesaikan tugas 2 makalah Bahasa
Indonesia yang berjudul "Peran Mahasiswa Dalam Mewujudkan Indonesia Maju" dengan
lancar dan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas 2 Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Rizqi Romadlon, M.Pd
selaku Tutor/Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia karena telah mengarahan saya dalam
pembuatan makalah ini.

Sebelumya mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya sangat
mengharagai semua saran dan kritik untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini
berguna dan banyak manfaatnya bagi kita semua.

Makassar, 12 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan beragam potensi alam dan sumber daya
manusia yang melimpah, memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara maju di
tingkat global. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia masih dihadapkan pada
berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai cita-cita menjadi negara maju.
Salah satu faktor kunci dalam mewujudkan visi Indonesia maju adalah peran mahasiswa,
yang merupakan agen perubahan dan pilar utama dalam memajukan negara ini.

Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda Indonesia memiliki peran strategis
dalam membangun masa depan bangsa. Mereka merupakan pemimpin masa depan yang
akan membawa perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik. Peran mahasiswa tidak terbatas pada kampus, melainkan juga melibatkan mereka
dalam berbagai inisiatif dan gerakan sosial yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat.

Selain itu, mahasiswa juga berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penelitian dan inovasi. Mereka adalah agen pembaharuan yang
mendorong perkembangan sains dan teknologi, yang pada gilirannya akan memperkuat
daya saing Indonesia di tingkat global.

Selama beberapa tahun terakhir, mahasiswa di Indonesia telah aktif dalam berbagai
gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia,
melawan korupsi, dan memperjuangkan isu-isu lingkungan. Peran mahasiswa dalam
mendorong perubahan ini menjadi sangat penting dalam proses mewujudkan Indonesia
maju.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa juga tidak sedikit, mulai dari
akses pendidikan yang terbatas, pengangguran setelah lulus, hingga permasalahan
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, penting untuk mendukung mahasiswa dan
memberikan fasilitas serta kesempatan yang cukup agar mereka dapat berperan secara
maksimal dalam mewujudkan visi Indonesia maju.

TUGAS 2 BAHASA 1
Dalam konteks inilah, peran mahasiswa menjadi kunci dalam menggerakkan
perubahan positif menuju Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaya saing di tingkat
global. Mahasiswa adalah harapan dan kekuatan yang harus dioptimalkan untuk
mencapai tujuan tersebut.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja peran strategis mahasiswa dalam membangun masa depan bangsa,
terutama dalam aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik?
 Bagaimana peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam memajukan
Indonesia menjadi negara maju di tingkat global?
 Bagaimana dukungan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat dapat
memaksimalkan peran mahasiswa dalam mewujudkan visi Indonesia maju,
sejahtera, dan berdaya saing di tingkat global?

C. Tujuan
 Memberikan kontribusi strategis mahasiswa dalam membangun masa depan
bangsa, khususnya dalam meningkatkan aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik.
 Mengetahui peran mahasiswa dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penelitian dan inovasi, serta dampaknya pada daya saing Indonesia di
tingkat global.
 Mengidentifikasi upaya pemerintah dan masyarakat dalam mendukung mahasiswa
dan memberikan fasilitas serta kesempatan yang cukup agar mereka dapat
berperan secara maksimal dalam mewujudkan visi Indonesia maju, sejahtera, dan
berdaya saing di tingkat global.

TUGAS 2 BAHASA 2
BAB II

PEMBAHASAN

Pancasila, sebagai rumusan dan pedoman kehidupan bagi rakyat Indonesia, memegang
peranan penting dalam membentuk identitas dan karakter bangsa. Meskipun diakui sebagai
falsafah dan ideologi yang harus dijunjung tinggi, penerapannya dalam masyarakat
menunjukkan ketidaksempurnaan yang berdampak negatif pada moral dan perilaku
masyarakat. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakter manusia,
permasalahan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pendidikan.

Penurunan nilai moral dalam masyarakat bukan hanya mempengaruhi hubungan


antarindividu, tetapi juga mengancam tatanan sosial dan norma yang ada. Ketidaksesuaian
perilaku dengan nilai-nilai Pancasila dapat menghasilkan konflik dan perpecahan dalam
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu berperan aktif dalam menerapkan nilai-nilai
Pancasila untuk membangun harmoni, mengakui kesamaan kedudukan manusia, saling
membantu, dan melaksanakan demokrasi.

Selain peran masyarakat, mahasiswa juga memiliki tanggung jawab sebagai agent of
change. Dalam menghadapi perkembangan dunia yang dinamis, mahasiswa diharapkan
mampu merefleksikan dan mengembalikan kekuatan nilai-nilai Pancasila yang mulai luntur.
Pemahaman mendalam terhadap Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
menjadi kunci utama. Dalam konteks ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dianggap sebagai langkah progresif untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai Pancasila.

Mahasiswa, sebagai generasi penerus, diingatkan untuk tumbuh sebagai pribadi yang
intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki kesetiakawanan sosial. Kesadaran
akan peran sebagai agent of change melibatkan kemampuan untuk membuat perubahan
positif dalam masyarakat. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan nilai-nilai Pancasila
menjadi kewajiban mahasiswa agar dapat menjaga keutuhan ideologi dan kepribadian
bangsa.

Pentingnya peran mahasiswa sebagai pelopor perubahan tidak hanya mencakup aspek
moral dan perilaku, tetapi juga melibatkan kontribusi dalam pembangunan nasional. Dengan
memahami, menerapkan, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, mahasiswa dapat menjadi
agen perubahan yang membantu menegakkan prinsip-prinsip Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

TUGAS 2 BAHASA 3
Masa depan kebangsaan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana generasi muda,
terutama mahasiswa, dapat menjalankan peran sebagai agen perubahan yang berkomitmen
untuk mempertahankan dan memajukan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, dalam upaya
menjadikan Pancasila sebagai panduan hidup, mahasiswa perlu membekali diri dengan
pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, memperkuat jati diri sebagai bangsa
Indonesia, dan menguatkan semangat nasionalisme. Dengan demikian, mahasiswa dapat
memberikan kontribusi nyata dalam menjaga keutuhan Pancasila dan membawa perubahan
positif dalam masyarakat Indonesia.

Peran mahasiswa sebagai tulang punggung suatu bangsa tidak dapat dipandang
enteng, sebab mereka adalah generasi penerus yang memiliki potensi besar untuk membentuk
masa depan negara. Untuk memastikan kontribusi yang maksimal, mahasiswa perlu dikelola
dan dimanfaatkan dengan baik, dengan memfokuskan pada pengembangan tiga kompetensi
kewarganegaraan utama: Pengetahuan Kewarganegaraan, Kecakapan Kewarganegaraan, dan
Watak Kewarganegaraan.

Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge) menjadi pondasi utama bagi


mahasiswa dalam memahami nilai-nilai kebangsaan, khususnya Pancasila dan Undang-
Undang 1945. Menurut Branson (1999), aspek ini melibatkan pemahaman hak dan kewajiban
sebagai warga negara, serta penguasaan konsep politik, hukum, dan moral. Mulyono (2017)
menegaskan bahwa civic knowledge membentuk kemampuan akademik-keilmuan,
membantu mahasiswa mengembangkan daya kritis, kepedulian, persatuan, dan integritas.

Namun, pengetahuan saja tidak cukup. Kecakapan kewarganegaraan (civic skills)


perlu dikembangkan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam menghadapi permasalahan
berbangsa dan bernegara. Ini mencakup kecakapan intelektual dan kecakapan partisipasi.
Mahasiswa diharapkan dapat mengkritisi kebijakan publik dan terlibat aktif dalam kegiatan
yang berkaitan dengan kewarganegaraan.

Watak Kewarganegaraan (civic disposition) menjadi poin penting ketiga. Ini merujuk
pada karakter atau sifat yang mendukung efektivitas partisipasi politik dan berfungsinya
sistem politik sesuai konstitusi. Tujuan utama dari pengembangan watak kewarganegaraan
adalah untuk membentuk karakter warga yang tangguh dan bertanggung jawab, sebagaimana
disampaikan oleh Branson (dalam Mulyono, 2017).

Dengan memiliki ketiga kompetensi tersebut, diharapkan mahasiswa tidak hanya


menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk

TUGAS 2 BAHASA 4
berpartisipasi aktif dalam tatanan negara. Proses pembentukan karakter warga yang
bertanggung jawab, demokratis, dan berintegritas merupakan langkah krusial dalam
menanamkan semangat kebangsaan dan rasa solidaritas yang tinggi di kalangan mahasiswa.

Melalui pemahaman mendalam, pengembangan keterampilan, dan pembentukan


karakter kewarganegaraan, mahasiswa diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
membangun dan mengembangkan negara. Mahasiswa yang terlibat aktif dalam tatanan
negara menjadi modal berharga untuk mencapai cita-cita kebangsaan. Oleh karena itu,
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi harus menjadi landasan kuat bagi
mahasiswa sebagai agen perubahan yang membawa dampak positif pada masyarakat dan
negara.

Pendidikan memegang peran penting sebagai upaya terencana dalam menghumanisasi


manusia melalui proses sosialisasi, membentuk karakter, dan melatih kemampuan intelektual
peserta didik hingga mencapai kedewasaan (Mustoip, Japar & Zulela, 2018). Kata "karakter"
berasal dari bahasa Yunani "charassein," yang artinya "to engrave" atau mengukir (Oktari &
Kosasih, 2019). Karakter bukan hanya sekadar tindakan, melainkan kumpulan nilai yang
membentuk pemikiran, sikap, dan perilaku. Faktor-faktor seperti pendidikan orang tua dan
kepribadian genetik turut membentuk karakter seseorang (Asbari et al., 2020).

Karakter terdiri dari pengetahuan tentang moral, perasaan, dan perilaku bermoral.
Sebuah karakter yang baik melibatkan pemahaman, cinta terhadap kebaikan, dan tindakan
nyata kebaikan (Oktari & Kosasih, 2019). Proses pembentukan karakter yang efektif
melibatkan ketiga aspek tersebut, sambil menumbuhkan kebiasaan berpikir, berhati, dan
bertindak positif secara terintegrasi. Pendidikan karakter bertujuan mendorong peserta didik
tumbuh dengan kompetensi berpikir, berpegang pada prinsip-prinsip moral, dan berani
melakukan yang benar meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan.

Pendidikan karakter merupakan proses transformasi nilai-nilai kehidupan yang


ditanamkan dalam diri seseorang. Internalisasi atau penanaman nilai-nilai positif bertujuan
membentuk karakter sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya, dan falsafah bangsa (Oktari &
Kosasih, 2019). Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila dikelompokkan
menjadi prinsip empat olah dan nilai-nilai kewajiban terhadap Tuhan, diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa, dan lingkungan. Terdapat 18 karakter bangsa yang menjadi target dan
indikator keberhasilan pendidikan karakter bagi bangsa, mencakup nilai-nilai seperti religius,
jujur, toleransi, disiplin, dan lainnya (Zaman, 2019).

TUGAS 2 BAHASA 5
Mewujudkan pendidikan karakter membutuhkan penanaman nilai, karena karakter
berasal dari nilai-nilai tersebut. Para mahasiswa di perguruan tinggi, sebagai contoh, diajak
untuk memahami karakter sebagai warga negara, hak dan kewajiban, wawasan nusantara, dan
keberagaman sosial. Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut,
diharapkan mereka dapat tumbuh sebagai individu yang memiliki karakter baik dan mampu
berpartisipasi sebagai warga global (Tim Character Building Development Center Universitas
Bina Nusantara Jakarta, 2020). Melalui pendidikan karakter, diharapkan setiap individu dapat
membentuk karakternya sendiri dan menjadi bagian dari masyarakat yang berlandaskan pada
nilai-nilai moral, menciptakan harmoni, serta memberikan kontribusi positif untuk kemajuan
bangsa.

Dalam konteks pendidikan karakter, Muslich Masnur (2011:75) dan Lickona (1992)
menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik, yakni moral knowing atau
pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral, dan moral action atau
perbuatan moral. Konsep ini diperlukan agar generasi millennial tidak hanya memahami
nilai- nilai kebijakan, tetapi juga mampu merasakannya dan mengimplementasikannya dalam
tindakan sehari-hari. Pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan budi pekerti plus,
melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), perasaan (emosional), dan tindakan (praktikal). FW
Foerster menunjukkan bahwa terdapat empat ciri dasar pendidikan karakter, yang akan
dijelaskan lebih lanjut:

1. Normatif dan Menghormati Norma: Pendidikan karakter menekankan setiap


tindakan yang berpedoman pada nilai normatif. Hal ini bertujuan agar generasi dapat
menghormati norma-norma yang berlaku dan menjadikannya pedoman dalam
bertingkah laku di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, karakter individu akan
terbentuk dengan nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh
masyarakatnya.

2. Korelasi dengan Percaya Diri dan Keberanian: Ciri kedua adalah adanya korelasi
atau pembangunan rasa percaya diri dan keberanian. Pendidikan karakter berperan
dalam membentuk pribadi yang memiliki keberanian dan keteguhan pendirian. Ini
menciptakan individu yang tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut
menghadapi risiko dalam menghadapi situasi baru. Kepercayaan diri yang kuat
menjadi landasan untuk mengambil keputusan yang teguh dan bertanggung jawab.

TUGAS 2 BAHASA 6
3. Otonomi dan Kemandirian: Pendidikan karakter mendorong adanya otonomi, di
mana seseorang menginternalisasi aturan dari luar menjadi nilai-nilai dalam dirinya.
Dengan demikian, individu mampu menghayati dan mengamalkan aturan tanpa harus
dipengaruhi atau didesak oleh orang lain. Otonomi membawa pada kemampuan
mengambil keputusan secara mandiri, tanpa terpengaruh oleh tekanan eksternal.

4. Keteguhan dan Kesetiaan: Ciri keempat adalah keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
mencakup daya tahan dalam mewujudkan apa yang dianggap baik, sementara
kesetiaan merupakan dasar penghormatan terhadap komitmen yang telah dipilih.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk individu yang teguh dalam prinsip-
prinsipnya dan setia pada nilai-nilai yang telah dianutnya.

Upaya mengimplementasi pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang tidak


hanya terfokus pada ruang kelas, tetapi juga melibatkan aspek holistik di dalam lingkungan
kampus. Pendekatan Holistik, seperti yang dijelaskan oleh Elkind dan Sweet (2005), menjadi
landasan utama untuk mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek
kehidupan perguruan tinggi. Berikut adalah tipe-tipe pendekatan holistik yang dapat
diaplikasikan dalam perguruan tinggi:

1. Hubungan Antar Mahasiswa, Guru, dan Masyarakat: Pendekatan holistik


mengatur segala sesuatu di perguruan tinggi berdasarkan perkembangan hubungan
antara mahasiswa, dosen, dan masyarakat sekitar. Ini menciptakan ikatan yang erat
dan saling mendukung di antara mereka.

2. Sekolah sebagai Masyarakat Peduli: Perguruan tinggi dianggap sebagai masyarakat


peserta didik yang peduli, di mana terdapat ikatan yang jelas yang menghubungkan
mahasiswa, dosen, dan institusi. Kesadaran akan tanggung jawab bersama menjadi
kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan karakter.

3. Pembelajaran Emosional dan Sosial Sejajar dengan Akademik: Pembelajaran


tidak hanya terfokus pada aspek akademik, tetapi juga memberikan perhatian yang
seimbang pada pembelajaran emosional dan sosial mahasiswa. Pengembangan
karakter menjadi bagian integral dari pengalaman pendidikan mereka.

4. Kerjasama dan Kolaborasi: Pendekatan holistik menekankan bahwa kerjasama dan


kolaborasi di antara mahasiswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan
persaingan.

TUGAS 2 BAHASA 7
Lingkungan kampus didesain untuk mempromosikan kolaborasi yang membangun,
menciptakan suasana inklusif.

5. Nilai-nilai Sebagai Bagian dari Pembelajaran Harian: Nilai-nilai moral, seperti


keadilan, rasa hormat, dan kejujuran, diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehari-
hari baik di dalam maupun di luar kelas. Mahasiswa diajak untuk menjalankan nilai-
nilai ini dalam setiap aspek kehidupan kampus.

6. Praktik Perilaku Moral Melalui Kegiatan: Mahasiswa diberikan banyak


kesempatan untuk mengimplementasikan perilaku moral mereka melalui berbagai
kegiatan, seperti pembelajaran pelayanan masyarakat. Ini memberikan pengalaman
langsung dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam tindakan nyata.

7. Fokus pada Disiplin dan Pengelolaan Kelas: Dalam menanggapi masalah,


pendekatan holistik lebih memfokuskan pada disiplin dan pengelolaan kelas sebagai
solusi, daripada hanya bergantung pada hadiah dan hukuman. Pendekatan ini
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan karakter.

8. Model Pembelajaran Berpusat pada Kelas Demokrasi: Model pembelajaran yang


berpusat pada guru digantikan dengan kelas demokrasi di mana dosen dan mahasiswa
berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan mencari solusi bersama. Ini
mendorong partisipasi aktif dan tanggung jawab bersama.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat, selain penerapan Pendidikan


Karakter, Gerakan Literasi Digital menjadi strategi berkelanjutan yang krusial. Era ini
menandai awal kehidupan baru, di mana teknologi memainkan peran utama dalam
membentuk arah bangsa di masa depan. Namun, rendahnya literasi, terutama dalam minat
membaca, memberikan tantangan tersendiri, terutama jika dibandingkan dengan negara-
negara lain yang memiliki minat membaca sebagai kegiatan rutin.

Literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga


keterampilan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan informasi
secara kritis. Pemanfaatan teknologi ini menjadi penentu bagi pembentukan masyarakat di
masa depan. Oleh karena itu, Gerakan Literasi Digital tidak hanya berperan sebagai respons
terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga sebagai upaya membangun pengetahuan,
keterampilan, dan partisipasi dalam pengembangan masyarakat.

TUGAS 2 BAHASA 8
Peranan sastra digital menjadi kunci dalam mengubah pola pikir kolektif masyarakat
Indonesia. Sastra digital dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memberikan
kontribusi positif dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Dengan menciptakan
inovasi yang bermanfaat, sastra digital dapat menjadi solusi bagi berbagai permasalahan yang
dihadapi tanpa menimbulkan dampak negatif.

Gerakan Literasi Digital tidak hanya tentang menggunakan teknologi, melainkan juga
tentang mengubah pola pikir dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kehidupan
bermasyarakat. Pentingnya kesadaran akan pentingnya literasi digital terutama di era ini, di
mana perubahan pola pikir tradisional harus mengikuti perkembangan zaman. Solusi untuk
mengatasi tantangan ini adalah dengan mengintegrasikan literasi digital ke dalam pendidikan,
terutama di sekolah dan lingkungan masyarakat.

Dengan meningkatnya literasi digital, masyarakat Indonesia dapat mengikuti


perkembangan informasi, pengetahuan, dan teknologi global. Gerakan Literasi Digital
menciptakan harapan yang lebih besar bagi generasi mendatang, menuju terwujudnya Era
Keemasan pada tahun 2045. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan paradigma dan
kesadaran untuk mengikuti perkembangan zaman, dengan menggabungkan literasi digital dan
teknologi sebagai langkah konkret dalam memajukan masyarakat menuju masa depan yang
lebih modern dan canggih.

Disisi lain, Peran pemerintah dalam kemajuan sektor pendidikan, khususnya dalam
mendukung pendidikan vokasi yang terjangkau, memiliki dampak signifikan terhadap
pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. Dalam kerangka ini, pemerintah dapat
memainkan peran utama dengan memberikan dukungan yang cukup untuk penyediaan
peralatan praktek bagi mahasiswa. Adanya sumber dana yang disediakan pemerintah dapat
menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pada pendidikan vokasi.

Sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2020, yang mengedepankan
pembangunan manusia sebagai prioritas nasional, pendidikan vokasi menjadi kunci dalam
mencapai tujuan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan dalam bentuk
hibah kompetisi kepada perguruan tinggi yang dinilai layak, sebagai langkah konkrit dalam
mendukung pembangunan manusia dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Pentingnya standar mutu pendidikan vokasi tidak dapat diabaikan, terutama


mengingat peran krusialnya dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 menuju
masyarakat society
5.0. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, dapat memfasilitasi pendidikan vokasi dengan

TUGAS 2 BAHASA 9
meningkatkan kualitasnya. Meskipun pengadaan sarana prasarana pendidikan vokasi
memerlukan investasi yang signifikan, pemerintah bisa memberikan bantuan dan fasilitasi
untuk memastikan kebutuhan tersebut terpenuhi.

Dengan memainkan peran kunci dalam menyediakan sumber daya dan dukungan,
pemerintah tidak hanya mendukung terjaganya standar mutu pendidikan vokasi tetapi juga
turut menciptakan sumber daya manusia yang siap kerja. Seiring dengan itu, upaya
pemerintah dalam memajukan pendidikan vokasi tidak hanya memberikan dampak positif
pada tingkat keterampilan tenaga kerja, tetapi juga berpotensi meningkatkan derajat
perekonomian keluarga dan secara keseluruhan, kemajuan bangsa.

TUGAS 2 BAHASA 1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Partisipasi mahasiswa dalam pembangunan Indonesia sangat penting karena mereka


berperan sebagai agen perubahan bagi masyarakat dan negara. Mahasiswa mempunyai
kemampuan meneliti, mengembangkan hal-hal baru serta menunjukkan keterampilan dan
bakatnya melalui kegiatan sosial dan organisasi. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan berkualitas dan menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan dan kemanusiaan
kepada mahasiswanya harus mendukung mahasiswa dan kemajuan Indonesia. Selain itu,
pemerintah harus memberikan dukungan dan standar yang memadai agar mahasiswa dapat
berkontribusi secara efektif dalam membangun negara.

B. Saran

Bagi pihak universitas, pemerintah dan mahasiswa itu sendiri, hal ini adalah tentang
terus mempererat kerja sama dan kolaborasi dalam upaya memajukan negara. Perguruan
tinggi akan membuat program yang melibatkan mahasiswa dalam berbagai bidang
pembangunan, sedangkan pemerintah harus memberikan kesempatan dan kesempatan kepada
mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Bagi mahasiswa sendiri, penting untuk
terus meningkatkan keterampilan dan kemampuan, serta memiliki rasa cinta tanah air yang
kuat dan pengetahuan hukum yang baik. Mahasiswa akan selalu relevan dan responsif
terhadap perubahan sosial, politik dan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Secara umum,
melalui komitmen dan kerja sama antara mahasiswa, perguruan tinggi, dan pemerintah,
Indonesia dapat terus maju dan menjadi negara berkembang yang tangguh.

TUGAS 2 BAHASA 1
DAFTAR PUSTAKA

Dasmana, A., Wasliman, I., & Yoseptry, R. (2022). Implementation of integrated quality
management strengthening character education in realizing Pancasila student
profiles. International Journal of Graduate of Islamic Education, 3(2), 361-377.

Agustina, A., Saputra, A. S., Indranika, D. B., Kusumaningsih, O., Mamuri, J., & Pazqara, E.
W. (2022). Increasing Digital Literacy in Realizing Golden Indonesia. East Asian
Journal of Multidisciplinary Research, 1(10), 2091-2108.

Utami, S. G. A., & Najicha, F. U. (2022). Kontribusi mahasiswa sebagai agent of change
dalam penerapan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan bermasyarakat. De Cive: Jurnal
Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(3), 96-101.

Hijran, M., Oktariani, D., & Rahmani, Z. (2022). Peran Mahasiswa Sebagai Generasi Muda
dalam menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Kewarganegaraan, 6(4), 6763-6774.

Sudarma, U. (2022). Pendidikan karakter dalam mewujudkan sumber daya manusia berdaya
saing menuju Indonesia Emas 2045. Sharia: Jurnal Kajian Islam, 1(1), 37-55.

Wahono, M. (2018). Pendidikan Karakter: Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa di Era


Milenial. Integralistik, 29(2), 145-151.

Ilma, N. (2015). Peran pendidikan sebagai modal utama membangun karakter bangsa. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam. Volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Halaman 82-87

Hartanto, C. F. B., Rusdarti, R., & Abdurrahman, A. (2019). Tantangan Pendidikan Vokasi di
Era Revolusi Industri 4.0 dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang Unggul.
In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS) (Vol. 2, No. 1, pp. 163-
171).

TUGAS 2 BAHASA 1

Anda mungkin juga menyukai