Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Peran mahasiswa dalam mewujudkan Indonesia maju

DOSEN MATA KULIAH

DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERAN MAHASISWA DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA
MAJU “ dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia . Terimakasih kami
ucapkan kepada bapak nama dosen . selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia dan juga
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya
akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi, dan
semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk kita semua.

BEKASI , 31 OKTOBER 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2

BAB I............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5

C. Tujuan.................................................................................................................................. 5

BAB II.............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6

A. Difinsi Pemuda Dan Mahasiswa ......................................................................................... 6

B. Mengasah Kemampuan Reflektif ..................................................................... 7

C. Membangun Kebiasaan Bertindak Efektif ..................................................................... 7

D. Melatih Kemampuan Kerja Teknis ..................................................................... 7

BAB III.......................................................................................................................................... 11
PENUTUP...................................................................................................................................... 11
Kesimpulan ................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

Kepada para pemuda

yang merindukan lahirnya kejayaan…

Kepada umat yang tengah

kebingungan di persimpangan jalan…

Kepada pewaris peradaban yang kaya raya,

yang telah menggoreskan catatan membanggakan

di lembar sejarah umat manusia…

(Hasan Al-Banna)

A. LATAR BELAKANG

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia,

baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan

pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita

pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah

meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD

1945.

Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula

bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat)

dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan,

rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu
beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu,

banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa

depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan, kekhawatiran,

atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita lakukan atau

sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita, seperti karena terjadinya

bencana alam atau karena terjadinya krisis keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap

perekonomian kita di dalam negeri.

Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional,

selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan,

ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai,

tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. “Saking” banyaknya

permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang

kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak

tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi keadaan.

Lebih-lebih selama 4 tahun terakhir ini, demikian banyak bencana yang datang bertubi-

tubi, baik karena faktor alam maupun karena faktor kesalahan manusia. Bencana alam seperti

tsunami di Aceh dan Nias dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar

biasa skalanya dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula oleh berbagai

gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung Merapi yang juga menimbulkan banyak

korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut tentunya juga sangat

berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak saja di daerah bencana, tetapi juga

secara luas di seluruh Indonesia.

Namun, belum lagi usai pahit getirnya akibat bencana-bencana tersebut sekarang

muncul lagi bencana baru berupa ancaman krisis perekonomian sebagai akibat terjadinya krisis

keuangan dan Amerika Serikat. Tidak realistis untuk menganggap bahwa krisis keuangan di

Amerika Serikat itu tidak akan berpengaruh ke dalam perekonomian bangsa kita di Indonesia.

Tidaklah bertanggungjawab jika kita hanya berpangku tangan atau bersikap tidak perduli,

meskipun kita juga tidak boleh menjadi panik sebagai akibat gejolak yang sedang terjadi di dunia.
Di samping perkembangan yang bersifat eksternal tersebut di atas, kita pun perlu terus

mencermati dinamika perkembangan politik, ekonomi, dan sosial budaya di daerah-daerah dan di

tingkat nasional kita sendiri. Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah

sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat, memerlukan langkah-langkah konsolidasi yang

tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang tindih perlu ditata ulang. Berbagai

kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu ditangani dengan cara yang lebih baik.

Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk

mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan

meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad

melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan,

dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dan sampaikan kepada pembaca dalam penyusunan

makalah ini diantaranya sebagai berikut:

1. Membangkitkan kembali rasa cinta tanah air di kalangan para pemuda dan mahasiswa sebagai

bentuk tanggung jawab moral untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

2. Menanamkan jiwa patriotisme dan rela berkorban di antara sesama Warga Negara Indonesia

dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.

3. Mengajak para pemuda dan mahasiswa untuk berfikir kritis dalam menanggapi setiap

perubahan yang terjadi di sekeliling kita terutama hal-hal yang berkaitan dengan keutuhan NKRI

dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.

C. RUMUSAN MASALAH

Berikut ini batasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini.

1. mengidentifikasi definisi pemuda dan mahasiswa.

2. mengidentifikasi sebab dikatakannya mahasiswa sebagai pelopor suatu bangsa.


3. mengidentifikasi peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. mencari hubungan antara pemuda, mahasiswa dan perubahan.

5. mengetahui bagaimana cara mengasah kemampuan reflektif, membangun kebiasaan bertindak

efektif serta melatih kemampuan kerja teknis.

6. mengetahui peranan dan fungsi mahasiswa di era reformasi.

D. METODE PENULISAN

Dalam menyusun makalah ini, penyusun melakukan pencarian data dan mempelajari wacana-

wacana yang berkaitan dengan batasan tema yang telah diberikan melalui media internet.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PEMUDA DAN MAHASISWA

1. Definisi Pemuda

Definisi yang pertama, Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami

perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda

merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon

generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut

sebagai” young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut

”adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan

penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.

Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan

optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan

sosial maupun kultural.


Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18

hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan

psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat

secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda.

Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi

tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya

lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat

pembaharu dan progresif.

2. Definisi Mahasiswa

Definisi mahasiswa diambil dari suku kata pembentuknya. Maha dan Siswa, atau pelajar yang paling

tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka tinggal

menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang paripurna.

Apakah yang diharapkan dari seorang mahasiswa ? Memang harapan ini terbagi pada stratanya, yaitu

untuk strata S1, seorang mahasiswa diharapkan mampu memahami suatu konsep, dapat memetakan

permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan tersebut sesuai pemahaman mendalam

konsep yang telah dipelajari. Untuk strata S2, mahasiswa diharapkan mampu merumuskan sesuatu yang

berguna atau bernilai lebih untuk bidangnya. Sedangkan S3 diharapkan mampu menyumbang ilmu baru

bagi bidangnya.

Dari semua strata ada hal yang harus terus secara konsisten diperlihatkan oleh mahasiswa. Yaitu dalam

menghadapi permasalahan, seorang mahasiswa harus melakukan analisa terhadap masalah itu. Mencari

bahan pendukung untuk lebih memahami permasalahan tersebut. Kemudian memunculkan alternatif

solusi dan memilih satu solusi dengan pertimbangan yang matang. Dan pada akhirnya harus mampu

mempresentasikan solusi yang dipilih ke orang lain untuk mempertanggung jawabkan pemilihan solusi

tersbut.

B. MENGASAH KEMAMPUAN REFLEKTIF

Dalam mengembangkan perannya, kaum muda Indonesia perlu mengasah kemampuan reflektif dan
kebiasaan bertindak efektif. Perubahan hanya dapat dilakukan karena adanya agenda refleksi (reflection)

dan aksi (action) secara sekaligus. Daya refleksi kita bangun berdasarkan bacaan baik dalam arti fisik

melalui buku, bacaan virtual melalui dukungan teknologi informasi maupun bacaan kehidupan melalui

pergaulan dan pengalaman di tengah masyarakat. Makin luas dan mendalam sumber-sumber bacaan dan

daya serap informasi yang kita terima, makin luas dan mendalam pula daya refleksi yang berhasil kita

asah. Karena itu, faktor pendidikan dan pembelajaran menjadi sangat penting untuk ditekuni oleh setiap

anak bangsa, terutama anak-anak muda masa kini.

C. MEMBANGUN KEBIASAAN BERTINDAK EFEKTIF

Di samping kemampuan reflektif, kaum muda Indonesia juga perlu melatih diri dengan kebiasaan

untuk bertindak, mempunyai agenda aksi, dan benar-benar bekerja dalam arti yang nyata. Kemajuan

bangsa kita tidak hanya tergantung kepada wacana, ‘public discourse’, tetapi juga agenda aksi yang nyata.

Jangan hanya bersikap “NATO”, “Never Action, Talking Only” seperti kebiasaan banyak kaum intelektual

dan politikus amatir negara miskin. Kaum muda masa kini perlu membiasakan diri untuk lebih banyak

bekerja dan bertindak secara efektif daripada hanya berwacana tanpa implementasi yang nyata.

D. MELATIH KEMAMPUAN KERJA TEKNIS

Hal lain yang juga perlu dikembangkan menjadi kebiasaan di kalangan kaum muda kita ialah

kemampuan untuk bekerja teknis, detil atau rinci. “The devil is in the detail”, bukan semata-mata dalam

tataran konseptual yang bersifat umum dan sangat abstrak. Dalam suasana sistim demokrasi yang

membuka luas ruang kebebasan dewasa ini, gairah politik di kalangan kaum muda sangat bergejolak.

Namun, dalam wacana perpolitikan, biasanya berkembang luas kebiasaan untuk berpikir dalam konsep-

konsep yang sangat umum dan abstrak. Pidato-pidato, ceramah-ceramah, perdebatan-perdebatan di

ruang-ruang publik biasanya diisi oleh berbagai wacana yang sangat umum, abtrask dan serba enak

didengar dan indah dipandang. Akan tetapi, semua konsep-konsep yang bersifat umum dan abstrak itu

baru bermakna dalam arti yang sebenarnya, jika ia dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk kegiatan yang

rinci.

Sebaiknya, kaum muda Indonesia, untuk berperan produktif di masa depan, hendaklah melengkapi diri

dengan kemampuan yang bersifat teknis dan mendetil agar dapat menjamin benar-benar terjadinya

perbaikan dalam kehidupan bangsa dan negara kita ke depan. Bayangkan, jika semua anak muda kita

terjebak dalam politik dan hanya pandai berwacana, tetapi tidak mampu merealisasikan ide-ide yang baik
karena ketiadaan kemampuan teknis, ketrampilan manajerial untuk merealisasikannya, sungguh tidak

akan ada perbaikan dalam kehidupan kebangsaan kita ke depan.

E. PEMUDA, MAHASISWA DAN KESADARAN BERKONSTITUSI

Sekarang ini kita berada dalam suasana memperingati semangat sumpah pemuda yang

dikumandangkan pada tahun 1928, delapan puluh tahun yang silam. Sebagai anak bangsa kita telah

bersumpah setia untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Ada

kekeliruan dalam kita memahami makna persatuan itu, yaitu seakan-akan bersatu dalam uniformitas,

termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu tercermin antara lain dalam lagu yang biasa kita nyanyikan,

yaitu “satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita”. Akibatnya, sumpah pemuda kita maknai hanya

mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia, dengan mengabaikan dan menafikan bahasa-bahasa

daerah yang demikian banyak jumlahnya. Padahal, teks asli sumpah pemuda itu menyatakan bahwa kita

“menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan”. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa

persatuan, bukan satu-satunya bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.

Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa kita harus bersatu sebagai

bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan “bhineka-tunggal-ika”.

Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan perbedaan rasial, merupakan

kekayaan budaya bangsa kita yang tidak ternilai. Akan tetapi di tengah keanekaan itu, kita telah bertekad

untuk bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”. Kita bersatu

dalam keragaman, “unity in diversity”, “bhinneka tunggal ika”. Dalam semangat persatuan itu, kita

beraneka ragam. Kita beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.

Setelah masa reformasi dan terjadinya perubahan UUD 1945, semangat persatuan dalam

keragaman itu kembali dipertegas dalam rumusan pasal-pasal konstitusi kita. Prinsip otonomi daerah

yang sangat luas kita terapkan. Bahkan satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa seperti

Papua, Aceh, dan Yogaykarta, atau pemerintahan daerah yang bersifat khusus seperti DKI Jakarta, diberi

ruang untuk tidak seragam atau diberi kesempatan untuk mempunyai ciri-ciri yang khusus atau istimewa,

yang berbeda dari daerah-daerah lain pada umumnya. Demikian pula, kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat di seluruh nusantara diperkenankan untuk hidup sesuai dengan keasliannya masing-masing.

Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 menegaskan, “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undang-undang”.


Di samping itu, diadakan pula penegasan mengenai status bahasa daerah dalam hubungannya dengan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan semangat untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan, tidak berarti bahwa bahasa daerah diabaikan. Karena itu, dalam Pasal 32 ayat

(2) UUD 1945 ditegaskan, “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya

nasional”. Dengan perkataan lain, semangat keanekaan atau kemajemukan kembali diberi tekanan dalam

rangka pembinaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan persatuan itu juga kita

materialisasikan dalam konsepsi tentang negara konstitusional yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. UUD 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu merupakan piagam pemersatu kita

sebagai satu bangsa yang hidup dalam kesatuan wadah NKRI. Di dalam UUD 1945 itu, segala hak dan

kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu dengan yang lain antar sesama warga negara.

Sebagai warga masyarakat, kita beraneka, tetapi sebagai warga negara segala hak dan kewajiban kita

sama satu dengan yang lain.

Karena itu, kaum muda Indonesia saya harapkan dapat membangun kesadaran hidup berkonstitusi.

Konstitusi adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah NKRI yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 ini. Konstitusi negara itulah yang menjadi sumber referensi tertinggi dalam kita

membangun sistim aturan dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Para pemimpin dan pejabat

adalah tokoh-tokoh atau orang-orang yang datang dan pergi. Kita taati keputusannya sepanjang ia

mengikuti dan menaati sistim aturan yang telah kita sepakati bersama berdasarkan UUD 1945. Oleh sebab

itu, marilah kita membangun dan melembagakan sistim aturan dalam kehidupan kolektif kita dalam

kehidupan bernegara dan berpemerintahan.

Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda semua adalah

mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses pembangunan untuk

kemajuan bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua lapisan, baik di lingkungan supra

struktur negara maupun di lingkup infra struktur masyarakat, terbuka luas untuk kaum muda Indonesia

masa kini. Namun, dengan tertatannya sistim aturan yang kita bangun, proses regenerasi itu tentu akan

berlangsung mulus dan lancar dalam rangka pencapaian tujuan bernegara. Oleh karena itu, orientasi

pembenahan sistim politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial budaya yang tercermin dalam sistim hukum

yang berlaku saat ini sangatlah penting untuk dilakukan agar kita dapat menyediakan ruang pengabdian

yang sebaik-baiknya bagi generasi bangsa kita di masa depan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta guna mencapai empat tujuan nasional kita,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

F. PEMUDA, MAHASISWA DAN PERUBAHAN

Pemuda dan mahasiswa sama-sama diidentikkan dengan “agent of change”. Kata-kata perubahan

selalunya menempel dengan erat sekali sebagai identitas para mahasiswa yang juga dikenal sebagai kaum

intelektualitas muda. Dari mahasiswalah ditumpukan besarnya harapan, harapan untuk perubahan dan

pembaharuan dalam berbagai bidang yang ada di negeri ini. Tugasnyalah melaksanakan dan

merealisasikan perubahan positif, sehingga kemajuan di dalam sebuah negeri bisa tercapai dengan

membanggakan.

Peran sentral perjuanganya sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar harapan

untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak dipungkiri, bahwa

perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi sinkronisasi yang mendarah daging dari

tubuh dan jiwa para mahasiswa.

Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai gerakan-gerakan

perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah bangsa dan negara.

Sejarah telah menorehkan dengan tinta emas, bahwa pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan

dalam perubahan di negeri kita, berbagai peristiwa besar di dunia selalu identik dengan peran mahasiswa

didalamnya.

Berawal dari gerakan organisasi mahasiswa Indonesia di tahun 1908, Boedi Oetomo. Gerakan yang

telah menetapkan tujuannya yaitu “kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa” ini telah lahir dan

mampu memberikan warna perubahan yang luar biasa positif terhadap perkembangan gerakan

kemahasiswaan untuk kemajuan bangsa Indonesia.Gerakan kemahasiswaan lainnya pun terbentuk,

Mohammad Hatta mempelopori terbentuknya organisasi kemahasiwaan yang beranggotakan mahasiswa-

mahasiswa yang sedang belajar di Belanda yaitu Indische Vereeninging (yang selanjutnya berubah menjadi

Perhimpunan Indonesia). Kelahiran organisasi tersebut membuka lembaran sejarah baru kaum terpelajar

dan mahasiswa di garda depan sebuah bangsa dengan misi utamanya “menumbuhkan kesadaran

kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan”.

Gerakan mahasiswa tidak berhenti sampai disitu, gerakannya berkembang semakin subur, angkatan

1928 yang dimotori oleh beberapa tokoh mahasiswa diantaranya Soetomo (Indonesische Studie-
club),Soekarno (Algemeene Studie-club), hingga terbentuknya juga Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia

(PPPI) yang merupakan prototipe organisasi telah menghimpun seluruh gerakan mahasiswa ditahun 1928,

gerakan mahasiswa angkatan 1928 memunculkan sebuah idieologi dan semangat persatuan dan kesatuan

diseluruh pelosok Indonesia untuk meneriakkan dengan lantang dan menyimpannya didalam jiwa seluruh

komponen bangsa, kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu tumpah darah

Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa satu yaitu bahasa Indonesia

dan hingga kini kita kenal sebagai sumpah pemuda.

Gerakan perjuangan mahasiswa sebagai kontrol pemerintahan dan kontrol sosial terus tumbuh dan

berkembang, hinggalah gerakan perjuangan mahasiswa sampai pada terjadinya peristiwa 10 tahun yang

lalu yaitu tragedi trisakti mei 1998.

Lagi-lagi mahasiswa menjadi garda terdepan didalam perubahan terhadap negeri ini, gerakan perjuangan

ini menuntut reformasi perubahan untuk mengganti rezim orde baru yang korupsi, kolusi, dan nepotisme

serta tidak berpihak kepada rakyat dan memaksa turun presiden soeharto dari kursi kekuasaannya yang

telah digenggamnya selama hampir 32 tahun.

Gerakan perjuangan mahasiswa tidak semudah yang kita bayangkan, perubahan ini harus dibayar

mahal dengan meninggalnya empat mahasiswa universitas trisakti oleh timah petugas aparat yang tidak

mengharapkan perubahan itu terjadi.

Sejarah panjang gerakan mahasiswa merupakan salah satu bukti, kontribusinya, eksistensinya, dan peran

serta tanggungjawabnya mahasiswa dalam memberikan perubahan dan memperjuangkan kepentingan

rakyat.

Peran mahasiswa terhadap bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan

dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan

perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan

dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan

kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki

dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.

Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia baik yang ada

didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan

sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus

bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.

Gerakan perjuangan Mahasiswa Indonesia tidak boleh berhenti sampai kapanpun ,gerakan
perjuangan mahasiswa saat ini tidak hanya dengan bergerak bersama-sama untuk berdemonstrasi dan

berorasi dijalan-jalan saja, akan tetapi wahai para “agent of change”, cobalah untuk bertindak bijak

dengan intelektualisme, idealisme, dan keberanian mu untuk bisa senantiasa menanamkan ruh perubahan

yang ada dalam dirimu untuk bisa memberi kebaikan dan berperan besar serta bertanggung jawab untuk

memberikan kemajuan bangsa dan Negara Indonesia, sehingga seperti Hasan al Banna katakan

“goreskanlah catatan membanggakan bagi umat manusia”.

G. MAHASISWA PELOPOR SEJARAH BANGSA

Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu Bangsa. Pada konteks

Indonesia, pengalaman empirik juga membenarkan sekaligus mempertegas realitas tersebut. Catatan

sejarah memperlihatkan bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan fungsi sebagai Intellectual

Organic, mahasiswa telah berhasil menumbangkan rezim Orde Baru dan menghantarkan Indonesia

kedalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni: “Orde Reformasi“.

Namun pada sisi yang lain, fakta juga membuktikan bahwa sampai dengan saat ini, mahasiswa Indonesia

belum mampu untuk mendongkel antek-antek Orde Baru dari jajaran elite kekuasaan. Padahal sudah

menjadi rahasia umum, bahwa kehadiran mereka di situ untuk menutupi segala kebobrokan kolektif yang

telah mereka lakukan di masa lalu.

Dengan kenyataan yang demikian, maka tidaklah mengherankan apabila proses reformasi masih

tersendat-sendat dan belum dapat berjalan secara linear. Menurut Sebastian de Grazia (1966 : 72-74),

kondisi seperti ini secara cepat atau lambat, otomatis akan menimbulkan suatu situasi anomie yang kuat

di dalam kehidupan ber-Masyarakat, ber-Bangsa dan ber-Negara, yang pada akhirnya akan berdampak

buruk bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Bertolak dari argumen di atas, maka mahasiswa dituntut/diharapkan dapat terjun ke arena politik

dalam rangka mengawal seluruh agenda reformasi, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil di

dalam kemakmuran dan makmur di dalam keadilan secara demokratis.Akan tetapi, yang menjadi

persoalannya adalah bagaimanakah seharusnya mahasiswa berpolitik….??? dan aksi politik yang

bagaimanakah yang harus dilakukan oleh mahasiswa….?

Sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa istilah politik

dalam tulisan ini dipahami sesuai dengan konsep berpikirnya Antonio Gramsci, sehingga di sini politik

didefinisikan sebagai aktivitas pokok manusia dimana manusia dapat mengembangkan kapasitas dan

potensi dirinya. (Roger Simon, 1999 : 136).


Jika definisi di atas diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka mahasiswa dapat berpolitik dalam dua

pengertian, yakni : Pertama, berpolitik dalam arti konsep (Concept). Disini mahasiswa secara individual

maupun kelompok, harus mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau interpretasi mengenai apa yang

menjadi kehendak dari mayoritas rakyat. Kedua, berpolitik dalam arti kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa

sebagai kelompok harus menjadi Pressure Groups yang memperjuangkan aspirasi rakyat, dengan cara

mempengaruhi orang-orang yang memegang kebijakan ataupun yang menjalankan kekuasaan, dari luar

sistem kekuasaan.

Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka mahasiswa dituntut untuk benar-

benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu teratur dan sistematik. Sedangkan apabila mahasiswa

berpolitik dalam arti kebijakan (Belied), maka mahasiswa harus betul-betul mengetahui posisi individu

dalam kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam kehidupan ber-Negara, posisi Negara dalam

menjalin relasi dengan warganya, konstelasi politik terkini dan menguasai manajemen aksi. Pada tataran

ideal, mahasiswa seharusnya berpolitik dalam arti konsep (Concept) maupun dalam arti kebijakan (Belied)

secara bersamaan. Ini berarti, mahasiswa harus berpolitik sebagai politisi ekstra perlementer.

H. PERANAN MAHASISWA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Apa yang terlintas dibenak kita ketika kita mendengar kata”mahasiswa”, mungkin tidak hanya satu

jawaban yag akan terucap dari banyak orang dengan beranekaragam latar belakang pendidikan.

Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia menjalani pendidikan formal

pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang mahasiswa apabila ia tercatat

sebagai mahasiswa secara administrasi sebuah perguruan tinggi yang tentunya mengikuti kegiatan belajar

dan mengajar serta kegiatan lainnya. Status ini menjadi mutlak apabila kita berbicara dalam konteks

pendidikan formal. Ternyata dbalik statusnya itu, masih banyak sekali peranan seorang yang menyandang

status mahasiswa untuk menunjukkan peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada tingkat

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah membuktikan bagaimana kekuatan mahasiswa dalam pergantian rezim yang diktator

menuju perubahan kearah lebih baik, sebagai contoh gerakan mahasiswa bersama komponen bangsa

lainnya yang ketika itu masyarakat,parpol dan ABRI dalam menyuarakan TriTura(Tiga Tuntutan Rakyat)

yang berhasil menggantikan rezim kekuasaan saat itu yang dinilai cenderung terlau berpihak pada haluan

kiri. Kemudian bagaimana peristiwa Malari(Petaka Lima Belas Januari) yang dimotori oleh Hariman Siregar

yang notabene sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, dan masih membekas diingatan kita
ketika kekuatan mahasiswa untuk menggulingkan rezim orde baru yang otoriter yang telah berkuasa

selama 32 tahun. Itu merupakan bukti-bukti nyata dimana mahasiswa menunjukkan peranannya dikancah

perpolitikan nasional yang tentunya untuk menciptakan keselarasan menuju masyarakat yang makmur

sentosa, meskipun sampai sekarang buah tangan dari perjuangan mahsiswa tersebut masih jauh

panggang dari api. Sehinnga dapat disimpulkan bahwa kekuatan mahasiswa dalam kancah perpolitikan

nasional menjadi patut diperhitungkan sebagai gerakan yang murni membela kepentingan rakyat semata.

Sekarang mari kita tengok aktivitas mahasiswa zaman sekarang, Amien Rais pernah mengutarakan

intensitas dan kualitas dari gerakan kemahasiswaan cenderung mengalami penurunan seiring datangya

era globalisasi ke negeri kita tercinta ini, kebanyakan dari mahasiswa lebih banyak menghabiskan

waktunya dengan kegiatan yang kurang jelas manfaatnya, forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan kenegaraan tidak pernah dijejali oleh mahasiswa sebaliknya tempat-tempat hiburan

malah disesaki para mahasiswa. Penulis tidak melarang tentunya sebatas itu tidak melanggar syariat,

karena sebagai manusia tentunya kita juga butuh yang namanya hiburan. Tetapi hal itu juga harus

disaring dengan kekuatan iman kita. Kembali kepada kualitas gerakan kemahsiswaan masa sekarang yang

cenderung menurun, maka sadar atupun tidak itu merupakan efek dari masuknya era globalisasi ke

indonesia tanpa diharmonisasi dengan manajemen waktu dan diri yang baik. Untuk membangun citra

mahasiswa sebagai agen pembaharu ataupun kaum intelektual yang mana dipundaknya ada masa depan

bangsa ini yang akan dilabuhkan dimana, maka kita harus memupuk rasa persaudaraan dan senantiasa

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Selain itu tentunya kita perlu membangun konsep intelektual

dalam gerakan yang sinergi dan terarah menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sehingga kedepan

mahasiswa tidak hanya dikenal lewat aktivitasnya ketika menjalani perkuliahan saja,tetapi sebagai elemen

bangsa yang peka terhadap kondisi permasalahan disekitarnya .Semoga.

I. PERANAN DAN FUNGSI MAHASISWA DALAM ERA REFORMASI

Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-

suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat.

Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan

cara mereka sendiri.

Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :

1. sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)

2. sebagai agen perubahan (agent of change)


3. sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)

Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai kaum akademis, tetapi

diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan bangsa. Dalam hal ini keterpaduan nilai-nilai

moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran mahasiswa dalam dunia

kampusnya untuk dapat menciptakan sebuah kondisi kehidupan kampus yang harmonis serta juga

kehidupan diluar kampus.

Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan :

1. Secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan.

2. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap

mahasiswa.

3. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai

penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan.

Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.

Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan

politik.

1. sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison

yang luas diantara masyarakat.

2. sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas

mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.

3. kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas,

mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus

sehari-hari.

4. mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur

perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan

angkatan muda.

Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan

melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini ternyata kita tidak berusaha

mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun bangsa ini suatu saat nanti?

Jawabannya ada pada diri anda masing-masing.

Kemampuan yang harus dimiliki seorang mahasiswa

1. Soft skill (Kemampuan Kepribadian)


a. Soft Skill atau kemampuan kepribadian adalah salah satu faktor untuk sukses pada pendidikan yang

ditempuh dan juga penentu untuk masa depan seseorang dalam menjalani hidupnya.

b. Karena soft skill hampir 80 % menentukan keberhasilan seseorang.

Kemampuan soft skill yang perlu dimiliki seorang mahasiswa

a. Manajemen waktu

b. Kepemimpinan (leadership)

c. Tingkat kepercayaan yang tinggi (self confidence)

d. Selera humor yang tinggi (sense of humor)

e. Memiliki keyakinan dalam agama (spiritual capital)

2. Hard Skill (Kemampuan Intelektual)

Kemampuan intelektual hanya mendukung 20 % dari pencapaian prestasi dan keberhasilan seseorang

Jika kemampuan soft skill ini kita punyai, maka kita akan menjadi orang yang baik di masa depan, sebab

saat ini yang terjadi banyak orang yang penting tapi sedikit yang baik

“Yakini pilihan anda, bahwa dalam dunia anda menekuni pendidikan tinggi anda bisa sukses seperti yang

anda cita-citakan.”

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan dosen

berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan

untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan

menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan

kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki

dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.

Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia baik yang ada

didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan

sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus

bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.


B. SARAN

Pada bagian ini penyusun ingin mengajak yang dalam hal ini ditujukan kepada para generasi muda

pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen pemerintah baik yang ada di daerah

maupun yang ada di pusat serta seluruh lapisan masyarakt Indonesia secara luas agar tetap bersatu demi

mempertahankan keutuhan NKRI. Terkadang masalah sepele akan menjadi kompleks jika tidak ada

solidaritas di antara sesama kita. Penyusun berharap tak akan ada lagi perselisihan di negeri kita tercinta

sehingga cita-cita bangsa Indonesia akan tercapai.

Pepatah dalam bahasa Inggris mengatakan Student Today, Leader Tomorrow. Penyusun meyakini bahwa

kunci tercapainya cita-cita itu ada di tangan para generasi muda. Oleh karena itu, tetaplah semangat

dalam meraih apa yang telah menjadi tujuan hidup kita.

C. DAFTAR PUSAKA

 "Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Indonesia Maju" oleh Siti Nurjanah,


diterbitkan di Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia pada tahun 2015.
 "Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Indonesia Maju" oleh Ahmad Rifai,
diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada tahun 2017.

 "Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Mewujudkan Indonesia Maju"


oleh Muhammad Fauzi, diterbitkan di Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai