Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Proses Berbangsa dan Bernegara”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Irnawati, S.Pd, MH

Disusun Oleh :
Ruri Roziatun (3820110017)

JURUSAN BISNIS DIGITAL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS IVET SEMARANG
2021
Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbil’alamiin segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Proses Berbangsa dan Bernegara” dapat diselesaikan
dengan tepat waktu sebagai syarat untuk Tugas Ujian Tengah Semester pada Jurusan Bisnis Digital
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas IVET Semarang. Sholawat serta salam yang senantiasa
tersurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan bagi umatnya.
Alhamdulillah dalam penulisan makalah ini, saya dapat menyelesaikan dengan baik berkat doa,
semangat serta motivasi dari diri sendiri dan pihak yang mendukung. Selain, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang proses berbangsa dan
bernegara. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Irnawati, S.Pd, MH
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atas tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyususnann makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oeh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini.

Bendan dhuwur,16 November 2021


Penulis

Ruri Roziatun
BAB 1
PEENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia bersinggungan dengan
beberapa megara asing yang membawa bahasa dan budayanya masing-masing. Dengan pemikiran
ini, orang tahu bahwa penting untuk mempelajari bahasa asing yang mungkin berguna dalam
berbagai bidang kehidupan seperti agama, sains, perdagangan, dan bisnis. Pemuda Indonesia
adalah masa depan negara. Oleh karena itu, penting bagi seluruh anak muda di Indonesia, baik
yang masih mahasiswa, maupun sudah lulusan sarjana, sebagai faktor terwujudnya cita-cita
pencerahan masa depan dalam kehidupan negara kita. Para “Pendiri” Indonesai meletakkan dasar
dan tujuan nasionalisme, sebagai tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Kami bertujuan untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesai, memajukan
kepentingan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam mewujudkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan ketertiban dunia yang berdasarkan Kemerdekaan. Kontribusi
keadilan sosial untuk mencapai tujuan tersebut. ontribusi keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Jepang juga harus membangun kemerdekaan nasional dalam kesatuan struktur organisasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai negara demokrasi berdasarkan hukum dan sebagai
negara demokrasi konstitusional berdasarkan Pancasila.
Tentu banyak masalah, tantangan, hambatan, hambatan, bahkan ancaman yang harus
dihadapi untuk mencapai cita-cita tersebut. Masalah yang harus kita hadapi adalah jenis dan
dimensi yang berbeda. Banyak masalah terjadi sebagai warisan dari masa lalu, tetapi ada juga
banyak masalah baru yang terjadi sekarang atau di masa depan. Dalam menghadapi berbagai
masalah tersebut, selalu ada ketakutan, kecemasan, bahkan ketakutan karena kelalaian atau
kelalaian kita, atau sesuatu di luar kendali kita, seperti: B. Untuk perekonomian dalam negeri kita,
karena bencana alam atau krisis keuangan negara lain yang mempengaruhi kita. Dalam 100
tahun sejak kebangkitan negara, 80 tahun Sumpah Pemuda, 63 tahun kemerdekaan, dan 10 tahun
reformasi, banyak hal yang telah kita capai. Ada lebih banyak kemajuan, tetapi kami tidak
memiliki dan tidak harus melakukannya. “Masalah yang kita hadapi begitu banyak sehingga kita
cenderung tersesat dalam mengeluh tentang kekurangan, kelemahan dan ancaman yang kita
hadapi, di mana tampaknya tidak ada cara atau solusi untuk mengatasi situasi tersebut. Selain itu,
bencana alam seperti tsunami 4 Ase dan Nias yang lalu dianggap sebagai bencana kemanusiaan
yang sangat besar dalam sejarah umat manusia. Menyusul bencana tsunami, berbagai gempa bumi
terjadi di berbagai daerah, Gunung Merapi meletus, dan banyak menelan korban jiwa di
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam berdampak besar pada situasi ekonomi
masyarakat tidak hanya di daerah yang terkena bencana tetapi di seluruh Indonesia.
Selain perkembangan eksternal di atas, dinamika perkembangan politik, ekonomi, dan
sosial budaya harus terus kita pantau di tingkat regional dan nasional kita. Perkembangan kegiatan
negara dan pemerintahan setelah satu dekade bergerak cepat tanpa henti memerlukan langkah-
langkah integrasi yang sistematis. Berbagai fitur yang tumpang tindih perlu dipindahkan. Kita
perlu mengelola berbagai aktivitas Alpha dengan lebih baik. Penting bagi kita semua, terutama
anak muda Indonesia, untuk membiasakan diri. Singkatnya, lakukan apa saja untuk memperbaiki
situasi dan meningkatkan produktivitas nasional dan nasional. Semua anak di negara ini harus
bertekad untuk melaksanakan kewajiban dan kewajiban mereka di luar apa yang seharusnya, dan
harus menjalankan hanya hak-hak mereka untuk tidak melebihi apa yang seharusnya mereka
peroleh.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bangsa dan Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan hakikat berbangsa ?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat bernegara ?
4. Proses Berbangsa dan Bernegara
5. Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
6. Kondsi Kehidupan Berbangsa dna Bernegara
7. Manfaat Kehidupan Berbangsa dna Bernegara

1.3 Tujuan
3.1 Menyampaikan pengetahuan tentang apa itu bangsa dan negara, dan apa itu proses
berbangsa dan bernegara.
3.2 Perluasan pengetahuan mahasiswa tentang pra-kemerdekaan dan proses negara-bangsa
saat ini.
3.3 Memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang manfaat
berbangsan dan bernegara.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian Bangsa dan Negara


Bangsa adalah sekelompok banyak orang yang memiliki tujuan, nenek moyang, adat
istiadat, bahasa, dan sejarah yang sama. Dengan kata lain, bangsa Indonesia adalah sekelompok
orang yang mempunyai kepentingan yang sama, menyatakan diri sebagai satu bangsa dan bergerak
di dalam wilayah nusantara atau Indonesia. Secara etnologis, bangsa berasal dari bangsa Belanada
atau bangsa Inggris, dan dari bahasa latin. Artinya, status berarti “berada dalam keadaan tetap”
sebagai organisasi sekelompok orang. Dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang
memelihara ketertiban, atau dengan mampu memaknai sebagai suatu perkumpulan yang
menegakkan pemerintahan melalui undang-undang yang memghubungkan kekuasaan sosial
dengan masyarakat, orang-orang yang berkumpul bersama-sama hidup dalam suatu wilayah
tertentu.

2.2 Pengertian Hakikat Berbangsa


Sejak awal, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa berpasang-pasangan laki-laki
dan perempuan (Adam dan Hawa). Melalui pasangan ini, manusia semakin beradaptasi dengan
kebutuhan biologisnya. Dengan semakin berkembangnya manusia di dunia ini, maka semakin
meningkat pula kebutuhan untuk memperkaya kehidupan sehari-hari seperti sandang, pangan, dan
papan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, orang berinteraksi satu sama lain. Hubungan hanya terjadi
dalam kelompok/komunitas. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat hidup sendiri, dan setiap
orang selalu berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan identitas, kesamaan bahasa,
agama, idealisme, budaya, dan/atau sejarah. Secara umum diyakini bahwa mereka memiliki asal
genetik yang sama. Kamus ilmu politik memiliki istilah bangsa. Dengan kata lain, "natie" dan
"nation" berarti suatu masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah, dan memiliki unsur-
unsur sebagai berikut.
a. Satuan bahasa.
b. Satuan wilayah.
c. Badan usaha.
d. Hubungan ekonomi tunggal.
e. Penyatuan jiwa yang diekspresikan dalam unit-unit budaya.
Beberapa sarjana mengklaim bahwa negara serupa, jika tidak sama, dengan komunitas
etnis. Bangsa adalah komunitas etnis yang dicirikan oleh nama, wilayah tertentu, mitos nenek
moyang yang sama, ingatan yang sama, satu atau lebih budaya yang sama, dan solidaritas tertentu.
Istilah bangsa sering juga disebut dengan istilah person. Untuk membedakannya, kedua ahli
tersebut mengatakan bahwa bangsa memiliki pemahaman sosiologis, sedangkan bangsa memiliki
pemahaman politik.

2.3 Pengertian Hakikat Bernegara


Bangsa adalah penyatuan kekuatan politik, organisasi utama kekuatan politik, dan otoritas
(alat) masyarakat yang memiliki kekuatan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat
dan gejala kekuasaan di dalamnya. Dengan cara ini, negara mengintegrasikan berbagai kegiatan
sosial rakyatnya dan membimbing mereka menuju tujuan bersama. Istilah negara merupakan
terjemahan dari Staat (Belanda), state (Inggris), etat (Prancis), lostto (Italia), derstaat (Belanda).
Menurut bahasa Sansekerta, Negara atau Negara berarti kota, tetapi menurut bahasa suku
Indonesia sering disebut Negara atau Negara dan berarti tempat tinggal. Istilah negara pertama kali
digunakan di Eropa Barat pada tanggal 15. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, negara
adalah persekutuan negara-negara yang bertempat tinggal di suatu wilayah/wilayah dengan batas-
batas tertentu yang diatur dan dikendalikan secara teratur oleh badan-badan pemerintah. Kita dapat
menyimpulkan bahwa:
a. Organisasi Kekuasaan Terorganisir
b. Organisasi Penegakan dan Monopoli
c. Organisasi untuk mengejar kepentingan bersama masyarakat
d. Aliansi dengan wilayah tertentu dan fasilitas nasional.
Secara umum, barang milik negara meliputi:
1. Sifat wajib, yaitu negara memiliki kekuasaan untuk memaksakan otoritas fisik hukum,
memungkinkan masyarakat untuk mematuhi semua undang-undang, peraturan, dan
pedoman lainnya. Membangun ketertiban dan efisiensi sosial.
2. Sifat monopoli. Ini berarti bahwa bangsa memiliki kekuatan untuk menetapkan tujuan
bersama bagi masyarakat. Jika warga negara atau warga negara menyangkal dan melanggar
hal-hal tersebut, negara dapat bertindak sesuai dengan hukum.
3. Allencompasing (allencompasing, allbaracing), yaitu semua hukum berlaku untuk semua
orang tanpa kecuali.
4. Keputusan alam. Ini berarti bahwa suatu negara memiliki kekuatan untuk menentukan
sikapnya untuk menjaga stabilitasnya. Sifat tegas juga memungkinkan suatu negara
mengambil keputusan sepihak dan mengharuskan semua orang di dalam wilayah negara
(kecuali orang asing) menjadi anggota kebijakan negara.
5. Sifat negara adalah salah satu manifestasi dari karakteristik negara-negara di atas.

2.4 Proses Berbangsa dan Bernegara


Suatu proses negara-bangsa yang memberikan gambaran tentang pembentukan suatu
negara di mana sekelompok orang merasa menjadi bagian dari negara tersebut. Bangsa adalah
organisasi yang mempertemukan masyarakat untuk merasakan pentingnya eksistensinya, dan
tumbuhnya kesadaran untuk menjaga keutuhan dan keutuhan bangsa melalui upaya
perlindungannya. Di zaman modern, keberadaan suatu bangsa biasanya dibenarkan oleh asumsi
atau pandangan manusia. Ada banyak konsep negara yang berbeda berdasarkan pemikiran idealis.
Begitu pula dengan bangsa Indonesia.
Ada beberapa konsep tentang pembentukan negara Indonesia. Hal ini tertuang dalam alinea
pertama Pembukaan UUD 1945. Konstitusi menyatakan bahwa keberadaan satu negara dalam
Republik Indonesia adalah karena kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan kemanusiaan dan keadilan. Itu harus dihapuskan. Dan alinea kedua
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengasumsikan
bahwa negara adalah suatu proses atau rangkaian langkah yang berkesinambungan. Singkatnya,
prosesnya adalah sebagai berikut:
a. Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
b. Pintu Masuk Deklarasi atau Kemerdekaan
c. Negara negara
Indonesia yang nilai dasarnya merdeka, bersatu, berdaulat dan sejahtera hanya,
merinciperkembangan teori nasional tentang adanya negara kesatuan Republik Indonesia sebagai
berikut:
1. Kemunculan NKRI merupakan proses yang tidak hanya diawali dengan deklarasi.
Perjuangan kemerdekaan juga memainkan peran khusus dalam pembentukan ide-ide
dasar yang diinginkan.
2. Deklarasi baru "menghantarkan bangsa Indonesia ke Gerbang Kemerdekaan” adanya
SK itu bukan berarti kita telah mengakhiri bangsa.
3. Dalam hal pemerintah, daerah dan bangsa, negara yang diinginkan belum tercapai,
tetapi kita harus mencapainya ke arah negara yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil
dan makmur.
4. Penciptaan suatu bangsa adalah kehendak seluruh bangsa, bukan hanya kehendak para
ekonom kaya dan cerdas dan ekonom lemah yang menentang ekonom kuat seperti
teori kelas.
5. Agama yang muncul dalam keberadaan bangsa menunjukkan ketuhanan bangsa
Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi.Proses negara-bangsa Indonesia dimulai dengan adanya kesamaan persepsi tentang
kebenaran hakiki dan kemakmuran. Ini adalah fakta dan gambaran nyata.

4.1 Proses Berbangsa dan Bernegara Masa sebelum Kemerdekaan


Kebangsaan dan proses kebangsaan di era pra-kemerdekaan lebih terfokus pada perjuangan
melawan penjajah. Upaya pemersatu nusantara dilakukan dengan melihat kembali sejarah zaman
Sriwijaya pada abad ke-7 dan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13. Namun, para penguasa hancur
karena mereka belum memiliki keterampilan untuk mempertahankan kesuksesan yang telah
mereka capai. Kehancuran juga disebabkan oleh kenyataan bahwa kerajaan tradisional tidak
memahami konsep negara dalam arti luas. Sejak sumpah pemuda diulangi di seluruh nusantara,
proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang. Periode berikutnya, persiapan
kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang dimulai. Artinya, pendirian lembaga
penelitian untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Dan klimaksnya adalah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

4.2 Proses Berbangsa dan Bernegara pada Masa Sekarang


Proses berbangsa dan bernegara saat ini secara sadar dan sistematis untuk meningkatkan
kehidupan warga negara dengan memperkuat esensi pendidikan sipil, identitas dan moral
masyarakat sebagai dasar pelaksanaan hak dan kewajiban dalam pertahanan. upaya.
Kewarganegaraan Mendidik kewarganegaraan suatu negara demi kelangsungan hidup dan
kejayaan rakyat dan negara. Agar tidak mempersulit mempertahankan kehidupan dan
kemasyhuran Indonesia dalam proses berbangsa dan bernegara dengan mencerdaskan kehidupan
berbangsa, memberikan pengetahuan tentang ketatanegaraan, meningkatkan kepercayaan dan jati
diri serta moral bangsa. Indonesia adalah negara berkembang, dan negara berkembang
membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat dan tenaga kerja yang lebih terampil dengan
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk mendorong masyarakat untuk menciptakan rasa
persatuan dan kesatuan serta rasa memiliki. Orang harus menyadari bahwa mereka akan bersatu
dalam semangat yang sama dan segera mengabdikan diri untuk tanah mereka untuk menghadapi
krisis budaya, iman, moralitas, dll. Negara perlu menghadirkan citra kepada masyarakat sehingga
timbul rasa bangga dan rindu untuk melindungi dan melindungi negara itu sendiri. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah cara yang baik untuk menjelaskan secara langsung isu-isu yang berkaitan
dengan kewarganegaraan masyarakat dan memastikan bahwa prosesnya efektif dan efisien di
tingkat nasional dan negara bagian.
Dalam upaya memahami proses negara-bangsa, ia merupakan bagian integral dari
pembangunan kehidupan masyarakat. Kesadaran sejarah menjadi penting ketika masyarakat
mulai mengenali keadaannya saat ini dan apa identitas atau identitasnya, dan apa yang harus
dilakukan di masa depan. Menciptakan identitas bersama berkisar pada pengembangan keyakinan
dan nilai- Nilai-nilai bersama yang dapat memberikan rasa solidaritas sosial kepada masyarakat
dalam bidang tertentu. Identitas umum menunjukkan bahwa orang-orang ini setuju dengan definisi
diri mereka sendiri yang diterima bersama: persepsi mereka tentang perbedaan dan harga diri
mereka. Juga perlu untuk menciptakan identitas bersama dalam proses berbangsa dan bernegara.
Identitas nasional dan negara Indonesia dapat dilihat di:
a. Bendera negara, Sang Merah Putih
b. Lambang negara adalah Garuda Pancasila
c. Lambang negara adalah Garuda Pankashira
d. Slogan/motonya adalah Bhineka Tunggal Ika
e. Alat komunikasi/bahasa nasional adalah bahasa Indonesia
f. Lambang negara adalah Indonesia Raya
g. Pahlawan rakyat dalam perjuangan bangsa seperti Pattimura, Hasanudin dan Pangeran
Antasari.
Dengan mewujudkan identitas bersama sebagai bangsa dan negara, Indonesia dapat
menahan eksistensinya dan memberikan vitalitas. Sebagai negara dan bangsa yang merdeka,
kedaulatan dihormati dalam hubungan internasional dan sejajar dengan negara dan bangsa lain.
Identitas bersama ini juga dapat menunjukkan identitas dan kepribadian mereka. Solidaritas sosial
dan rasa persatuan sebagai suatu kelompok dapat mendukung upaya kemerdekaan. Identitas
bersama ini juga yang memotivasi bangsa dan kejayaannya di masa depan.

2.5 Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


a. Pancasila
Pancasila sebagai pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sering disebut
sebagai dasar falsafah hidup. Dalam pengertian ini, Pancasila adalah nilai dan norma dasar untuk
mengatur pemerintahan negara, dengan kata lain, Pancasila adalah nilai dan norma dasar untuk
mengatur pemerintahan negara. Pancasila dianggap sebagai pilar yang cocok untuk negara
Indonesia yang multidimensi, sangat luas dan besar ini. Pancasila dapat menjustifikasi keragaman
kehidupan negara-bangsa Indonesia. Pertama, Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan
persamaan dari berbagai agama, termasuk konsep-konsep dasar yang terdapat dalam semua agama
dan kepercayaan yang dianut atau dianut oleh bangsa Indonesia.Untuk dapat menerima semua
agama dan pandangan dunia. Demikian pula halnya dengan Perintah Kedua, kemanusiaan yang
adil dan beradab adalah penghormatan terhadap hak asasi manusia. Orang ditempatkan tidak hanya
sama, tetapi juga adil dan sopan, sesuai dengan martabat dan nilainya. Pancasila mempertahankan
kedaulatan rakyat, tetapi dilaksanakan dalam pelaksanaannya disertai dengan hikmat
kebijaksanaan dalam refleksi/ekspresi. Pancasila sepertinya sangat cocok sebagai pilar negara
yang majemuk.
b. UUD 1945
UUD 1945 adalah dasar hukum tertulis. Sebagai undang-undang, UUD 1945 mengikat
pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat, semua warga negara Indonesia di mana saja,
dan semua penduduk wilayah negara Indonesia. Sebagai undang-undang, UUD 1945 memuat
norma, aturan, atau peraturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh setiap orang. Dengan kata
lain, rumusan Pancasila yang sah ada dalam Pembukaan UUD 1945.
c. Wawasan Kepulauan sebagai Pengetahuan Nasional
Wawasan Kepulauan Indonesia sebagai Pengetahuan Nasional adalah cara pandang
bangsa Indonesia untuk menyeimbangkan kesadaran, visi dan motivasi. Kedua, menjamin
persatuan, kesatuan, dan kepentingan nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan sejahtera. Secara umum, kehidupan manusia
dipengaruhi oleh dua faktor: keturunan dan lingkungan.
d. Ketahanan Nasional Sebagai Pendekatan Konseptual
Ketahanan Nasional adalah kehidupan bangsa yang terpadu yang meliputi kekuatan,
keuletan, dan ketahanan nasional, termasuk kemampuan untuk mengembangkan segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gejolak dari luar. semua aspek dari. Dan secara internal, langsung atau
tidak langsung, untuk menjamin perjuangan identitas nasional, integritas, kelangsungan hidup, dan
pencapaian tujuan nasional. Pada hakekatnya, ketahanan suatu bangsa bersifat permanen dan
bermuara pada bangsa dan kejayaannya. Pertahanan yang kuat akan semakin memajukan
pembangunan negara, dan keberhasilan pembangunan negara akan meningkatkan ketahanan
negara.

2.6 Kondisi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Bangsa Indonesia harus bangga memiliki Pancasila sebagai ideologi yang bisa mengikat
bangsa Indonesia yang demikian besar dan majemuk. Pancasila adalah konsensus nasional yang
dapat diterima semua paham, golongan, dan kelompok masyarakat di Indonesia. Pancasila adalah
dasar negara yang mempersatukan bangsa sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis,
yang mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila
merupakan sumber jati diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa. Kehidupan
bangsa Indonesia akan semakin kukuh, apabila segenap komponen bangsa, di samping memahami
dan melaksanakan Pancasila, juga secara konsekuen menjaga sendisendi utama lainnya, yakni
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Dengan demikian, perjuangan ke depan adalah tetap mempertahankan Pancasila sebagai ideologi
dan dasar negara, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstitusional, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara dan wadah pemersatu
bangsa, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang merupakan modal untuk
bersatu dalam kemajemukan. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tersebut patut
disyukuri dengan cara menghargai kemajemukan yang hingga saat ini tetap dapat terus
dipertahankan, dipelihara, dan dikembangkan. Semua agama turut memperkukuh integrasi
nasional melalui ajaran-ajaran yang menekankan rasa adil, kasih sayang, persatuan, persaudaraan,
hormat-menghormati, dan kebersamaan. Selain itu, nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
dimanifestasikan melalui adat istiadat juga berperan dalam mengikat hubungan batin setiap warga
bangsa. Kesadaran kebangsaan yang mengkristal yang lahir dari rasa senasib dan sepenanggungan,
akibat penjajahan, telah berhasil membentuk wawasan kebangsaan Indonesia seperti yang tertuang
dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yaitu tekad bertanah air satu, berbangsa satu, dan
menjunjung bahasa persatuan, yaitu Indonesia. Tekad bersatu ini kemudian dinyatakan secara
politik sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam Proklamasi 17 Agustus 1945. Namun,
sejak terjadinya krisis multidimensional tahun 1997, muncul ancaman yang serius terhadap
persatuan dan kesatuan serta nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa. Hal itu tampak dari konflik
sosial yang berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi pekerti luhur dalam pergaulan
sosial, melemahnya kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap
ketentuan hukum dan peraturan, dan sebagainya yang disebabkan oleh berbagai faktor yang
berasal baik dari dalam maupun luar negeri. (Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa). Faktor yang berasal dari dalam negeri, antara lain,
a. Masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama dan munculnya pemahaman
terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit, serta tidak harmonisnya pola interaksi
antarumat beragama;
b. Sistem sentralisasi pemerintahan di masa lampau yang mengakibatkan terjadinya
penumpukan kekuasaan di Pusat dan pengabaian terhadap pembangunan dan kepentingan
daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan;
c. Tidak berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan
dalam kehidupan berbangsa;
d. Terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam lingkup luas dan dalam kurun waktu yang
panjang, melewati ambang batas kesabaran masyarakat secara sosial yang berasal
dari kebijakan publik dan munculnya perilaku ekonomi yang bertentangan dengan
moralitas dan etika;
e. Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa;
f. Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, dan lemahnya kontrol sosial untuk
mengendalikan perilaku yang menyimpang dari etika yang secara alamiah masih
hidup di tengah masyarakat;
g. Adanya keterbatasan kemampuan budaya lokal, daerah, dan nasional dalam merespons
pengaruh negatif dari budaya luar;
h. Meningkatnya prostitusi, media pornografi, perjudian, serta pemakaian, peredaran, dan
penyelundupan obat-obat terlarang (Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa);
i. Pemahaman dan implementasi otonomi daerah yang tidak sesuai dengan semangat
konstitusi (Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, Pembagian, Dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang
Berkeadilan Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia).
Faktor-faktor yang berasal dari luar negeri meliputi, antara lain,
a. Pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dengan persaingan antarbangsa yang
semakin tajam;
b. Makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.
Faktor-faktor penghambat yang sekaligus merupakan ancaman tersebut dapat
mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami kesulitan dalam mengaktualiasikan segenap potensi
yang dimilikinya untuk mencapai persatuan, mengembangkan kemandirian, keharmonisan dan
kemajuan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali warga
bangsa dan mendorong revitalisasi khazanah nilai-nilai luhur bangsa sebagaimana terdapat pada
empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara (Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang
Etika Kehidupan Berbangsa). Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para
pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan
bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan dihormati, yang kemudian diwujudkan dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Namun disadari bahwa ketidakmampuan untuk mengelola
kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut
serta pengaruh berkelanjutan politi kolonial devide et impera telah mengakibatkan terjadinya
berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa (Ketetapan MPR Nomor
V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional). Dalam sejarah perjalanan
negara Indonesia telah terjadi pergolakan dan pemberontakan sebagai akibat dari ketidaksiapan
masyarakat dalam menghormati perbedaan pendapat dan menerima kemajemukan,
penyalahgunaan kekuasaan serta tidak terselesaikannya perbedaan pendapat di antara pemimpin
bangsa. Hal tersebut telah melahirkan ketidakadilan, konflik vertikal antara pusat dan daerah
maupun konflik horizontal antar berbagai unsur masyarakat, pertentangan ideologi dan agama,
kemiskinan struktural, kesenjangan sosial, dan lain-lain (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000
tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional). Pada waktu krisis ekonomi melanda
negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara, yang paling menderita adalah Indonesia. Sistem
ekonomi yang dibangun oleh pemerintah Orde Baru tidak berhasil sepenuhnya untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial. Akibatnya, terjadi kesulitan ekonomi, kesenjangan sosial, dan meluasnya
krisis kepercayaan. Pada gilirannya ketidakpuasan masyarakat memuncak berupa tuntutan
reformasi total (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan
Kesatuan Nasional). Gerakan reformasi pada hakikatnya merupakan tuntutan untuk melaksanakan
demokratisasi di segala bidang, menegakkan hukum dan keadilan, menegakkan hak asasi manusia,
memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, melaksanakan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta menata kembali peran dan kedudukan
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional).
Usaha untuk mewujudkan gerakan reformasi secara konsekuen dan untuk mengakhiri
berbagai konflik yang terjadi, jelas memerlukan kesadaran dan komitmen seluruh warga
masyarakat untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional. Persatuan dan kesatuan nasional
hanya dapat dicapai apabila setiap warga masyarakat mampu hidup dalam kemajemukan dan
mengelolanya dengan baik (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan
dan Kesatuan Nasional). Pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai masalah
yang telah menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai
budaya bangsa belum sepenuhnya dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh
sebagian masyarakat. Hal itu kemudian melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa
ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia. Dalam kerangka itu,
diperlukan upaya mewujudkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber
etika dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, serta perbuatan yang
bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya
bangsa selalu berpihak kepada kebenaran dan menganjurkan untuk memberi maaf kepada orang
yang telah bertobat dari kesalahannya. Konflik sosial budaya terjadi karena kemajemukan suku,
budaya, dan agama tidak teratasi dengan baik dan adil oleh penyelenggara negara maupun
masyarakat. Dalam kerangka itu, diperlukan penyelenggaraan negara yang mampu memahami dan
mengelola kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud toleransi, kerukunan
sosial, kebersamaan, dan kesetaraan berbangsa. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi,
sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak
diwaspadai, dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa. Dalam kerangka itu,
diperlukan adanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu bekerja sama
serta berdaya saing untuk memperoleh manfaat positif dari globalisasi dengan tetap berwawasan
pada persatuan dan kesatuan nasional.

2.7 Manfaat Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


a. Dengan kehidupan Berbangsa dan Bernegara kita dapat mengetahui sejarah negara kita
sendiri serta dapat melestraikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang
berprestasi baik pada tingkat Nasional maupun Internasional.
b. Dengan kesadaran Berbangsa dan Bernegara kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat Nasional maupun Internasional.
c. Dapat memahami isi dari pancasila yang berguna untuk mempersatukan bangsa Indonsesia
yang terdiri dari beranekaragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah
yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan dan hambatan.
d. Dengan kehidupan Berbangsa dan Bernegara akan memunculkan sikap rela berkorban
seperti contoh dalam dunia olahraga, para atlet bekerja keras untuk bisa mengahrumkan nama
negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi atlet saja, mereka juga
memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama mengahbiskan waktunya
mengantri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga
demi mengharumkan nama bangsa.
e. Dapat menciptakan keamanan dan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari
siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering
sekali mengalami bencana alam.
f. Dapat menjaga kebersihan serta kesehatan antara kebersihan tempat tinggal kita sendiri,
mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa.
g. Dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus
menerus mengimpor barang dari luar negeri.
BAB 3
KESIMPULAN & PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah kami, kami dapat menyimpulkan bahwa Bangsa adalah sekelompok banyak
orang dengan tujuan yang sama, asal usul yang sama, adat istiadat, bahasa, dan sejarah. Negara
terdiri dari beberapa kelompok orang yang hidup bersama di suatu daerah tertentu dengan
mengakui adanya pemerintahan yang tertib. Menegakkan kewajiban sosial. Manfaat hidup
berbangsa dan berbangsa antara lain mengenal sejarah negara, mengantarkan anak bangsa
menuju prestasi yang baik, dan mempersatukan negara Indonesia tanpa membedakan suku,
budaya atau suku, termasuk juga agama yang mendukung memajukan. Rasa gotong royong antar
sesama sehingga dapat membawa keselamatan bagi lingkungan.
Proses pra-kemerdekaan kebangsaan dan bangsa terkait dengan perang melawan
penjajah, tetapi sekarang terkait dengan upaya melindungi negara melalui pendidikan, penciptaan
identitas bersama, dan hubungan internasional dengan negara lain. Dalam upaya memahami
bangsa dan proses-prosesnya, ia merupakan bagian integral dari pembangunan kehidupan
manusia. Kerangka proses berbangsa dan bernegara meliputi Pancasila, UUD 1945, dan
keamanan nasional.

3.2 Penutup
Semoga dengan penyusunan disertasi ini, mahasiswa dan mahasiswa mengevaluasi jasa-
jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk bangsa kita yang merdeka agar proses berbangsa
dan bernegara tidak terasa sesulit di medan perang, dan semoga dengan adanya makalah yang
saya buat dapat bermanfaat, lebih dipahami oleh kami dan para pembaca, serta dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, M., Wawasan Nusantara Dalam Peraturan Perundang-undangan


Negara Republik Indonesia, Shalia Indonesia, 1980. Buku sejarah perjuangan bangsa
Indonesia.
Drs.S. Sumarsono, MBA, Pendidikan Kewarganegaraan, 2002. Jakarta, PT Gramedia
Pustama Utama.
- http://jherote29.blogspot.com/2013/10/membangun-kembali-moral-dan-jati-diri.html

Anda mungkin juga menyukai