Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu : Hj. Nur Hasanah, S.Pd., M.Pd.

Persatuan Indonesia

Disusun Oleh :

Nama : Indah Rizki Cahyani


Kelas : 1C
NIM : E1E021093

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mataram
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penyusun saya merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 07 Desember 2021


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Pengertian Kesatuan dan Kesatuan.............................................................
B. Makna Persatuan dan Kesatuan bagi Bangsa Indonesia.............................
C. Prinsip Persatuan dan Kesatuan..................................................................
D. Pelaksanaan dalam Membangun Persatuan Indonesia................................
E. Problematika yang Berkaitan dengan Persatuan dan Kesatuan..................
F. Jawaban untuk Problematika Tersebut........................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin bertambahnya tahun, maka semakin maju pula
perkembangan zaman. Tanpa disadari pengaruh era globalisasi semakin
kuat terhadap setiap negara di dunia, terutama Indonesia. Era globaliasi
memang menandakan kemajuan manusia dalam segala bidang, mulai dari
IPTEK, sosial budaya, transportasi, dan lain sebagainya. Namun, jika
dikatakan sepenuhnya baik, tentu tidak.

Semakin banyak orang yang melupakan jati diri bangsanya. Pola


pikir dan gaya hidup masyarakat telah berubah. Hal tersebut yang membuat
perlahan-lahan hilangnya nilai-nilai dasar negara itu sendiri. Sebagai contoh,
banyaknya tindak diskriminasi antar agama, hilangnya keadilan di mata
hukum, hingga mulai turunnya rasa nasionalisme di kalangan generasi
muda.

Pada saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami krisis moral di


kalangan masyrakat khususnya dikalangan generasi muda. Terlalu banyak
konflik sosial terjadi karena kemajemukan ras, suku, kebudayaan, dan
agama yang tidak mampu dikelola dengan baik oleh setiap rakyat Indonesia.
Untuk itu, dibutuhkan inisiatif penerapan secara langsung bunyi sila ketiga
Pancasila “Persatuan Indonesia” demi mempuk kembali jati diri bangsa
Indonesia.

Sunarso (2006:41), Dengan memiliki jiwa nasionalisme berarti


memiliki rasa kesatuan yang tumbuh dari dalam hati berdasarkan cita-cita
yang sama dalam sebuah bangsa. Persatuan bangsa dalam semangat
nasionalisme merupakan cerminan dari nilai Pancasila. Persatuan Indonesia
dalam Pancasila dapat diuraikan sebagai usaha kearah bersatu dalam
kebulatan satu kesatuan rakyat untuk membina nasionalisme dalam negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan?
2. Bagaimana makna persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia?
3. Apa saja prinsip persatuan dan kesatuan?
4. Bagaimanakah pelaksanaan dalam membangun persatuan di Indonesia?
5. Apa saja problematika yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan di
Indonesia?
6. Bagaimana menjawab problematika tersebut?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian persatuan dan kesatuan.
2. Mampu menjelaskan makna persatuan dan kesatuan bagi bangsa
Indonesia.
3. Mengetahui prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan.
4. Mampu memaparkan pelaksanaan dalam membangun persatuan dan
kesatuan di Indonesia.
5. Mengetahui problematika yang berkaitan dengan persatuan dan
kesatuan.
6. Mampu menjawab jalan keluar problematika tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang memiliki arti
utuh atau tidak terpecah belah. Kandungan arti persatuan dan kesatuan
adalah bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi. Sebuah negara akan menjadi kokoh jika
masyarakatnya memiliki semangat persatuan dan kesatuan. Prinsip
persatuan dan kesatuan adalah keadaan satu atau tunggal yang menuntut
adanya keterpaduan dari kemajemukan bangsa indonesia. Persatuan
indonesia merupakan sila ketiga dalam pancasila. Sesuai sila tersebut,
bangsa indonesia adalah bangsa multikultular yang terdapat banyak
kebudayaan, suku dan ras. Semua perbedaan itu bisa bergabung
menggunakan persatuan. Sebagai generasi penerus bangsa, sangat penting
berkomitmen terhadap semnagat persatuan dalam konteks NKRI, yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan bersemboyan Bhineka Tunggal
Ika.
B. Makna Persatuan dan Kesatuan bagi Bangsa Indonesia
Persatuan dan kesatuan bangsa memiliki konsep-konsep yang harus
dipahami sebelum memahami maknanya. Konsep-konsep dasar dari
persatuan dan kesatuan yaitu; persatuan, kesatuan, bangsa, integrasi,
nasionalisme dan patriotisme. Secara sederhana, persatuan memiliki arti
gabungan, ikatan, dan kumpulan dari beberapa bagian menjadi satu
kesatuan utuh. Dengan kata lain, persatuan adalah menyatukan bermacam-
macam corak ke dalam sebuah wadah sehingga menjadi satu. Bersatunya
bangsa Indonesia didorong oleh kemauan yang sadar untuk mencapai
kehidupan bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Maka dari itu,
kita harus terus membina persatuan bangsa.
Dalam persatuan dan kesatuan bangsa, kita harus senantiasanya
menyatu. Sejarah mengajarkan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan.
Dulu, penjajah berhasil menjajah Indonesia sampai beratus-ratus tahun. Hal
itu karena kita, bangsa Indonesia belum mampu untuk bersatu, masyarakat
belum memahami persatuan dan kesatuan bangsa. Kelalaian ini tentunya
dimanfaatkan oleh penjajah untuk terus memecah belah Indonesia.

Konsep kesatuan bangsa Indonesia meliputi kesatuan wilayah dan


sosial. Kesatuan wilayah bangsa Indonesia meliputi kesatuan darat, laut dan
udara. Berdasarkan konsep wawasan nusantara sebagai politik kewilayahan,
negara Indonesia merupakan negara kepulauan, negara yang sebagian besar
lautan dan dikelilingi oleh pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah perairan
menjadi wilayah pokok, bukan hanya wilayah pelengkap. Laut menjadi
bagian yang menyatu dengan daratan, bukan sebagai pemisah antara pulau
yang satu dan yang lainnya.

Kesatuan bangsa dalam aspek sosial terwujud dalam beberapa aspek


kehidupan, yaitu kesatuan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Perwujudan
konsep kesatuan bangsa dalam kesatuan politik berarti mengakui bahwa
keutuhan wilayah nasional dan segala kekayaannya adalah satu kesatuan
wilayah, satu kesatuan seluruh bangsa yang menjadi milik bersama. Bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, dan memeluk berbagai
agama merupakan kesatuan bangsa yang bulat.

Kesatuan dalam bidang politik berarti secara psikologis bangsa


Indonesia harus merasa senasib sepenanggungan dan mempunyai tekad
yaitu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, mengakui bahwa
Pancasila adalah falsafah dan ideologi yang menjadi landasan dan
pembimbing bangsa untuk mencapai tujuannya. Memahami bahwa bangsa
Indonesia harus hidup berdampingan dengan rukun bersama negara lain dan
ikut serta dalam menertibkan dunia.

Dalam kesatuan ekonomi, perwujudan dimulai dari mengakui bahwa


kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan modal dan milik
bersama dan juga keperluan kehidupan masyarakat sehari-hari harus
tersedia secara merata dari Sabang sampai Merauke. Tingkat perkembangan
ekonomi harus seimbang di seluruh daerah Indonesia, tanpa menghapus ciri
khas yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia. Kehidupan
ekonomi di seluruh wilayah Indonesia merupakan satu kesatuan yang
dikerjakan bersama-sama berdasarkan asas kekeluargaan.

Perwujudan satu kesatuan sosial budaya meliputi masyarakat


Indonesia yang beragam adalah satu, memiliki kehidupan yang serasi,
seimbang dan selaras. Dua, budaya Indonesia adalah satu kesatuan,
meskipun corak budaya yang ada sangat beragam. Keberagaman budaya ini
merupakan kekayaan yang menjadi milik bersama dan menjadi landasan
pengembangan bangsa yang bisa dinikmati hasilnya oleh masyarakat
Indonesia.

C. Prinsip Persatuan dan Kesatuan


Secara umum, prinsip persatuan dan keberagaman suku, agama, ras,
dan antar golongan ini terbagi ke dalam lima prinsip, antara lain prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, prinsip Nasionalisme Indonesia, Prinsip kebebasan
yang bertanggung jawab, prinsip wawasan Nusantara, dan prinsip persatuan
pembangunan untuk mewujudkan cita-cita Reformasi.
 Prinsip Bhinneka Tunggal Ika : Bhinneka Tunggal Ika adalah moto
atau semboyan Indonesia yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi
pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan
ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan
kepercayaan. Oleh karena itu prinsip Bhinneka Tunggal Ika ini
menyadari dan mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
berbagai suku, bahasa, agama, dan adat istiadat kebiasaan yang
majemuk atau banyak.
 Prinsip Nasionalisme : Prinsip persatuan dan keberagaman yang kedua
adalah prinsip Nasionalisme Indonesia. Kita mencintai bangsa kita,
namun tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita
sendiri dan merendahkan negara lain. Pasalnya, nasionalisme Indonesia
tidak berarti bahwa merasa lebih unggul daripada bangsa lain dan tidak
bisa memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, karena pandangan
semacam ini hanya akan mencelakakan bangsa. Adapun contoh dari
penerapan prinsip Nasionalisme Indonesia adalah menjaga ketertiban
dalam bermasyarakat, mematuhi aturan yang ada, menggunakan produk
lokal, menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa.
 Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab : Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai ciptaan Tuhan, kita
memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya
sendiri, terhadap sesamanya, dan dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
 Prinsip Wawasan Nusantara : Dengan menanamkan prinsip wawasan
nusantara ini, maka kita Memiliki pengetahuan tentang politik, ekonomi,
sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan Negara agar timbul rasa
senasib sepenanggungan, serta memiliki tekad yang sama untuk
pembangunan Negara Indonesia.

 Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-Cita


Reformasi : Dengan semangat persatuan Indonesia, kita harus dapat
mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan mewujudkan
cita-cita reformasi yaitu adil dan makmur secara nyata.
D. Pelaksanaan dalam Membangun Persatuan Indonesia
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, persatuan Indonesia
adalah sebagai faktor kunci, yaitu sebagai sumber semangat, motivasi dan
penggerak perjuangan Indonesia. Hal tersebut tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 yang bebrunyi “"Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah
sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur".
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia yang paling menonjol
adalah:
Perasaan Senasib
Perasaan senasib sebagai bangsa akan meningkatkan rasa persatuan
seluruh rakyat Indonesia. Perasaan senasib karena faktor keterikatan
terhadap tempat kelahiran atau menghadapi masalah tertentu. Dalam kurun
sejarah, bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa terjajah. Kondisi ini
mendorong perasaan senasib bagi bangsa Indonesia.
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan nasional adalah sesi pergerakan perjuangan bangsa
Indonesia yang mulai menyadari kondisi dan potensi sebagai suatu bangsa.
Kebangkitan nasional Indonesia dipelopori kelahiran organisasi Boedi
Oetomo pada 1908. Ciri kebangkitan nasional adalah perjuangan bangsa
Indonesia lebih diwarnai perjuangan untuk kepentingan nasional bukan
hanya kepentingan daerah.
Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan penegas bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan sebuah negara yang memiliki identitas dan dicintai rakyatnya.
Proklamasi Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 merupakan titik


puncak perjuangan rakyat Indonesia. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
dan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
konsensus atau kesepakatan bangsa Indonesia. Bahwa pengaturan
kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
Disepakati mengenai bentuk negara, yaitu negara kesatuan Republik
Indonesia dan masyarakatnya berada dalam satu bangsa. Terdiri atas
berbagai suku, ras, etnis, budaya, agama dan norma-norma kehidupan yang
mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila dan UUD 1945 merupakan
konsensus nasional menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini.
E. Problematika yang Berkaitan dengan Persatuan dan Kesatuan
Kita sedang berada di zaman peradaban baru yang didominasi oleh
“perang urat saraf”, yaitu melibatkan kekuatan teknologi terbarukan
(updating technology). Tentu, teknologi yang terus terbarukan adalah
anugerah Allah bagi manusia. Pada satu sisi, dengan adanya temuan dan
teknologi yang semakin canggih akan semakin memanjakan dan
memudahkan kita melakukan aktivitas dan pelayanan. Sebaliknya, dengan
hadirnya teknologi terbarukan tersebut dapat menciptakan persoalan-
persoalan baru yang menyeramkam. Inilah yang sedang mengemuka saat ini.
Pemanfaatan media sosial yang kuat akan menjadi pemenang, baik dari sisi
positif maupus sisi negatifnya. Penguasaan media cetak dan media
elektronika yang semakin canggih memberikan referensi bahwa tantangan
kita tidaklak sedikit. Teknologi dapat mengangkat derajat kehidupan
manusia, tetapi pada saat yang sama pula dapat memusnahkan manusia itu
sendiri.
Tantangan Intoleransi
Intoleransi adalah tindakan yang tidak toleran atau tidak memiliki
tenggang rasa. Intoleransi ini sering dihubungkan dengan kepercayaan atau
praktik agama lain. Dalam beberapa sumber, fakta menyebutkan bahwa
tindak intoleransi beragama di Indonesia meningkat. Intoleransi ini sesungg
merupakan buah dari kelalaian anak. bangsa untuk menjaga nilai, menjaga
panji, menjaga semangat Pancasila yang merupakan buah dari kesepakatan
bersama.
Persoalan Korupsi
Dalam berbagai kesempatan disebutkan bahwa korupsi adalah
musuh bersama bahkan disebut sebagai kejahatan yang luar biasa
(extraordinary crimes). Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencegah, memperberat hukuman, memperkuat KPK, dsb. seakan-
akan tidak mempan – tidak menjadi efek jera bagi para pelakunya. Undang-
Undang KPK yang baru yang walaupun telah disahkan oleh DPR/MPR RI
tetapi masih meninggalkan persoalan yang perlu dipastikan lebih jauh.
Timbulnya protes dari elemen masyarakat dalam pasal-pasal tertentu tidak
terlepas dari semangat agar bangsa ini terbebaskan dari cengkeraman
korupsi. Hanya saja, dalam berbagai analisis bahwa persoalan kita adalah
kompleks. Praktik nepotisme, lemahnya penegakkan hukum, wibawa
hukum yang merosot, rendahnya komitmen moral, rendahnya peran hati
nurani menjadi pemicu utama terjadinya praktik-praktik korupsi ini. Tidak
heran bila Binoto Nadapdap menulis buku dengan judul “Korupsi Belum
Ada Matinya”. Kapan matinya? Ini merupakan pertanyaan untuk dijawab
oleh seluruh anak bangsa.
Tantangan Radikalisme
Radikalisme pada umumnya diartikan sebagai paham yang
menghendaki terjadinya perubahan signifikan dalam bidang politik dan juga
sosial. Pendekatan yang dipakai dengan cara ekstrim/kekerasan yang
berpotensi terjadinya konflik. Bentuk perwujudan dan gerakan radikalisme
bervariasi. Dalam tulisan Ahmad Jainuri dikatakan bahwa radikalisme dari
perspektif pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan
pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang dinilainya sebagai yang
paling benar dan menganggap yang lain salah. Ia sangat tertutup, biasanya
sulit berinteraksi dan hanya saling berbicara dengan kelompoknya sendiri.
Orang yang memiliki pandangan seperti ini biasanya tidak menerima
pemikiran orang lain, selain pikiran dan kelompoknya sendiri. Otoritas
pengetahuan yang dimilikinya dikaitkan dan diperoleh dari figur tertentu
yang dinilai tidak dimiliki oleh orang lain. Karena itu, biasanya kaum
radikal tidak menerima figur lain sebagai sumber rujukan pengetahuannya.
Dalam dialog biasanya ia tidak ingin memahami keanekaragaman pendapat
yang dimiliki orang lain, tetapi ingin menyatukan pandangan yang berbeda
itu dengan pandangan dan pendapat menurut standar diri sendiri, bahkan
dengan memaksakan kehendak. Pada sisi lain, radikalisme tindakan dan
gerakan ditandai oleh aksi ekstrem yang harus dilakukan untuk mengubah
suatu keadaan seperti yang diinginkan. Contoh dalam bidang politik seperti
tindakan makar, revolusi, demonstrasi, dan protes sosial yang anarkis.
Tantangan Terorisme
Achmad Jainuri menulis bahwa istilah teror dan terorisme telah
menjadi idiom ilmu sosial yang sangat populer pada dekade 1990-an dan
awal 2000-an sebagai bentuk kekerasan atas nama agama. Meskipun
sesungguhnya terorisme bukanlah sebuah istilah baru, tetapi teror dan
terorisme telah muncul sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Lebih
lanjut Jainuri menjelaskan bahwa terorisme bagian dari gerakan radikalisme
yang paling mutakhir di abad ini telah mencapai puncak ancaman
peradaban. Pada tahun 1980, CIA (Central Intelligence Agency)
mendefinisikan terorisme sama dengan ancaman atau penggunaan
kekerasan untuk tujuan politik yang dilakukan oleh individu atau kelompok
atas nama atau menentang pemerintah yang sah, dengan menakut-takuti
masyarakat yang lebih luas dari pada korban langsung teroris. Tulisan A.M.
Hendropriyono tentang terorisme lebih komprehensif. Dalam Bab IV
bukunya yang berjudul Terosisme: Fundamentalis Kristen. Yahudi,
Islam menyuguhkan informasi dan penilaian terhadap terosisme itu sendiri
sebagai ancaman ketahanan di bidang ketahanan politik, pertahanan dan
keamanan, serta kemanusiaan. Persoalan terorisme merupakan persoalan
yang tidak gampang dipahami. Ada berbagai kisi yang tidak dapat
dimengerti. Banyak pakar menyatakan bahwa pemahaman radikalisme yang
sebenarnya tidaklah dibentuk oleh sebab yang tunggal tetapi banyak kisi
lain yang belum dapat dipahami secara tuntas. Ada misteri (hidden agenda).
Tantangan Kemiskinan
Menurut data dan persentase penduduk miskin di Indonesia per
Maret 2017 mencapai 27,77 juta. Secara terperinci disebutkan bahwa angka
tersebut bertambah 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September
2016 yang sebesar 27,7 juta orang (10,70 persen). Kemiskinan terjadi bukan
hanya karena kekurangan sumber daya alam, tetapi juga karena faktor
sumber daya manusia yang sangat terbatas dalam pengetahuan dan
ketrampilan mengelola sumber daya alam.
Hal ini, tentu menyangkut dimensi pendidikan dalam konteks yang
lebih luas. Karena itu, memang persoalan keindonesiaan kita adalah
persoalan kompleks. Dapat dikatakan, kondisi ini telah menahundan
terbiarkan selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Indonesia dengan
kekayaan alamnya yang luar biasa tetapi masih saja berhadapan dengan
kemiskinan. Karena itu, perlu introspeksi diri secara jujur tentang
keindonesiaan dan berbenah agar keluar dari petaka kemiskinan.
Tantangan Alzheimer Sejarah
Salah satu pidato kenegaraan Presiden Soekarno yang disampaikan
dalam rangka memperingati Ulang Tahun kemerdekaan RI ke-21 Tahun
1966 berjudul “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” atau yang umumnya
dikenal dengan sebutan Jasmerah. Jasmerah ini bersi penuturan data dan
fakta-fakta sejarah yang diuraikan secara gamblang. Berisi gagasan dan
semangat patriotisme. Berisi awasan dan sekaligus tindakan antisipatif.
Berisi semangat juang tanpa pamrih. Berisi ajakan untuk mengisi
kemerdekaan tanpa pamrih. Telah 76 tahun Indonesia merdeka ini
merupakan momentum untuk mengingat kembali sejarah bangsa yang
tertorehkan dalam banyak catatan dan pengalaman.
Tentu, pengalaman selama 76 tahun adalah pengalaman yang penuh
makna. Selingan persoalan juga silih berganti yang menjadikannya semakin
kuat dan dewasa. Para pejuang dan pendiri bangsa telah rela memberikan
segala-galanya. Mereka memberi tanpa merasa berkekurangan. Mereka
memberi tidak untuk kepentingan golongan atau kepentingan sektarian.
Mereka memberi dengan kepentingan besar, yaitu kepentingan bangsa dan
negara. Kepentingan rumah besar kita bernama Indonesia.

F. Jawaban untuk Problematika Tersebut


Dalam konteks kompleks yang telah dipaparkan di atas, pertanyaan
urgen yang mesti kita jawab ialah, bagaimana kita merajut persatuan dan
kesatuan bangsa yang sehat, harmonis, dan langgeng? Sebagai sesama anak
bangsa, ada beberapa perspektif yang mesti dibangun sebagaimana
diuraikan di bawah ini.
Perlunya Kesadaran Kuat tentang Wawasan Kebangsaan
Seluruh komponen bangsa harus memiliki kesadaran ini, tidak
terkecuali seluruh pemeluk agama. Dalam agama Kristen, Alkitab memberi
bukti bahwa betapa pentingnya mendukung bangsa dan negara. Semangat
kebangsaan ditunjukkan secara terbuka bebera teks Alkitab.
Para pendiri bangsa Indonesia (the founding fathers) semula telah
menyadari bahwa kenyataan pluralisme bangsa Indonesia dari segi suku,
budaya, daerah, dan terutama agama yang d berpotensi melahirkan konflik
dan perpecahan yang mengancam keutuhan bangsa. Sesungguhnya
kemajemukan adalah kekayaan yang patut disyukuri. Pilar-pilar kebangsaan
semestinya dikedepankan karena sudah merupakan konfesi/konsensus
bersama dan bersifat final, yaitu: NKRI, UUD 1945, Pancasila, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Pendidikan yang Berkarakter
Pendidikan yang berkarakter merupakan upaya sadar yang
dilakuakan seseorang atau sekelompok orang untuk menginternalisasikan
nilai-nilai pada seseorang yang lain sebagai pencerahan agar peserta didik
mengetahui, berfikir, dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi
setiap situasi. Tujuan dari pendidikan yang berkarakter adalah untu
membentuk pribadi seseoranng menjadi manusia yang baik.
Dewasa ini, pendidikan karakter di Indonesia semakin menjadi pusat
perhatian dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena penurunan
moral para penerus bangsa yang semakin mengkhawatirkan. Tidak sedikit
kasus-kasus beredar tentang turunnya moral anak bangsa, mulai dari
perlakuan yang tidak sopan kepada guru/dosennya, tawuran, dan tindak
asusila. Berbagai masalah inilah yang membuat perhatian pemerintah
semakin tertuju pada pendidikan yang berkarakter. Namun usaha yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap peserta didik sepertinya tidak sejalan
dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar lingkungannya,
terutama di lingkungan sekolah atau kampus. Tidak sedikit tenaga pendidik
yang memberikan contoh yang tidak baik kepada peserta didik. Padahal
karakter dari seorang tenaga pendidik sangat berperan penting dalam
pembentukan karakter seorang anak.
Jadi tenaga pendidik tidak hanya memberikan pemahaman kepada
peserta didik tentang bagaimana karakter yang baik itu, bagaimana
seharusnya kita sebagai manusia itu berperilaku, tapi juga tenaga pendidik
harus memberikan contoh yang baik pula kepada peserta didik agar
sosialisasi yang diberikan itu dapat berjalan dengan sempurna dan agar
pendidikan karakter itu dapat berjalan dengan sempurna pula. Pun peserta
didik seharusnya juga harus memiliki kemampuan dalam memfilter mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang tidak baik. Kesimpulannya,
tenaga pendidik dan peserta didik harus bekerja sama agar pendidikan
karakter di Indonesia berhasil.
Pendidikan Berbasis Keluarga
Salah satu fungsi keluarga dalam perspektif pendidikan adalah
sebagai tempat bagi penanaman nilai-nilai positif bagi kehidupan,
pengembangan, dan pemantapan keterampilan, tingkah laku dan
pengetahuan dalam hubungan dengan fungsi-fungsi lain. Sebagaimana
diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin berperadaban atau
tidak mungkin berkebudayaan. Pengetahuan dapat bertambah karena
melalui proses pendidikan, baik pendidikan formal (resmi), informal
(keluarga, lingkungan, teladan), maupun non formal (kursus). Melalui
pendidikan, manusia bisa mengembankan kemampuan imajinasi menjadi
kenyataan.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan, melalui jabaran UUD
1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 yang menekankan tentang tujuan pendidikan. Pada pasal 3
menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Diharapkan melalui rumusan tujuan
pendidikan nasional ini memberikan arah bagi pendidikan yang baik dan
relevan untuk menjawab kebutuhan konteks Indonesia. Hanya saja, yang
terlihat selama ini justru sangat jauh dari cita-cita ideal bangsa. Di mana-
mana ditemukan hal-hal yang kontras dengan tujuan pendidikan. Degradasi
mentalitas-moralitas-spiritualitas anak bangsa sangat terasa memilukan dan
memalukan. Perilaku koruptif di luar aturan main menjadi hal yang seakan-
akan dilegitimasi. Semua mengatasnamakan kebenaran dan hukum. Semua
mencari pembenaran. Semua mencari kambing hitam, dst.
Penanaman Nilai Pendidikan dalam Konteks Plural
Sebagai bangsa yang kaya raya dengan sumber daya alam tetapi
juga kaya raya dari sisi budaya, kesadaran terhadap nilai pendidikan dalam
konteks plural perlu digemakan. Salah kesadaran pluralitas keyakinan
dibincangkan oleh Julianus Mojau dalam bukunya yang
berjudul Meniadakan atau Merangkul: Pergulatan Teologis Protestan
dengan Islam Politik di Indonesia. Buku ini, tidak hanya menggumuli
tentang tantangan yang kompleks, tetapi juga berbicara tentang kekayaan
dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Salah satu
tekanan tulisan ini terangkum dalam harapan yang tertuang dalam
prakatanya yang menyatakan, “Semoga buku ini akan memberi sumbangan
kecil dengan cara terssendiri pada usaha kita bersama memelihara proses
menjadi Indonesia dengan semangat kebangsaan emansipatoris dan juga
boleh saling menerima perbedaan antarelemen masyarakat (suku, agama,
bahasa, dan budaya serta pilihan orientasi ideologi) sebagai fitra-
sosiologis-teologis proses menjadi Indonesia. Dengan begitu, hidup damai
bukanlah sekadar sebuah retorika, melainkan menjadi praksis hidup
bersama”.
Tekanan utama dari pikiran ini adalah: Pertama,
perlunya pemeliharaan (perawatan) secara berkesinambungan; Kedua,
perlunya semangat kebangsaan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai/emansipasi ketika berhadapan dengan keragaman/kepelbagaian
sebagai kekayaan; Ketiga, perlunya implementasi riil dalam konteks hidup
bersama. Di luar kesadaran terhadap nilai-nilai ini akan kacau. Di luar ini
akan terganggu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang memiliki arti
utuh atau tidak terpecah belah. Kandungan arti persatuan dan kesatuan
adalah bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan yang utuh dan serasi. Konsep-konsep dasar dari persatuan dan
kesatuan yaitu; persatuan, kesatuan, bangsa, integrasi, nasionalisme dan
patriotisme. Secara sederhana, persatuan memiliki arti gabungan, ikatan,
dan kumpulan dari beberapa bagian menjadi satu kesatuan utuh. Dengan
kata lain, persatuan adalah menyatukan bermacam-macam corak ke dalam
sebuah wadah sehingga menjadi satu.
Secara umum, prinsip persatuan dan keberagaman suku, agama, ras,
dan antar golongan ini terbagi ke dalam lima prinsip, antara lain prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, prinsip Nasionalisme Indonesia, Prinsip kebebasan
yang bertanggung jawab, prinsip wawasan Nusantara, dan prinsip persatuan
pembangunan untuk mewujudkan cita-cita Reformasi. Tahap-tahap
pembinaan persatuan bangsa Indonesia yang paling menonjol adalah :
perasaan senasib, kebangkitan nasional, sumpah pemuda serta proklamasi
kemerdekaan. Penguasaan media cetak dan media elektronika yang semakin
canggih memberikan referensi bahwa tantangan kita tidaklah sedikit.
Teknologi dapat mengangkat derajat kehidupan manusia, tetapi pada saat
yang sama pula dapat memusnahkan manusia itu sendiri.
Sebagai sesama anak bangsa, ada beberapa perspektif yang mesti
dibangun, diantaranya : perlunya kesadaran kuat tentang wawasan
kebangsaan, pendidikan yang berkarakter, pendidikan berbasis keluarga
serta penanaman nilai pendidikan dalam konteks plural.
B. Saran
Negara Indonesia sangat besar dan luas sehingga sangat sulit untuk
mengaturnya apabila tidak ada persatuan. Maka dari itu, sebuah persatuan
sangat penting di dalam negara agar terwujud kesatuan dan
persamaan. Persatuan sangat penting bagi sebuah negara yang ingin hidup
sejahtera. Persatuan juga akan mewujudkan kerja sama yang baik dengan
negara lain. Seluruh warga kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mengetahui, mempelajari, mengembangkan, persatuan bangsa dan
bernegara sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa Indonesia. Sebagai
generasi penerus bangsa, sangat penting berkomitmen terhadap semangat
persatuan dalam konteks NKRI, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dan bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika.
DAFTAR PUSTAKA
 NN Honggu. 2021. Persatuan dan Kesatuan. https://osf.io/u7n2e, diakses
pada 08 Desember 2021
 Putri Devita Sari. 08 November 2021. Memperkukuh Persatuan dan
Kesatuan Bangsa dalam NKRI. https://osf.io/s8pn5/, diakses pada 08
Desember 2021
 Wida Kurniasih. 2021. Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.
https://www.gramedia.com/literasi/makna-persatuan-dan-kesatuan-
bangsa-indonesia/, diakses pada 08 Desember 2021
 Kelas Pintar. 03 Mei 2021. Prinsip Persatuan Keberagaman Suku,
Agama dan Ras.
http://digilib.unimed.ac.id/34124/5/9.%20NIM.%203141111031%20CHA
PTER%20I.pdf, diakses pada 08 Desember 2021
 Kompas.com. 03 Februari 2020. Mewujudkan Persatuan Indonesia.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/203000169/mewujudkan
-persatuan-indonesia, diakses pada 08 Desember 2021
 Dr. Joni Tapingku, M.Th.. 15 September 2021. Opini : Tantangan-
Tantangan Persatuan Bangsa. https://www.iainpare.ac.id/opini-
tantangan-tantangan-persatuan-bangsa/, diakses pada 08 Desember 2021
 Kompas.com. 20 Februari 2020. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/20/070000569/arti-penting-
persatuan-dan-kesatuan, diakses pada 08 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai